Oleh :
Rafli Suryanto Manggopa, S.Kep
CT :
Ns.Lenny Ganika, M.Kep
BAB II
PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Definisi
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu), ansietas merupakan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman. (Herdman & Kamitsuru, 2018).
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang
sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu
sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan
reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit
yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI,
1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan,
rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman
sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda
secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi
emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau
kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat
patologis. Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan
pengobatan : ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien
cemas di mana saja di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan
gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan
kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas
autonomik seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare,
mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun,
rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama
dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,gagasan tentang rasa
bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu,
nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya gejala,
penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada
gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita
tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh
depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding
kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat
dengan stres kehidupan.
b) Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang
lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan
menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu
dan mengesampingkan hal lain.
c) Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
d) Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik,
terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
e. Dampak atau Akibat Yang Ditimbulkan
Dampak atau akibat pada seseorang yang mengalami ansietas antara lain sebagai
berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, dan mudah
tesinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pada pola tidur dan muncul mimpi yang menegangkan.
5. Keluhan somatik, misalnya terjadi rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tiritus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit kepala.
BAB III
KONDISI KESEHATAN
NO NAMA L/P UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN SEHAT RISIKO MASALAH/ GANGGUAN PENGOBATAN
PSIKOSOSIAL/ JIWA
PENYAKIT KRONIS
1 Tn. A.M L 69 thn STM Kepala Desa Sehat Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3 An. K.M P - - - - - -
(Almh)
4 Tn. M.M L 42 thn STM Harian Lepas Diabetes Melitus Diabetes Melitus Tidak Ada Tidak Ada
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.Y.B Tanggal Pengkajian : 11 Mei 2022
Umur : 61 tahun RM No. :-
Informan : -
Klien mengatakan tidak memahami masalah ansietas dan dampak dari masalah tersebut, sehingga
klien tidak pernah melakukan atau pergi mengontrol dipuskesmas terkait masalah ansietas pada
Ny.Y.B
berhasil
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 :
_____________________________________________________________________
Jelaskan : _________________________________________________________
6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
___________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________
_____________________________
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 140/90 N : 82x/m S : 36,5 C P : 22x/m
2. Ukur : TB : ___157cm_______ BB : ____93 kg____
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan : suami Ny. Y.B anak pertama dari 8 bersaudara dan Ny.
Y.B anak ke-6 dari 11 bersaudara, menikah dan memiliki 2 orang anak, An. K.M
anak pertama sudah meninggal dan An. B.M sudah menikah dan sudah tidak
tinggal bersama kedua orang tua dan sudah memiliki 2 orang anak. Kini hanya
Ny.Y.B dan suami yang tinggal bersama
2. Konsep diri
a Gambaran diri : Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki. Klien
juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Identitas : Klien tidak biasa menonton Tv atau membaca koran, klien hanya meluangkan
waktu dengan duduk dan bersosialisasi dengan keluarga dekat rumah.
c. Peran : Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Semenjak sakit klien tidak bisa
memenuhi perannya.
d. Ideal diri : klien mengatakan menginginkan sehat dan panjang umur karena mengingat
umur sudah semakin tua
e. Harga diri : Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan orang
lain.
3. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami dan anaknya. Klien berkata
jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada suami dan anaknya pasti akan membantu
memecahkan masalah yang dialami klien. Klien tidak mengikuti kegiatan diluar rumah karena
kondisinya.
4. Spiritual
Klien beragama Kristen dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Klien mengatakan
rajin masuk gereja walaupun dengan kodisinya saat ini, dan berharap diberi kesembuhan atas
penyakitnya.
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan tempatnya. Rambut klien
tersisir rapi. Rambut pendek seleher.
2. Pembicaraan
Klien berbicara sangat jelas dan tepat
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang diulang-ulang
ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada komplikasi lain. Klien tidak
menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun gembira. Klien terlihat senang saat
menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak mata klien ada
dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan
panjang lebar.
7. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien mengatakan tidak pernah
mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan ada hubungannya antara
satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu topik.
9. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien realistis.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan mengenal dengan
siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat kesadaran klien terhadap waktu, orang dan
tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu maupun saat ini.
Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah makan atau belum, jam berapa. Klien
tidak mengalami gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang ditanyakan. Klien
bersekolah hanya sampai tingkat SMP, klien mampu untuk menjawab hitungan sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan mandi atau makan, klien
memilih mandi dulu dan makan, karena klien lebih leluasa melakukan aktifitas kalau sesudah
mandi.
