Anda di halaman 1dari 34

LOGBOOK KASUS 1

BLOK KEPERAWATAN JIWA II

“Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi”

Dosen Pengampu :

Ns. Luri Makeama, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

G1B121038 Khairunnisa’
Kelompok 2B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
SKENARIO I

Seorang Perawat penanggung Jawab program jiwa Puskesmas melakukan


kunjungan rumah pada keluarga Tn.Z. Tn. Z mengeluh sering pusing, lelah, dan
insomnia karena khawatir dengan kondisi kesehatan anaknya yang sakit sejak 2
tahun terakhir. Tn. Z mengungkapkan bingung tidak tahu harus melakukan apa
dengan kondisi yang dialami anaknya. Anak Tn. Z, Nn.B sejak 2 tahun terakhir
tidak mau keluar rumah dan bertemu dan dengan orang lain. Kondisi ini terjadi
setelah pasien gagal dalam pekerjaan. Saat kunjungan klien tampak duduk disudut
kamar, terkadang berjalan mondar-mandir sambil bicara dan senyum sendiri.
Pasien menerima kehadiran perawat. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa
klien mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya bodoh, selalu gagal dalam
hal apapun. Suara didengar paling sering saat klien diam dan sendirian terutama
dimalam hari. Saat mendengar suara yang mengejek tersebut yang dilakukan klien
adalah menangis muncul perasaan bersalah terkadang marah dengan suara yang
didengar tersebut. Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke pelayanan
kesehatan, hanya ke pengobatan tradisional.
STEP 1 : KLASIFIKASI ISTILAH SULIT

1. Insomnia
2. Pusing

Jawab
1. Insomnia suatu keadaan pada saat susah untuk memulai tidur,
mempertahankan tidur dan bangun terlalu pagi disertai dengan gangguan
fungsi siang hari yang signifikan tanpa adanya penyebab fisik, mental atau
zat tertentu. Insomnia dapat berlangsung jangka pendek (akut) atau jangka
panjang (kronis).
2. Pusing adalah sensasi yang tidak nyaman di kepala, seperti merasa terbalik
atau berputar. Banyak orang merasakan pusing dari waktu ke waktu,
terutama setelah bangun tidur atau setelah beraktivitas fisik yang berat.
Namun, pusing yang terus-menerus atau parah dapat menjadi tanda adanya
masalah kesehatan yang lebih serius.

STEP 2 : IDENTIFIKASI MASALAH

1. Terapi terbaik apa yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan penyakit


mental Ny. B?
2. Tindakan apa yang tepat di lakukan perawat untuk situasi penyakit anak
Tn. Z sekarang?
3. Pada kasus, Tn. Z juga tampak khawatir dan mulai terlihat mengalami
gangguan terhadap kehidupan sehari-hari nya, bisa dilihat seperti Tn. Z
yang insomnia, pusing dan lelah. Bagaimana peran perawat dalam
membantu keluarga pasien agar tetap tenang dan terhindar dari gejala²
yang juga bisa membahayakan psikologis nya?
4. Faktor resiko apa saja yang dapat terjadi pada Tn. Z?
5. Bagaimana cara perawat meningkatkan pikiran positif pada klien agar dia
tidak merasa malu dan berpikiran negatif terhadap dirinya sendiri?
6. Bagaimana cara menghilangkan gangguan halusinasi suara yang di dengar
Nn. B?
7. Edukasi seperti apa yang bisa diberikan perawat kepada keluarga pasien
untuk menunjang kesembuhan pasien?
8. Dari kasus diatas, kira-kira masalah yang mana dulu sebaiknya perawat
utamakan, apakah keluhan Tn. Z atau anaknya?
9. Apa yang harus disiapkan perawat saat pertama kali
berkomunikasi/berinteraksi dengan Nn. B agar klien tersebut merasa
nyaman saat berkomunikasi dengan perawat?
10. Di dalam kasus keluarga belum melakukan perawatan ke tempat kesehatan
dan hanya datang ke pengobatan tradisional, apakah hal tersebut memiliki
dampak kepada penyakit mental yang di alami Nn. B? Apakah dampak itu
baik atau buruk?
11. Fase halusinasi terbagi menjadi 4 fase, yaitu comfering, condeming,
controoling dan conquering, yang saya tanyakan adalah, dalam skenario
masuk difase manakah fase yang dialami pasien?
12. Pada kasus terlihat klien sering mendengarkan suara-suara yang
mengganggunya. apa yang penyebab klien mendengar suara-suara tersebut
dan termasuk jenis halusinasi apakah yang dirasakan oleh klien dengan
gangguan jiwa seperti pada kasus?

STEP 3 : ANALISIS MASALAH

1. Untuk Sakit jiwa tidak bisa sembuh total tetapi sangat mungkin untuk
diredakan gejalanya sehingga pengidap gangguan jiwa bisa menjalani
aktivitas sehari-hari tanpa gangguan. Sakit jiwa dikatakan tidak bisa
sembuh total karena kemungkinan kambuhnya cukup tinggi.
1) Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran
yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-
obatan antipsikosi
2) Psikoterapi, khususnya terapi perilaku kognitif (CBT), dapat menjadi
pengobatan yang efektif untuk halusinasi pada orang dengan gangguan
terkait psikosis seperti skizofrenia. CBT dapat membantu individu
belajar mengubah pemikiran atau perilaku mereka agar halusinasi tidak
terlalu menyusahkan dan tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.
Selama sesi CBT, terapis dapat mengajarkan orang tersebut bagaimana
menangani pikiran dan perilakunya, dan mereka dapat belajar lebih
banyak tentang penyakitnya dan dampaknya, serta bagaimana
membedakan antara apa yang nyata dan apa yang tidak. Dengan
kombinasi sesi CBT dan pengobatan, individu pada akhirnya dapat
mengetahui apa yang memicu halusinasi mereka dan bagaimana
mengurangi atau menghentikannya.
3) Terapi kejang listrik/ECT
4) Terapi aktivitas kelompok

2. Tindakan yang diberikan perawat kepada pasien perawat harus


memastikan keamanannya, termasuk keamanan emosional dan melakukan
pemeriksaan psikologis untuk mengetahui kondisi pasien.
1) Evaluasi dan Observasi: Perawat harus melakukan evaluasi awal
terhadap pasien yang mengalami halusinasi, termasuk mencatat jenis
halusinasi, durasi, dan tingkat keparahan. Observasi yang cermat juga
diperlukan untuk memantau perubahan dalam keadaan pasien.
2) Promosikan keselamatan klien: Keselamatan selalu menjadi prioritas
utama saat merawat pasien dengan halusinasi. Perawat harus menilai
lingkungan pasien dan menghilangkan potensi bahaya. Mereka juga
harus memantau perilaku pasien dengan cermat untuk mencari tanda-
tanda agitasi atau kecemasan dan segera melakukan intervensi untuk
mencegah cedera pada pasien atau orang lain.
3) Jaga Kontak dan Hubungan: Pertahankan hubungan positif dengan
pasien. Jaga kontak mata dan ciptakan ikatan emosional yang positif
untuk membangun rasa kepercayaan.
4) Berikan Dukungan Emosional: Berikan dukungan emosional kepada
pasien. Dengarkan mereka dengan empati, tawarkan pengertian, dan
jangan menilai atau meremehkan pengalaman mereka.
5) Gangguan bantuan: Pasien dapat mengalihkan perhatiannya dari
halusinasi dengan mendengarkan musik, memakai headphone,
menulis, menggambar, atau bermain game. Hal ini juga dapat
membantu untuk mengingatkan pasien bahwa ketika mengalami
halusinasi, ucapkan dengan keras “Pergi!” atau “Tinggalkan aku
sendiri!” untuk mendapatkan kendali
6) Ajarkan keterampilan mengatasi masalah: Perawat dapat mengajari
pasien keterampilan mengatasi masalah untuk membantu mereka
menghadapi halusinasinya. Hal ini dapat mencakup terapi perilaku
kognitif, yang dapat membantu individu belajar mengubah pemikiran
atau perilaku mereka agar halusinasi tidak terlalu menyusahkan dan
tidak terlalu mengganggu kehidupan sehari-hari.

3. Peran perawat memberikan dukungan kepada keluarga, membina


hubungan saling percaya antara perawat dengan keluarga pasien. Ketika
keluarga dapat mengutarakan perasaan nya, maka saat itulah perawat hadir
untuk memberikan pertolongan. Perawat memberi rasa nyaman kepada
pasien dan keluarga, sehingga diharapkan dapat menurunkan
kekhawatarian Tn. Z kepada anaknya seperti pada kasus. Perawat harus
bisa mencipatakan lingkungan yang tenang dan nyaman serta sikap
terbuka, tenang, empati, menerima segala sesuatu yang diucapkan oleh
keluarga pasien, agar keluarga dapat menyampaikan perasaannya. Ketika
keluarga sudah merasa tenang karena sudah berhasil menyampaikan
perasaannya, tugas kita sebagai perawat selanjutnya bisa menyampaikan
infomasi mengenai pasien sehingga keluarga dapat mengambil keputusan.
Perasaan tenang yang dirasakan oleh keluarga berdampak besar pada
tujuan kedepannya dan berakhir pada turunya rasa kekhawatiran pada
keluarga pasien dan sehingga keluhan lain yang dirasakan keluarga seperti
pusing, Lelah pada kasus dapat teratasi. Diperlukan strategi koping
keluarga yang dapat membantu keluarga dalam mengatasi masalah
kecemasan, karena gangguan kecemasan dapat membantu keluarga dapat
mempengaruhi keluarga pasien maupun pasien itu sendiri.

4. Berdasarkan kasus di atas, faktor risiko yang dapat terjadi pada Tn. Z
adalah sebagai berikut: stress, depresi, gangguan kecemasan, ganguan
tidur, dan penyakit fisik, kebingungan tentang penyakit, beban emosional,
fisik, finansial.
a. Kebingungan dalam penyakit
Tampak dari kasus Tn. Z memiliki kebingungan atas penyakit yang
di derita anak nya dan tak tahu apa yang harus di lakukan, hal ini
sering terjadi kepada orang tua dari pasien gangguan jiwa
b. Beban emosional
Dari kasus Tn. Z khawatir tentang penyakit yang di derita anak
nya, beban emosional yang di rasakan Tn. Z ini bisa
mengakibatkan kesehatan Tn. Z menurun
c. Fisik
Dari kasus Tn. Z mengeluh sering pusing, lelah dan insomnia.hal
ini di karnakan penurunan imun tubuh dan memiliki beban
emosional yang mendalam yang terjadi pada Tn. Z
d. Finansial
Dalam pengobatan kepada Nn. B pasti tidak sedikit uang yang
akan di keluarkan, hal ini juga termasuk faktor resiko yang terjadi
pada Tn. Z dikarnakan membeli obat atau melakukan pengobatan
untuk anaknya Nn.B.

5. Promosi harga diri, meningkatkan penilaian perasaan/persepsi terhadap


diri sendiri atau kemampuan diri
Tindakan
Observasi
1) Indentifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin dan usia terhadap
harga diri
2) Monitor tingkat harga diri
Terapeutik
1) Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
2) Diskusikan kepercayaan terhadap meningkatkan harga diri
3) Diskusikan persepsi negative
4) Diskusikan alasan mengkritik diri dan rasa bersalah
Edukasi
1) Anjurkan mengidentifikasi kekuatan diri
2) Anjurkan membuka diri terhadap kritik negative
3) Latih pernyataan kemampuan positif diti
4) Latih cara berfikir dan berperilaku positif

6. Halusinasi pendengaran adalah halusinasi yang paling sering dialami oleh


penderita gangguan mental, misalnya mendengar suara melengking,
mendesir, bising, dan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Individu
merasa suara itu tertuju padanya, sehingga penderita sering terlihat
bertengkar atau berbicara dengan suara yang didengarnya (Damayanti,
Jumaini & Utami, 2014). Peran perawat dalam menangani halusinasi
antara lain melakukan asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan
melatih keluarga untuk merawat klien dengan halusinasi. Strategi
pelaksanaan pada klien halusinasi mencakup kegiatan mengenal
halusinasi, mengajarkan klien menghardik halusinasi, minum obat dengan
teratur, bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, serta
melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah halusinasi (Afnuhazi,
2015).
Dalam sebuah jurnal yang berjudul penerapan teknik menghardik pada Tn.
B dengan masalah halusinasi didapatkan bahwa perilaku serta tanda gejala
yang sering muncul pada klien halusinasi bisa dikendalikan dengan
beberapa teknik, salah satunya dengan teknik menghardik. Teknik ini
dapat digunakkan sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan
halusinasi dengan menolak halusinasi yang muncul, klien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya, hal ini sesuai dengan pernyataan dimana
seseorang yang mengalami halusinasi bisa dikendalikan dengan teknik
menghardik untuk menolak halusinasi yang sedang dialaminya dengan
tepat dan terjadwal (Yosep, 2009). Hasil dari penelitian ini mempunyai
implikasi yang bermanfaat untuk menurunkan frekuensi munculnya
halusinasi (Nugroho arief, 2016). Saat dilakukannya wawancara dengan
meminta Tn. J untuk mendemonstrasikan cara untuk menghardik, Tn. J
sudah melakukan dengan tepat akan tetapi masih perlu adanya dampingan
saat melakukan Teknik tersebut.

7. Edukasi yang dapat diberikan perawat kepada keluarga pasien yaitu:


1) mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2) memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, jenis, tanda
dan gejala, proses terjadinya, serta cara merawat pasien
3) memberikan kepada keluarga untuk memperagakan bagaimana
cara merawat pasien langsung dihadapan pasien
4) mendiskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
untuk follow up anggota keluarga dengan penyakit yang diderita.
5) Memantau kepatuhan minum obat
6) Memantau perkembangan pasien
Edukasi yang di berikan perawat pada keluarga pasien yaitu mengajar kan
pasien untuk
1) Bersikap empati/memahami perasaan dan pikiran pasien.
2) Berdiskusi dengan pasien untuk
3) memberikan solusi yang tepat dan logis.
4) Memberikan apresiasi atas usaha pasien dalam penyembuhannya
(pujian, pelukan, hadiah) Tidak melabel atau menilai pasien dengan
kata-kata yang kurang positif.

8. Menurut saya, masalah yang sebaiknya diutamakan oleh perawat adalah


masalah kesehatan jiwa anak Tn. Z, yaitu halusinasi. Hal ini dikarenakan
halusinasi merupakan gejala gangguan jiwa yang serius dan dapat
membahayakan diri sendiri dan orang lain. Alasan mengapa masalah
kesehatan jiwa anak Tn. Z harus diutamakan:
 Halusinasi dapat menyebabkan klien melakukan tindakan
berbahaya, seperti menyakiti diri sendiri atau orang lain.
 Halusinasi dapat mengganggu kemampuan klien untuk beraktivitas
sehari-hari.
 Halusinasi dapat menyebabkan klien mengalami kecemasan, stres,
dan depresi.
Setelah masalah kesehatan jiwa anak Tn. Z teratasi, perawat dapat
memberikan dukungan kepada Tn. Z untuk mengatasi keluhannya. Pada
keluarga bisa dilakukan strategi koping keluarga yang dapat membantu
keluarga dalam mengatasi masalah kecemasan. Perawat juga dapat
mengatasi insomnia pada Tn. Z dengan membuat rencana pelayanan,
melakukan perawatan langsung, diskusi masalah, menyampaikan nasihat
atau penyuluhan kesehatan, pertimbangkan kebutuhan rujukan, kolaborasi,
konsultasi, dll.

9. Pertama perawat harus Mempersiapkan dirinya sendiri dengan matang,


perawat harus tahu dimana kelebihan dan kekurangannya. Jika diperlukan
perawat bisa mempersiapkan kertas dan alat tulis. Sebelum melakukan
komunikasi dengan pasien perawat harus bisa menciptakan lingkungan
yang tenang dan nyaman sehingga dapat mendukung terciptanya
komunikasi terapeutik, perawat dapat memberikan perhatian serta
mendengarkan dengan penuh perhatian, dan juga membangun keterbukaan
dengan itu bisa meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat, memberi
ruang kepada klien untuk menyampaikan semua keluhan yang dirasakan
oleh klien.

10. Ketika keluarga tidak membawa Nn. B ke pelayanan kesehatan dan hanya
mencari pengobatan tradisional, itu bisa memiliki dampak yang buruk
pada penyakit mental yang dialami Nn.B. Pengobatan tradisional mungkin
tidak efektif dalam mengatasi masalah kesehatan mental seperti gangguan
jiwa. Dampak buruknya termasuk:
1) Tidak mendapatkan diagnosis yang tepat: Tanpa kunjungan ke
pelayanan kesehatan yang profesional, Nn. B mungkin tidak akan
mendapatkan diagnosis yang tepat untuk kondisinya. Ini bisa
menghambat upaya perawatan yang efektif.
2) Kemungkinan perburukan kondisi: Tanpa perawatan yang tepat,
gangguan jiwa Nn. B bisa memburuk seiring berjalannya waktu.
Gejala seperti mendengar suara-suara yang merendahkan diri bisa
menjadi lebih parah.
3) Isolasi sosial yang lebih besar: Kondisi Nn. B yang membuatnya
tidak mau keluar rumah dan bertemu orang lain dapat menjadi
lebih parah jika tidak diobati. Isolasi sosial yang berkepanjangan
dapat menyebabkan masalah sosial dan emosional lebih lanjut.
4) Kesulitan dalam pemulihan: Pemulihan dari gangguan jiwa sering
memerlukan perawatan medis dan dukungan yang tepat. Tanpa
perawatan ini, kesulitan pemulihan Nn. B bisa semakin tinggi.
Sebagai perawat, penting untuk memberikan pemahaman kepada keluarga
tentang pentingnya mencari perawatan medis profesional dan mengatasi
stigma terkait dengan masalah kesehatan mental. Upaya untuk membawa
Nn. B ke pelayanan kesehatan yang kompeten akan meningkatkan
peluang pemulihannya.
11. Halusinasi yang dialami klien bisa berbeda intensitas dan keparahannya.
Stuart dan Laraia (2005) membagi fase halusinasi dalam 4 fase, yaitu
sebagai berikut:
a. Fase Pertama
Merupakan fase yang disebut comforting atau ansietas sedang,
termasuk dalam nonpsikotik. Karakteristik; klien mengalami
perasaan yang mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah,
takut sehingga mencoba mencoba untuk berfokus pada pikiran
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali
bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam
kendali kesadaran jika ansietas dapat ditangani.
b. Fase Kedua
Merupakan fase yang disebut condemning atau ansietas berat
termasuk psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori yang
menjijikkan dan menakutkan, klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan, klien mungkin mengalami dipermalukan oleh
pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain, mulai merasa
kehilangan kontrol, tingkat kecemasan berat dan secara umum
halusinasi menyebabkan perasaan antipati.
c. Fase Ketiga
Merupakan fase yang disebut controling atau ansietas berat
termasuk dalam psikotik sedang. Karakteristik: klien berhenti
melakukan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut, isi halusinasi menjadi menarik, klien mungkin
mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti.
d. Fase Keempat
Merupakan fase yang disebut conquering atau panic termasuk
psikotik berat. Karakteristik: pengalaman sensori menjadi
mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasinya, halusinasi
berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi
therapeutic.
Nah dari penjelasan di atas fase pasien pada kasus menurut saya yaitu
di fase controlling.

12. Penyebab munculnya suara-suara yang didengar oleh klien bisa


dikarenakan oleh berbagai faktor, salah satunya seperti yang disebutkan
dalam kasus yaitu kondisi yang dialami oleh klien terjadi setelah klien
gagal dalam pekerjaan. Halusinasi dapat muncul akibat berbagai faktor.
Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya halusinasi yang paling
umum:
a. Gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, demensia, dan depresi
berat dengan gejala psikosis. Penderita psikosis akan sulit
membedakan hal yang nyata dan tidak.
b. Gangguan saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, migrain
dengan aura, delirium, stroke, epilepsi, dan penyakit Alzheimer.
c. Terlalu banyak mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang,
seperti kokain, amfetamin, heroin dan obat psikedelik.
Kemudian jenis halusinasi yang dialami oleh klien adalah halusinasi
pendengaran. Halusinasi pendengaran adalah jenis halusinasi yang paling
umum terjadi, yang menyebabkan seseorang mendengar suara-suara yang
tidak didengar orang lain. Suara itu bisa berupa suara marah, suara netral,
suara mesra, suara lantunan musik, percakapan, tawa, bahkan
langkah kaki seseorang.
STEP 4 : MIND MAPPING
GANGGUAN
Tn.Z MENTAL Nn.B

Penyebab : Hasil pengkajian Riwayat pengobatan :


Mengeluh sering pusing, Lelah,
dan insomnia karena khawatir Gagal dalam DS : Pengobatan
dengan kondisi anaknya yang pekerjaan 1. Sejak 2 tahun terakhir tidak mau keluar rumah dan tradisional belum
sakit sejak 2 tahun terakhir bertemu orang lain pernah dibawa ke
DO : pelayanan kesehatan
1. Klien tampak duduk di sudut kamar
2. Terkadang berjalan mondar-mandir
3. Bicara dan senyum sendiri
4. Klien mendengar suara-suara yang mengatakan
dirinya bodoh, selalu gagal dalam hal apapun
5. Suara paling sering didengar saat klien diam dan
sendirian terutama dimalam hari
6. Saat mendengar suara yang mengejek tersebut
yang dilakukan klien adalah menangis dan muncul
rasa bersalah terkadang marah dengan suara
tersebut

GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI HALUSINASI
STEP 5 : LEARNING OBJEKTIF

1. Apakah masalah keperawatan yang dialami pasien dan keluarga


2. Data tambahan apa yang harus didapatkan dari pasien dan keluarga
3. Buatlah pohon masalah keperawatan pada kasus pasien
4. Buatlah leaflet edukasi
5. Buat Laporan Pendahuluan Masalah Keperawatan Utama pasien
6. Buatlah strategi pelaksanaan komunikasi untuk mengatasi masalah
keperawatan utama pasien (Fase Orientasi, kerja, terminasi)

STEP 6 : BELAJAR MANDIRI

1. Masalah Keperawatan Pada Pasien :


1) Gangguan persepsi sensori : Halusinasi (Gangguan Pendengaran)
DS :
 Klien mengatakan mendengar suara-suara yang mengatakan
dirinya bodoh, selalu gagal dalam hal apapun
 Klien mengatakan suara didengar paling sering saat klien diam
dan sendirian terutama dimalam hari
 Klien mengatakan saat mendengar suara yang mengejek
tersebut yang dilakukan klien adalah menangis muncul
perasaan bersalah terkadang marah dengan suara yang didengar
tersebut
DO :
 Saat kunjungan klien tampak duduk disudut kamar, terkadang
berjalan mondar-mandir sambil bicara dan senyum sendiri
2) Isolasi social : Ketidakadekuatan sumber daya personal
DS :
 Tn.Z mengatakan sejak 2 tahun terakhir Nn.B tidak mau keluar
rumah dan bertemu dengan orang lain
DO :
 Menarik diri
 Tidak berniat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan (Klien tampak duduk disudut kamar)
 Tidak mampu memenuhi harapan orang lain (Gagal dalam
pekerjaan)
 Merasa asyik dengan pikiran sendiri (Terkadang klien berjalan
mondar-mandir sambil bicara dan senyum sendiri)
3) Harga diri rendah kronis : Kegagalan
DS :
 Tn. Z mengatakan Nn.B sejak 2 tahun terakhir tidak mau keluar
rumah dan bertemu dan dengan orang lain
 Tn.Z mengatakan anaknya mengalami gangguan setelah pasien
gagal dalam pekerjaan

DO :

 Klien tampak duduk disudut kamar, terkadang berjalan mondar-


mandir sambil bicara dan senyum sendiri

Masalah Keperawatan Keluarga :


1) Ansietas : Kurang terpapar informasi
DS :
 Tn. Z mengeluh sering pusing, lelah, dan insomnia karena
khawatir dengan kondisi kesehatan anaknya yang sakit sejak 2
tahun terakhir
 Tn. Z mengungkapkan bingung tidak tahu harus melakukan apa
dengan kondisi yang dialami anaknya
DO : -
2) Defisit pengetahuan : Kurang terpapar informasi
DS :
 Tn. Z mengungkapkan bingung tidak tahu harus melakukan apa
dengan kondisi yang dialami anaknya
 Keluarga mengatakan belum pernah membawa klien berobat ke
pelayanan kesehatan, hanya ke pengobatan tradisional
DO : -

2. Data tambahan yang harus didapatkan dari pasien dan keluarga


Data dari pasien :
1) Pengkajian tentang riwayat penyakit pasien di masa lalu
2) Pengalaman masa lalu yang menyebabkan trauma dan factor yang
mempengaruhi emosional klien secara rinci
3) Hubungan social klien di masa lalu
4) Pengkajian spiritual klien
5) Kemampuan dan cara klien dalam berkomunikasi
6) Penkajian lebih lengkap tentang masalah halusinasi pasien seperti
lama durasi halusinasi tersebut terjadi, seberapa sering halusinasi
itu muncul (frekuensi terjadinya halusinasi), dan mekanisme
koping klien (apa yang klien lakukan saat halusinasi tersebut
muncul).
Data dari keluarga :
1) Riwayat kesehatan keluarga (apakah ada anggota keluarga yang
pernah mengalami hal serupa).
2) Tn.Z mengatakan bahwa dia bingung dengan kondisi anaknya, lalu
apa yang dilakukan Tn.Z untuk mendapatkan informasi tentang
anaknya dan dari mana sumber informasi tersebut.
3) Apa yang dilakukan keluarga pada saat halusinasi Nn.B kambuh
4) Apa alasan keluarga tidak membawa Nn.B ke pelayanan kesehatan
dan hanya melakukan pengobatan tradisional, lalu jenis pengobatan
apa yang Nn.B dapatkan saat menjalani pengobatan tradisional.
3. Pohon masalah keperawatan pada kasus

RESIKO PERILAKU KEKERASAN


(Beresiko membahayakan secara fisik, emosi
dan/atau seksual pada diri sendiri atau orang
lain.)

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI


Akibat
(Halusinasi Pendengaran)

ISOLASI SOSIAL
Masalah
(Menarik Diri)

HARGA DIRI RENDAH


KRONIS
Penyebab
(Kegagalan)
4. Leaflet Edukasi
5. Laporan Pendahuluan Masalah Keperawatan Utama Pasien
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah kesalahan sensori persepsi yang menyerang
pancaindera, hal umum yang terjadi yaitu halusinasi pendengaran
dan pengelihatan walaupun halusinasi pencium, peraba, dan
pengecap dapat terjadi (Townsend, 2010). Halusinasi adalah suatu
keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi yang
disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, sehingga klien menginterpretasikan sesuatu
yang tidak nyata tanpa stimulus atau rangsangan dari luar (Stuart
dalam Azizah, 2016).
B. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari
beberapa jenis dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
1) Halusinasi pendengaran (audotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara
terutama suara orang. Biasanya mendengar suara orang
yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk
pancaran cahaya,gambaran geometric, gambar kartun,
panorama yang luas dan bayangan yang menakutkan.
3) Halusinasi penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan
adanya bau busuk, amis, dan bau menjijikan, tapi kadang
terhidu bau harum.
4) Halusinasi peraba (taktil)
Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit
atau tidak enak tanpa ada stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
5) Halusinasi pengecap (gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasaan
sesuatuyang busuk, amis, dan menjijikan.
6) Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi
tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri,
makanan dicerna atau pembentuan urine.
C. Fase-fase Halusinasi
1) Comforting (halusinasi menyenangkan, cemas ringan)
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, kesepian rasa
bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan
2) Condeming (cemas sedang).
Kecemasan meningkat berhubungan dengan pengalaman
internal dan eksternal, klien berada pada tingkat listening
pada halusinasi, pemikiran menonjol seperti gambaran
suara dan sensasi
3) Controling (pengalaman sensori berkuasa, cemas berat).
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol,
klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya pada
halusinasinya.
4) Conquering (melebur dalam pengaruh halusinasi, panik)
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak
mengikuti perintah dari halusinasi (Stuart & Laraia, 2015
dikutip dalam Muhith 2015).
D. Tanda dan Gejala Halusinasi
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap
pasien serta ungkapan pasien, halusinasi adalah sebagai berikut
(Oktaviani 2020).
a. Halusinasi Penglihatan
1) Melirik mata kekanan dan kekiri untuk mencari sumber
yang dilihat
2) Melihat dengan penuh perhatian pada orang yang
berbicara/benda mati di dekatnya
3) Terlihat pembicara dengan mati atau orang yang
tampak
4) Melirikkan mata seperti ada yang di lihat
b. Halusinasi Pendengaran
1) Tiba-tiba tampak tertangkap ketentuan karena orang
lain, benda mati/stimulus yang tidak terlihat
2) Tiba-tiba lari keruangan
c. Halusinasi Pengecapan
1) Meludahkan makanan atau minuman
2) Menolak makanan atau minuman obat
d. Halusinasi Penciuman
1) Mengkrutukan hidung seperti menghirup udarayang
tidak enak
2) Penciuman bau tubuh
3) Menghirup bau udara ketika berjalan ke arah orang lain
4) Respon terhadap bau dengan panik
e. Halusinasi Kinestetik
E. Penatalaksanaan Medis Halusinasi
1) Menghardik halusinasi
2) Menggunakan obat
3) Berinteraksi dengan orang lain
4) Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan
harian.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Inisial : Nn.B
Umur :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :-
Pekerjaan :-
Tgl Pengkajian :-
2. Factor Predisposisi
1) Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?
Ya

√ Tidak

2) Pengobatan sebelumnya
Klien belum pernah melakukan pengobatan di pelayanan kesehatan
hanya ke pengobatan tradisional.
3) Trauma
Tn.Z mengatakan bahwa Nn.B mengalami kegagalan dalam
pekerjaannya.
4) Riwayat anggota keluarga
Tidak Terkaji
5) Pengalaman masa lalu
Kegagalan dalam pekerjaannya.
3. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda vital : Tidak Terkaji
2) Antropometri : Tidak Terkaji
3) Keluhan fisik : Tidak Terkaji
4. Psikososial
1) Genogram : Tidak Terkaji
2) Konsep diri
a. Citra tubuh : Tidak Terkaji
b. Identitas diri : Tidak Terkaji
c. Peran diri : Tidak Terkaji
d. Ideal diri : Tidak Terkaji
e. Harga diri : klien merasa gagal dalam pekerjaannya
Masalah keperawatan : Harga diri rendah situasional
3) Hubungan Social
a. Orang terdekat : Tidak Terkaji
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : Tidak
Terkaji
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Semenjak klien gagal dengan pekerjaannya klien tidak mau
keluar rumah dan bertemu dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Isolasi social
4) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Tidak Terkaji
b. Kegiatan ibadah : Tidak Terkaji
5) Status Mental
a. Penampilan : Tidak Terkaji
b. Pembicaraan : Tidak Terkaji
c. Aktivitas motoric :
Klien tampak duduk di sudut kamar, terkadang berjalan
mondar-mandir sambil bicara dan senyum sendiri.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori
d. Alam perasaan
Klien mengatakan mendengar suara yang mengatakan dirinya
bodoh, selalu gagal dalam hal apapun.
Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran
e. Afek : Tidak Terkaji
f. Interaksi selama wawancara : Tidak Terkaji
g. Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara yang mengatakan dirinya
bodoh, selalu gagal dalam hal apapun. Suara didengar paling
sering saat klien diam dan sendirian terutama di malam hari.
Saat mendengar suara yang mengejek tersebut yang dilakukan
klien adalah menangis muncul perasaan bersalah terkadang
marah dengan suara yang didengar tersebut.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
h. Proses berpikir : Tidak Terkaji
i. Tingkat kesadaran : Composmentis (CM)
j. Memori : Tidak Terkaji
k. Tingkat konsertrasi dan berhitung : Tidak Terkaji
l. Daya tilik diri : Tidak Terkaji
6) Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan : Tidak Terkaji
b. BAB/BAK : Tidak Terkaji
c. Mandi : Tidak Terkaji
d. Berpakaian/berhias : Tidak Terkaji
e. Istirahat tidur : Tidak Terkaji
f. Penggunaan obat : Tidak Terkaji
g. Pemeliharaan kesehatan : Tidak Terkaji
h. Aktifitas dalam rumah : Tidak Terkaji
i. Aktifitas luar rumah : Tidak Terkaji
7) Mekanisme Koping
Mekanisme koping saat ini klien yaitu maladaptif, pasien menghindar
dari orang lain.
8) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berhubungan dengan lingkungan, klien tidak mau keluar
rumah dan bertemu orang lain.
9) Pengetahuan : Tidak Terkaji
10) Aspek Medik
Diagnose Medik : Halusinasi Pendengaran
Terapi Medik : Tidak Terkaji

B. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALAH
1. DS : Gangguan persepsi
 Klien mengatakan mendengar suara- sensori : Halusinasi
suara yang mengatakan dirinya
bodoh, selalu gagal dalam hal
apapun
 Klien mengatakan suara didengar
paling sering saat klien diam dan
sendirian terutama dimalam hari
 Klien mengatakan saat mendengar
suara yang mengejek tersebut yang
dilakukan klien adalah menangis
muncul perasaan bersalah terkadang
marah dengan suara yang didengar
tersebut
DO :
 Saat kunjungan klien tampak duduk
disudut kamar, terkadang berjalan
mondar-mandir sambil bicara dan
senyum sendiri
2. DS : Isolasi social :
 Tn.Z mengatakan sejak 2 tahun Ketidakadekuatan
terakhir Nn.B tidak mau keluar
sumber daya personal
rumah dan bertemu dengan orang
lain
DO :
 Menarik diri
 Tidak berniat/menolak berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan
(Klien tampak duduk disudut kamar)
 Tidak mampu memenuhi harapan
orang lain (Gagal dalam pekerjaan)
 Merasa asyik dengan pikiran sendiri
(Terkadang klien berjalan mondar-
mandir sambil bicara dan senyum
sendiri)
3. DS : Harga diri rendah kronis
 Tn. Z mengatakan Nn.B sejak 2 : Kegagalan
tahun terakhir tidak mau keluar
rumah dan bertemu dan dengan
orang lain
 Tn.Z mengatakan anaknya
mengalami gangguan setelah pasien
gagal dalam pekerjaan
DO :
 Klien tampak duduk disudut kamar,
terkadang berjalan mondar-mandir
sambil bicara dan senyum sendiri

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori b.d Halusinasi (gangguan pendengaran)
2. Isolasi Sosial b.d Ketidakadekuatan sumber daya personal
3. Harga Diri Rendah Kronis b.d Kegagalan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Gangguan Persepsi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Halusinasi (I.09288)
Sensori b.d keperawatan, maka diharapkan Observasi
Halusinasi persepsi sensori membaik,  Monitor perilaku yang mengindikasikan
(gangguan dengan kriteria hasil: halusinasi
pendengaran) 1. Verbalisasi mendengar  Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan
bisikan menurun stimulasi lingkungan
2. Distorsi sensori menurun  Monitor isi halusinasi (mis: kekerasan atau
3. Perilaku halusinasi membahayakan diri)
menurun Terapeutik
4. Respons sesuai stimulus  Pertahankan lingkungan yang aman
membaik  Lakukan Tindakan keselamatan Ketika tidak
dapat mengontrol perilaku (mis: limit setting,
pembatasan wilayah, pengekangan fisik, seklusi)
 Diskusikan perasaan dan respons terhadap
halusinasi
 Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi
Edukasi
 Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya
halusinasi
 Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya
untuk memberi dukungan dan umpan balik
korektif terhadap halusinasi
 Anjurkan melakukan distraksi (mis:
mendengarkan music, melakukan aktivitas dan
Teknik relaksasi)
 Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol
halusinasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu
2. Isolasi Sosial b.d Setelah dilakukan intervensi Promosi Sosialisasi (I.13498)
Ketidakadekuatan keperawatan, maka diharapkan Observasi
sumber daya keterlibatan sosial meningkat,  Identifikasi kemampuan melakukan interaksi
personal dengan kriteria hasil: dengan orang lain
1. Minat interaksi meningkat  Identifikasi hambatan melakukan interaksi
2. Verbalisasi isolasi menurun dengan orang lain
3. Perilaku menarik diri Terapeutik
menurun  Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu
hubungan
 Motivasi kesabaran dalam mengembangkan
suatu hubungan
 Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
 Motivasi berinteraksi di luar lingkungan (mis:
jalan-jalan, ke toko buku)
 Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan orang lain
 Diskusikan perencanaan kegiatan di masa depan
 Berikan umpan balik positif dalam perawatan
diri
 Berikan umpan balik positif pada setiap
peningkatan kemampuan
Edukasi
 Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
 Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
 Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
 Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan
menghormati hak orang lain
 Anjurkan penggunaan alat bantu (mis: kacamata
dan alat bantu dengar)
 Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil
untuk kegiatan khusus
 Latih bermain peran untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi
 Latih mengekspresikan marah dengan tepat
3. Harga Diri Rendah Setelah dilakukan intervensi Manajemen Perilaku (I.12463)
Kronis b.d keperawatan selama, maka Observasi
Kegagalan diharapkan harga diri  Identifikasi harapan untuk mengendalikan
meningkat, dengan kriteria perilaku
hasil: Terapeutik
1. Penilaian diri positif  Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
meningkat  Jadwalkan kegiatan terstruktur
2. Penerimaan penilaian  Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan
positif terhadap diri sendiri kegiatan perawatan konsisten setiap dinas
meningkat  Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
 Batasi jumlah pengunjung
 Bicara dengan nada rendah dan tenang
 Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber
agitasi
 Cegah perilaku pasif dan agresif
 Beri penguatan positif terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
 Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
 Hindari bersikap menyudutkan dan
menghentikan pembicaraan
 Hindari sikap mengancam atau berdebat
 Hindari berdebat atau menawar batas perilaku
yang telah ditetapkan
Edukasi
 Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan kognitif

6. Strategi pelaksanaan komunikasi (Fase Orientasi, kerja, terminasi)

Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi menurut, Keliat (2014), antara


lain :
a. Strategi pelaksanaan 1 pasien : Membantu pasien mengenal
halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik. Membantu pasien
mengenal halusinasi, perawat dapat berdiskusi dengan pasien
tentang isi, waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan
halusinasi setelah itu menjelaskan cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik. Berikut ini tahapan intervensi yang
dilakukan perawat dalam mengajarkan pasien, antara lain :
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi,
2) Memperagakan cara menghardik,
3) Meminta pasien memperagakan ulang,
4) Memantau penerapan cara memuat perilaku pasien.
b. Strategi Pelaksanaan 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap bersama orang lain. Bercakap-
cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi.
Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi:
fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan
yang dilakukan dengan orang lain.
c. Strategi Pelaksanaan 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan melakukan aktivitas terjadwal. Untuk mengurangi
resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan cara menyibukkan diri
melakukan aktivitas yang teratur. Dengan aktivitas terjadwal pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali
mencetuskan halusinasi dengan cara beraktivitas secara teratur.
d. Strategi Pelaksanaan 4 Pasien : Melatih pasien minum obat secara
teratur. Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi.
Pasien juga harus dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai
dengan program terapi dokter. Pasien gangguan jiwa yang dirawat
dirumah sering mengalami putus obat sehingga pasien mengalami
kelambuhan. Jika kelambuhan terjadi, untuk mencapai kondisi
seperti semula akan membutuhkan waktu. Dengan intervensi yang
dapat dilakukan perawat agar pasien patuh minum obat:
1) Jelaskan kegunaan obat,
2) Jelaskan akibat jika putus obat,
3) Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat,
4) Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis).

Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a) Salam Terapeutik “Selamat pagi, assalamualaikum, bolehkah
Saya berkenalan dengan Ibu? Nama Saya Khairunnisa boleh
panggil Saya Nisa Saya Mahasiswa jurusan keperawatan
Universitas Jambi, Saya sedang praktik di sini dari pukul
08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau
boleh Saya tahu nama Ibu siapa dan senang dipanggil dengan
sebutan apa?”
b) Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan Ibu hari ini?
Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan tidak?”
c) Kontrak
1) Topik
“Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?
Menurut ibusebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana
kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama
ini Ibu dengar tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya
berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang? Bagaimana kalau
di ruang tamu saya?”
2. Kerja
“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-
waktu saja?”
“Kapan paling sering Ibu mendengar suara tersebut?”
“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat mendengar sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau
bayangan agar tidak muncul?”
“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut, kedua dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain, ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal,
keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik. Caranya seperti ini, saat suara-suara itu muncul,
langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi Saya tidak mau dengar … Saya
tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai
suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu bagus
Ibu! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu
merasa senang tidak dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu
simpulkan pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara itu agar tidak
muncul lagi.”
c. Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu
coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?”
DAFTAR PUSTAKA

Galuh Harmono Putri, M. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI
PENDENGARAN) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo).
Nafiatun, S., Susilaningsih, I., & Rusminah, R. (2020). Penerapan Teknik
Menghardik Pada Tn. J dengan Masalah Halusinasi. Jurnal Keperawatan
Karya Bhakti, 6(1), 15-24.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai