REFLEKSI KASUS
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. Dewi Suriany A., Sp.KJ
Pembimbing
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan terakhir : S1
A. Deksripsi
Seorang Wanita umur 25 tahun masuk Poliklinik RSUD Undata Palu pada
tanggal 25 Januari 2021 dengan keluhan ceman yang dialami semenjak
Desember 2019 lalu setelah melakukan operasi benjolan pada payudara
sebelah kiri. Pasien juga mengeluh sering dingin pada tangan dan kaki,
kesulitan tidur nyenyak, jantung berdebar, tidak bersemangat. Pasien juga
mengeluh jika sedang berada di tempat yang ramai pasien mengalami
sakit kepala.
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Pasien
juga memiliki riwayat asam lambung.
B. Emosi terkait
Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien kooperatif sehingga
perlu digali lebih lanjut mengenai kehidupan pasien.
1. Apa yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh?
2. Apa hubungannya panik dengan cemas ?
3. Apa etiologi dari gangguan cemas menyeluruh ?
4. Bagaimana kriteria diagnosis dari kasus ini?
5. Apa saja diagnosis banding dari kasus ini?
6. Bagaimana pemberian terapi pada kasus ini?
C. Evaluasi
- Pengalaman baik : Pasien kooperatif selama dilakukannya anamnesis,
sehingga data yang diharapkan dapat tergali dengan cukup baik. Selain
itu, pasien terlihat nyaman saat dilakukan anamnesis dan berespon baik.
- Pengalaman buruk: Tidak ada.
D. Emosi Terkait
Kasus ini menarik karena keluhan yang dialami oleh pasien, sehingga perlu
digali lebih lanjut mengenai keluhan tersebut.
E. Analisis
Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang ditandai
dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan. Kondisi ini dialami
selama beberapa minggu sampai berbulan-bulan (6 bulan).
F. Evaluasi Multiaksial
1. Aksis I :
Dari autoanamnesis ditemukan pada pasien memiliki gejala klinis
bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) berupa gejala
sering memiliki perasaan yang tidak enak atau merasakan cemas
sehingga sehingga menimbulkan (disabilitas) berupa hendaya waku
senggang, sosial dan pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pasien ini menderita Gangguan Jiwa.
Pada pasien tidak terdapat hendaya dalam menilai realita dan tidak
ditemukan adanya waham, sehingga pasien digolongkan dalam
Gangguan Jiwa Non Psikotik.
Riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna dan
neurologis tidak ditemukan kelainan, sehingga pasien didiagnosa
Gangguan Jiwa Non Psikotik Non Organik.
Berdasarkan deskripsi kasus diatas, pasien sering memiliki perasaan
tidak enak atau merasakan cemas yang dialami lebih dari satu tahun
setelah melakukan operasi pada payudara sebelah kiri, pasien juga
mengeluh sulit berkonsentrasi. Dan gejala tersebut menimbulkan
penderitaan yang secara klinisi bermakna atau hendaya dalam area
fungsi sosial dan pekerjaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan DSM-IV-TR pasien memenuhi kriteria diagnosa
Gangguan Ansietas Menyeluruh (13.6)
2. Aksis II : Tidak ada gangguan kepribadian
3. Aksis III : Tidak ada
4. Aksis IV : Masalah berkaitan dengan riwayat operasi pada payudara
sebelah kiri
5. Aksis V : Skala GAF saat ini 90-81, gejala minimal, berfungsi baik,
cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.
G. Rencana Terapi
1. Psikoterapi
Pendekatan psikoterapeutik utama gangguan ansietas menyeluruh
adalah terapi perilaku-kognitif, suprotif, dan psikoterapi berorientasi
tilikan. Data masih terbatas mengenai keuntungan relative pendekatan
tersebut walaupun studi yang paling canggih telah menguji teknik
perilaku-kognitif yang tampaknya memiliki efektivitas jangka pendek
maupun jangka panjang.
Pendekatan kognitif secara langsung ditunjukan pada distrosi
kognitif pasien yang didalilkan dan pendektan perilaku ditunjukan
pada gejala somatic secara langsung. Teknik utama yang digunakan
pada pendekatan perilaku adalah relaksasi dan biofeedback. Sejumlah
data awal menunjukan bahwa kombinasi pendekatan kognitif dan
perilaku lebih efektif daripada salah satu teknik digunakan secara
tersendiri.
Terapi suportif menawarkan pasien keamanan dan kenyamanan,
walaupun efektivitas jangka panjangnya diragukan. Psikoterapi
berorientasi pada tilikan berfokus pada membuka konflik yang tidak
disadari dan mengidentifikasik kekuatan ego. Efektifitas psikoteapi
berorientasi tilikan untuk gangguan ansietas menyeluruh dilaporkan
pada banyak laporan kasus yang tidak resmi tetapi sturdy terkontrol
yang besar hanya sedikit.
Sebagian besar pasien mengalami berkurangnya ansietas secara
nyata ketikan diberikan kesempatan untuk mendiskusikan kesulutan
mereka dengan dokter yang simpatik dan peduli. Jika klinisi
menemukan situasi eksternal yang mencetuskan ansietas, mereka
mungkin mampu sendiri atau dengan bantuan pasien maupun
keluarganya mengubah lingkungan sehingga mengurangi tekanan yang
menimbulkan stress. Perbaikan gejala sering memungkinkan pasien
berfungsi efektif di dalam pekerjaan dan hubungannya sehari-hari
sehingga mendapatkan hadiah dan kepuasan baru yang juga bersifat
terapeutik.
Dalam perspektif psikoanalitik, ansietas kadang-kadangan adalah
sinyal kekacauan yang tidak disadarai yang harus diselidiki. Ansietas
tersebut dapat norma., adaptif, maladaptif, terlalu instens, atau terlalu
ringan, bergantung keadaan. Ansietas muncul dalam sejumlah situasi
selama perjalanan siklus hidup, pada banyak kasus, perbaikan gejala
bukanlah perjalanan gangguan yang paling sesuai.
Untuk pasien yang berorientasi pada psikologis dan memiliki
motivasi untuk mengerti sumber ansietas mereka, psikologis dapat
menjadi terapi pilihan. Terapi psikodinamin berlangsung dengan
asumsi bahwa ansietas dapat meningkat dengan terapi yang efektif.
Tujuan pendekatan dinamik mungkin adalah meningkatkan toleransi
pasien terhadap ansietas, bukannya menghilanglam ansietas.
Pendekatan psikodinamik pada pasien dengan gangguan ansietas
menyeluruh meliputi pencarian rasa takut yang mendasari pada pasien.
2. Psikofarmaka
a. Benzodiazepine
Merupakan obat pilihan untuk gangguan ansietas menyeluruh.
Terapi untuk sebagian besar keadaan ansietas berlangsung 2
hingga 6 minggu diikuti 1 atau 2 minggu untuk keadaan
menurunkan dosis obat secara bertahap sebelum dihentikan.
Penggunaan benzodiazepine dengan waktu paruh intermediate (8
hingga 15 jam) cenderung menghindari sejumlah efek samping
penggunaan benzodiazepine dengan waktu paruh panjang, serta
penggunaan dosis terbagi mencega timbulnya efek samping akibat
tingginya kadar plasma.
a. Buspiron
Efektif pada 60 hingga 80 % pasien dengan gangguan ansietas
menyeluruh. Data menunjukan bahwa buspiron lebih efektif
mengurangi gejala kognitif pada gangguan cemas menyeluruh
dibandingkan mengurangi gejala somatik. Efek buspiron
membutuhkan waktu 2 hingga 3 minggu untuk terlihat.
Dibandingkan dengan efek ansiolitik benzodiazepine yang hamper
segera didapatkan. Satu pendekatan adalah untuk memulai
benzodiazepine dan buspiron secara bersamaan kemudian
menurunkan dosis benzodiazepine setelah 2 sampai 3 minggu,
pada saat ini buspiron seharusnya sudah mencapai efek
maksimum. Sejumlah studi juga melaporkan bahwa terapi
kombinasi jangka panjang benzodiazepine dan buspiron dapat
lebih efektif daripada kedua obat tersebut secara tersendiri.
Buspiron bukanlah terapi yang efektif untuk putus
benzodiazepine.
b. Venlafaksin
Venlafaksin (Effexor) efektif untuk mengobati insomnia,
konsentrasi yang buruk, kegelisahan, iritabilitas, dan ketegangan
otot yang berlebihan akibat gangguan ansietas menyeluruh.
c. SSRI
SSRI dapat efektif terutaba untuk pasien dengan komorbid
depresi. Kerugian SSRI yang menonjol, terutama fluoxetine,
adalah bahwa obat ini meningkatkan ansietas secara sementara.
Oleh sebab itu, SSRI sertralin atau proksetin adalah pilihan yang
lebih baik. Sangat beralasan untuk memulai terapi dengan sertralin
atau paroksetin ditambah benzodiazepine kemudian menurunkan
benzodiazepine setelah 2 hingga 3 minggu.
H. Diagnosis Banding
Diagnosis gangguan ansietas menyeluruh mencakup semua ganggan
medis yang dapat menyebaban ansietas. Pemeriksaan medis harus
mencakuo uji kimia darah standar, elektrokardiogram, dan uji fungsi
tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein,
penyalahgunaan stimulan, putus alkohol, dan putus obat sedatif hipnotik
atau ansiolitik.
I. KESIMPULAN
1. Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang
ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan.
Kondisi ini dialami selama beberap minggu hingga sampai berbulan-
bulan (6 bulan).
2. Menurut PPDGJ :
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
b. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit berkonsentrasi, dsb)
c. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai) dan
d. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala,
mulut kering, dsb)
3. Menurut DSM-IV-TR :
Ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari
keenam gejala berikut (dengan beberapa gejala setidaknya muncul
hampir setiap hari selama 6 bulan).
a. Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok
b. Mudah merasa bersalah
c. Sulit berkonsentrasi atau fikiran menjadi kosong
d. Mudah marah
e. Otot tegang
f. Gangguan tidur (sulit tidur atau tetap tidur, atau tidur yang
gelisah dan tidak puas)
DAFTAR PUSTAKA