Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
G1B121038 Khairunnisa’
Kelompok 2B
UNIVERSITAS JAMBI
2023
SKENARIO I
1. Insomnia
2. Pusing
Jawab
1. Insomnia suatu keadaan pada saat susah untuk memulai tidur,
mempertahankan tidur dan bangun terlalu pagi disertai dengan gangguan
fungsi siang hari yang signifikan tanpa adanya penyebab fisik, mental atau
zat tertentu. Insomnia dapat berlangsung jangka pendek (akut) atau jangka
panjang (kronis).
2. Pusing adalah sensasi yang tidak nyaman di kepala, seperti merasa terbalik
atau berputar. Banyak orang merasakan pusing dari waktu ke waktu,
terutama setelah bangun tidur atau setelah beraktivitas fisik yang berat.
Namun, pusing yang terus-menerus atau parah dapat menjadi tanda adanya
masalah kesehatan yang lebih serius.
1. Untuk Sakit jiwa tidak bisa sembuh total tetapi sangat mungkin untuk
diredakan gejalanya sehingga pengidap gangguan jiwa bisa menjalani
aktivitas sehari-hari tanpa gangguan. Sakit jiwa dikatakan tidak bisa
sembuh total karena kemungkinan kambuhnya cukup tinggi.
1) Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran
yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-
obatan antipsikosi
2) Psikoterapi, khususnya terapi perilaku kognitif (CBT), dapat menjadi
pengobatan yang efektif untuk halusinasi pada orang dengan gangguan
terkait psikosis seperti skizofrenia. CBT dapat membantu individu
belajar mengubah pemikiran atau perilaku mereka agar halusinasi tidak
terlalu menyusahkan dan tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.
Selama sesi CBT, terapis dapat mengajarkan orang tersebut bagaimana
menangani pikiran dan perilakunya, dan mereka dapat belajar lebih
banyak tentang penyakitnya dan dampaknya, serta bagaimana
membedakan antara apa yang nyata dan apa yang tidak. Dengan
kombinasi sesi CBT dan pengobatan, individu pada akhirnya dapat
mengetahui apa yang memicu halusinasi mereka dan bagaimana
mengurangi atau menghentikannya.
3) Terapi kejang listrik/ECT
4) Terapi aktivitas kelompok
4. Berdasarkan kasus di atas, faktor risiko yang dapat terjadi pada Tn. Z
adalah sebagai berikut: stress, depresi, gangguan kecemasan, ganguan
tidur, dan penyakit fisik, kebingungan tentang penyakit, beban emosional,
fisik, finansial.
a. Kebingungan dalam penyakit
Tampak dari kasus Tn. Z memiliki kebingungan atas penyakit yang
di derita anak nya dan tak tahu apa yang harus di lakukan, hal ini
sering terjadi kepada orang tua dari pasien gangguan jiwa
b. Beban emosional
Dari kasus Tn. Z khawatir tentang penyakit yang di derita anak
nya, beban emosional yang di rasakan Tn. Z ini bisa
mengakibatkan kesehatan Tn. Z menurun
c. Fisik
Dari kasus Tn. Z mengeluh sering pusing, lelah dan insomnia.hal
ini di karnakan penurunan imun tubuh dan memiliki beban
emosional yang mendalam yang terjadi pada Tn. Z
d. Finansial
Dalam pengobatan kepada Nn. B pasti tidak sedikit uang yang
akan di keluarkan, hal ini juga termasuk faktor resiko yang terjadi
pada Tn. Z dikarnakan membeli obat atau melakukan pengobatan
untuk anaknya Nn.B.
10. Ketika keluarga tidak membawa Nn. B ke pelayanan kesehatan dan hanya
mencari pengobatan tradisional, itu bisa memiliki dampak yang buruk
pada penyakit mental yang dialami Nn.B. Pengobatan tradisional mungkin
tidak efektif dalam mengatasi masalah kesehatan mental seperti gangguan
jiwa. Dampak buruknya termasuk:
1) Tidak mendapatkan diagnosis yang tepat: Tanpa kunjungan ke
pelayanan kesehatan yang profesional, Nn. B mungkin tidak akan
mendapatkan diagnosis yang tepat untuk kondisinya. Ini bisa
menghambat upaya perawatan yang efektif.
2) Kemungkinan perburukan kondisi: Tanpa perawatan yang tepat,
gangguan jiwa Nn. B bisa memburuk seiring berjalannya waktu.
Gejala seperti mendengar suara-suara yang merendahkan diri bisa
menjadi lebih parah.
3) Isolasi sosial yang lebih besar: Kondisi Nn. B yang membuatnya
tidak mau keluar rumah dan bertemu orang lain dapat menjadi
lebih parah jika tidak diobati. Isolasi sosial yang berkepanjangan
dapat menyebabkan masalah sosial dan emosional lebih lanjut.
4) Kesulitan dalam pemulihan: Pemulihan dari gangguan jiwa sering
memerlukan perawatan medis dan dukungan yang tepat. Tanpa
perawatan ini, kesulitan pemulihan Nn. B bisa semakin tinggi.
Sebagai perawat, penting untuk memberikan pemahaman kepada keluarga
tentang pentingnya mencari perawatan medis profesional dan mengatasi
stigma terkait dengan masalah kesehatan mental. Upaya untuk membawa
Nn. B ke pelayanan kesehatan yang kompeten akan meningkatkan
peluang pemulihannya.
11. Halusinasi yang dialami klien bisa berbeda intensitas dan keparahannya.
Stuart dan Laraia (2005) membagi fase halusinasi dalam 4 fase, yaitu
sebagai berikut:
a. Fase Pertama
Merupakan fase yang disebut comforting atau ansietas sedang,
termasuk dalam nonpsikotik. Karakteristik; klien mengalami
perasaan yang mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah,
takut sehingga mencoba mencoba untuk berfokus pada pikiran
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali
bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam
kendali kesadaran jika ansietas dapat ditangani.
b. Fase Kedua
Merupakan fase yang disebut condemning atau ansietas berat
termasuk psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori yang
menjijikkan dan menakutkan, klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan, klien mungkin mengalami dipermalukan oleh
pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain, mulai merasa
kehilangan kontrol, tingkat kecemasan berat dan secara umum
halusinasi menyebabkan perasaan antipati.
c. Fase Ketiga
Merupakan fase yang disebut controling atau ansietas berat
termasuk dalam psikotik sedang. Karakteristik: klien berhenti
melakukan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut, isi halusinasi menjadi menarik, klien mungkin
mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti.
d. Fase Keempat
Merupakan fase yang disebut conquering atau panic termasuk
psikotik berat. Karakteristik: pengalaman sensori menjadi
mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasinya, halusinasi
berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi
therapeutic.
Nah dari penjelasan di atas fase pasien pada kasus menurut saya yaitu
di fase controlling.
GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI HALUSINASI
STEP 5 : LEARNING OBJEKTIF
DO :
ISOLASI SOSIAL
Masalah
(Menarik Diri)
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Inisial : Nn.B
Umur :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :-
Pekerjaan :-
Tgl Pengkajian :-
2. Factor Predisposisi
1) Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?
Ya
√ Tidak
2) Pengobatan sebelumnya
Klien belum pernah melakukan pengobatan di pelayanan kesehatan
hanya ke pengobatan tradisional.
3) Trauma
Tn.Z mengatakan bahwa Nn.B mengalami kegagalan dalam
pekerjaannya.
4) Riwayat anggota keluarga
Tidak Terkaji
5) Pengalaman masa lalu
Kegagalan dalam pekerjaannya.
3. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda vital : Tidak Terkaji
2) Antropometri : Tidak Terkaji
3) Keluhan fisik : Tidak Terkaji
4. Psikososial
1) Genogram : Tidak Terkaji
2) Konsep diri
a. Citra tubuh : Tidak Terkaji
b. Identitas diri : Tidak Terkaji
c. Peran diri : Tidak Terkaji
d. Ideal diri : Tidak Terkaji
e. Harga diri : klien merasa gagal dalam pekerjaannya
Masalah keperawatan : Harga diri rendah situasional
3) Hubungan Social
a. Orang terdekat : Tidak Terkaji
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : Tidak
Terkaji
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Semenjak klien gagal dengan pekerjaannya klien tidak mau
keluar rumah dan bertemu dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Isolasi social
4) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Tidak Terkaji
b. Kegiatan ibadah : Tidak Terkaji
5) Status Mental
a. Penampilan : Tidak Terkaji
b. Pembicaraan : Tidak Terkaji
c. Aktivitas motoric :
Klien tampak duduk di sudut kamar, terkadang berjalan
mondar-mandir sambil bicara dan senyum sendiri.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori
d. Alam perasaan
Klien mengatakan mendengar suara yang mengatakan dirinya
bodoh, selalu gagal dalam hal apapun.
Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran
e. Afek : Tidak Terkaji
f. Interaksi selama wawancara : Tidak Terkaji
g. Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara yang mengatakan dirinya
bodoh, selalu gagal dalam hal apapun. Suara didengar paling
sering saat klien diam dan sendirian terutama di malam hari.
Saat mendengar suara yang mengejek tersebut yang dilakukan
klien adalah menangis muncul perasaan bersalah terkadang
marah dengan suara yang didengar tersebut.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
h. Proses berpikir : Tidak Terkaji
i. Tingkat kesadaran : Composmentis (CM)
j. Memori : Tidak Terkaji
k. Tingkat konsertrasi dan berhitung : Tidak Terkaji
l. Daya tilik diri : Tidak Terkaji
6) Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan : Tidak Terkaji
b. BAB/BAK : Tidak Terkaji
c. Mandi : Tidak Terkaji
d. Berpakaian/berhias : Tidak Terkaji
e. Istirahat tidur : Tidak Terkaji
f. Penggunaan obat : Tidak Terkaji
g. Pemeliharaan kesehatan : Tidak Terkaji
h. Aktifitas dalam rumah : Tidak Terkaji
i. Aktifitas luar rumah : Tidak Terkaji
7) Mekanisme Koping
Mekanisme koping saat ini klien yaitu maladaptif, pasien menghindar
dari orang lain.
8) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berhubungan dengan lingkungan, klien tidak mau keluar
rumah dan bertemu orang lain.
9) Pengetahuan : Tidak Terkaji
10) Aspek Medik
Diagnose Medik : Halusinasi Pendengaran
Terapi Medik : Tidak Terkaji
B. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALAH
1. DS : Gangguan persepsi
Klien mengatakan mendengar suara- sensori : Halusinasi
suara yang mengatakan dirinya
bodoh, selalu gagal dalam hal
apapun
Klien mengatakan suara didengar
paling sering saat klien diam dan
sendirian terutama dimalam hari
Klien mengatakan saat mendengar
suara yang mengejek tersebut yang
dilakukan klien adalah menangis
muncul perasaan bersalah terkadang
marah dengan suara yang didengar
tersebut
DO :
Saat kunjungan klien tampak duduk
disudut kamar, terkadang berjalan
mondar-mandir sambil bicara dan
senyum sendiri
2. DS : Isolasi social :
Tn.Z mengatakan sejak 2 tahun Ketidakadekuatan
terakhir Nn.B tidak mau keluar
sumber daya personal
rumah dan bertemu dengan orang
lain
DO :
Menarik diri
Tidak berniat/menolak berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan
(Klien tampak duduk disudut kamar)
Tidak mampu memenuhi harapan
orang lain (Gagal dalam pekerjaan)
Merasa asyik dengan pikiran sendiri
(Terkadang klien berjalan mondar-
mandir sambil bicara dan senyum
sendiri)
3. DS : Harga diri rendah kronis
Tn. Z mengatakan Nn.B sejak 2 : Kegagalan
tahun terakhir tidak mau keluar
rumah dan bertemu dan dengan
orang lain
Tn.Z mengatakan anaknya
mengalami gangguan setelah pasien
gagal dalam pekerjaan
DO :
Klien tampak duduk disudut kamar,
terkadang berjalan mondar-mandir
sambil bicara dan senyum sendiri
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori b.d Halusinasi (gangguan pendengaran)
2. Isolasi Sosial b.d Ketidakadekuatan sumber daya personal
3. Harga Diri Rendah Kronis b.d Kegagalan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Gangguan Persepsi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Halusinasi (I.09288)
Sensori b.d keperawatan, maka diharapkan Observasi
Halusinasi persepsi sensori membaik, Monitor perilaku yang mengindikasikan
(gangguan dengan kriteria hasil: halusinasi
pendengaran) 1. Verbalisasi mendengar Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan
bisikan menurun stimulasi lingkungan
2. Distorsi sensori menurun Monitor isi halusinasi (mis: kekerasan atau
3. Perilaku halusinasi membahayakan diri)
menurun Terapeutik
4. Respons sesuai stimulus Pertahankan lingkungan yang aman
membaik Lakukan Tindakan keselamatan Ketika tidak
dapat mengontrol perilaku (mis: limit setting,
pembatasan wilayah, pengekangan fisik, seklusi)
Diskusikan perasaan dan respons terhadap
halusinasi
Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi
Edukasi
Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya
halusinasi
Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya
untuk memberi dukungan dan umpan balik
korektif terhadap halusinasi
Anjurkan melakukan distraksi (mis:
mendengarkan music, melakukan aktivitas dan
Teknik relaksasi)
Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol
halusinasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu
2. Isolasi Sosial b.d Setelah dilakukan intervensi Promosi Sosialisasi (I.13498)
Ketidakadekuatan keperawatan, maka diharapkan Observasi
sumber daya keterlibatan sosial meningkat, Identifikasi kemampuan melakukan interaksi
personal dengan kriteria hasil: dengan orang lain
1. Minat interaksi meningkat Identifikasi hambatan melakukan interaksi
2. Verbalisasi isolasi menurun dengan orang lain
3. Perilaku menarik diri Terapeutik
menurun Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu
hubungan
Motivasi kesabaran dalam mengembangkan
suatu hubungan
Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
Motivasi berinteraksi di luar lingkungan (mis:
jalan-jalan, ke toko buku)
Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan orang lain
Diskusikan perencanaan kegiatan di masa depan
Berikan umpan balik positif dalam perawatan
diri
Berikan umpan balik positif pada setiap
peningkatan kemampuan
Edukasi
Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan
menghormati hak orang lain
Anjurkan penggunaan alat bantu (mis: kacamata
dan alat bantu dengar)
Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil
untuk kegiatan khusus
Latih bermain peran untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi
Latih mengekspresikan marah dengan tepat
3. Harga Diri Rendah Setelah dilakukan intervensi Manajemen Perilaku (I.12463)
Kronis b.d keperawatan selama, maka Observasi
Kegagalan diharapkan harga diri Identifikasi harapan untuk mengendalikan
meningkat, dengan kriteria perilaku
hasil: Terapeutik
1. Penilaian diri positif Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
meningkat Jadwalkan kegiatan terstruktur
2. Penerimaan penilaian Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan
positif terhadap diri sendiri kegiatan perawatan konsisten setiap dinas
meningkat Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
Batasi jumlah pengunjung
Bicara dengan nada rendah dan tenang
Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber
agitasi
Cegah perilaku pasif dan agresif
Beri penguatan positif terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
Hindari bersikap menyudutkan dan
menghentikan pembicaraan
Hindari sikap mengancam atau berdebat
Hindari berdebat atau menawar batas perilaku
yang telah ditetapkan
Edukasi
Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan kognitif
Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a) Salam Terapeutik “Selamat pagi, assalamualaikum, bolehkah
Saya berkenalan dengan Ibu? Nama Saya Khairunnisa boleh
panggil Saya Nisa Saya Mahasiswa jurusan keperawatan
Universitas Jambi, Saya sedang praktik di sini dari pukul
08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau
boleh Saya tahu nama Ibu siapa dan senang dipanggil dengan
sebutan apa?”
b) Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan Ibu hari ini?
Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan tidak?”
c) Kontrak
1) Topik
“Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?
Menurut ibusebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana
kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama
ini Ibu dengar tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya
berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang? Bagaimana kalau
di ruang tamu saya?”
2. Kerja
“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-
waktu saja?”
“Kapan paling sering Ibu mendengar suara tersebut?”
“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat mendengar sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau
bayangan agar tidak muncul?”
“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut, kedua dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain, ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal,
keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik. Caranya seperti ini, saat suara-suara itu muncul,
langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi Saya tidak mau dengar … Saya
tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai
suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu bagus
Ibu! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu
merasa senang tidak dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu
simpulkan pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara itu agar tidak
muncul lagi.”
c. Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu
coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?”
DAFTAR PUSTAKA