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
1 10/05-2022 DS :
DO :
c. Diagnosa Keperawatan
1. Kecemasan
d. Pohon Masalah
Kecemasan
- Koping (1302)
tindakan pribadi untuk
mengelolah stres yang
terbebani kemampuan
individu.
Melaporkan
peningkatan
kenyamanan psikologis
(Sering menunjukkan
skala 4)
f. Impementasi Dan Evaluasi
Dekker,E,(2006). Hidup dengan tekanan darah tinggi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Gunawan, Lany. (2006). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Jogjakarta : Kanisius
Kaplan H, Sadock B, (2008) Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat Widya Medika, Jakarta
Laraiadan Stuart (2006) Prinsip dan Praktek Keperawatan Psikiatri. Edisi 8.
Sarkamo, (2008). Mencegah Stroke Berulang dalam: http://www.scribd.Com /doc/1444261/
Gambaran-tingkatkecemasan-keluarga-pasien-stroke-yang- dirawat -di-ruang-mawar
Taylor, S. E. (2007). Health Psychology.Singapore: Mc. Graw – Hill. Inc
Dokumentasi
ANALISA PROSES INTERAKSI
Deskripsi Kondisi Klien : Klien mengatakan susah untuk mempertahankan pola tidur akibat kecemasan terhadap penyakit
hipertensi
Diagnosa : Ansietas
Tujuan : Klien dapat melakukan teknik hipnosis lima jari agar menurunnya rasa kecemasan klien
VERBAL DAN NONVERBAL VERBAL DAN NONVERBAL ANALISA PERAWAT (Jastifikasi KOMENTAR
PERAWAT PASIEN dan Rasional) SUPERVISOR
Selamt pagi ibu, perkenalkan nama Selamat pagi, panggil saja Yuni. Salam merupakan langkah awal
saya Rafli S. Manggopa, S.Kep, untuk membina interaksi .
biasa dipanggil Api. Saya
mahasiswa Profesi Ners Unsrat (menatap dan letih)
Manado. Kalau boleh tau nama ibu Pertanyaan terbuka memberi
siapa? kesempatan klien untuk
(Tersenyum sambil menatap mata) menentukan arah pembicaraan.
Bagaimana kabar ibu hari ini? Puji Tuhan sehat, samalam saya Memudahkan menentukan arah dan
Bagaimana tidur semalam? Apakah tidur pukul 20.00 tapi terbangun intervensi selanjutnya.
ada keluhan? pukul 02.00 dini hari dan sulit
untuk tidur kembali.
(klien terlihat tegang)
Apakah ibu tidak keberatan unutk Bisa , saya mau mengobrol. Memudahkan menentukan cara dan
mengobrol dengan saya?, Menurut (klien tampak senang dan letih) intervensi selanjutnya
ibu sebaiknya kita mengobrol
tentang menjaga rasa kecemasan
yang ibu rasakan? (meyakinkan
klien). Setelah ibu cerita, nanti saya
bantu ibu untuk mengidentifikasi
dan cara mengatasinya. (meyakinkan
klien).
Berapa lama kira-kira kita bisa “iya bisa” Melakukan kontrak waktu untuk
mengobrol? Bagaimana kalau 20 (klien tersenyum) intervensi.
menit bisa?
Dimana kita bisa mengobrol? “Disni saja” Menyakinkan tempat.
Didapur sini atau didalam ruang
tamu? “Iya..saya memiliki penyakit Menggali permasalahan yang
Apakah ibu mempunyai riwayat hipertensi” dihadapi
penyakit kronis?
(mencoba membuka arah
pembicaraan)
Apa yang ibu rasakan saat sekarang Saya merasa khawatir mengenai Menggali perasaan ibu
mengenai kondisi penyakit ibu? penyakit hipertensi ini, sewaktu-
(bertanya dan mencoba waktu bisa tinggi.
menanyakan perasaan klien, (menatap dan cemas).
pertahankan kontak mata) Mengembangkan pertanyaan.
Bagaimana kalau kita belajar cara Boleh. Bertanya untuk mencari solusi yang
untuk mengatasi rasa cemas yang (menjawab tampak senang) tepat dalam mengatasi kecemasan.
ibu rasakan?
Ada cara untuk mengatasi rasa Menjelasakan metode yang dapat
cemas, yaitu dengan teknik relaksasi Iya saya mau.. dilakukan.
hipnosis lima jari . Manajemen (klien menjawab sambil Bertanya untuk mengetahui apakah
relaksasi dan teknik hypnosis menganggukan kepala) klien bersedia melakukan teknik
menggunakan 5 jari di kedua tangan relaksasi hipnoterapi
kita yang manfaatnya dapat
membuat ibu lebih tenang apakah
ibu bersedia?
(Tetap mempertahankan komunikasi
terapeutik dengan intonasi suara
yang jelas dan mudah dipahami)
Baik bu kita mulai bersama – sama Rasanya lebih tenang dan rileks Perawat membantu klien
ya yang pertama ibu rileks dulu ses, saya merasa nyaman. melakukan tindakan perawatan
jangan tegang, selanjutnya kedua (Klien tersenyum, sambil melihat yang dapat membuat klien merasa
jari jempol dan telunjuk saling kea rah perawat) tenag sehingga kecemasan yang
bertemu tangan dapat ditaruh diatas dialami berkurang
paha, ibu dapat menutup mata secara
perlahan, fokus bu hiraukan suara –
suara sumbang yang ibu dengarkan,
ibu cukup mendengarkan arahan
dari saya saja, selanjutnya
bayangkan kondisi tubuh ibu yang
sehat tidak terdapat beban ataupun
penyakit yang dirasakan.
Selanjutnya jempol dan jari tengah
bertemu, bayangkan orang – orang
yang ibu sayangi. Kemudian jempol
dan jari manis, bayangkan pujian
yang pernah ibu terima selama ini.
Dan yang terakhir jempol dan jari
kelingking, bayangkan tempat
paling indah yang pernah ibu
kunjungi dan bayangkan
keindahannya
(Perawat menuntun klien dengan
suara yang lembut dan bahasa yang
mudah dipahami)
Bagaimana bu perasaannya?
Ibu sudah merasa lebih tenang kan Aduhh tidak apa – apa ses, toh Perawat arahan jika kecemasan itu
bu, jadi tindakan ini dapat dilakukan juga sedang tidak buat apa – apa. muncul dapat melakukan tindakan
setiap ibu merasa takut, cemas. Terima kasih ses sudah datang keperawatan yang diajarkan dan
berkunjung mengakhiri percakapan dengan
Jadi bu sudah cukup panjang (Klien tersenyum ke perawat) sikap terbuka dan ramah
perbincangan kita hari ini ya bu,
bahkan sudah lewat dari waktu yang
saya katakan tadi. Sekiranya sampai
sini dulu bu perbincangan kita hari
ini ya bu, ibu dapat beristirahat dulu,
terima kasih banyak atas kesediaan
ibu saat ini, dimana saya sudah
datang mengganggu kesibukan ibu
(Perawat memberikan penjelasan
dengan ramah dan diselingi dengan
sedikit candaan)
JURNAL REFLEKSI
B. Pembahasan
1. Ansietas
Kecemasan (ansietas) adalah suatu perasaan was-was seakan sesuatu yang
buruk akan terjadi dan merasa tidak nyaman seakan ada ancaman yang disertai gejala-
gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin dan tangan gemetar
(Keliat, 2011) dalam jurnal (Hastuti, Retno Yuli & Arumsari, 2015).
Menurut (WHO, 2017) secara global, kontributor terbesar beban penyakit
(DALYs) dan penyebab kematian saat ini adalah penyakit kardiovaskuler (31,8%).
Namun jika dilihat dari YLDs (tahun hilang akibat kesakitan atau kecacatan), maka
presentase kontributor lebih besar gangguan mental (14,4%) dari penyakit
kardiovaskuler (4,2%) . Kondisi untuk asia tenggara tidak berbeda dengan kondisi
global dimana penyebab kematian terbesar adalah penyakit kardiovaskuler (31,5%),
tetapi dilihat dari YLDs lebih besar pada gangguan mental (13,5%) dari penyakit
kardiovaskuler (4.1%).
Sedangkan di Indonesia sendiri kontributor terbesar beban Penyakit (DALs)
dan penyebab kematian di Indonesia saat ini adalah penyakit kardiovaskuler (36,4%)
yang disusul oleh penyakit neoplasma, masalah maternal, neonatal, infeksi pernafasan
dan TB. Namun jika dilihat dari penyebab kecacatan (YLDs), lebih besar disebabkan
gangguan mental (13,4%) dibandingkan penyakit lain tersebut.
Menurut beban penyakit pada tahun 2017, beberapa jenis gangguan jiwa
diprediksi dialami oleh penduduk Indonesia diantaranya adalah gangguan depresi,
cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan perilaku, autis, gangguan perilaku makan, cacat
intelektual (Indrayani & Tri, 2019).
