REFLEKSI KASUS
DISUSUN OLEH :
Stefanus Tandi Allo
N 111 18 025
PEMBIMBING KLINIK
dr. Dewi Suriany Angjaya., Sp.KJ
Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 36 Tahun
Alamat : Jalan Trans
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 21 Juni 2019
I. Deskripsi Kasus
Seorang wanita berusia 36 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama
sering merasa cemas dan ketakutan. Pasien juga sering merasa pusing, kepala agak
keram, dan sering merasa bingung dengan apa yang mau dikerjakan pasien. Pasien
sudah mengalami hal ini sudah sejak 1 tahun yang lalu.
Pasien mengaku keluhan ini muncul setiap hari namun tidak setiap saat.
Keluhan ini muncul ketika ada sesuatu yang membuat perasaan pasien tidak
nyaman (emosi dan kekhawatiran). Pasien mengatakan awal pasien mulai
merasakan cemas dan ketakutan seperti ini sejak mendengar kabar salah satu
keluarganya ada yang meninggal. Mulai saat itu setiap pasien mendengarkan ada
suara pengumuman dimasjid pasien langsung merasa takut.
Pada tanggal 21 juni pasien datang konsul kembali dengan keluhan yang
sama. Pasien mengatakan sekitar 2 minggu yang lalu jam 9 malam pasien habis
makan tahu isi, setelah memakan tahu isi tersebut perasaan pasien langsung tidak
enak, jantungnya berdebar debar, merasakan pusing tapi tidak goyang, keram-
keram pada wajah, cepat lapar (15 menit setelah makan, pasien langsung merasakan
lapar lagi), tidak bisa capek, dan pasien juga merasakan dingin setengah badan.
Setelah kejadian tersebut, 1 minggu kemudian pasien mengatakan bahwa rasa
cemasnya muncul kembali, dan pasien sulit untuk melawan rasa takutnya tersebut.
Pasien mengaku memiliki hubungan yang baik dengan suami dan anaknya.
Pasien juga mengaku keluarganya mendukung pengobatan yang ia lakukan saat ini
di dokter jiwa. Pasien memiliki riwayat nyeri ulu hati. Pasien tidak memiliki
riwayat penggunaan NAPZA.
III. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Pasien tidak menunjukkan rasa curiga kepada pemeriksa, serta dapat duduk
berdampingan dengan pemeriksa untuk diamati, dan pasien menjawab semua
pertanyaan.
b. Pengalaman Buruk
Tidak ada
IV. Analisis
Cemas adalah rasa ketegangan, rasa tak aman atau ke khawatiran yang timbul
karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya
sebagian besar tidak jelas diketahui. Kecemasan normal adalah adaptif. Ini adalah
respon bawaan untuk ancaman atau tidak adanya orang atau benda yang
menandakan keselamatan dapat menimbulkan gangguan kognitif (khawatir) dan
somatik (jantung berdebar-debar, berkeringat, gemetar, kedinginan dll).
Kecemasan patologis adalah kecemasan yang berlebihan.1
Gangguan ansietas merupakan adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak
realistik terhadap 2 atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman, perasaan ini
menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax).
Pengalaman ansietas memiliki dua komponen : kesadaran akan sensasi fisiologis
(seperti palpitasi dan berkeringat) serta kesadaran bahwa ia gugup atau ketakutan.
Selain pengaruh visceral dan motorik, ansietas mempengaruhi pikiran, persepsi,
dan pembelajaran. Ansietas cenderung menimbulkan kebingungan dan distorsi
persepsi, tidak hanya persepsi waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti peristiwa.
Distorsi ini dapat mengganggu proses pembelajaran dengan menurunkan
konsentrasi, mengurangi daya ingat, dan mengganggu kemampuan
menghubungkan satu hal dengan hal lain, yaitu membuat asosiasi.2
Aspek penting emosi adalah efeknya pada selektivitasnya perhatian. Orang
yang mengalami ansietas cenderung memperhatikan hal tertentu didalam
lingkungannya dan mengabaikan hal lain dalam upaya untuk membuktikan bahwa
mereka dibenarkan untuk menganggap situasi tersebut menakutkan. Jika keliru
dalam membenarkan rasa takutnya, mereka akan meningkatkan ansietas dengan
respons yang selektif dan membentuk lingkaran setan ansietas, persepsi yang
mengalami distorsi, dan ansietas yang meningkat. Jika sebaliknya, mereka dengan
keliru menentramkan diri mereka dengan pikiran selektif, ansietas yang tepat dapat
berkurang, dan mereka dapat gagal mengambil tindakan pertahanan yang perlu.1
Menurut DSM-IV-TR mencantumkan gangguan ansietas berikut ini : gangguan
panik dengan atau tanpa agoraphobia, agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik,
fobia spesifik dan sosial, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress
pascatrauma, gangguan stress akut, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan
ansietas akibat keadaan medis umum, gangguan ansietas yang diinduksi zat, dan
gangguan ansietas yang tidak tergolongkan.3
Neurotransmiter yang bekerja pada kecemasan
Ada 3 neurotransmiter yang bekerja pada kecemasan yaitu Norepinefrin (NE),
serotonin, dan GABA.
- Neropinefrin adalah neurotransmiter yang menyebabkan gejala kecemasan.
Norepinefrin dihasilkan ketika seseorang merasa takut, tegang. Norepinefrin
berperan agar seseorang dapat focus, memiliki motivasi, dan juga merasakan
kesenangan. Sehingga bila norepinefrin terganggu keseimbangannya, maka ia
cemas dan tidak dapat focus, sulit konsentrasi, gelisan dan tegang.3
- GABA juga berperan dalam terjadinya kecemasan. Oleh sebab itu obat anti
cemas yang bekerja di GABA seperti alprazolam, lorazepam dapat membantu
meringankan gejala cemas.3
- Serotonin juga berperan dalam timbulnya kecemasan. Ketika seseorang berada
dalam situasi stress yang mendadak, maka terjadi penurunan serotonin di otak.
Beberapa obat yang bekerja di serotonin seperti clomipramine, terbukti efektif
menangani gangguan cemas seperti OCD. Obat lain yang bekerja diserotonin
seperti fluoxetine juga dapat membantu mengurangi gejala gangguan panik.3
Diagnosis
Diagnosis pasien pada kasus di atas ialah Ganguan Cemas Yang Tak
Tergolongkan dengan gejala serangan panik
Differential Diagnosis
Differential Diagnosis pasien pada kasus di atas ialah
1. Ganguan Panik
2. Ganguan Cemas Menyeluruh
2. Fluoxetine 10 mg
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor adalah obat antidepresan yang
mekanisme kerjanya menghambat pengambilan serotonin yang telah
disekresikan dalam sinap (gap antar neuron), sehingga kadar serotonin dalam
otak meningkat. Peningkatan kadar serotonin dalam sinap diyakini bermanfaat
sebagai antidepresan. SSRI memiliki efikasi yang setara dengan antidepresan
trisiklik pada penderita depresi mayor. Pada pasien depresi yang tidak
merespon antidepresan trisiklik (TCA) dapat diberikan SSRI. Untuk gangguan
depresi mayor yang berat dengan melankolis antidepresan trisiklik memiki
efikasi yang lebih besar daripada SSRI, namun untuk gangguan depresi bipolar
SSRI lebih efektif dibandingkan antidepresan trisiklik , hal ini dikarenakan
antidepresan trisiklik dapat memicu timbulnya mania dan hipomania. Obat
antidepresan yang termasuk dalam golongan SSRI seperti Citalopram,
Escitalopram, Fluoxetine, Fluvoxamine, Paroxetine, dan Sertraline. Fluoxetine
merupakan antidepresan golongan SSRI yang memiliki waktu paro yang lebih
panjang dibandingkan dengan anidepresan golongan SSRI yang lain, sehingga
fluoxetine dapat digunakan satu kali sehari. Efek samping yang ditimbulkan
Antidepresan SSRI yaitu gejalagastrointestinal ( mual, muntah, dan diare),
disfungsi sexsual pada pria dan wanita, pusing, dan gangguan tidur. Efek
samping ini hanya bersifat sementara
3. Trifluoperazine 1 mg
Trifluoperazine merupakan golongan obat phenothiazine trifluoro-methyl.
Mekanisme dari obat ini adalah untuk menghambat jalur reseptor D1 dan D2
post-sinaptik, mesolimbik, dan mengontrol hormon dopamin yang ada di dalam
otak. Obat ini juga menekan peningkatan hormon hipofisial dan hipotalamik
agar dapat membatasi aktibitas metabolisme tubuh mulai dari gerakan
vasomotor hingga suhu tubuh.
V. Kesimpulan
Cemas adalah rasa ketegangan, rasa taka man atau kekhawatiran yang timbul
karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi
sumbernya sebagian besar tidak jelas diketahui.
Gangguan ansietas merupakan adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak
realistik terhadap 2 atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman, perasaan
ini menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to
relax).
DAFTAR PUSTAKA