Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PSIKOSOSIAL PADA PASIEN DENGAN

ANSIETAS PADA N.Y YB DI DESA TATELI WERU KECAMATAN


MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA

Oleh :
Rafli Suryanto Manggopa, S.Kep

CT :
Ns.Lenny Ganika, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO 2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULAN
ANSIETAS

Masalah Utama Keperawatan

Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan kepribadian, rasa gelisah,


ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber actual yang
tidak diketahui atau dikenal (Laraia & Stuart, 2006). Taylor (2007) mengatakan
bahwa kecemasan merupakan suatu hal yang tidak jelas, adanya perasaan gelisah dan
tidak tenang dengan sumber yang tidak spesifik dan tidak diketahui oleh seseorang.
Para ahli membagi bentuk kecemasan dalam dua tingkat, yaitu: tingkat psikologis
kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung,
khawatir, sukar konsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya dan tingkat
fisiologis kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala
fisik, terutama pada sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar,
gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Tekanan mental atau ansietas diakibatkan oleh kepedulian yang berlebihan akan
masalah yang sedang dihadapi (nyata) ataupun yang dibayangkan mungkin terjadi.
Ansietas yang paling sering terjadi disebabkan karena penyakit, salah satunya
hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang menyebabkan masalah-masalah baru,
seperti stroke, gagal jantung, ginjal dan pastinya semuanya berdampak terjadinya
kematian. Sehingga perlu adanya pencegahan lebih dini agar hipertensi tidak
menyebabkan permasalahan baru bagi pasien. Hal inilah yang membuat pasien dan
keluarga cemas akan keadaan pasien (Sarkamo, 2008).
Pasien yang dirawat di Puskesmas dalam waktu yang lama akan lebih membuat
cemas. Hal ini karena mereka takut akan kematian, kecacatan atau biaya yang
banyak. Pada umumnya pasien yang datang di unit perawatan kritis ini adalah dalam
keadaan mendadak dan tidak direncanakan, hal ini yang menyebabkan keluarga dari
pasien datang dengan wajah yang sarat dengan bermacam-macam stressor yaitu
ketakutan akan kematian, ketidakpastian hasil, perubahan pola, kekhawatiran akan
biaya perawatan, situasi dan keputusan antara hidup dan mati, rutinitas yang tidak
beraturan, ketidakberdayaan untuk tetap atau selalu berada disamping orang yang
disayangi. Semua stressor ini menyebabkan keluarga jatuh pada kondisi krisis dimana
koping mekanisme yang digunakan menjadi tidak efektif dan perasaan menyerah atau
apatis dan ansietas akan mendominasi perilaku keluarga (Kaplan dan Sadock cit
Andika, 2007).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, angka kematian akibat
hipertensi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hipertensi dapat berkembang
menjadi gagal jantung kronik sebesar 91%. Hal ini berarti kejadiannya tiga kali lebih
besar daripada orang dengan tekanan darah normal. Di banyak negara saat ini,
prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti
merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hipertensi sudah menjadi
masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan akan menjadi masalah
yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini (Lany. (2006).
Seluruh dunia hampir 1 miliar orang (sekitar seperempat dari seluruh populasi
orang dewasa) menyandang tekanan darah tinggi. Jumlah ini cenderung meningkat.
Di Inggris (UK), penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang. Di
Inggris (England), sebanyak 34% pria dan 30% wanita menyandang tekanan darah
tinggi (di atas 140/90 mmHg) atau sedang mendapat pengobatan tekanan darah tinggi.
Pada populasi usia lanjut, angka penyandang tekanan darah tinggi dialami oleh lebih
dari separuh populasi orang berusia di atas 60 tahun Dekker,E,(2006).
Hipertensi masih menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah stroke, dan
tuberkulosis. Kejadian prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari total
penduduk dewasa. Prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan 7,2%. Di
Provinsi Lampung prevalensi hipertensi sebesar 17,6%, sedangkan untuk Kebupaten
Pringsewu prevalensi hipertensi sebesar 21,8% dan untuk Wilayah Puskesmas
Pringsewu sebesar 30,7%.
Dari jumlah itu hanya sekitar 0,4% kasus yang meminum obat hipertensi untuk
pengobatan. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(Dirjen P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama menjelaskan,
rendahnya penderita hipertensi berobat karena penyakit yang biasa disebut darah
tinggi itu tidak menunjukan gejala atau tanda khas yang bisa dipakai sebagai
peringatan dini (Lany. 2006).
Rasa cemas merupakan keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit
yang mengancam atau yang dibayangkan, ditandai oleh kekhawatiran, ketidakenakan
dan perasaan tidak baik yang tidak dapat dihindari, disertai perasaan tidak berdaya
karena menemui jalan buntu dan ketidakmampuan untuk menemukan pemecahan
masalah terhadap masalah yang dihadapi. Hipertensi sebagai penyakit yang
menyebabkan berbagai penyakit lain dan sering disebut penyakit yang tidak bergejala,
semakin membuat khawatir pasien dan keluarga. Terutama pada pasien dengan
kondisi keuangan yang minim, tentu saja biaya rawat hipertensi yang tak sedikit akan
terus menyelimuti pola pikir mereka (Lany. 2006).

