Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikopatologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
tanda dan gejala dari suatu gangguan jiwa ( mental disorder ). Gangguan jiwa
adalah sindroma atau pola perilaku atau psikologik seseorang, yang secara
klinis cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) dan hendaya ( impairment/diability ) di dalam satu atau
lebih fungsi penting dari manusia.
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaaan yang sedih dan alam perasaaan yang sedih
dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan dan rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Prevalensi selama kehidupan, pada wanita 10-25% dan pada laki-laki 5-
12% (5:2). Depresi bisa terjadi pada setiap umur, tetapi paling banyak terjadi
pada usia 25-44 tahun. Ada kecenderungan hubungan keluarga dengan
kejadian depresi, yaitu 8-18% pasien depresi memiliki sedikitnya satu
keluarga dekat (ayah, ibu, kakak atau adik) yang memiliki sejarah depresi.
Penyebab depresi secara pasti, belum diketahui. Faktor-faktor yang diduga
berperan yaitu peristiwa-peristiwa kehidupan yang bersifat stresor (problem
keuangan, perkawinan, pekerjaan, penyakit, dan lain-lain), faktor kepribadian,
genetik, dan biologik lain seperti gangguan hormon, keseimbangan
neurotransmiter biogenik amin, dan imunologik.
Psikopatologi adalah ilmu yang mempelajari kelainan atau gangguan
dibidang kejiwaan. Kelainan/gangguan dibidang kejiwaan pada dasarnya
merupakan gangguan dari berbagai aspek kepribadian, misalnya aspek
kesadaran, aspek tingkah laku atau perbuatan, kehidupan afektif, proses pikir
dan sebagainya.
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan referat ini adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang psikopatologi pada pasien depresi
2. Tujuan Khusus

a. Memahami mekanisme terjadinya depresi.

b. Memahami gejala klinis depresi.

c. Memahami penatalaksanaan pada pasien yang mengalami


depresi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Depresi adalah suatu kondisi seseorang merasa sedih, kecewa saat
mengalami suatu perubahan, kehilangan, kegagalan dan menjadi patologis
ketika tidak mampu beradaptasi. Depresi merupakan suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang secara afektif, fisiologis, kognitif dan perilaku
sehingga mengubah pola dan respon yang biasa dilakukan.
. Depresi merupakan suatu keadaan abnormal yang menimpa seseorang
yang diakibatkan ketidakmampuan beradaptasi dengan suatu kondisi atau
peristiwa yang terjadi sehingga mempengaruhi kehidupan fisik, psikis
maupun sosial seseorang.
Depresi merupakan suatu kelainan mental yang ditandai dengan adanya
penurunan mood, kehilangan minat menikmati hidup, perasaan bersalah atau
rendah diri, gangguan pola makan atau pola tidur, lemas, dan berkurangnya
daya konsentrasi. Gangguan mood atau ‗gangguan afektif‘ adalah istilah yang
sekarang banyak diterapkan pada berbagai kondisi umum di mana gejala
yang paling menonjol adalah peningkatan atau depresi suasana hati. Bentuk
paling ekstrim dari kegembiraan (mania) atau depresi (melankolis) telah
diakui sejak tulisan Hippocrates atau sebelumnya, dan menghasilkan
morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Namun, batas antara penyakit dan
pengalaman normal terus diperdebatkan, dan depresi sering diredakan karena
gejalanya dianggap dapat dijelaskan mengingat situasi individu. Gangguan
mood sering disebut gangguan afektif, karena afek adalah tampilan eksternal
dari suasana hati, emosi yang dirasakan secara internal. Depresi dan mania
sering dilihat sebagai ujung berlawanan dari spektrum afektif atau mood.
Secara klasik, mania dan depresi adalah "kutub" terpisah, sehingga
menghasilkan istilah depresi unipolar (yaitu, pasien yang hanya mengalami
kutub bawah atau tertekan) dan bipolar (yaitu, pasien yang pada waktu yang
berbeda mengalami baik kutub manik atau kutub bawah/tertekan.Kondisi
afektif utama termasuk gangguan depresi mayor (MDD) dan gangguan
bipolar (BD) berhubungan dengan kecacatan yang signifikan dan gangguan
psikososial selama perjalanan hidup. Mereka sering tidak cukup dikenal atau
didiagnosis karena kompleksitas dan heterogenitas presentasi klinis mereka.
Heterogenitas ini kemungkinan terkait dengan keberadaan kerentanan genetik
bersama serta interaksi faktor fisik dan psikososial di seluruh rentang
kehidupan.(Johnstone, 2010)(Friedman, 2014)(Stahl, 2013).
Menurut American Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, edisi ke- 5 (DSM-5), gangguan suasana hati adalah fitur utama
gangguan mood. Mereka lebih lanjut dibagi menjadi gangguan depresi mayor
(MDD), gangguan disregulasi suasana hati mengganggu (untuk anak-anak
berusia hingga 18 tahun), gangguan depresi persisten (dysthymia; DD),
gangguan dysphoric pramenstruasi, gangguan depresi yang diinduksi oleh zat,
gangguan depresif karena lain kondisi medis, serta kategori gangguan depresi
lainnya dan tidak spesifik untuk kasus subsindromal yang tidak memenuhi
kriteria untuk MDD atau DD. MDD ditandai dengan satu atau lebih episode
depresi mayor (MDE) - periode terpisah di mana seorang individu mengalami
perubahan yang jelas dalam mempengaruhi, kognisi, dan fungsi
neurovegetatif ke tingkat moderat selama 2 minggu atau lebih dengan
penurunan dari level fungsi mereka sebelumnya.(Friedman, 2014)
Gangguan depresi mayor adalah salah satu gangguan depresi yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada individu di
semua usia dan ras. Global Burden of Disease (GBD) of theWorld Health
Organitation (WHO) telah menunjukkan terjadinya masalah yang sama di
seluruh dunia bahwa gangguan depresi mayor, meningkatkan risiko
terjadinyapercobaan bunuh diri yang jika tidak ditangani dengan benar akan
menyebabkan tindakan bunuh diri (complete suicide) yang memakan banyak
korban jiwa yang sia-sia. Orang yang sudah melakukan percobaan bunuh
diri, akan berisiko 100 kali lipat lebih besar untuk terjadinya tindakan
bunuh diri jika dibandingkan dengan pupolasi normal.(Marwick K. , 2013)
B. Epidemiologi
Survei World Mental Health (WMH) juga memberikan kumpulan data
terbesar tentang prevalensi gangguan depresi. Tingkat prevalensi seumur
hidup dan 12 bulan diperkirakan di 18 negara, dibagi menurut pendapatan
tinggi dan menengah ke bawah. Prevalensi seumur hidup memperkirakan
rata-rata 11,1 (kisaran 8,0 hingga 18,4) di negara- negara berpenghasilan
rendah dan 14,6 (kisaran 6,6 hingga 21,0) di negara-negara berpenghasilan
tinggi, sedangkan tingkat prevalensi 12 bulan rata-rata 5,5 tinggi (kisaran 2,2
hingga 8,3) dan 5,9 (kisaran 3,8). ke 10.4) di negara-negara berpenghasilan
rendah. Perkiraan prevalensi yang lebih baru dari studi The National
Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions (NESARC) adalah
13,2 untuk seumur hidup dan 5,3 untuk depresi mayor 12 bulan. Kumpulan
temuan ini menunjukkan bahwa epidemiologi deskriptif gangguan mood
meskipun ada berbagai perkiraan, tingkat rata-rata baik depresi seumur hidup
dan 12 bulan cukup konsisten di seluruh penelitian yang menggunakan
metodologi yang sebanding.(Sadock, 2017)
Beberapa penelitian cross-sectional dan prospektif juga melaporkan
tingkat gangguan depresi mayor pada remaja. Tingkat seumur hidup
gangguan depresi utama dalam rentang masa kanak-kanak dari sekitar 0,6
hingga 4,8 persen dengan median 2,2 persen. Hasil penelitian The National
Comorbidity Survey-Adolescent supplement (NCS-A) pada remaja di
Amerika Serikat menghasilkan prevalensi depresi mayor seumur hidup dan
12 bulan masing- masing sebesar 11,0 dan 7,5 persen. Keduanya The
Tracking Adolescents’ Individual Lives Survey(TRAILS) di Belanda juga
menandai gangguan depresi utama dengan tingkat keparahan berdasarkan
kerusakan. Seperti yang diharapkan tingkat seumur hidup dalam penelitian
ini secara substansial lebih rendah daripada gangguan depresi mayor tidak
berat dengan masing-masing seumur hidup dan tingkat 12 bulan 3,0 dan 2,3
persen. Dalam NCS- A, prevalensi gangguan depresi mayor meningkat secara
signifikan di seluruh remaja, dengan peningkatan yang sangat mencolok di
antara wanita daripada di antara pria. Sebagian besar kasus gangguan depresi
utama dikaitkan dengan komorbiditas psikiatri dan gangguan peran berat, dan
minoritas substansial melaporkan bunuh diri. Perawatan dalam beberapa
bentuk diterima oleh mayoritas remaja dengan depresi mayor sesuai DSM-IV
periode 12 bulan (60,4 persen), tetapi hanya sebagian kecil yang menerima
perawatan yang khusus gangguan mental.(Sadock, 2017)
Demikian juga, banyak individu di masyarakat mungkin menunjukkan
beberapa (beberapa atau lebih) gejala depresi yang tidak mencapai tingkat
keparahan atau ambang durasi untuk gangguan suasana perasaan tertentu
dalam sistem DSM-5 tetapi, bagaimanapun juga memiliki morbiditas dan
disfungsi yang besar. Meskipun ambang gangguan ini mungkin bentuk yang
kurang parah dari gangguan depresi mayor atau bipolar, mereka juga dapat
menyebabkan penderitaan dan disabilitas yang besar.(Sadock, 2017).

