Anda di halaman 1dari 27

LOGBOOK TUTORIAL

KASUS I

BLOK KEPERAWATAN JIWA II

Dosen Pengampu :

Ns. Riska Amalya Nasution, Sp.Kep.J.

Disusun Oleh :

Ahmad Syahdad (G1B120051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
Skenario 1

Seorang Perawat penanggung Jawab program jiwa Puskesmas melakukan kunjungan rumah
pada keluarga Tn.J. Tn.J mengeluh sering pusing, lelah, dan sulit tidur karena khawatir
dengan kondisi kesehatan anaknya yang sakit sejak 3 tahun terakhir. Anak Tn.J, Nn.A sejak 3
tahun terakhir banyak mengurung diri dikamar. Kondisi ini terjadi setelah klien batal
menikah. Saat kunjungan klien tampak duduk disudut kamar, terkadang berjalan bolak balik
sambil bicara sendiri. Klien menerima kehadiran perawat. Hasil pengkajian didapatkan data
bahwa klien mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya jelek sehingga calon suaminya
pergi meninggalkannya dan menikah dengan perempuan lain. Suara didengar paling sering
saat klien diam dan sendirian terutama dimalam hari. Saat mendengar suara yang mengejek
tersebut yang dilakukan klien adalah menangis terkadang marah dengan suara yang didengar
tersebut. Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke dokter, hanya ke pengobatan
tradisional dan didoakan.

LO :

1. Apakah masalah keperawatan yang dialami pasien


2. Data tambahan apa yang harus didapatkan dari pasien dan keluarga
3. Buatlah pohon masalah keperawatan pada kasus pasien
4. Buat Laporan Pendahuluan Masalah Keperawatan Utama pasien
5. Buatlah strategi pelaksanaan komunikasi untuk mengatasi masalah keperawatan
utama pasien (Fase Orientasi, kerja, terminasi)

STEP I

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Puskesmas G1B120057_Aulia Sura


G1B120052_Eliza Puspika
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
G1B120056_Pebriyanti Putri
Tujuan puskesmas adalah Memberikan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.

2. Pengobatan tradisional G1B120046_Poniyem


G1B120054_Syifa Yunida
Media pengobatan yang menggunakan pengetahuan tradisional yang berkembang dari
generasi ke generasi sesuai kepercayaan yang dianut berbagai masyarakat sebelum era
kedokteran modern.
G1B120045_Auliah Triski
Pengobatan tradisional atau yang lebih dikenal dengan pengobatan
alternatif merupakan cara pengobatan yang menggunakan obat-obatan tradisional.
Obat tradisional sendiri adalah jumlah keseluruhan semua pengetahuan dan praktek
baik yang dapat dijelaskan atau tidak dalam diaknosis, pencegahan dan menghapus
ketidakseimbangan fisik dan mental yang hanya mengandalkan pengalaman praktis
dari generasi ke generasi.

3. Khawatir G1B120049_Birgitta Arta


G1B120056_Pebriyanti Putri
Kha·wa·tir a takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan
pasti; Khawatir adalah sikap berpikir berlebihan atau terlalu cemas tentang suatu
masalah atau situasi.
G1B120052_Eliza Puspika
Khawatir adalah perasaan gelisah yang terjadi ketika pikiran terfokus pada kesulitan
saat ini atau masalah potensial yang belom benar benar terjadi.

4. Jiwa G1B120050_Nyimas Aisyah


G1B120048_Febrina
Menurut KBBI Jiwa adalah roh manusia yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan
seseorang hidup ; nyawa ; sesuatu kehidupan batin manusia.
G1B120052_Eliza Puspika
Jiwa adalah kajian utama pada ruang lingkup Psikologi berbeda dengan fisiologi yang
mempelajari struktur dan fungsi organ fisik biologis manusia karena psikologi secara
etimiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.

5. Mengurung diri G1B120048_Febrina


G1B120051_Ahmad Syahdad
Mengurung diri adalah tindakan dimana seseorang tidak mau bersosialisasi.