BAB II
PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Definisi
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu), ansietas merupakan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman. (Herdman & Kamitsuru, 2018).
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang
sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu
sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan
reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit
yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI,
1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan,
rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman
sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda
secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi
emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau
kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat
patologis. Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan
pengobatan : ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien
cemas di mana saja di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan
gejala fisik dan psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan
kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas
autonomik seperti wajah merah dan pucat,  berkeringat, tangan rasa dingin, diare,
mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun,
rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama
dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,gagasan tentang rasa
bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu,
nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya gejala,
penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada
gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita
tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh
depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding
kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat
dengan stres kehidupan.

b. Proses Terjadinya / Psikodinamika


Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor
Psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada
otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya oksigen.
Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi yang berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang menentramkan,
menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan
dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
a) Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
b) Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
f) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga.
g) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
 Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
 Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
b) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
 Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

c. Tanda Dan Gejala Kecemasan


1. Respons fisik :
a) Kardiovaskular : Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan
Darah Meninggi, Denyut Nadi Cepat
b) Pernafasan : Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada ,
Napas Dangkal, Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-Engah
c) Neuromuskular : Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah,
Wajah Tegang, Kelemahan Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal
d) Gastrointestinal : Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak
Nyaman Pada Abdomen
e) Traktur Urinarius : Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan
Kencing
f) Kulit : Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas
Pada Kulit
2. Respons Kognitif : Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima
rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons Perilaku : Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat,
perasaan tidak aman
4. Respons Emosi : Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup,
sukacita berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap,
ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan
tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin.

d. Rentang Respon Kecemasan

Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

1. Tingkat kecemasan sebagai berikut:


a) Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.

b) Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang
lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan
menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu
dan mengesampingkan hal lain.
c) Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
d) Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik,
terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
e. Dampak atau Akibat Yang Ditimbulkan
Dampak atau akibat pada seseorang yang mengalami ansietas antara lain sebagai
berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, dan mudah
tesinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pada pola tidur dan muncul mimpi yang menegangkan.
5. Keluhan somatik, misalnya terjadi rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tiritus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit kepala.
BAB III

a. PENGKAJIAN KESEHATAN JIWA


Nama KK : Tn. A.M
Umur : 69 thn
Jenis Kelamin : laki-laki
Status Perkawinan : menikah
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Kepala desa tateli weru
Alamat : Desa tateli weru jaga 3
DATA KEADAAN KELUARGA

KONDISI KESEHATAN

NO NAMA L/P UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN SEHAT RISIKO MASALAH/ GANGGUAN PENGOBATAN
PSIKOSOSIAL/ JIWA
PENYAKIT KRONIS

1 Tn. A.M L 69 thn STM Kepala Desa Sehat Tidak ada Tidak ada Tidak ada

2 Ny. Y.B P 61 thn SMP IRT Hipertensi/obesitas Hipertensi/obesitas Kecemasan Hipertensi

3 An. K.M P - - - - - -
(Almh)

4 Tn. M.M L 42 thn STM Harian Lepas Diabetes Melitus Diabetes Melitus Tidak Ada Tidak Ada
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANGAN RAWAT - TANGGAL DIRAWAT -

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.Y.B Tanggal Pengkajian : 11 Mei 2022
Umur : 61 tahun RM No. :-
Informan : -

III. FAKTOR PRESIPITASI


1. Klien mengidap penyakit hipertensi dan sudah mendapatkan buku kronis dari layanan kesehatan
setempat, klien rutin mengontrol kesehatan dipuskesmas, tapi klien mengalami kenaikkan berat badan
pada saat menikah dan memliki anak kedua, setelah mengalami obesitas klien susah untuk melakukan
aktifitas sehari-hari dan mudah kelelahan. Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya,
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana klien merasa cemas dengan
masalahnya.

2. Upaya yang telah dilakukan dan hasilnya

Klien mengatakan tidak memahami masalah ansietas dan dampak dari masalah tersebut, sehingga

klien tidak pernah melakukan atau pergi mengontrol dipuskesmas terkait masalah ansietas pada

Ny.Y.B

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya √ Tidak

2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil kurang berhasil tidak

berhasil

3. Pernah mengalami gangguan kesehatan fisik dimasa lalu? Ya √ Tidak


4. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2, 3 :
_____________________________________________________________________

5. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


/masalah kesehatan jiwa Ya Tidak √

Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawaran

_______________________ _______________ ______


___________________

_______________________ _______________ ______


___________________

Jelaskan : _________________________________________________________
6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

___________________________________________________________________________________

___________________________________________________________________________________

_____________________________

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 140/90 N : 82x/m S : 36,5 C P : 22x/m
2. Ukur : TB : ___157cm_______ BB : ____93 kg____

3. Keluhan fisik : √ Ya Tidak

Jelaskan : klien mengatakan mengalami hipertensi tetapi sudah sering kontrol


dipuskesmas terdekat dan juga klien mengatakan susah untuk melakukan aktifitas
sehari-hari karena cepat kelelahan.

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Jelaskan : suami Ny. Y.B anak pertama dari 8 bersaudara dan Ny.
Y.B anak ke-6 dari 11 bersaudara, menikah dan memiliki 2 orang anak, An. K.M
anak pertama sudah meninggal dan An. B.M sudah menikah dan sudah tidak
tinggal bersama kedua orang tua dan sudah memiliki 2 orang anak. Kini hanya
Ny.Y.B dan suami yang tinggal bersama
2. Konsep diri
a Gambaran diri : Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki. Klien
juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.

b. Identitas : Klien tidak biasa menonton Tv atau membaca koran, klien hanya meluangkan
waktu dengan duduk dan bersosialisasi dengan keluarga dekat rumah.

c. Peran : Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Semenjak sakit klien tidak bisa
memenuhi perannya.

d. Ideal diri : klien mengatakan menginginkan sehat dan panjang umur karena mengingat
umur sudah semakin tua

e. Harga diri : Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan orang
lain.