C. Etiologi
Etiologinya sangat kompleks, banyak faktor dapatt terjadi bersama dan
menyebabkan gangguan depresi. Pasien depresi menunjukkan adanya
perubahan neurotransmitter otak antara lain : norepinefrin, serotonin, dan
dopamine. Pada pasien dengan depresi : kemampuan menerima musibah
(kematian, kehilangan kerja, sakit, kehilangan fungsi pada usia produktif)
lebih kecil dibanding orang normal akan timbul depresi.

D. Patofisiologi
Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter
aminergik. Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin.
Konduksi impuls dapat terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan
neurotransmiter di celah sinaps atau adanya gangguan sensitifitas pada
reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem saraf pusat.
Pada penelitian dibuktikan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena
menurunnya  pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya kemampuan
neurotransmisi serotogenik). Beberapa peneliti menemukan bahwa selain
serotonin terdapat pula sejumlah neurotransmitter lain yang berperan pada
timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin dan dopamin. Sehingga
depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa
neurotransmiter aminergik pada sinaps neuron di otak, terutama pada sistem
limbik. Oleh karena itu teori  biokimia depresi dapat diterangkan sebagai
menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya kemampuan
neurotransmisi serotogenik, menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin,
terganggunya regulasi aktifitas norepinefrin dan meningkatnya aktifitas alfa 2
adrenoreseptor presinaptik, menurunnya aktifitas dopamine, meningkatnya
aktifitas asetilkolin
Ada empat teori patofisiologi depresi, yaitu :
1. The Biogenic Amine Hypothesis
Teori Amina Biogenik menyatakan bahwa depresi disebabkan karena
kekurangan (defisiensi) senyawa monoamin, terutama noradrenalin dan
serotonin. Karena itu, menurut teori ini depresi dapat dikurangi oleh obat
yang dapat meningkatkan ketersediaan serotonin dan noradrenalin,
misalnya MAO inhibitor atau antidepresan trisiklik. Namun, teori ini tidak
dapat menjelaskan fakta mengapa onset obat-obat antidepresan umumnya
lama (6-8 minggu), padahal obat-obat tadi bisa meningkatkan
ketersediaan neutrotransmiter secara cepat.
2. The Receptor Sensitivity Hypothesis
Depresi merupakan hasil perubahan patologis pada reseptor, yang
diakibatkan oleh terlalu kecilnya stimulasi oleh monoamine.
Saraf post-sinaptik akan berespon sebagai kompensasi terhadap besar-
kecilnya stimulasi oleh neurotransmitter. Jika stimulasi terlalu kecil, saraf
akan menjadi lebih sensitif (supersensitivity) atau jumlah reseptor
meningkat (up-regulasi). Jika stimulasi berlebihan, saraf akan mengalami
desensitisasi atau down-regulasi. Obat-obat antidepresan umumnya
bekerja meningkatkan neurotransmitter, meningkatkan stimulasi saraf,
menormalkan kembali saraf yang supersensitif. Proses ini membutuhkan
waktu menjelaskan mengapa aksi obat antidepresan tidak terjadi secara
segera.
3. The Permissive Hypothesis
Menurut teori ini, kontrol emosi diperoleh dari keseimbangan antara
serotonin dan noradrenalin. Serotonin memiliki fungsi regulasi
terhadap noradrenalin, menentukan kondisi emosi depresi atau manik.
Teori ini mempostulatkan : kadar serotonin yang rendah dapat
menyebabkan kadar noradrenalin menjadi tidak normal yang dapat
menyebabkan gangguan mood. Jika kadar serotonin rendah, noradrenalin
rendah, terjadi depresi. Jika kadar serotonin rendah dan noradrenalin
tinggi, akan terjadi manik. Menurut hipotesis ini, meningkatnya kadar 5-
HT akan memperbaiki kondisi sehingga tidak muncul gangguan mood.
4. The dysregulation hypothesis
Gangguan depresi dan psikiatrik disebabkan oleh ketidateraturan
neurotransmiter, antara lain :
a. Gangguan regulasi mekanisme homeostasis
b. Gangguan pada ritmik sirkadian
c. Gangguan pada sistem regulasi
Sehingga terjadi penundaan level neurotransmiter untuk kembali ke
baseline.

