Anda di halaman 1dari 10

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Madani Palu


Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

REFLEKSI KASUS

DISUSUN OLEH:
NUR AISYAH LATIFAH
N 111 17 015

PEMBIMBING:
dr. Mery Tjandra, M.Kes, Sp.Kj

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD MADANI PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

1
REFLEKSI KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 41 tahun
Alamat : Palu Bangsu
Status pernikahan : Sudah Menikah
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen
Tanggal masuk RS : 3 Oktober 2017
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien wanita umur 45 tahun datang ke IGD RSD Madani diantar
oleh anaknya dengan keluhan gelisah sudah sejak 5 hari, banyak bicara,
sering memarahi orang lain, susah tidur, berbicara sendiri, pasien selalu
merasa curiga ada yang mengganggu anaknya dan memikirkan banyak hal.
Pasien sudah dirawat di rumah sakit Madani dari tahun 2007 dan sudah
sering dirawat dirumah sakit Madani karena pasien putus obat dan tidak
rutin meminum obatnya. Terakhir kali pasien dirawat pada tanggal 12
januari 2017 dikarenakan putus obat dan tidak rutin meminum obatnya. Dan
dengan keluhan mengamuk, sering marah-marah, suka mondar mandir,
insomnia dan pasien sering mendengar bisikan-bisikan juga sering melihat
adanya malaikat dan juga Tuhan Yesus serta melihat ada gerbang Surga dan
Neraka .

2
Ketika ditanya pasien menjawab pertanyaan dengan jelas dan sudah
mulai tenang. Pasien banyak berbicara dan menyanyi sepanjang sehari.
Ketika ditanya pasien mengatakan bahwa sudah tidak lagi mendengar
bisikan-bisikan tapi masih suka melihat adanya malaikat dan juga pintu
Surga.
Riwayat Kehidupan Pribadi (Past Personal History)
a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir tanggal 6 juni 1972 di desa matikole. Pasien lahir
dirumahnya dan ditolong oleh dukun.

b. Riwayat Masa Kanak-Kanak Awal (1-3 tahun)


Pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur. Pasien meminum
ASI sampai usia 2 tahun. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya.

c. Riwayat Masa Kanak-Kanak Pertengahan (4-11 tahun)


Pasien mulai bersekolah disekolah dasar namun tidak
melanjutkan kejenjang SMP Pasien tumbuh dengan baik dan
Mempunyai banyak teman serta bergaul baik dengan teman-temannya.
d. Riwayat Masa Kanak-Kanak Akhir/Pubertas/Remaja (12-18
tahun)
Saat usia 14 tahun kedua orang tua pasien meninggal dunia.
Kemudian pasien menikah saat masih usia 14 tahun. Dan memiliki anak
pertama ketika pasien berumur 15 tahun. Pasien adalah anak yang aktif
dalam bidang kerohanian dan sering pergi ke Gereja. Pasien adalah
orang yang senang bergaul dan memiliki hubungan baik dengan
keluarga dan juga tetangganya.

II. EMOSI YANG TERLIBAT


Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien merupakan pasien yang
menderita Skizofrenia Tak Terinci.
- Apa yang dimaksud skizofrenia?

3
- Apa saja kriteria diagnostic skizofrenia menurut PPDGJ III?
- Apa saja klasifikasi skizofrenia?
- Bagaimana skizofrenia tak terinci itu?

III. EVALUASI
a. Pengalaman baik
Pasien cukup kooperatif saat pemeriksaan

b. Pengalaman buruk
Tidak ada

IV. ANALISIS
Menurut PPDGJ-III, Skizofrenia merupaka suatu deskripsi sindrom
dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit
(tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat
yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetic, fisik, dan social
budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran da persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul. Kesadaran yang jernih (clear consciousness)
dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang.
Kriteria diagnostik di Indonesia menurut PPDG-III yang menuliskan
bahwa walaupun tidak ada gejala-gejala patognomonik khusus, dalam
praktek dan manfaatnya membagi gejala-gejala tersebut ke dalam kelompok
- kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara
bersama-sama yaitu:
a. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitas berbeda atau thought insertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang
asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya

4
diambil keluar oleh sesuatu diluar dirinya (withdrawal) dan tought
broadcasting yaitu isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain
mengetahuinya.
b. Waham atau Delusinasi
1)Delusion of control yaitu waham tentang dirinya sendiri dikendalilkan oleh
suatu kekuatan tertentu
2) Delusion of influen yaitu waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
3) Delusion of passivity yaitu waham tentang gerakan tubuh, pikiran maupun
tindakan tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar.
4) Delusion of perception yaitu pengalaman indrawi yang tidak wajar
yang bermakna sangat khas dan biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi Auditorik
1) Suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku pasien.
2) Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka senndiri (dia antara berbagai
suara yang berbicara).
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya dianggap tidak
wajar dan mustahil seperti waham bisa mengendalikan cuaca atau paling
sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas.
e. Halusinasi yang menetap dari setiap panca indara baik disertai waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas atau ide-ide berlebihan yang menetap atau terjadi setiap hari
selama bermingu-minggu atau berbulan-bulansecara terus menerus.
f. Arus fikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolasi) yang
berakibat inkoherenskiatau pembicaraan tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh, gelisah (excitement) sikap tubuh
tertentu (posturing) atau fleksibilitas serea, negattivisme, mutisme dan
stupor.

5
h. Gejala-gejala negative seperti apatis, bicara jarang serta respon emosional
yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
neuroleptika.Adanya gejala-gejala kas tersebut diatas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
non psikotik prodormal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan
bermakna dalam muttu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek
perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan
diri secara social.

Klasifikasi Skizofrenia

a. Skizofrenia Paranoid
Tipe ini paling stabil dan paling sering. Awitan subtype ini biasanya terjadi
lebih belakangan bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia lain.
Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai
dengan wahamnya. Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk kerjasama,
mungkin agresif, marah, atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali
memperlihatkan perilaku disorganisasi. Waham da halusinasi menonjol
sedangkan afek dan pembicaraan hamper tidak terpengaruh.

b. Skizofrenia Disorganisasi
Gejala-gejalanya adalah :

- Afek tumpul, ketolol-tololan atau tak serasi


- Sering inkoheren
- Waham tak sistematis
- Perilaku disorganisasi seperti menyeringai dan menerisme

6
c. Skizofrenia Katatonik
Pasien mempunyai paling sedikit satu dari (atau kombinasi) beberapa bentuk
katatonia :

- Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespons terhadap lingkun
gan atau orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitar
nya
- Negativism katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau us
aha-usaha untuk menggerakkan fisiknya
- Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku atau rijit
- Postur katatonik yaitu pasien mempertahankan posisi yang tidak biasa atau a
neh
- Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira

d. Skizofrenia Tak Terinci


Pasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikoaktif yang
menonjol (misalnya kebingungan) atau memenuhi kriteria skizofrenia tetapi
tidak dapat digolongkan pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual,
dan depresi pasca skizofrenia.

e. Skizofrenia Residual
Pasien dalam keadaan remisi dari keadaan akut tetapi masih memperlihatkan
gejla-gejala residual (penarikan diri secara social, afek datar atau tak serasi,
perilaku eksentrik, asosiasi melonggar, atau pikiran tak logis)

f. Depresi Pasca Skizofrenia


Suatu episode depresif yang mungkin brlangsung lama dan timbul sesudah
suatu serangan penyakit skizofrenia. Beberapa gejala skizofrenia masih ada
tapi tidak mendominasi.

7
g. Skizofrenia Simpleks
Skizofrenia simpleks adalah suatu diagnosis yang sulit dibuat secara
meyakinkan karena bergantung pada pemastian perkembangan yang
berlangsung perlahan, progresif darigejala negative yang khas dari
skizofrenia residual tanpa adanya riwayat halusinasi, waham atau
manifestasi lain tentang adany suatu episode psikotik sebelumnya, dan
disertai dengan perubahan-perubahan yang bermakna pada perilaku
perorangan, yang bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok,
kemalasan, dan penarikan diri secara social.

h. Skizofrenia Lainnya
Termasuk : Skizofrenia senestopatik, Gangguan Skizofreniform, YTT

Termasuk : Skizofrenia siklik, Skizofrenia laten, gangguan lir-skizofrenia


akut.

A. AKSIS

Aksis I
- Berdasarkan autoanamnesis didapatkan ada gejala klinik bermakna
dan menimbulkan penderitaan (distress) berupa sulit tidur,
mengamuk, dan menimbulkan disabilitas berupa terganggunya
melakukan pekerjaan harian pasien sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami Gangguan Jiwa
- Pada pasien terdapat hendaya berat dalam menilai realita, yaitu
terdapat halusinasi visual dimana pasien melihat bayangan, sehingga
pasien didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Psikotik.
- Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status internus,
tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi gangguan
medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat

8
mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini, sehingga
pasien didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Non Organik
- Berdasarkan deskripsi kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami gangguan psikotik. Pasien juga memiliki halusinasi
visual, pembicaran pasien tidak relevan. Berdasarkan PPDGJ III,
diagnosis pasien yaitu Skizofrenia
- Berdasarkan kriteria diagnostic PPDGJ III, pasien memiliki kriteria
diagnostic skizofrenia paranoid dimana halusinasi yang menonjol,
skizofrenia hebefrenik dimana pasien sering cekikikan(giggling).
Pasien memiliki gejala menonjol dari dua tipe skizofrenia sehingga
pasien didiagnosis Skizofrenia Tak Terinci.
Aksis II
Ciri kepribadian emosional tak stabil
Aksis III
Tidak ditemukan penyakit organobiologik pada pasien.
Aksis IV
Family support group dan faktor ekonomi keluarga
Aksis V
Berdasarkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale pada 60-51:
gejala sedang (moderate), disabilitas sedang

V. RENCANA TERAPI
A. Farmakologi
Haloperidol 5mg 2x1 (pagi dan malam)
Chlorpromazine 100mg 2x1 (pagi dan malam)
B. Perencanaan Terapi Supportif
a) Psikoterapi
Pasien dimotivasi untuk tetap patuh untuk mengkonsumsi obat secar
a rutin meskipun tidak diawasin.

9
Pasien dapat menjalani cognitive-behavioral therapy.
Edukasi tentang pentingnya hidup bersih dan perawatan diri.

b) Sosioterapi
Edukasi kepada keluarga dan pasien mengenai gejala dan keadaan af
ektif yang berbeda-beda agar keluarga dapat lebih siap menghadapi
perubahan yang akan terjadi dan memenuhi kebutuhan pasien.
Keluarga harus mendukung pasien dalam proses pengobatan baik sec
ara psikologis maupun finansial seperti rutin menjenguk pasien sehi
gga pasien merasa diperhatikan dan tidak ditinggalkan begitu saja.

VI. KESIMPULAN
Menurut PPDGJ-III, Skizofrenia merupaka suatu deskripsi sindrom dengan
variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu
bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetic, fisik, dan social budaya. Pada
umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran da persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau
tumpul. Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang.
Pada Skizofrenia tak terinci, pasien mempunyai halusinasi, waham, dan
gejala-gejala psikoaktif yang menonjol (misalnya kebingungan) atau memenuhi
kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe paranoid,
katatonik, hebefrenik, residual, dan depresi pasca skizofrenia.

10

Anda mungkin juga menyukai