Anda di halaman 1dari 2

Adzkia Faradilla Akbar masih mematung di depan pintu rumahnya tak percaya dengan apa yang ia lihat

di depannya, si kakak tingkat dingin itu dan beberapa orang yang terlihat sudah melewati umur
setengah abad di samping orang tua adzkia yang menatap tak percaya pada Adzkia ibunya sudah
berlinang air mata, serta seorang wanita asing yang menepuk-nepuk punggung ibunya pelan sambil
terus merapalkan permintaan maaf.

“ Adzkia, ibu mohon maafkan Dimas dan perbuatannya pada mu, keluarga kami sudah Lelah menerima
cercaan yang dilontarkan masyarakat agar Dimas menikahimu secepatnya” ucap wanita asing yang
wajahnya terlihat teduh namun penuh resah itu.

“ Adzkia masih tidak mengerti ibu, ada apa sebetulnya kenapa kak Dimas sekeluarga datang ke rumah
kami dan menyatakan niat serius ? lalu ada apa dengan semua cercaan itu ?”

“ Nak Dimas juga tidak mengakui awalnya, tapi melihat foto itu rasanya sudah tidak dipungkiri lagi
tentang apa yang kalian perbuat”

Bapak Adzkia menyodorkan beberapa lembar foto yang terlihat seperti dirinya dan si kakak kelas dingin
itu, betapa kagetnya Adzkia itu kejadian minggu lalu saat dirinya tak sengaja terjatuh dan menarik Dimas
ke dalam pelukannya yang kemudian wajah dimas menghantam dada Adzkia yang sebetulnya dibalut
kerudung hitam itu. Saat itupun Adzkia sama kaget dan malunya sampai telinga dan wajahnya
kemerahan seperti tomat, wajah dimas berada dalam pelukan dadanya, sedangkan reaksi Dimas hanya
terlihat mengeraskan rahang karena malu. Namun betapa terkejutnya Adzkia saat Dimas mengangkat
tubuhnya kemudia masuk ke dalam sebuah kelas kosong, dimas mendorong tubuh Adzkia kasar pada
meja myang biasa digunakan dosen, tubuhnya kini berada di atas tubuh gadis yang terlihat ketakutan
itu, keringat dingin terlihat meluncur di wajah gadis itu, Dimas tahu apa yang ia lakukan ini salah namun,
entah dorongan darimana dia ingin menyentuh gadis ini, tubuhnya terasa panas bahkan ketika Adzkia
jatuh tadi, dia merasa terangsang dengan tubuh gadis yang bahkan tak menampilkan lekukan ketat pada
pakainnya itu, tapi.. setelah meminum soda sialan yang diberikan Erik dia jadi menggila. Sementara
Adzkia terus menangis merengek untuk dilepaskan dari kungkungan tubuh besar milik dimas, dimas
sendiri sibuk berperang melawan nafsunya yang meledak kali ini, dia bahkan ingin mencium bibir ranum
gadis di depannya.

Mengapa foto itu bisa tercetak ada dan sampai ke tangan orang tua mereka masing-masing, siapa
sebetulnya yang bisa seusil ini pada dirinya bahkan sampai membuat ibunya menangis sesenggukan,
bahkan ketika kejadian itu terjadi tak ada orang disana, apa ada seseorang yang menaruh kamera lalu
menjebak mereka berdua ?

“ Bu, sudah Dimas katakan itu hanya kesalahan belaka bukan? Mengapa ibu terus menerus memaksa
Dimas meneyegerakan mengucap ijab qabul pada Adzkia ? ” orang itu akhirnya angkat bicara dengan
nada datar dan wajah kaku.

“ Iya bu Adzkia tidak sengaja tersandung dan menarik kak Dimas” Bela Adzkia

“ Ibu tahu, Ibu tahu anak-anak tapi berita ini sudah tersebar sampai ke kampus kalian, bahkan mereka
yang tidak suka dengan Dimas menambahkan embel-embel berita lainnya lewat foto itu “

“ ck, sudahlah bu.. “


“ DIMAS ! kamu betul-betul tidak mengerti dengan keadaan hah ? kamu bahkan membawa lebih buruk
pandangan orang-orang pada gadis kecil ini ! bagaimana kamu akan terus menghindar tapi dia akan
terus dicecar orang-orang ! Kamu mau Adzkia bernasib sama dengan ibu hah ? Setidaknya lindungi dia
Dimas … “ wanita itu membentak dengan gemetar pada anaknya yang terlihat acuh pada keadaan kacau
ini lalu kemudian wanita berkerudung kopi itu ambruk di depan mereka semua.

Semua orang panik dan segera membawa nya ke Rumah Sakit terdekat ..

Di IGD yang terdengar hanya bunyi dari mesin monitor degupan jantung itu, Dimas terduduk dengan
raut muka yang terlihat resah , Adzkia dan keluarganya masih setia menemaninya di seberang bangku
ruang tunggu. Adzkia juga merasa resah karena tidak enak dengan Dimas dia menentang keinginan ibu
kakak kelasnya lalu akhirnya begini, dokter bilang ibu Kak Dimas punya riwayat Darah tinggi yang parah
jadi tak sepatutnya dia menentang dan membela Dimas seperti tadi, padahal ibu kak Dimas hanya ingin
melindungi dirinya dari cercaan masyarakat. Seorang pria dengan jubah putih keluar dari ruangan IGD
itu, mereka serempak mengahampiri dan menanyakan bagaimana kondisi wanita yang biasa berwajah
teduh itu.

“ Bu Ratih sedang dalam kondisi kritis, harusnya beliau tidak menerima sesuatu yang mengejutkan dan
membuatnya stres “ ucap dokter tinggi itu lalu berlalu sambil bertanya siapa yang merupakan anggota
keluarga dari Bu Ratih untuk urusan administrasi.

Dua jam kemudian Dimas masuk ke dalam ruang IGD setelah diperbolehkan oleh Dokter. Bu Ratih
terlihat payah dengan kondisinya, Dimas menggenggam erat-erat tangan ibunya, dia terlihat ketakutan
dengan kondisi ibunya.

“ Dimas.., nikahi dia, ibu .. mo hon.. jangan, jadikan dirimu mirip bapak mu.. yang.. meninggalkan ibu
da..lam keadaan.. rapuh “ ucapanya terlihat susah payah dengan selang yang terus menempel di hidung
nya

“ bu dimas mohon.. dimas betul betul tak sengaja dengan segala kejadian itu “ isak tangis Laki-laki itu
terdengar perih di ruangan sunyi itu tanpa sadar Adzkia yang melihatnya menitikkan air mata.

“ ibu rasa.. kalian memang ditakdirkan nak.. ibu ingin melihat kamu .. menyelamatkan .. ke..hormatan ..
seorang gadis baik.. seperti adzkia.. “

Anda mungkin juga menyukai