E. Prognosis
Episode depresi yang ditangani dapat sembuh dalam 3 bulan. Walaupun
menggunakan obat, 20-35% pasien mengalami gejala residual dan gangguan
fungsi sosial

F. Diagnosis
Pedoman diagnostik untuk episode depresi berat tanpa gejala psikotik:
1. Semua 3 gejala utama depresi harus ada
2. Ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya, dan  beberapa
diantaranya harus berintensitas berat
3. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi  psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci
4. Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang 2 minggu, tetapi
jika gejala utama amat berat dan beronset cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
5. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
Pedoman diagnostik untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik :
1. Episode depresif berat yang memiliki kriteria tanpa gejala psikotik
tersebut diatas
2. Diseratai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa  bertanggungjawab atas hal itu.
5alusinasi auditorik atau alfaktorik biasanya berupa suara yang menghina
atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju stupor.

Gambar 3. Dimensi Gejala Episode Depresi mayor(Stahl, 2013)(APA,


2013)
Menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 4th ed., Text Revision. Washington, American Psychiatric
Association, 2000). diagnosis depresi dapat ditegakkan sebagai berikut :
A. Terdapatnya 5 (atau lebih) gejala berikut dalam satu periode (2 minggu
berturut-turut) yang merupakan perubahan dari fungsi sebelumnya,
minimal terdapat satu dari 2 gejala berikut ini yaitu (1) suasana hati
tertekan atau (2) hilangnya minat atau kesenangan
1. Mood depresi sepanjang hari dan hampir setiap hari
2. Berkurangnya minat atau kesenangan secara nyata dalam semua hal
sepanjang hari dan hampir setiap hari
3. Perubahan berat badan yang signifikan tanpa adanya diet (terjadinya
penurunan atau peningkatan berat badan lebih dari 5% dalam satu
bulan), diakibatkan adanya kenaikan atau penurunan nafsu makan
hampir setiap hari
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (keadaan ini
diamati pula oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif)
6. Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau bersalah berlebihan (delusi) hampir
setiap hari
8. Berkurang kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau
keraguan hampir setiap hari.
9. Pikiran berulang tentang kematian (tidak hanya takut akan kematian),
berulang kali memiliki rencana untuk bunuh diri tanpa rencana yang
spesifik, atau usaha untuk bunuh diri.
B. Gejala yang dapat menyebabkan keadaan menderita atau keadaan yang
buruk pada kehidupan sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
C. Gejala yang tidak terkait langsung dengan efek fisiologis dari suatu obat
(seperti penyalahgunaan obat atau akibat penggunaan obat tertentu), atau
kondisi medis umum (seperti: hipotiroidisme). Untuk memastikannya
dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium, antara lain : pemeriksaan darah
rutin, uji fungsi tiroid serta elektrolit darah.
D. Gejala yang tidak dapat dikaitkan dengan reaksi yang dialami akibat
kehilangan orang yang dicintai; gejala bertahan selama lebih dari 2 bulan
atau ditandai dengan gangguan fungsional yang signifikan; dipenuhi
pemikiran yang tidak wajar mengenai perasaan tidak berharga, ide bunuh
diri, gejala psikosis, retardasi psikomotor.

Tabel 1. Beberapa penyakit, psikiatrik dan/atau obat yang bisa menginduksi terjadinya
depresi

Kriteria Depresi menurut Diagnostic And Statistical Manual OfMental Disorder,


Fifth Edition(DSM-5),yang menggunakan istilah Major Depressive Disorder
(MDD) atau selanjutnya disebut Gangguan Depresi Mayor (GDM) yaitu harus
memenuhi kriteria :

1. Lima atau lebih dari gejala dibawah ini yang sudah ada bersama-sama
selama 2 minggu dan memperlihatkan perubahan fungsi dari sebelumnya;
minimal terdapat 1 gejala dari
(1) mood yang depresi atau (2) hilangnya minat.
Catatan : Jangan memasukkan gejala yang merupakan bagian dari gangguan
kondisi medis lainnya.
a. Mood depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang ditunjukkan oleh
baik laporan subyektif (misalnya perasaan sedih, kosong, tidak ada
harapan) atau observasi orang lain (misalnya terlihat menangis).
(Catatan : pada anak-anak dan remaja, bisa mood yang iritabel).

b. Secara nyata terdapat penurunan minat atas seluruh rasa senang,


aktifitas harian, hampir setiap hari (yang ditandai oleh perasaan
subyektif atau objektif).
c. Kehilangan atau peningkatan berat badan yang nyata tanpa usaha
khusus (contoh : perubahan 5% atau lebih berat badan dalam 1 bulan
terakhir), atau penurunan dan peningkatan nafsu makan yang hampir
terjadi setiap hari. (catatan : Pada anak-anak, perhatikan kegagalan
mencapai berat badan yang diharapkan).

d. Sulit tidur atau tidur berlebih hampir setiap hari.

e. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (teramati oleh


orang lain, bukan semata-mata perasaan gelisah atau perlambatan yang
subyektif).
f. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.

g. Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah yang mencolok (bisa bersifat
waham) hampir setiap hari (bukan semata-mata menyalahkan diri atau
rasa bersalah karena menderita sakit).
h. Penurunan kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau penuh
keragu-raguan hampir setiap hari (baik sebagai hal yang dirasakan
secara subyektif atau teramati oleh orang lain).
i. Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati), pikiran
berulang tentang ide bunuh diri dengan atau tanpa rencana yang jelas,
atau ada usaha bunuh diri atau rencana bunuh diri yang jelas.
2. Gejala-gejala ini secara klinis nyata menyebabkan distress atau hendaya
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting kehidupannya.
3. Episodenya tidak terkait dengan efek fisiologis zat atau kondisi
medis lainnya.
Catatan : Kriteria 1-3 menggambarkan episode depresi.
Respon kehilangan yang bermakna (misalnya berduka, masalah financial, lolos
dari bencana, penyakit berat atau disabilitas) termasuk perasaan sedih yang berat,
pemikiran tentang kehilangan, sulit tidur, kehilangan nafsu makan, dan penurunan
berat badan seperti yang terdapat di kriteri A, mungkin menyerupai depresi.
Walaupun gejala-gejala tersebut mungkin dapat dipahami atau dipertimbangkan
sebagai respon normal terhadap kehilangan yang bermakna, harus secara hati-hati
tetap dipertimbangkan. Keputusan ini tidak dapat dipungkiri membutuhkan
pelatihan keterampilan klinis berdasarkan riwayat hidup individu dan norma
budaya dalam menentukan distress akibat kehilangan.
1. Keberadaan episode depresi tidak dapat dijelaskan pada gangguan
skizoafektif, skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau spektrum
skizofrenia lainnya yang tidak spesifik.
2. Tidak pernah dijumpai episode manik atau hipomanik. (APA, 2013)
(Sadock, 2017)(Marwick K. , 2013)(Friedman, 2014)
G. Tanda dan Gejala
Tanda gangguan depresi berat
1. Perasaan yang berubah-ubah
Depresi berat merupakan gangguan mood yang mempengaruhi cara
seseorang merasa tentang kehidupan pada umumnya.. Memiliki pandangan
putus asa atau tak berdaya pada kehidupan adalah gejala yang paling
sering dikaitkan dengan depresi. Perasaan lain yang mungkin dirasakan
adalah merasa tidak berharga, membenci diri atau rasa bersalah yang tidak
tepat.
2. Kehilangan minat
Depresi dapat merenggut kesenangan atau kenikmatan dari hal yang
disukai. Hilangnya minat dari kegiatan yang pernah dinantikan, seperti
olahraga, hobi atau pergi keluar dengan teman adalah satu lagi tanda-tanda
depresi berat.
3. Kelelahan dan tidur 
Sebagian alasan seseorang berhenti melakukan hal-hal yang dinikmatinya
adalah karena adalah merasa sangat lelah. Depresi sering datang dengan
kekurangan energi dan perasaan yang luar  biasa dari kelesuan, yang dapat
menjadi gejala paling melemahkan. Dan bisa mengakibatkan tidur
berlebihan atau tidak tidur sama sekali.
4. Kecemasan dan lekas marah
Orang dengan depresi juga memberikan kontribusi menimbulkan
kecemasan dan mudah tersinggung. Penelitian menunjukkan, pria lebih
cenderung menunjukkan tanda-tanda ini. Karena wanita lebih mungkin
menginternalisasi masalah mereka, sementara pria cenderung
mengeksternalisasi perasaan mereka dengan menyalahkan orang lain.
5. Selera makan dan berat badan meningkat  
Nafsu makan dan berat badan dapat berfluktuasi secara berbeda untuk
setiap orang dengan depresi berat. Beberapa akan memiliki nafsu makan
dan berat badan bertambah, sementara yang lain sebaliknya.
6. Emosi tak terkendali
Satu menit dikuasai amarah. Berikutnya, menangis tak terkendali. Emosi
yang naik dan turun dalam waktu singkat ini adalah gejala depresi. Mirip
dengan kelainan suasana hati (gangguan  bipolar), yakni suasana suasana
hati yang berfluktuasi tak terkendali terkendali dan membuat membuat
orang tersebut  bingung
7. Bunuh diri
Realitas paling menakutkan dari depresi adalah hubungannya dengan
keinginan bunuh diri. Emosi yang tak terkendali dan perasaan hampa
sering menyebabkan orang untuk berpikir bahwa bunuh diri adalah solusi
permanen.

Gejala Depresi
Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat
1. Efek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktifitas.
Gejala lainnya
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6. Gangguan tidur
7. Nafsu makan berkurang.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan
masa sekurang-kurangnya 3 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi
periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung lama.

Gambar 4. Gejala depresi dan sirkuit di otak.(Stahl, 2013)(Sadock, 2017)

H. Klasifikasi Depresi (menurut DSM-IV = Diagnostic and Statistic


Manual of Mental Disorders)
1. Gangguan Depresi Berat (Mayor Depressived Disorder)
Didapatkan 5 atau lebih simptom depresi selama 2 minggu.
Kriteria tersebut adalah: suasana perasaan depresif hampir sepanjang hari
yang diakui sendiri oleh subjek ataupun observasi orang lain (pada anak-
anak dan remaja perilaku yang biasa muncul adalah mudah terpancing
amarahnya), kehilangan interes atau perasaan senang yang sangat
signifikan dalam menjalani sebagian besar aktivitas sehari-hari, berat
badan turun secara siginifkan tanpa ada progran diet atau justru ada
kenaikan berat badan yang drastis, insomnia atau hipersomnia
berkelanjuta, agitasi atau retadasi psikomotorik, letih atau kehilangan
energi, perasaan tak berharga atau perasaan bersalah yang eksesif,
kemampuan berpikir atau konsentrasi yang menurun, pikiran-pikiran
mengenai mati, bunuh diri, atau usaha bunuh diri yang muncul berulang
kali, distres yang signifikan secara klinis, tidak berhubugan dengan
belasungkawa karena kehilangan seseorang.
2. Gangguan Distimik (Dysthyrric Disorder)
Adalah suatu bentuk depresi yang lebih kronis tanpa ada bukti
suatu episode depresi berat (dahulu disebut depresi neurosis). Kriteria
DSM-IV untuk gangguan distimik: perasaan depresi selama beberapa
hari, paling sedikit selama 2 tahun (atau 1 tahun pada anak-anak dan
remaja); selama depresi, paling tidak ada dua hal berikut yang hadir.
tidak nafsu makan atau makan berlebihan, insomnia atau hipersomnia,
lemah atau keletihan, self esteem rendah, daya konsentrasi rendah, atau
sulit membuat keputusan, perasaan putus asa; selama 2 tahun atau lebih
mengalami gangguan, orang itu tanpa gejala-gejala selama 2 bulan; tidak
ada episode manik yang terjadi dan kriteria gangguan siklotimia tidak
ditemukan; gejala-gejala ini tidak disebabkan oleh efek psikologis
langsung dari kondisi obat atau medis, signifikansi klinis distress
(hendaya) atau ketidaksempurnaan dalam fungsi.
3. Gangguan afektif bipolar atau siklotimik (Bipolar Affective Illness or
Cyclothymic Disorder)
Kriteria: kemunculan (atau memiliki riwayat pernah mengalami)
sebuah episode depresi berat atau lebih; kemunculan (atau memiliki
riwayat pernah mengalami) paling tidak satu episode hipomania; tidak
ada riwayat episode manik penuh atau episode campuran; gejala-gejala
suasana perasaan bukan karena skizofrenia atau menjadi gejala yang
menutupi gangguan lain sepeti skizofrenia; gejala-gejalanya tidak
disebabkan oleh efek-efek fisiologis dari substansi tertentu atau kondisi
medis secara umum; distres atau hendaya dalam fungsi yang signifikan
secara klinis.
Berdasarkan klasifikasi depresi menurut DSM IV, yang termasuk
dalam katagori kegawatdaruratan depresi adalah gangguan depresi berat
(Mayor depressive disorder), oleh karena pada klasifikasi gangguan
depresi berat terdapat kriteria dengan gejala klinis berupa pikiran-pikiran
mengenai mati, bunuh diri atau usaha bunuh diri yang muncul berulang
kali.
I. Jenis Depresi
1. Depresi kronis : termasuk berat, terjadi sepanjang waktu, responsive
terhadap obat
2. Depresi musiman (seasonal) : timbul pada saat/musim tertentu (puncak
di musim dingin, sembuh di musim semi atau panas)
3. Depresi post partum : onset terjadi dalam jangka waktu 1 bulan setelah
melahirkan, bisa ringan(blue baby syndrome) atau berat (postpartum
major depression)

J. Sasaran Terapi
Sasarannya : perubahan biologis/efek berupa mood pasien karena
mood pasien dipengaruhi kadar serotonin dan nor-epinefrin di otak,
sasarannya adalah modulasi serotonin dan norepinefrin otak dengan agen-
agen yang sesuai. Tujuan terapi yaitu menurunkan gejala depresi dan
memfasilitasi pasien untuk kembali ke kondisi normal. Strategi pengobatan
yang digunakan adalah terapi nir-obat dan atau obat anti depresan yang dapat
memodulasi kadar serotonin dan nor-epinefrin di otak.
Terapi nir-obat terdiri dari :
1. Terapi interpersonal yaitu terapi yang berfokus pada konteks sosial
depresi dan hubungan pasien dengan orang lain
2. Terapi kognitif-behavioral yaitu terapi yang berfokus pada mengoreksi
pikiran negatif, perasaan bersalah yang tidak rasional dan rasa pesimis
pasien
Sebuah studi yang dilakukan oleh Antonucciopada tahun 1995
menyatakan bahawa intervensi psikoterapi sama efektifnya dengan obat
antidepresan, tidak ada efek samping, murah dan merupakanfirst-line therapy
pada depresi ringan.
Electroconvulsive Therapy (ECT) merupakan terapi yang aman dan
efektif, namun masih kontroversial. Efek samping terapi ini adalah
adanya disfungsi kognitif, disfungsi kardiovaskuler, dan lainnya. ECT
diindikasikan pada :

1. Depresi yang berat

2. Diperlukan respons yang cepat,

3. Treatment lain lebih besar resiko daripada manfaatnya,

4. Respon terhadap obat jelek, dan

5. Merupakan pilihan terakhir jika treatment lain tidak berhasil


Pada penggunaan obat antidepresi, sulit diprediksi sebelumnya mana
yang akan paling efektif. Karena itu, pilihan awal dilakukan secara
empiris. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan obat anti
depresan antara lain:
1. Riwayat respons pasien terhadap obat

2. Farmakogenetik (riwayat respons keluarga terhadap obat)

3. Jenis depresi

4. Kemungkinan interaksi obat

5. Profil adverse event obat

6. Harga obat

K. Evaluasi Obat/Produk
Gambar 5. Ringkasan pengobatan lini pertama untuk depresi (NICE
Guidelines 2009).(Marwick K. , 2013)

1. Lini Pertama
a. Antidepresan trisiklik (ATS) : amitriptilin, klomipramin,
imipramin, nortriptilin
1) Antidepresan trisiklik (ATS) terbukti efektif dalam mengatasi
semua tipe depresi, terutama gangguan depresi jenis
melankolis yang berat
2) Semua ATS mempotensiasi aktivitas NE dan 5-HT
dengan cara memblok re-uptakenya
3) ATS juga mempengaruhi system reseptor lain, maka selama
terapi dengan ATS sering dilaporkan adanya efek samping
pada sistim kolinergik, neurologik dan kardiovaskuler
4) Efek samping umum : antikolinergik dan hipotensi orthostatik

b. SSRI (selective serotonin re-uptake inhibitor): fluoksetin,


fluvoksamin, paroksetin, sertralin
1) SSRI memiliki spektrum luas (sama seperti ATS)
2) Efikasinya setara dengan ATS, maka pasien yang gagal dengan
ATS mungkin akan berespon baik terhadap SSRI atau
sebaliknya
3) Memunculkan dugaan : ada perbedaan populasi pasien depresi
berdasar patofisiologinya (NE-mediated vs 5-HT-mediated)
namun perlu penelitian lebih lanjut
4) Tidak ada efek samping sedative, antikolinergik,
kardiovaskuler
5) Tidak/sedikit sekali diekskresikan melalui ASI sehingga dapat
digunakan oleh ibu menyusui

2. Lini Kedua
Golongan antagonis 5-HT ataumixed re-uptake inhibitors : Contoh :
venlafaksin, trazodon, bupropion

3. Lini Ketiga
Golongan MAO inhibitors : fenelzin, moklobemid (di Indonesia),
tranilsipromin.
a. MAO inhibitors memiliki spektrum aktivitas yang berbeda
dengan ATS dan lebih banyak digunakan untuk depresi atypical
(dengan tanda-tanda: mood reactivity, irritability, hypersomnia,
hyperphagia, dan lainnya)
b. Keterbatasan penggunaan MAOI : banyak interaksi
dengan obat dan makanan sehingga harus disertai pantangan
terhadap beberapa macam makanan seperti : keju, daging, MSG,
kecap, coklat, apokat,dan lainnya (yang kaya akan tiramin) agar tak
terjadi serangan hipertensi.

Penggunaan obat pada kondisi khusus


Pasien geriatri penggunaannya harus memperhatikan hal berikut :
a. SSRI lebih sering digunakan sebagai pilihan pertama karena efek
sampingnya yang lebih rendah daripada TCA
b. Penggunaan TCA (desipramin dan nortriptilin) juga bisa dilakukan
karena range kadar plasma, efikasi dan profile ADRnya sudah diketahui,
tetapi harus diberikan dengan hati-hati.
c. Trazodon, nefazodon, dan bupropion juga dapat dipilih karena efek
samping anti kolinergik dan efek kardiovaskulernya relatif rendah
d. Dosis inisial pada pasien geriatri sebaiknya setengah dari dosis inisial
untuk dewasa, dan kemudian bisa ditingkatkan pelan-pelan
Anak-anak dan remaja yang masih dalam tahap pertumbuhan, maka penggunaan
obat-obatan harus memperhatikan hal di bawah ini :
a. Data yang mendukung penggunaan SSRI maupun TCA pada anak-anak
masih sangat sedikit, tetapi SSRI nampaknya lebih bisa ditoleransi dan
lebih aman
b. Perlu dilakukan pemeriksaan ECG sebelum memulai terapi
Pasien hamil harus diperhatikan pula resiko teratogen sehingga hal-hal di
bawah ini perlu dicermati :
a. Secara umum, lebih baik digunakan terapi non-obat
b. Tetapi jika diperlukan obat, harus dipertimbangkan risiko dan manfaat
c. Beberapa studi melaporkan bahwa : depresi yang tak tertangani dan terjadi
selama masa kehamilan dapat berakibat pada resiko perinatal, termasuk
meningkatnya keinginan bunuh diri, hipertensi, preeklamsi, dan berat lahir
rendah. Yang paling adalah peningkatan resiko terjadinya depresi postpartum.

Penggunaan antidepresan pada wanita hamil memiliki catatan sebagai berikut:


a. SSRIs merupakan obat antidepresan yang paling banyak dipakai
wanita, terdapat bukti bahwa ia bekerja lebih efektif pada wanita
b. Laporan menunjukkan tidak ada gangguan pada janin jika digunakan pada
kehamilan
c. Beberapa SSRI yang banyak dipakai pada kehamilan: fluoxetine
(Prozac), sertraline (Zoloft), and paroxetine (Paxil).
d. Fluoxetine : paling banyak diteliti pemakaiannya pada kehamilan dan
tidak ada efek negatif terhadap janin maupun perkembangan selanjutnya
e. Sertralin, paroxetin dan citalopram juga telah diteliti aman bagi kehamilan
f. Dari golongan TCA : Nortriptilin atau desipramin bisa dipilih karena
sudah banyak data tentang obat ini dan kadar terapetik plasmanya sudah
diketahui dengan baik.
g. Jika penggunaan TCA akan dihentikan, harus dikurangi dosisnya secara
perlahan untuk mencegah gejala putus obat. Jika mungkin tappering dapat
dimulai 5-10 hari sebelum hari perkiraan melahirkan.
h.
BAB III
KESIMPULAN

Depresi merupkan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang


berkaitan dengan alam perasaan yang sedih, dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan dan
rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan  bunuh diri.
Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga
ada  beberapa  beberapa faktor yang berperan, berperan, yaitu faktor biologis,
biologis, faktor genetika genetika dan faktor psikososial. psikososial. Untuk
menegakkan diagnosa PPDGJ III mensyarati harus ada 3 gejala utama gangguan
depresi dan minimal 4 gejala lainnya dan beberapa di antaranya harus
berintensitas berat.
Pemberian anti depresan dilakukan melalui tahapan 3 tahapan, yaitu dosis
initial, titrasi, stabilisasi, maintenance dan tapering off, dimana dosis dan lama
pemberiannya  berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai