Anda di halaman 1dari 9

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Anutapura Palu


Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako
REFLEKSI KASUS
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

DISUSUN OLEH:

Muh. Ilham Raymana Amiruddin


N 111 17 085

PEMBIMBING:
dr. Andi Soraya, Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD ANUTAPURA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
REFLEKSI KASUS
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Identitas Pasien
Nama : Tn. PB
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Watukilo dusun 1 Kulawi
Pekerjaan : PNS
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pendidikan : S1
Tanggal Pemeriksaan : 23 Oktober 2017
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Jiwa RSUD Anutapura Palu

I. Deskripsi Kasus
Anamnesis (Autoanamnesis)
a. Keluhan Utama : Nyeri rusuk kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan dan gejala:
Seorang pria berusia 45 tahun datang ke RSUD Anutapura dengan
keluhan nyeri rusuk kiri, nyeri yang sudah dirasakan sudah sejak 1 bulan
yang lalu. Nyeri rusuk kiri pasien sangat terasa apabila terdapat masalah yang
sedang dihadapi oleh pasiennya. Sebelumnya pasien pernah mengalami
masalah dengan keluarganya khususnya dengan anaknya, akan tetapi pasien
menolak untuk menceritakannya dan menganggap masalahnya sudah
diselesaikan. Hubungan pasien dengan anaknya saat ini sudah membaik.
Awalnya pasien pernah mengalami ini beberapa tahun lalu dan
pasien sempat berobat. Kemudian muncul lagi kecemasan yang berlebih dan
rasa takut tiba-tiba karena banyak pekerjaan dalam kantornya yang membuat
ia merasa cemas dan gelisah, menjadi lemas, mudah lelah, kurang semangat,
kurang tidur, dan kurang berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan.
Cemas yang dirasakan oleh pasien tidak setiap hari, tetapi cemas
yang ia rasakan sering sekali muncul, dan membuat pasien merasa menjadi
tidak percaya diri. Pasien sebelumnya pernah berobat ke dokter jantung dan
penyakit dalam akan tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan kondisi,
sehingga pasien berobat ke bagian jiwa. Dan setelah berobat pasien mengaku
mengalami perbaikan

II. Emosi Yang Terlibat


Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien yang koperatif dan
dapat menjelaskan masalahnya sehingga informasi yang dibutuhkan terkait
dengan masalah pasien dapat diketahui.

III. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Pasien sangat kooperatif saat dilakukan wawancara. Pada saat
pemeriksaan tersebut membuat perasaannya menjadi lebih tenang karena
telah menceritakan semua masalahnya dan semua apa yang ia rasakan.

b. Pengalaman Buruk
Pada saat anamnesis awal pasien tampak kurang nyaman dan
terburu-buru dengan pemeriksa, karena masalah yang dialami pasien
terkait masalah keluarga dan dirinya dianggap tidak perlu diceritakan
kepada pemeriksa.

IV. Analisis
Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang
ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan. Kondisi ini
dialami selama beberapa minggu sampai berbulan-bulan (6 bulan). 1
Kriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh: (Menurut PPDGJ
III). 2
 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
keadaan situasi tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang)
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut: (a)
kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi); (b) ketegangan motorik (gelisah, sakit
kepala, gemetaran, tidak dapat santai); (c) overaktivitas otonomik
(kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dan lain
sebagainya)
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan serta keluhan somatik berulang yang menonjol
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa
hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama
gangguan cemas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi
kriteria lengkap dari episode depresif, gangguan anxietas fobik,
gangguan panik, atau gangguan obsesif kompulsif.

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk gangguan cemas


menyeluruh : 3
 Ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan (perkiraan yang
menakutkan), terjadi hampir setiap hari selama setidaknya 6 bulan,
mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas (seperti bekerja atau
bersekolah).
 Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
 Ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari
keenam gejala berikut (dengan beberapa gejala setidaknya muncul
hamper setiap hari selama 6 bulan).
Perhatikan : hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak.
1. Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok.
2. Mudah merasa lelah.
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong.
4. Mudah marah.
5. Otot tegang.
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang
gelisah dan tidak puas).
 Fokus dari ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada
gambaran gangguan Aksis I, mis., ansietas atau cemas bukan karena
mengalami serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa
malu berada dikeramaian (seperti pada fobia sosial), merasa kotor
(seperti pada gangguan obsesif kompulsif), jauh dari rumah atau
kerabar dekat (seperti pada gangguan ansietas perpisahan), bertambah
berat badan (seperti pada gangguan anoreksia nervosa), mengalami
keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau
mengalami penyakit serius (seperti pada hipokondriasis), juga ansietas
dan kekhawatiran tidak hanya terjadi selama gangguan stress pasca
trauma.
 Ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisis menyebabkan distress yang
secara klinis bermakna atau hendaya sosial, pekerjaan, atau area
penting fungsi lainnya.
 Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu
zat (mis., penyalahgunaan obat, obat-obatan) atau keadaan medis
umum (mis., hipertiroidisme) dan tidak terjadi hanya selama gangguan
mood, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasive.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding GAD adalah gangguan panik, fobia, gangguan
obsesif kompulsif, gangguan somatisasi, gangguan penyesuaian dengan
kecemasan, gangguan kepribadian. GAD dengan gangguan depresi dan
distimik tidak mudah. 3

Terapi
a. Psikofarmaka
1. Benzodiazepine
Merupakan obat pilihan untuk gangguan cemas
menyeluruh. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosis
rendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Lama
pengobatan rata-rata 2-6 minggu, dilanjutkan dengan massa
tapering off selama 1-2 minggu. 1
Penggunaan benzodiazepine dengan waktu paruh
intermediate (8 hingga 15 jam) cenderung menghindari
sejumlah efek samping penggunaan benzodiazepine dengan
waktu paruh panjang, serta penggunaan dosis terbagi mencegah
timbulnya efek samping akibat tingginya kadar plasma. 3
2. Buspiron
Efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih
efektif dalam memperbaiki gejala somatic pada GAD. Tidak
menyebabkan withdrawl. Kekurangannya adalah efek klinisnya
baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita
GAD yang sudah menggunakan benzodiazepine tidak akan
memberikan respons yang baik dengan buspiron. Dapat
dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepine dengan
buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepine setelah
2-3 minggu, disaat efek terapi buspiron sudah mencapai
maksimal. 1
3. SSRI
Sertraline dan paroxetine merupakan pilihan yang lebih
baik daripada fluoksetin. Karena dapat meningkatkan anxietas
sementara. 1
b. Psikoterapi
1. Terapi kognitif-perilaku
2. Terapi suportif

Berdasarkan autoanamnesa didapatkan adanya gejala klinis yang


bermakna berupa perasaan cemas dan takut. Keadaan ini akan
menimbulkan distress dan disabilitas dalam pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang, yaitu pasien menderita sulit tidur dan kehilangan semangat
untuk bekerja sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
Gangguan Jiwa.
Pada pasien tidak ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai
realita ataupun gejala psikotik positif, seperti halusinasi dan waham pada
pasien sehingga didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Non Psikotik.
Berdasarkan deskripsi kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami gangguan jiwa non-psikotik karena memenuhi kriteria
diagnosa untuk gangguan anxietas yaitu adanya situasi atau objek yang jelas
(dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak
membahayakan. Berdasarkan PPDGJ III dan DSM-IV-TR, pasien dapat
digolongkan dalam Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1).

Rencana Terapi :
a. Farmakoterapi
Berikan obat antiansietas golongan benzodiazepine (Alprazolam)
dengan sediaan dosis 0,25; 0,5; 1 mg dimana dosis anjuran 3x0,25-0,5
mg/hari.
b. Psikoterapi
Memberikan kesempatan kepada pasien untun mengungkapkan isi
hatinya dan keinginannya sehingga pasien merasa lega.
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang
sekitarnya sehingga tercipta dukungan sosial dengan lingkungan yang
kondusif untuk membantu proses penyembuhan psien serta melakukan
kunjungan berkala.

V. KESIMPULAN
- Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang
ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan. Kondisi
ini dialami selama beberapa minggu sampai berbulan-bulan (6 bulan).
- Menurut PPDGJ III :
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut: (a)
kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit konsentrasi); (b) ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala,
gemetaran, tidak dapat santai); (c) overaktivitas otonomik (kepala terasa
ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan
lambung, pusing kepala, mulut kering, dan lain sebagainya).
- Menurut DSM-IV-TR :
Ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari
keenam gejala berikut (dengan beberapa gejala setidaknya muncul
hamper setiap hari selama 6 bulan).
Perhatikan : hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak.
 Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok.
 Mudah merasa lelah.
 Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong.
 Mudah marah.
 Otot tegang.
 Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang
gelisah dan tidak puas).
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira, SD dan Hadisukanto, G,. Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Badan Penerbit
FKUI : Jakarta. 2013.
2. Rusdi, M,. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya : Jakarta. 2013.
3. Benjamin, JS dan Virginia, AS,. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta. 2010.

Anda mungkin juga menyukai