Berdasarkan riskesdas nasional 2018 prevalensi gangguan mental dan
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi, kecemasan dan
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 15-24 tahun sebesar 10%,
kemudian kelompok umur (25-34 tahun) 8,5%, kelompok umur (35-44 tahun) 9,0%,
kelompok umur (45-54 tahun) 10%, sedangkan kelompok umur (55-64tahun) 11% ,
dan kemudian kelompok umur (65-74 tahun) 12,8% dan untuk usia 75 keatas sebesar
15,8%. Sedangkan di jawa tengah sendiri angka tertinggi ditempati lansia juga
dengan prevalensi usia 15-24 tahun sebesar 8,07%, kemudian kelompok umur (25-34
tahun) 5,81%, kelompok umur (35-44 tahun) 7,25%, kelompok umur (45-54 tahun)
8,15%, sedangkan kelompok umur (55-64tahun) 8,41% , dan kemudian kelompok
umur(65-74 tahun) 8,60% dan untuk usia 75 keatas sebesar 11,31%. Dari data
tersebut kelompok lanjut usia mempunyai prevalensi gangguan mental dan emosional
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lain (Kemenkes RI, 2018) .
Ansietas dapat memicu terjadinya peningkatan adrenalin yang berpengaruh
pada aktivitas jantung yaitu terjadinya vasokontriksi pembuluh darah dan dapat
meningkatkan tekanan darah (Endang, 2014).
Salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan ansietas adalah
hipertensi dan aspek-aspek psikologis yang menyertainya. Dampak dari ansietas
dapat mepengaruhi stimulasi sistem saraf simpatis, yang meningkatkan frekuensi
darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer, selain itu memicu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat , sehingga tekanan darah meningkat. Ansietas
klien hipertensi semakin meningkat dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan penyakit hipertensi yang di deritanya (Syukri, 2017).
2. Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen yang dibawa darah menjadi terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan. Penyakit ini telah menjadi masalah baik di
Negara maju maupun Negara berkembang (Saswati, Riski, & Sutinah, 2018).
Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena termasuk penyakit
yang mematikan. Bahkan, hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh
penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong
mematikan serta dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke
dan gagal ginjal (Pudiastuti, 2013) dalam jurnal (Seke, Bidjuni, & Jill, 2016).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar
1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi
dan komplikasinya (World Healt Organization (WHO), 2015).
Berdasarkan Riskesdas Nasional 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan
hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, sedangkan hipertensi
pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6)%, umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64
tahun (55,2%), 65-74 tahun (63,2%), (Kemenkes RI, 2018a).
Kemudian berdasarkan laporan riskesdas provinsi jawa tengah tahun 2018
prevalensi hipertensi hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar
(14,65%,) sedangkan hipertensi pada kelompok umur 31-44 tahun (33,59)%, umur
45-54 tahun (45,87%), umur 55-64 tahun (54,60%), 65-74 tahun (71,31%),
(Kemenkes RI, 2018b). Berdasarkan data tersebut data lansia yang mengalami
hipertensi lebih tinggi daripada kelompok usia lain. Lansia sering terkena hipertensi
disebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah cenderung meningkat.
Menurut World Health Organization (WHO) membagi lansia menjadi lanjut
usia (60-74 tahun), usia tua (75-90 tahun), dan usia sangat tua (diatas 90
tahun).Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik tahun 2018 penduduk lansia
digolongkan menjadi tiga, yaitu penduduk lansia muda (60-69 tahun), penduduk
lansia madya (70-79 tahun), dan penduduk lansia tua (80 tahun ke atas), (Mirani,
Jumaini, & Mrni, 2021). Lansia menurut UU RI No 13 Tahun 1998 adalah mereka
yang telah memasuki usia 60 Tahun ke atas (Seke et al., 2016).
Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2018, jumlah penduduk lansia di
Indonesia mencapai 24,94 juta orang dari total penduduk 265 juta jiwa, dan masih di
dominasi oleh lansia muda (kelompok umur 60-69 tahun) presentasenya mencapai
63,39%, sisanya adalah lansia madya (kelompok umur 70-79 tahun) sebesar 27,52%,
dan lansia tua ( kelompok umur 80 tahun) sebesar 8,69% (Mirani et al., 2021).
Hasil riskesdas 2018, mengatakan hipertensi, artritis, stroke, penyakit paru
Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit terbanyak
pada lansia. Proses penuaan menyebabkan munculnya penyakit degeneratif yang
hadir sebagai masalah kesehatan . depresi gangguan kecemasan atau ansietas,
gangguan tidur, demensia, alzaimer, dan sindrom diagnosis merupakan gangguan
psikologis yang sering dialami lansia (Setyowati, 2019) dalam jurnal (Chan, 2020).
Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia akan menimbulkan
permasalahan yang cukup kompleks permasalahan yang perlu diperhatikan khusus
untuk lansia berkaitan dengan berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat
timbulnya perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial,kecemasan, depresi, kesepian
dan seksual (Azizah, 2011) dalam jurnal (Agustina et al., 2020).
Biasanya penyebab hipertensi pada lansia adalah stress bukan karenan
penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan (Mardiana & Zelfino, 2014). Seorang
penderita hipertensi mungkin akan menjadi cemas disebabkan penyakit hipertensi
yang cenderung memerlukan pengobatan yang relatif lama (Hawari, 2013).
C. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kecemasan yang dialami seseorang karena penyakit
hipertensi dapat mempengaruhi kondisi psikologisnya, dan setelah diberikan terapi
relaksiasi hipnosis lima jari klien menjadi tenang dan sudah dapat menerapkan teknik
relaksasi ini sebagai pilihan untuk kegiatan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anisafitri, S., Nur, F. V., & Hidayati, N. (2020). Literature Review Terapi Non Farmakologi
Terhadap Kecemasan Pasien Kardiovaskuler.
Astuti, A. D., & Dkk. (2017). Pengaruh Hipnosis Lima Jari Terhadap Tingkat Ansietas Lansia
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempor 1 Kabupaten Kebumen. Jurnal Stikes
Muhammadiyah Gombong.
Astuti, R. T., Amin, M. K., & Purborini, N. (2017). Efektifitas Metode Hipnoterapi Lima Jari
(Hp Majar) Terhadap Tingkat Stress Akademik Remaja di SMK Muhammadiyah 2
Kabupaten Magelang.
Chan, U. A. L. I. (2020). Pengaruh Terapi Hipnotis 5 Jari Terhadap Tingkat Ansietas Pada
Lansia : Sebuah Tinjauan Sistematik.
Endang. (2014). Efektifitas Terapi Hipnosis Lima Jari Untuk Menurunkan Tingkat Ansietas
Pasien Hipertensi. Jurnal Keperawatan, 2, 24–33.
Hastuti, Retno Yuli & Arumsari, A. (2015). Pengaruh Hipnotis Lima Jari Untuk Menurunkan
Kecemasan Pada Mahasiswa Ynagn Sedang Menyusun Skripsi di Stikes
Muhammadiyah Klaten.
Indrayani, Y. A., & Tri, W. (2019). Situasi Kesehatan Jiwa Di Indonesia. Jakarta.
Kemenkes RI. (2018a). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Kemenkes RI. (2018b). Laporan Provinsi Jawa Tengah Riskesdas 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Mirani, M. M., Jumaini, & Mrni, E. (2021). Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki. Jurnal Medika Hutama, 2(2).
Saswati, N., Riski, P. C., & Sutinah. (2018). Efektifitas Terapi Hipnosis Lima Jari Terhadap
Ansietas Klien Hipertensi di Puskesmas Rawasari Jambi, 7(2).
Seke, P. A., Bidjuni, H. ., & Jill, L. (2016). Hubungan Kejadian Stress Dengan Penyakit
Hipertensi Pada Lansia Di Balai Penantunan Lanjut Usia Senjah Cerah Kecamatan
Mapanget Kota Manado, 4, 1–5
Syukri, M. (2017). Efektivitas Terapi Hinosis Lima Jari Terhadap Ansietas Klien Hipertensi di
Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2017, 19(2), 353–356.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i2.678
Winengsi, Erlin & Jumiyah, W. (2019). Pengaruh Pemberian Terapi Hipnosis Lima Jari Terhadap
Kecemasan Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kelurahan Sunter Jaya 1 Jakarta
Utara Tahun 2019.
APAKAH ANSIETAS ?
Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu
yang dirasakan sebagai ancaman
Ansietas Ringan
Cemas yang normal yang menyebabkan seseorang menjadi waspada
Ansietas Sedang
Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain
Ansietas Berat
Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang membuat
dia cemas dan tidak bisa berkonsentrasi pada hal yang lain
Panik
Tingkatan tertinggi dari cemas dimana seseorang mengalami ketakutan atau terror
serta kehilangan kendali sehingga tidak mampu melakukan apapun walau diberi
bimbingan
TEKNIK MENGURANGI
CEMAS