3. Hubungan Sosial

Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami dan anaknya. Klien berkata

jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada suami dan anaknya pasti akan membantu

memecahkan masalah yang dialami klien. Klien tidak mengikuti kegiatan diluar rumah karena

kondisinya.

4. Spiritual

Klien beragama Kristen dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Klien mengatakan
rajin masuk gereja walaupun dengan kodisinya saat ini, dan berharap diberi kesembuhan atas
penyakitnya.
VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan
Klien  berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan tempatnya.  Rambut klien
tersisir rapi. Rambut pendek seleher.
2. Pembicaraan
Klien berbicara sangat jelas dan tepat
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang diulang-ulang
ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada komplikasi lain. Klien tidak
menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun gembira. Klien terlihat senang saat
menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak mata klien ada
dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan
panjang lebar.
7. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien mengatakan tidak pernah
mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan ada hubungannya antara
satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu topik.
9. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien realistis.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan mengenal dengan
siapa dia berbicara dan lingkungannya.  Tingkat kesadaran klien terhadap waktu, orang dan
tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu  maupun saat  ini.
Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah makan atau belum, jam berapa. Klien
tidak mengalami gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang  ditanyakan. Klien
bersekolah hanya sampai tingkat SMP, klien mampu untuk menjawab hitungan sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan mandi atau makan, klien
memilih mandi dulu dan makan, karena klien lebih leluasa melakukan aktifitas kalau sesudah
mandi.
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.

VIII. Mekanisme Koping


Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada keluarganya.

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:


Klien mengatakan suami belum menerima gaji selama 3 bulan dan juga masalah kesehatan
sekarang ini. Klien mengatakan 1 bulan terakhir ini mengalami kesulitan untuk mengatur pola tidur
karena merasa cemas yang berlebihan.

X. Pengetahuan Kurang Tentang:


Klien mengatakan tahu tentang penyakit hipertensi dan sudah melakukan kontrol tiap bulan di
layanan kesehatan dan juga masalah obesitas klien, klien hanya tidak mengerti masalah kesemasan yang
timbul sehingga membuat klien susah untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan mengatur pola istirahat.
b. Analisa Data

No Tanggal Data Masalah

1 10/05-2022 DS :

 Klien mengatakan merasa cemas dengan


kondisinya saat ini (penyakitnya).
Kecemasan
 Klien mengatakan tubuhnya tidak bisa
beraktifitas terlalu lama
 Keluarga mengatakan sebelumnya klien tidak
pernah melakukan terapi rileksasi
 Klien mengatakan susah tidur karena merasa
cemas

DO :

 Klien dan keluarga tampak cemas


 Klien tampak gelisah
 Klien tampak kelelahan

c. Diagnosa Keperawatan
1. Kecemasan

d. Pohon Masalah

Kecemasan

Perasaan tidak aman


Respons perilaku
e. Rencana Tindakan Keperawatan

DATA PENDUKUNG DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
Data Subjektif: Domain 9 Kelas 2 : Ansietas Domain 3 : Luaran yang Pengurangan Kecemasan
 Klien mengatakan (00146) menggmbarkan fungsi (5820) Mengurangi tekanan,
merasa cemas dengan Definis : Suatu respons psikologis dan sosial. ketakutan, firasat, maupun
kondisinya saat ini emosional terhadap suatu Kelas M-Kesejahteraan ketidaknyamanan terkait
(penyakitnya). ancaman luas ketika individu Psikologis : Kesehatan emosi dengan sumber-sumber
 Klien mengatakan mengantisipasi kemunculan dan persepsi individu terkait bahaya yang tidak
tubuhnya tidak bisa bahaya, bencana, atau kerugian diri : teridentifikasi :
beraktifitas terlalu lama nonspesifik. - Tingkat Kecemasan - Gunakan pendekatan
 Keluarga mengatakan (1211) gangguan tidur yang tenang dan
tidak pernah (sedang skala 3) tidak menyakinkan.
melakukan terapi dapat beristirhat - Instruksikan klien
relaksasi (sedang skala 3) untuk menggunakan

 Klien mengatakan Tingkat stres (1212) teknik relaksasi

susah tidur karena keparahan sebagai - Bantu klien

merasa cemas menifestasi dari mengidentifikasi yang


tekanan fisik atau memicu kecemasan
mental dari faktor- - Dukung mekanisme
faktor yang koping yang sesuai
mempengaruhi
keseimbangan yang
Data Objektif: ada. Peningkatan
TD: 140/90 mmHg tekanan darah (sedang
N: 82 x/m skala 3)
R: 22 x/m
Domain 3 tentang kesehatan
S: 36,5 c
psikososial kelas N-Adaptasi
Psikosoisal : adaptasi
psikologis dan/atau sosial
terhadap perubahan
kesehatan atau kondisi
kehidupan :

- Koping (1302)
tindakan pribadi untuk
mengelolah stres yang
terbebani kemampuan
individu.
Melaporkan
peningkatan
kenyamanan psikologis
(Sering menunjukkan
skala 4)
f. Impementasi Dan Evaluasi

Hari/Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi


Keperawatan
Rabu, 11 Mei 10.00 Ansietas  Membina hubungan saling percaya S:
2022 WITA dengan klien menjelaskan tujuan  Klien menceritakan masalah
dan memberikan perhatian pada yang ada dan senang hadrinya
klien para mahasiswa
Hasil : O:
Klien terbuka dengan setiap  Komunikasi terlihat terbuka
perbincangan yang ada dan klien terbina hubungan saling percaya
bersedia dengan setiap tindakan dan A:
ashuan keperawatan yang akan  Klien mulai dapat menerima
diberikan dengan kondisi yang ada dan
 Mengidentifikasi situasi yang mengenal kecemasan yang
memicu kecemasan dirasakan
Hasil : P: Lanjutkan intervensi hari kedua:
Klien mengatakan rasa cemas dan  Memberikan terapi relaksasi
sedih akan muncul ketika klien hipnosis 5 jari
berada sendiri di rumah dan saat  Libatkan klien dalam
suaminya pergi bekerja. pengambilan keputusan
 Memberi informasi terkait keadaan
klien saat ini dengan menjelaskan
bahwa klien saat ini sedang
mengalami masalah kecemasan dan
akan membantu klien untuk
mengatasi kecemasan yang
dirasakan.
Hasil :
Klien mengungkapkan perasaannya
dan klien bersedia meningkatkan
kontrol kecemasan yang dirasakan
 Memberikan aktivitas pengganti
yang bertujuan mengurangi
kecemasan yaitu latihan relaksasi
napas dalam dan hypnosis lima jari
Hasil :
Melatih klien teknik relaksasi napas
dan hypnosis lima jari
 Mengukur TTV
Hasil :
TD : 140/90 mmHg N :820 x/mnt SB:
0
36,5 C R:22x/mnt
Kamis, 12 16.40 Ansietas  Melakukan kegiatan untuk S :
Mei 2022 WITA mengurangi kecemasan dengan  Klien mengatakan terasa
melakukan terapi teknik hypnosis 5 nyaman dengan teknik yang
jari dan memberikan informasi telah diberikan
kesehatan Ansietas O:
 Hasil :  Klien tampak menikmati dan
- Klien koperatif selama aktifitas nyaman teknik yang telah
pemerian terapi diberikkan
- Klien sudah mengerti informasi A:
yang telah diberikan dan akan  Masalah teratasi
mempraktekkan terapi ini P:
secara mandiri.  Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Dekker,E,(2006). Hidup dengan tekanan darah tinggi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Gunawan, Lany. (2006). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Jogjakarta : Kanisius
Kaplan H, Sadock B, (2008) Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat Widya Medika, Jakarta
Laraiadan Stuart (2006) Prinsip dan Praktek Keperawatan Psikiatri. Edisi 8.
Sarkamo, (2008). Mencegah Stroke Berulang dalam: http://www.scribd.Com /doc/1444261/
Gambaran-tingkatkecemasan-keluarga-pasien-stroke-yang- dirawat -di-ruang-mawar
Taylor, S. E. (2007). Health Psychology.Singapore: Mc. Graw – Hill. Inc
Dokumentasi
ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama klien : Ny. Y.B

Fase/Pertemuan : Orientasi dan Fase kerja

Deskripsi Kondisi Klien : Klien mengatakan susah untuk mempertahankan pola tidur akibat kecemasan terhadap penyakit
hipertensi

Diagnosa : Ansietas

Tindakan Keperawatan : Teknik hipnosis lima jari

Tujuan : Klien dapat melakukan teknik hipnosis lima jari agar menurunnya rasa kecemasan klien

Nama Perawat : Rafli Suryanto Manggopa, S.Kep

Jam : 14.50 WITA

Tempat : Desa Tateli Weru jaga tiga (3)

VERBAL DAN NONVERBAL VERBAL DAN NONVERBAL ANALISA PERAWAT (Jastifikasi KOMENTAR
PERAWAT PASIEN dan Rasional) SUPERVISOR
Selamt pagi ibu, perkenalkan nama Selamat pagi, panggil saja Yuni. Salam merupakan langkah awal
saya Rafli S. Manggopa, S.Kep, untuk membina interaksi .
biasa dipanggil Api. Saya
mahasiswa Profesi Ners Unsrat (menatap dan letih)
Manado. Kalau boleh tau nama ibu Pertanyaan terbuka memberi
siapa? kesempatan klien untuk
(Tersenyum sambil menatap mata) menentukan arah pembicaraan.
Bagaimana kabar ibu hari ini? Puji Tuhan sehat, samalam saya Memudahkan menentukan arah dan
Bagaimana tidur semalam? Apakah tidur pukul 20.00 tapi terbangun intervensi selanjutnya.
ada keluhan? pukul 02.00 dini hari dan sulit
untuk tidur kembali.
(klien terlihat tegang)
Apakah ibu tidak keberatan unutk Bisa , saya mau mengobrol. Memudahkan menentukan cara dan
mengobrol dengan saya?, Menurut (klien tampak senang dan letih) intervensi selanjutnya
ibu sebaiknya kita mengobrol
tentang menjaga rasa kecemasan
yang ibu rasakan? (meyakinkan
klien). Setelah ibu cerita, nanti saya
bantu ibu untuk mengidentifikasi
dan cara mengatasinya. (meyakinkan
klien).
Berapa lama kira-kira kita bisa “iya bisa” Melakukan kontrak waktu untuk
mengobrol? Bagaimana kalau 20 (klien tersenyum) intervensi.
menit bisa?
Dimana kita bisa mengobrol? “Disni saja” Menyakinkan tempat.
Didapur sini atau didalam ruang
tamu? “Iya..saya memiliki penyakit Menggali permasalahan yang
Apakah ibu mempunyai riwayat hipertensi” dihadapi
penyakit kronis?
(mencoba membuka arah
pembicaraan)
Apa yang ibu rasakan saat sekarang Saya merasa khawatir mengenai Menggali perasaan ibu
mengenai kondisi penyakit ibu? penyakit hipertensi ini, sewaktu-
(bertanya dan mencoba waktu bisa tinggi.
menanyakan perasaan klien, (menatap dan cemas).
pertahankan kontak mata) Mengembangkan pertanyaan.

Apa yang ibu lakukan jika ibu Saya meminum obat.


merasakan tekanan darah ibu tinggi?
Mengembangkan pertanyaan untuk
Apa yang ibu lakukan jika terbangun saya sudah tidak dapat tertidur
lagi dan hanya menonton tv dan mengetahui apakah cara tersebut
pada saat dini hari?
bermain HP.(klien terlihat letih) berhasil.
(bertanya lebih dalam)

Bagaimana kalau kita belajar cara Boleh. Bertanya untuk mencari solusi yang
untuk mengatasi rasa cemas yang (menjawab tampak senang) tepat dalam mengatasi kecemasan.
ibu rasakan?
Ada cara untuk mengatasi rasa Menjelasakan metode yang dapat
cemas, yaitu dengan teknik relaksasi Iya saya mau.. dilakukan.
hipnosis lima jari . Manajemen (klien menjawab sambil Bertanya untuk mengetahui apakah
relaksasi dan teknik hypnosis menganggukan kepala) klien bersedia melakukan teknik
menggunakan 5 jari di kedua tangan relaksasi hipnoterapi
kita yang manfaatnya dapat
membuat ibu lebih tenang apakah
ibu bersedia?
(Tetap mempertahankan komunikasi
terapeutik dengan intonasi suara
yang jelas dan mudah dipahami)
Baik bu kita mulai bersama – sama Rasanya lebih tenang dan rileks Perawat membantu klien
ya yang pertama ibu rileks dulu ses, saya merasa nyaman. melakukan tindakan perawatan
jangan tegang, selanjutnya kedua (Klien tersenyum, sambil melihat yang dapat membuat klien merasa
jari jempol dan telunjuk saling kea rah perawat) tenag sehingga kecemasan yang
bertemu tangan dapat ditaruh diatas dialami berkurang
paha, ibu dapat menutup mata secara
perlahan, fokus bu hiraukan suara –
suara sumbang yang ibu dengarkan,
ibu cukup mendengarkan arahan
dari saya saja, selanjutnya
bayangkan kondisi tubuh ibu yang
sehat tidak terdapat beban ataupun
penyakit yang dirasakan.
Selanjutnya jempol dan jari tengah
bertemu, bayangkan orang – orang
yang ibu sayangi. Kemudian jempol
dan jari manis, bayangkan pujian
yang pernah ibu terima selama ini.
Dan yang terakhir jempol dan jari
kelingking, bayangkan tempat
paling indah yang pernah ibu
kunjungi dan bayangkan
keindahannya
(Perawat menuntun klien dengan
suara yang lembut dan bahasa yang
mudah dipahami)

Bagaimana bu perasaannya?
Ibu sudah merasa lebih tenang kan Aduhh tidak apa – apa ses, toh Perawat arahan jika kecemasan itu
bu, jadi tindakan ini dapat dilakukan juga sedang tidak buat apa – apa. muncul dapat melakukan tindakan
setiap ibu merasa takut, cemas. Terima kasih ses sudah datang keperawatan yang diajarkan dan
berkunjung mengakhiri percakapan dengan
Jadi bu sudah cukup panjang (Klien tersenyum ke perawat) sikap terbuka dan ramah
perbincangan kita hari ini ya bu,
bahkan sudah lewat dari waktu yang
saya katakan tadi. Sekiranya sampai
sini dulu bu perbincangan kita hari
ini ya bu, ibu dapat beristirahat dulu,
terima kasih banyak atas kesediaan
ibu saat ini, dimana saya sudah
datang mengganggu kesibukan ibu
(Perawat memberikan penjelasan
dengan ramah dan diselingi dengan
sedikit candaan)
JURNAL REFLEKSI

PENERAPAN TEKNIK NAFAS DALAM DAN HIPNOSIS LIMA JARI TERHADAP


ANSIETAS DENGAN HIPERTENSI

A. Ansietas Dengan Hipertensi


Pada awal melakukan pengkajian mengenai lingkungan dan data keluarga seperti
pekerjaan dan kondisi kesehatan keluarga. Kemudian Ny. Y.B bercerita bahwa dirinya
mempunyai riwayat hipertensi atau yang biasa Ny. Y.B sebutkan darah tinggi. Ny. Y.B
menceritakan bahwa sudah lama mengalami hipertensi dan sudah mendapatkan buku
kronis dari puskesmas setempat dan selalu pergi mengontrol seminggu sekali. Saat
dilakukan pengkajian Ny. Y.B mengatakan saat ini dirinya takut apabila tekanan darahnya
tinggi. Ny. Y.B mengatakan apabila penyakitnya saat ini kambuh kembali Ny. Y.B takut
untuk merepotkan anak-anaknya karena mengingat anak-anaknya sudah menikah semua
dan sudah tidak serumah dengan Ny. Y.B.
Dari hasil pendekatan dengan Ny. Y.B tersebut saya dapat menentukan bahwa
klien Ny. Y.B saat ini mengalami kondisi ansietas terhadap status kesehatannya. Ansietas
dapat diartikan sebagai suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah
disertai respon otonomis individu, perasaan khawatir yang disebabkan oleh perasaan
antisipasi terhadap bahaya (Wilkinson, 2007). Menurut Hawari (2008), keluhan-keluhan
yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas antara ain yaitu cemas,
khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, tidak tenang, dan gelisah. Hal ini
sesuai dengan perasaan Ny. Y.B yang selalu khawatir akan kambuhnya penyakitnya
kembali. Kondisi penyakitnya adalah factor prespitasi dari timbulnya Ansietas pada Ny.
Y.B. Beradasarkan rentang respon, Ny. Y.B saat ini masuk pada kondisi Ansietas ringan
karena klien memiliki kewaspadaan yang meningkat pada dirinya terutama pada makanan
dan aktivitas.

B. Pembahasan
1. Ansietas
Kecemasan (ansietas) adalah suatu perasaan was-was seakan sesuatu yang
buruk akan terjadi dan merasa tidak nyaman seakan ada ancaman yang disertai gejala-
gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin dan tangan gemetar
(Keliat, 2011) dalam jurnal (Hastuti, Retno Yuli & Arumsari, 2015).
Menurut (WHO, 2017) secara global, kontributor terbesar beban penyakit
(DALYs) dan penyebab kematian saat ini adalah penyakit kardiovaskuler (31,8%).
Namun jika dilihat dari YLDs (tahun hilang akibat kesakitan atau kecacatan), maka
presentase kontributor lebih besar gangguan mental (14,4%) dari penyakit
kardiovaskuler (4,2%) . Kondisi untuk asia tenggara tidak berbeda dengan kondisi
global dimana penyebab kematian terbesar adalah penyakit kardiovaskuler (31,5%),
tetapi dilihat dari YLDs lebih besar pada gangguan mental (13,5%) dari penyakit
kardiovaskuler (4.1%).
Sedangkan di Indonesia sendiri kontributor terbesar beban Penyakit (DALs)
dan penyebab kematian di Indonesia saat ini adalah penyakit kardiovaskuler (36,4%)
yang disusul oleh penyakit neoplasma, masalah maternal, neonatal, infeksi pernafasan
dan TB. Namun jika dilihat dari penyebab kecacatan (YLDs), lebih besar disebabkan
gangguan mental (13,4%) dibandingkan penyakit lain tersebut.
Menurut beban penyakit pada tahun 2017, beberapa jenis gangguan jiwa
diprediksi dialami oleh penduduk Indonesia diantaranya adalah gangguan depresi,
cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan perilaku, autis, gangguan perilaku makan, cacat
intelektual (Indrayani & Tri, 2019).
Berdasarkan riskesdas nasional 2018 prevalensi gangguan mental dan
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi, kecemasan dan
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 15-24 tahun sebesar 10%,
kemudian kelompok umur (25-34 tahun) 8,5%, kelompok umur (35-44 tahun) 9,0%,
kelompok umur (45-54 tahun) 10%, sedangkan kelompok umur (55-64tahun) 11% ,
dan kemudian kelompok umur (65-74 tahun) 12,8% dan untuk usia 75 keatas sebesar
15,8%. Sedangkan di jawa tengah sendiri angka tertinggi ditempati lansia juga
dengan prevalensi usia 15-24 tahun sebesar 8,07%, kemudian kelompok umur (25-34
tahun) 5,81%, kelompok umur (35-44 tahun) 7,25%, kelompok umur (45-54 tahun)
8,15%, sedangkan kelompok umur (55-64tahun) 8,41% , dan kemudian kelompok
umur(65-74 tahun) 8,60% dan untuk usia 75 keatas sebesar 11,31%. Dari data
tersebut kelompok lanjut usia mempunyai prevalensi gangguan mental dan emosional
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lain (Kemenkes RI, 2018) .
Ansietas dapat memicu terjadinya peningkatan adrenalin yang berpengaruh
pada aktivitas jantung yaitu terjadinya vasokontriksi pembuluh darah dan dapat
meningkatkan tekanan darah (Endang, 2014).
Salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan ansietas adalah
hipertensi dan aspek-aspek psikologis yang menyertainya. Dampak dari ansietas
dapat mepengaruhi stimulasi sistem saraf simpatis, yang meningkatkan frekuensi
darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer, selain itu memicu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat , sehingga tekanan darah meningkat. Ansietas
klien hipertensi semakin meningkat dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan penyakit hipertensi yang di deritanya (Syukri, 2017).
2. Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen yang dibawa darah menjadi terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan. Penyakit ini telah menjadi masalah baik di
Negara maju maupun Negara berkembang (Saswati, Riski, & Sutinah, 2018).
Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena termasuk penyakit
yang mematikan. Bahkan, hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh
penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong
mematikan serta dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke
dan gagal ginjal (Pudiastuti, 2013) dalam jurnal (Seke, Bidjuni, & Jill, 2016).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar
1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi
dan komplikasinya (World Healt Organization (WHO), 2015).
Berdasarkan Riskesdas Nasional 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan
hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, sedangkan hipertensi
pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6)%, umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64
tahun (55,2%), 65-74 tahun (63,2%), (Kemenkes RI, 2018a).
Kemudian berdasarkan laporan riskesdas provinsi jawa tengah tahun 2018
prevalensi hipertensi hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar
(14,65%,) sedangkan hipertensi pada kelompok umur 31-44 tahun (33,59)%, umur
45-54 tahun (45,87%), umur 55-64 tahun (54,60%), 65-74 tahun (71,31%),
(Kemenkes RI, 2018b). Berdasarkan data tersebut data lansia yang mengalami
hipertensi lebih tinggi daripada kelompok usia lain. Lansia sering terkena hipertensi
disebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah cenderung meningkat.
Menurut World Health Organization (WHO) membagi lansia menjadi lanjut
usia (60-74 tahun), usia tua (75-90 tahun), dan usia sangat tua (diatas 90
tahun).Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik tahun 2018 penduduk lansia
digolongkan menjadi tiga, yaitu penduduk lansia muda (60-69 tahun), penduduk
lansia madya (70-79 tahun), dan penduduk lansia tua (80 tahun ke atas), (Mirani,
Jumaini, & Mrni, 2021). Lansia menurut UU RI No 13 Tahun 1998 adalah mereka
yang telah memasuki usia 60 Tahun ke atas (Seke et al., 2016).
Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2018, jumlah penduduk lansia di
Indonesia mencapai 24,94 juta orang dari total penduduk 265 juta jiwa, dan masih di
dominasi oleh lansia muda (kelompok umur 60-69 tahun) presentasenya mencapai
63,39%, sisanya adalah lansia madya (kelompok umur 70-79 tahun) sebesar 27,52%,
dan lansia tua ( kelompok umur 80 tahun) sebesar 8,69% (Mirani et al., 2021).
Hasil riskesdas 2018, mengatakan hipertensi, artritis, stroke, penyakit paru
Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit terbanyak
pada lansia. Proses penuaan menyebabkan munculnya penyakit degeneratif yang
hadir sebagai masalah kesehatan . depresi gangguan kecemasan atau ansietas,
gangguan tidur, demensia, alzaimer, dan sindrom diagnosis merupakan gangguan
psikologis yang sering dialami lansia (Setyowati, 2019) dalam jurnal (Chan, 2020).
Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia akan menimbulkan
permasalahan yang cukup kompleks permasalahan yang perlu diperhatikan khusus
untuk lansia berkaitan dengan berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat
timbulnya perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial,kecemasan, depresi, kesepian
dan seksual (Azizah, 2011) dalam jurnal (Agustina et al., 2020).
Biasanya penyebab hipertensi pada lansia adalah stress bukan karenan
penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan (Mardiana & Zelfino, 2014). Seorang
penderita hipertensi mungkin akan menjadi cemas disebabkan penyakit hipertensi
yang cenderung memerlukan pengobatan yang relatif lama (Hawari, 2013).

3. Hipnosis Lima Jari


Penatalaksanaan gangguan kecemasan dapat dibagi menjadi dua yaitu terapi
farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologi seperti obat anti cemas
dapat membantu menurunkan cemas tetapi memiliki efek ketergantungan, sedangkan
terapi non farmakologis seperti psikoterapi, terapi tertawa, terapi kognitif, dan
relaksasi lebih aman (Chan, 2020). Ada beberapa terapi nonfarmakologis, intervensi
keperawatan dalam nonfarmakologis untuk mengatasi kecemasan pada pasien
hipertensi dengan meditasi (relaksasi). Salah satu alternatif relaksasi pada penderita
hipertensi adalah dengan hipnosis lima jari dikenal juga dengan menghipnotis diri
yang bertujuan untuk pemograman diri, menghilangkan kecemasan dengan
melibatkan saraf pesimpatis dan akan menurunkan peningkatan kerja jantung,
pernafasan, dan tekanan darah (Winengsi, Erlin & Jumiyah, 2019). Hipnotis lima jari
adalah pemusatan pikiran pada bayangan atau kenangan yang diciptakan sambil
menyentuhkan lima jari secara berurutan dalam keadaan rileks (Hastuti, Retno Yuli &
Arumsari, 2015).
Menurut (A. D. Astuti & Dkk, 2017) dalam jurnal (Anisafitri, Nur, &
Hidayati, 2020) terapi hipnosis lima jari mampu menurunkan kecemasan secara
signifikan dari kecemasan berat menjadi sedang dan sedang menjadi ringan.

C. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kecemasan yang dialami seseorang karena penyakit
hipertensi dapat mempengaruhi kondisi psikologisnya, dan setelah diberikan terapi
relaksiasi hipnosis lima jari klien menjadi tenang dan sudah dapat menerapkan teknik
relaksasi ini sebagai pilihan untuk kegiatan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Anisafitri, S., Nur, F. V., & Hidayati, N. (2020). Literature Review Terapi Non Farmakologi
Terhadap Kecemasan Pasien Kardiovaskuler.

Astuti, A. D., & Dkk. (2017). Pengaruh Hipnosis Lima Jari Terhadap Tingkat Ansietas Lansia
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempor 1 Kabupaten Kebumen. Jurnal Stikes
Muhammadiyah Gombong.

Astuti, R. T., Amin, M. K., & Purborini, N. (2017). Efektifitas Metode Hipnoterapi Lima Jari
(Hp Majar) Terhadap Tingkat Stress Akademik Remaja di SMK Muhammadiyah 2
Kabupaten Magelang.

Azizah, L. m. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Chan, U. A. L. I. (2020). Pengaruh Terapi Hipnotis 5 Jari Terhadap Tingkat Ansietas Pada
Lansia : Sebuah Tinjauan Sistematik.

Endang. (2014). Efektifitas Terapi Hipnosis Lima Jari Untuk Menurunkan Tingkat Ansietas
Pasien Hipertensi. Jurnal Keperawatan, 2, 24–33.

Hastuti, Retno Yuli & Arumsari, A. (2015). Pengaruh Hipnotis Lima Jari Untuk Menurunkan
Kecemasan Pada Mahasiswa Ynagn Sedang Menyusun Skripsi di Stikes
Muhammadiyah Klaten.

Hawari, D. (2013). Manajemen Stress,Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru.

Indrayani, Y. A., & Tri, W. (2019). Situasi Kesehatan Jiwa Di Indonesia. Jakarta.

Keliat, B. . (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:CHMN. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. (2018a). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Kemenkes RI. (2018b). Laporan Provinsi Jawa Tengah Riskesdas 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Mirani, M. M., Jumaini, & Mrni, E. (2021). Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki. Jurnal Medika Hutama, 2(2).

Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saswati, N., Riski, P. C., & Sutinah. (2018). Efektifitas Terapi Hipnosis Lima Jari Terhadap
Ansietas Klien Hipertensi di Puskesmas Rawasari Jambi, 7(2).

Seke, P. A., Bidjuni, H. ., & Jill, L. (2016). Hubungan Kejadian Stress Dengan Penyakit
Hipertensi Pada Lansia Di Balai Penantunan Lanjut Usia Senjah Cerah Kecamatan
Mapanget Kota Manado, 4, 1–5

Setyowati, R. (2019). Pentingnya Psikoedukasi Deteksi Dini Gangguan Psikologis.

Syukri, M. (2017). Efektivitas Terapi Hinosis Lima Jari Terhadap Ansietas Klien Hipertensi di
Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2017, 19(2), 353–356.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i2.678

Winengsi, Erlin & Jumiyah, W. (2019). Pengaruh Pemberian Terapi Hipnosis Lima Jari Terhadap
Kecemasan Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kelurahan Sunter Jaya 1 Jakarta
Utara Tahun 2019.

World Healt Organization (WHO). (2015). Hypertension. WHO.


LAPORAN KEGIATAN HARIAN

N. HARI/TANGAL KEGIATAN DOKUMENTASI


O
1 Senin/09 Mei  Melakukan pre coference
2022 melalui WA.
 Melakukan pengkajian askep
kelompok masalah gangguan
jiwa berat.
 Mengontrak waktu untuk
melakukan pengkajian oleh
klien gangguan psikososial.
 Melakukan Post Conference
melalui WA.
2 Selasa/10 Mei  Melakukan Pre Coference
2022 melalui Zoom Meeting.
 Melakukan pengkajian pada
klien kelolaan individu.
 Pembuatan LP dan penyalinan
pengkajian ke word.
 Melakukan Post coference
melalui WA
3 Rabu/11 Mei  Melakukan Pre coverence
2022 melalui via WA.
 Pengkajian pada klien kelolaan
kelompok dengan gangguan
jiwa berat
 Penyusunan intervensi
 Melakukan Post coverence
melalui via WA

4 Kamis/12 Mei  Melakukan supervisi pada klien


2022 kelolaan individu dengan
masalah kcemasan
 Evaluasi
5 Jumat/13 Mei  Melakukan Pre coference
2022 melalui via WA
 Melanjutkan pengkajian pasien
kelolaan kelompok
 Melakukan post coference
melalui via WA.

6 Senin/16 Mei  Melakukan pre coference


2022 melalui via WA
 Menyusun laporan askep
kelompok
 Melakukan post coference
melalui via WA

7 Selasa/17 Mei  Melakukan pre coference


2022 melalui via WA
 Menyusun materi penkes dan
mengunjungi pasien kelolaan
kelompok
 Melakukan post coference
melalui via WA
8 Rabu/18 Mei  Melakukan pre coference
2022 melalui via WA
 Mengontrak waktu dengan
pasien kelolaan kelompok untuk
melakukan tindakan
keperawatan
 Melakukan post coference
melalui via WA

9 Kamis/19 Mei  Melakukan kegiatan penyuluhan


2022 kesehatan di Desa Tateli Weru
Jaga 3
 Melakukan supervis, tindakan
keperawtan pada pasien kelolaan
kelompok

10 Jumat/20 Mei  Melaksanakan kegiatan Lokmin


2022 3 bersama warga dan aparat desa
beserta jajarannya di Pantai
Buloh Desa Tateli Weru Jaga 3
CEMAS
(ANSIETAS)

APAKAH ANSIETAS ?

Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu
yang dirasakan sebagai ancaman

BAGAIMANA TANDA DAN


GEJALANYA?
 Nafas pendek ●Gemetar
 Sakit kepala ●Nadi dan tekanan darah naik
 Sulit tidur ●Mulut kering
 Gerakan meremas tangan ●Tidak nafsu makan
 Berbicara cepat dan berlebihan ●Diare atau susah BAB

 Gerakan meremas tangan ●Perasaan tidak aman dan


menangis
 Berbicara cepat dan berlebihan
 Memusatkan perhatian pada hal yang membuat cemas
TINGKATAN ANSIETAS

 Ansietas Ringan
Cemas yang normal yang menyebabkan seseorang menjadi waspada

 Ansietas Sedang
Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain

 Ansietas Berat
Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang membuat
dia cemas dan tidak bisa berkonsentrasi pada hal yang lain
 Panik
Tingkatan tertinggi dari cemas dimana seseorang mengalami ketakutan atau terror

serta kehilangan kendali sehingga tidak mampu melakukan apapun walau diberi
bimbingan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB CEMAS

1. Lingkungan yang asing


2. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan
bantuan orang lain
3. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
4. Masalah biaya atau sosial ekonomi
5. Kurang informasi
6. Ancaman akan penyakit yang lebih parah

TEKNIK MENGURANGI
CEMAS

Teknik relaksasi segitiga pernafasan (Triagle Breathing)


 Ambil nafas selama 3 detik dengan lambat
 Tahan nafas selama 3 detik
 Keluarkan perlahan selama 3 detik melalui mulut
 Ulangi selama 3 kali
Teknik guided imagery (Hipnotis)
 Diri dalam keadaan rileks
 Teman dan konselor membimbing anda dengan kondisi verbal (bicara
perlahan dan lembut)
 Anda dapat terbawa ketempat yang paling aman yang diinginkan oleh suara
hatinya
 Saat terbangun dari proses imagery anda akan merasa damai dan akan
mempunyai persepsi yang baru terhadap sesuatu yang membebani atau lebih
siap dengan keadaan yang terjadi
Hindari kafein, alkohol dan rokok
Tertawa dan olahraga
Tulislah rasa cemas dalam secarik kertas
Bersantai atau rileks
Mendengarkan musik untuk mengurangi cemas dan mengalihkan cemas

Anda mungkin juga menyukai