6. Pusing G1B120052_Eliza Puspika


G1B120046_Poniyem
Pusing adalah sensasi seperti berputar, kliyengan, melayang, atau kondisi ketika kamu
merasa akan pingsan. Pusing bisa terjadi pada siapa saja dengan sensasi yang berbeda
pada setiap orang. Sebenarnya, pusing bukanlah penyakit, melainkan gejala dari
perubahan tubuh atau gangguan kesehatan.
G1B120045_Auliah Triski
Pusing adalah kondisi ketika Anda merasa pening kepala dan tidak seimbang.
Biasanya, ini bukan masalah serius, tapi tetap perlu penanganan. Pusing merupakan
keadaan yang menggambarkan perasaan kehilangan keseimbangan.

STEP II

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa yang harus dilakukan perawat untuk menghadapi pasien pada kasus?
(G1B120046_Poniyem)
2. Apa DO dan DS yang dapat kita dapatkan dari kasus tersebut? (G1B120050_Nyimas
Aisyah)
3. Apa komunikasi yang dapat diberikan kepada pasien? (G1B120051_Ahmad
Syahdad)
4. Pengobatan tradisional seperti apa yang bisa diberikan kepada pasien pada kasus
tersebut? (G1B120054_Syifa Yunida)
5. Apa yang menjadi penyebab pasien mendengar suara-suara seperti pada kasus?
(G1B120049_Birgitta Arta)
STEP III

ANALISA MASALAH

1. G1B120052_Eliza Puspika
Tindakan yang dapat dilakukan perawat pada kasus
1) Membantu pasien mengenali halusinasi.Untuk membantu pasien mengenali
halusinasi Saudara dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien
tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul
dan respon pasien saat halusinasi muncul
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
• Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri
terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul.
Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat
dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada
namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti
apa yang ada dalam halusinasinya.

Tahapan tindakan meliputi:

o Menjelaskan cara menghardik halusinasi


o Memperagakan cara menghardik
o Meminta pasien memperagakan ulang
o Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
• Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang
lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.
Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi
adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
• Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang
mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya
dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur
malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut:
o Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
o Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
o Melatih pasien melakukan aktivitas
o Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari
bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
o Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan
penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.
o Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus
dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan
program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah
seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien
mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk
mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu
pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan
berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien
patuh menggunakan obat yaitu jelaskan guna obat, jelaskan
akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
dan jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
(benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar
dosis).
G1B120049_Birgitta Arta
Pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien terutama dengan
halusinasi, yaitu klien diberikan pengobatan psikofarmaka dan terapi modalitas
keperawatan (terapi aktivitas kelompok, terapi rekreasi, terapi lingkungan, terapi
individu dan terapi okupasi). Terapi individu merupakan salah satu bentuk terapi yang
dilakukan secara individu oleh perawat kepada klien secara tatap muka perawat-klien
dengan durasi waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pelaksanaannya adalah dengan menggunakan komunikasi terapeutik yang dilakukan
perawat dengan pasien yang mempunyai tujuan yaitu klien mampu mengontrol
halusinasi. Dengan teknik komunikasi terapeutik ini berguna untuk membangun
hubungan terapeutik perawat dan klien, mengidentifikasi masalah klien, mengkaji
persepsi klien tentang masalah yang dihadapinya. Teknik komunikasi terapeutik
merupakan salah satu teknik dalam proses penyembuhan pasien terutama dengan
masalah keperawatan gangguan jiwa tak terkecuali pasien gangguan jiwa dengan
halusinasi.

2. G1B120057_Aulia Sura
DS:
• Tn.J mengeluh sering pusing, lelah, dan sulit tidur karena khawatir dengan
kondisi kesehatan anaknya yang sakit sejak 3 tahun terakhir.
• Klien mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya jelek sehingga calon
suaminya pergi meninggalkannya dan menikah dengan perempuan lain.
• Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke dokter, hanya ke
pengobatan tradisional dan didoakan.
• Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke dokter, hanya ke
pengobatan tradisional dan didoakan.
DO:
• Saat mendengar suara yang mengejek tersebut yang dilakukan klien adalah
menangis terkadang marah dengan suara yang didengar tersebut.
• Saat kunjungan klien tampak duduk disudut kamar, terkadang berjalan bolak
balik sambil bicara sendiri.

3. G1B120049_Birgitta Arta
Dalam teknik komunikasi terapeutik yang dilakukan pada terapi penyembuhan
pasien gangguan jiwa halusinasi, ada empat teknik komunikasi terapeutik utama yang
dapat digunakan yaitu:
• Teknik Mendengarkan
Dalam teknik ini perawat melakukan peran dan fungsinya untuk
mendengarkan masalah yang dialami pasien baik pikirannya, perasaannya atau
idenya, semua yang disampaikan pasien halusinasi harus didengarkan perawat
dengan penuh perhatian, agar dapat mengumpulkan data-data awal dari pasien
halusinasi ini dengan sangat lengkap dan rinci, sehingga dapat mempermudah
langkah selanojutnya yang dapat diambil pada proses terapi penyembuhan
pasien gangguan jiwa khususnya halusinasi.
• Teknik Bertanya
Bertanya merupakan teknik yang dilakukan oleh perawat dalam
mencari informasi yang belum didapatkan sebelumnya, dari apa yang telah
disampaikan pasien halusinasi, dengan terus memberikan pertanyaan-
pertanyaan bertujuan untuk mendorong atau memancing pasien halusinasi
untuk mengungkapkan perasaan, pikiran dan masalahnya yang dialaminya
lebih spesifik, lebih detail dan lebih mendalam sehingga dapat mengumpulkan
semua data-data yang dibutuhkan dalam serangkaian proses terapi
penyembuhan gangguan jiwa khususnya halusinasi.
• Teknik Menyimpulkan
Dalam teknik menyimpulkan ini, perawat mendapatkan poin utama
yang menjadi acuan untuk mengatasi masalah pokok yang dialami pasien
sehingga perawat dapat merencanakan stategi pelaksanaan cara mengatasi
masalah yang dirasakan pasien halusinasi, atau mencarikan solusi dari masalah
yang dialami pasien halusinasi.
• Teknik Mengubah Cara Pandang
Teknik yang paling utama dan paling akhir dalam teknik komunikasi
terapeutik, teknik mengubah cara pandang merupakan inti semuanya dari
teknik komunikasi terapeutik. Perawat memberikan cara pandang lain agar
pasien tidak melihat sesuatu masalah dari aspek negatifnya saja, dalam teknik
ini perawat harus mampu mengubah cara pandang dan melatih pasien secara
terus menerus supaya dapat keluar dari masalah yang dialaminya salah satunya
dengan melaksanakan perencanaan yang telah direncanakan dalam teknik
sebelumnya yaitu secara terus menerus melatih dengan cara menghardik
supaya pasien halusinasi dapat mengalihkan cara pandang pikiran atau
perasaannya yang salah.

4. G1B120056_Pebriyanti Putri
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang menyebabkan penderitanya
mengalami distorsi cara berpikir, kesulitan mengekspresikan emosi, serta kesulitan
bertindak dan memandang realitas. Penyakit ini memanifestasikan diri dalam bentuk
halusinasi, delusi, pikiran terdistorsi, gangguan motorik, dan perasaan ketakutan dan
paranoia yang biasanya diakibatkan oleh gangguan kognitif, serta gangguan
emosional akibat proses berpikir dengan kondisi yang berbeda. Penderita skizofrenia
biasanya ditangani dengan memberikan obat antipsikotik. Tetapi sebenarnya ada
beberapa jenis herbal yang terbukti efektif menekan gejala skizofrenia yaitu:
1) Ginseng
Ginseng adalah bahan antioksidan alami yang efektif mencegah
halusinasi pada penderita skizofrenia. Seorang penderita skizofrenia
disarankan untuk mengonsumsi teh ginseng dua kali sehari, selama enam
bulan berturt-turut.
2) Rosemary
Bunga yang banyak tumbuh di Kawasan Mediterania ini dikenal
sebagai aromatepi yang bagus bagi penderita skizofrenia. Aroma rosemary
disebut akan membantu penderita skizofrenia mengatasi kegugupanya dan
'mengembalikan' mereka ke dunia nyata. Bisa digunakan sebagai aroma terapi
dengan cara dalam air mendidih dan menghirup uapnya. Atau bisa juga
dikonsumsi bersma makanan yang disajikan bagi penderita skizofrenia.
3) Kapulaga hijau
Biji kapulaga sangat efektif untuk mengontrol jaringan syaraf yang
sering memicu gejala skizofrenia. Cara yang direkomendasikan adalah dengan
menggunakannya sebagai minuman herbal, yakni dengan mencampur segelas
air panas dengan satu sendok teh bubuk kapulaga hijau.
4) Ikan air dingin
Ikan secara klinis telah terbukti bagus untuk kesehatan dan fungsi otak.
Ini berkat kandungan lemak omega-3nya. Secara teratur mengonsumsi ikan,
khususnya ikan dari daerah dingin, akan membantu menyembuhkan penderita
skizofrenia.
5) Susu almond
Susu almond juga diyakini bagus untuk menekan gejala skizofrenia.
Pasien skizofrenia disarankan mengonsumsi 4 gelas susu almond sehari.
Setiap gelasnya harus mengandung setidaknya 15 biji almond, 1 sendok
makan madu dan segelas air.
6) Daun basil
Daun basil disebut sebagai herbal terbaik bagi penderita skizofrenia.
Zat antioksidannya bagus untuk meningkatkan fungsi otak sekaligus
mencegah gejala halusinasi.

5. G1B120051_Ahmad Syahdad
Menurut saya pasien mengalami Halusinasi pendengaran, karena sering
mendengar suara". Yg disebabkab karena pasien tidak jadi menikah, lalu pasien
merasa terpukul dan sering mendengar suara yg mengatakan bahwa dirinya jelek dan
calon suaminya menikah dengan perempuan lain.
G1B120045_Auliah Triski
Halusinasi dapat muncul akibat berbagai faktor. Berikut adalah beberapa
faktor paling umum yang dapat menyebabkan halusinasi:
1) Gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, demensia, dan depresi berat dengan
gejala psikosis.
2) Gangguan saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, migrain dengan aura,
delirium, stroke, epilepsi, dan penyakit.
3) Alzheimer
4) Banyak mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, seperti kokain,
amfetamin, dan heroin.
5) Demam, terutama pada anak atau lansia.
6) Gangguan tidur, seperti narkolepsi.
STEP IV

MIND MAPPING

G1B120045_Auliah Triski
STEP V

LEARNING OBJECT (LO)

1. Apakah masalah keperawatan yang dialami pasien


2. Data tambahan apa yang harus didapatkan dari pasien dan keluarga
3. Buatlah pohon masalah keperawatan pada kasus pasien
4. Buat Laporan Pendahuluan Masalah Keperawatan Utama pasien
5. Buatlah strategi pelaksanaan komunikasi untuk mengatasi masalah keperawatan
utama pasien (Fase Orientasi, kerja, terminasi)

STEP VI

1. Apakah masalah keperawatan yang dialami pasien


1) gangguan persepsi Sensoris : Halusinasi pendengaran
DS : - Nn. A mendengar suara suara yang menyatakan dirinya jelek
- suara didengar paling sering saat klien dalam diam dan sendirian terutama
di malam hari

- klien terkadang marah dan menangis karena mendengar suara suara yang
mengejek
Do: - klien berjalan bolak balik dan berbicara sendiri

2. Data tambahan apa yang harus didapatkan dari pasien dan keluarga
1) pasien
pasien mampu menyebutkan karakteristik Halusinasi yang dirasakan seperti
frekuensi (seberapa sering suara itu muncul), upaya ( usaha yang dilakukan untuk
menghilangkan Halusinasi)

2) keluarga
- bagaimana keluarga menangani Halusinasi pasien kambuh
- apa alasan keluarga tidak membawa pasien ke dokter meminta keluarga
untuk mendeskripsikan marah pasien misalnya : ketika marah pasien
membanding atau melempar barang berkata kasar dan lain sebagainya
3) Kaji riwayat kesehatan masa lalu pasien
3. Buatlah pohon masalah keperawatan pada kasus pasien

Resiko perilaku kekerasan ( diri sendiri,orang lain


,lingkungan,dan verbal )

Gangguan persepsi sensori :


Halusinasi pendengaran

Isolasi social :
Menarik diri
4. Buatlah laporan pendahuluan masalah keperawatan utama pasien
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara-suara, paling sering suara
orang, berbicara kepada pasien atau membicarakan pasien. Mungkin ada satu atau
banyak suara, dapat berupa suara orang yang dikenal atau tidak dikenal.
Berbentuk halusinasi perintah yaitu suara yang menyuruh pasien untuk melakukan
untuk melakukan tindakan, sering kali membahayakan diri sendiri atau
membahayakan orang lain dan dianggap berbahaya (Videbeck, 2008, dalam
Keliat, 2010).

Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respons


neurobiologis maladaptive .Halusinasi biasanya muncul pada pasien gangguan
jiwa diakibatkan terjadinya perubahan orientasi realita,pasien meraskan stimulasi
yang sebetulnya tidak ada.halusinasi penglihatan dan pendengaran yang
merupakan gejala dari early psychosis, yang sebagian besar terjadi pada usia
remeja akhir atau dewasa awal,bingung peran yang berdampak pada rapuhnya
kepribadian sehingga terjadi gangguan konsop diri dan menarik diri dari
lingkungan social yang lambat laun membuat penderita menjadi asik dengan
hayalan dan menyebabkan timbulnya halusinasi. (Ervina,2018).

B. Factor predisposisi dan presipitasi


Faktor predisposisi pasien halusinasi menurut ( Oktiviani,2020 ) :
1. Faktor Predisposisi
• Faktor perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya control dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak
kecil,mudah frustasi,hilang percaya diri.jika tugas perkembangan menemui
hambatan dan hubungan interpersonal terputus, individu akan merasa social dan
cemas (Zelika & Dermawan, 2015).
• Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan merasa
disingkirkan,kesepian,dan tidak percaya pada lingkungan. Faktor berbagai
masyarakat dapat merasa dikucilkan.
• Biologi
Faktor biologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogen neurokimia.Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter otak. Hal ini
berdampak pada terjadinya gangguan jiwa, jika seseorang mengalami sosial yang
berlebihan ( Sutejo, 2020).
• Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanngung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif.Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan psien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya,pasien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
Hubungan interpersonal tidak harmonis, dan biasanya seseorang menerima
berbagai peran yang kontradiktif, yang akan menimbulkan banyak social dan
kecemasan, serta berujung pada hancurnya orientasi realitas (Dermawan, 2016).
• Sosial Budaya
Meliputi pasien mengalami interaksi social dalam fase awal dan comfortin,pasien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan.pasien asyik dengan Halusinasinya,seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi social,control diri dan harga diri
yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Faktor berbagi dalam masyarakat dapat
membuat orang merasa kesepian di likungan mereka yang luas (Sutejo, 2020). 1.
Faktor Presipitasi Menurut Prabowo (2014)
2. factor presipitasi
dapat meliputi:
• Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak,yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
• Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
• Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C. Klasifikasi

Klasifikasi halusinasi terbagi menjadi 5 menurut, Yusuf (2015).


1) Halusinasi Pendengaran

- Data objektif antara lain: bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa
sebab,mengarahka telinga kearah tertentu,klien menutup telinga.
- Data subjektif antara lain: mendengarkan suara-suara atau kegaduhan,
mendengarkan suara yang ngajak bercakap-cakap, mendengarkan suara
yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

2) Halusinasi Penglihatan

- Data objektif antara lain: menunjukka kearah tertentu, ketakutan pada


sesuatu yang tidak jelas.
- Data subjektif anatar lain: melihat bayangan, sinar, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster.

3) Halusinasi Penciuman
- Data objektif antara lain: mencium seperti membaui bau-bauan tertentu dan
menutup hidung.
- Data subjektif antara lain: mencium bau-bau seperti bau darah, feses, dan
kadang-kadang bau itu menyenagkan.
4) Halusinasi Pengecapan

- Data objektif antara lain: sering meludah, muntah.


- Data subjektif antara lain: merasakan seperti darah, feses, muntah.

5) Halusinasi Perabaan

- Data objektif antara lain: menggaruk-garuk permukaan kulit.


- Data subjektif antara lain: mengatakkan ada serangga dipermukaan kulit,
merasa seperti tersengat listrik.
D. Manifestasi klinis
Data subjektif dan objektif menurut, Trimelia, (2011) adalah:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggreakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata cepat
4. Respon lambat atau diam
5. Diam dan dipenuhi oleh sesuatuyang mengasyikan
6. Terlihat bicara sendiri
7. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
8. Duduk terpaku, memandang sesuatu,tiba-tiba berlari keruangan lain
9. Disorientasi ( waktu, tempat, orang )
10. Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
11. Perubahan perilaku dan pola komunikasi
12. Gelisah, ketakutan, ansietas
13. Peka rangsangan
E. Tahap terjadi halusinasi

Menurut (Zelika & Dermawan, 2015) dan (Dermawan & Rusdi, 2013) ada
beberapa fase atau tahapan dalam proses terjadinya halusinasi yaitu :
I. Tahap I (comforting)
a) Pasien mengalami ansietas, merasa kesepian, rasa bersalah yang besar dan
Ketakutan
b) Pasien mencoba berfokus pada pikiran yang mampu membuat ansietas
atau kecemasannya hilang
c) Pikiran dan pengalaman pasien masih dalam control kesadaran penuh.
Perilaku yang biasanya ditampakkan pada pasien yaitu :
a. Tersenyum dan tertawa sendiri
b. Suka menggerakan bibir tanpa suara
c. Biasanya pergerakan mata sangat cepat
d. Pasien mengalami respon verbal yang lambat
e. Suka diam dan berkonsentrasi

II. Tahap II (condeming)


Pasien biasanya pada tahap ini cenderung seperti suka menyalahkan diri sendiri,
tingkat kecemasan sudah mulai berat, secara umum halusinasi yang mampu
menyebabkan rasa antipasti memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Memiliki pengalaman sensori yang menakutkan
b. Merasa seperti dilecehkan oleh pengalaman sensori yang dialami
c. Mulai merasa kehilangan control diri
d. Sering menarik diri dari orang lain
Perilaku yang biasa ditampakkan pada pasien yaitu :
a. Terjadi peningkatan pada denyut jantung, nadi, pernafasan, dan juga
tekanan darah pasien.
b. Perhatian dengan lingkungan mulai berkurang
c. Lebih konsentrasi terhadap lingkungan sensorinya
d. Kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan
realita yang ada.
III. Tahap III (controlling)
Pasien pada tahap ini biasanya sulit mengontrol terhadap halusinasinya, tingkat
kecemasannya tinggi, pengalaman pada halusinasinya sudah tidak bisa ditolak
lagi, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
a. Pasien cenderung menyerah dan mudah menerima pengalaman
sensorinya atau halusinasinya.
b. Isi dari halusinasinya menjadi lebih atraktif
c. Merasa kesepian bila pengalaman pada sensorinya sudah berakhir.
perilaku yang ditampakkan pada pasien adalah sebgai beriku :
a. Pasien menaati perintah pada halusinasinya
b. Pasien lebih sulit berhubungan dengan orang lain
c. Pehatian pasien terhadap lingkungan mulai berkurang hanya dalam
waktu beberapa detik
d. Pasien tidak mampu mengikuti perintah dari terapis atau perawat,
biasanya pasien tampak tremor dan berkeringat.

IV. Tahap IV (conquering)


Pada tahap ini pasien sudah sangat dikuasai oleh halusinasinya.Pasien tampak
lebih mudah sekali untuk panik. Karakteristik yang biasa ditunjukkan oleh pasien
adalah seperti mengancam apabila apa yang pasien inginkan tidak dituruti.
Perilaku yang biasanya ditampkkan pada pasien adalah sebagai berikut:
a. Sering selaki menamppakan perilaku panik
b. Pasien beresiko untuk mencederai
c. Pasien cenderung agitasi atau kataton
d. Pasien sudah tidak mampu untuk berespon dengan lingkungannya.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaa medis pada pasien halusinasi pendengaran menurut, Rahayu
(2016) dibagi menjadi dua :

1. Terapi Farmakologi
a. Haloperidol (HLP)
- Klasifikasi : antipsikoik, neuroleptik, butirofenon.
1) Indikasi Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian hiperaktivitas
dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
2) Mekanisme kerja Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami
sepenuhnya, tampak menekan susunan saraf pusat pada pusat subkortikal formasi
retricular otak, mesenfalon dan batang otak.
3) Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap obat ini pasien depresi susunan saraf
dan sumsum tulang, kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson dan anak
dibawah usia 3 tahun.
4) Efek samping Sedasi, sakit kepala, kejang insomnia, pusing, mulut kering dan
anoreksia.
b. Clorpromazin
- Klasifikasi sebagai antipsikotik, antiemetic
1) Indikasi Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada
gangguan bipolar, gangguan skizoaktif, ansietas dan agitasi, anak hiperaktif yang
menunjukkan aktivitas motoric yang berlebihan.
2) Mekanisme Kerja Mekanisme kerja antipsikotik yang tepat belum dipahami
sepenuhnya, namun berhubungan dengan efek antidoparminergik. Antipsikotik
dapat menyekat reseptor dipamine postsinap pada ganglia basal, hipotalamus,
system limbic, batang otak dan medulla.
3) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sumsum tulang,
penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6 bulan
dan wanita selama kehamilan dan laktasi.
(5) Efek Samping Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi,
hipertensi, mual muntah dan mulut kering.
3) Trihexyphenidil (THP)
- Klasifikasi antiparkison
1) Indikasi Segala penyakit parkison, gejala ekstra pyramidal berkaitan dengan
obat antiparkison.
2) Mekanisme Kerja Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan
kelebihan asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps untuk
mengurangi efek kolinergik berlebihan.
3) Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap obat ini, glaucoma sudut tertutup,
hipertropi prostat pada anak dibawah umur 3 tahun.
4) Efek Samping Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering ,mual
dan muntah.

2. Terapi Non Farmakologi


1) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan Presepsi Sensori :
Halusinasi adalah TAK stimulasi presepsi
2) Elektro Convulsif Therapy (ECT) Merupakan pengobatan secara fisik
menggunakan arus listrik dengan menggunakan kekuatan 75-100 volt, cara kerja
belum diketahu secara jelas namun dapat dikatakan terapi ini dapat
memperpendek lamanya serangan skizofrenia dan dapat mempermudah kontak
dengan orang lain.
3) Pengekangan atau pengikatan Pengembangan fisik menggunakan pengekangan
mekanik seperti manset untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki,
pengekangan dimana pasien dapat dimobilisasi dengan membalutnya, cara ini
dilakukan pada pasien halusinasi yang mulai menunjukkan perilaku kekerasan
diantaranya: marah-marah atau mengamuk.

5. Buatlah strategi pelaksanaan komunikasi untuk mengatasi masalah


keperawatan utama pasien (Fase Orientasi, kerja, terminasi)

Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi menurut, Keliat (2014), antara lain :
1) Strategi pelaksanaan pasien : membantu pasien mengenal halusinasi,
menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan menghardik.
Membantu pasien mengenal halusinasi, perawat dapat berdiskusi dengan
pasien tentang isi, waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan
halusinasi setelah itu menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik. Berikut ini tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam
mengajarkan pasien, antara lain :
(1). Menjelaskan cara menghardik halusinasi,
(2). Memperagakan cara menghardik,
(3). Meminta pasien memperagakan ulang,
(4). Memantau penerapan cara memuat perilaku pasien.
1) Strategi Pelaksanaan Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap bersama orang lain. Bercakap-cakap
dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi. Ketika
pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi: fokus
perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain.
2) Strategi Pelaksanaan Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan melakukan aktivitas terjadwal. Untuk mengurangi resiko
halusinasi muncul lagi adalah dengan cara menyibukkan diri
melakukan aktivitas yang teratur. Dengan aktivitas terjadwal pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali
mencetuskan halusinasi dengan cara beraktivitas secara teratur.
3) Strategi Pelaksanaan Pasien : Melatih pasien minum obat secara
teratur. Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi.
Pasien juga harus dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai
dengan program terapi dokter. Pasien gangguan jiwa yang dirawat
dirumah sering mengalami putus obat sehingga pasien mengalami
kelambuhan. Jika kelambuhan terjadi, untuk mencapai kondisi
seperti semula akan membutuhkan waktu. Dengan intervensi yang
dapat dilakukan perawat agar pasien patuh minum obat:
(1). Jelaskan kegunaan obat,

(2). Jelaskan akibat jika putus obat,

(3). Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat,

(4). Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis).

Standar pelaksanaa komunikasi (SP) dengan klien halusinasi


Pertemuan ke -1 klien

A. Kondisi
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mendekatkan
telinga kea rah tertentu, dan menutup telinga. Klien mengatakan mendengar suara-
suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap, dan
mendengar suara menyuruh melakukan sesuatau yang berbahaya.
B. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
C. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai berikut.

1) Ekspresi wajah bersahabat

2) Menunjukkkan rasa senang

3) Klien bersedia diajak berjabat tangan

4) Klien bersedia menyebutkan nama

5) Ada kontak mata

6) Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat

7) Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.

b. Membantu klien mengenal halusinasinya

c. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi

D. Intervensi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal

2) Perkenalkan diri dengan sopan

3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

4) Jelaskan tujuan pertemuan

5) Jujur dan menepati janji

6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

7) Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien.

b. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
c. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan
tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Jelaskan cara menghardik halusinasi

2) Peragakan cara menghardik halusinasi

3) Minta klien memperagakan ulang

4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang
sesuai

5) Masukkan dalam jadwal kegiatan klien.

E. Strategi Pelaksanaan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan dengan Ibu?


Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya Mahasiswa Akper
Muhammadiyah Kendal, Saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB
sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama Ibu siapa
dan senang dipanggil dengan sebutan apa?”

b. Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?”

c. Kontrak

1) Topik

“Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut


ibusebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang
suara dan sesuatu yang selama ini Ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak
wujudnya?”

2) Waktu

“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”

3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ???

Bagaimana kalau di ruang tamu saya ???

2. Kerja

“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”

“Apa yang dikatakan suara itu?”

“Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”

“Seperti apa yang kelihatan?”

“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja?”

“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”

“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”

“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”

“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”

“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”

“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”

“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”

“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan
agar tidak muncul?”

“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”

“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”

“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”

“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”

“Keempat, minum obat dengan teratur.”

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”

“Caranya seperti ini:

1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi Saya
tidak mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah
begitu………….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya tidak mau
lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang
sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu peragakan! Nah begitu………..
bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”

3. Terminasi

a. Evaluasi subjektif

“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak
dengan latihan tadi?”

b. Evaluasi objektif

“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi.”

“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak
muncul lagi.”

c. Rencana tindak lanjut

“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba cara tersebut!
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?”

(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian


klien, Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat
ibu, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti?).

d. Kontrak yang akan datang

1) Topik

“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara dengan
orang lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?”

2) Waktu

“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB, bisa?”

3) Tempat

“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Sampai jumpa
besok.

Wassalamualaikum,……………
DAFTAR PUSTAKA

Budi ana dkk. (2011). Keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC.

Candra, I. W., Harini, I. G. A., & Sumitra, I. N. (2017). Psikologi Landasan Ilmu
Keperawatan Jiwa. (I Wayan Mustika, Ed.) (Edisi 1). Yogyakarta: Andi (Anggota
IKAPI).

S. N. Ade Herma Direja. (2011).Asuhan Keperawatan Jiwa. : NuhaMedika.

Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Keperawatan jiwa: konsep dan kerangka kerja asuhan
keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Ekawati, S. (2012). Makalah Bercakap-cakap. www.academia.edu

Fitri, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan. Jakarata: Salemba Medika.

Gail W. Stuart. (2016). Prinsip dan Praktik KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


STUART. (B. A. Keliat & J. Pasaribu, Eds.) (Edisi Indo). Jakarata: Elsevier.

Hidayat A.R., Suerni T, Sawab (2016). Pengaruh Teknik Distraksi Dengan Membaca
Majalah Humor Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD
Ambarawa1-11

Iskandar (2016). Implementasi Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow Terhadap


Peningkatan Kinerja Perpustakawan 1-11

Karilisma, N. (2015). Standar Operasional Prosedur. www.academia.edu.

Keliat, B., & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan professional jiwa. Jakarta: EGC.

Kusumawati F & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai