KASUS I
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS JAMBI
2022
Skenario 1
Seorang Perawat penanggung Jawab program jiwa Puskesmas melakukan kunjungan rumah
pada keluarga Tn.J. Tn.J mengeluh sering pusing, lelah, dan sulit tidur karena khawatir
dengan kondisi kesehatan anaknya yang sakit sejak 3 tahun terakhir. Anak Tn.J, Nn.A sejak 3
tahun terakhir banyak mengurung diri dikamar. Kondisi ini terjadi setelah klien batal
menikah. Saat kunjungan klien tampak duduk disudut kamar, terkadang berjalan bolak balik
sambil bicara sendiri. Klien menerima kehadiran perawat. Hasil pengkajian didapatkan data
bahwa klien mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya jelek sehingga calon suaminya
pergi meninggalkannya dan menikah dengan perempuan lain. Suara didengar paling sering
saat klien diam dan sendirian terutama dimalam hari. Saat mendengar suara yang mengejek
tersebut yang dilakukan klien adalah menangis terkadang marah dengan suara yang didengar
tersebut. Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke dokter, hanya ke pengobatan
tradisional dan didoakan.
LO :
STEP I
KLARIFIKASI ISTILAH
STEP II
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa yang harus dilakukan perawat untuk menghadapi pasien pada kasus?
(G1B120046_Poniyem)
2. Apa DO dan DS yang dapat kita dapatkan dari kasus tersebut? (G1B120050_Nyimas
Aisyah)
3. Apa komunikasi yang dapat diberikan kepada pasien? (G1B120051_Ahmad
Syahdad)
4. Pengobatan tradisional seperti apa yang bisa diberikan kepada pasien pada kasus
tersebut? (G1B120054_Syifa Yunida)
5. Apa yang menjadi penyebab pasien mendengar suara-suara seperti pada kasus?
(G1B120049_Birgitta Arta)
STEP III
ANALISA MASALAH
1. G1B120052_Eliza Puspika
Tindakan yang dapat dilakukan perawat pada kasus
1) Membantu pasien mengenali halusinasi.Untuk membantu pasien mengenali
halusinasi Saudara dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien
tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul
dan respon pasien saat halusinasi muncul
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
• Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri
terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul.
Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat
dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada
namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti
apa yang ada dalam halusinasinya.
2. G1B120057_Aulia Sura
DS:
• Tn.J mengeluh sering pusing, lelah, dan sulit tidur karena khawatir dengan
kondisi kesehatan anaknya yang sakit sejak 3 tahun terakhir.
• Klien mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya jelek sehingga calon
suaminya pergi meninggalkannya dan menikah dengan perempuan lain.
• Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke dokter, hanya ke
pengobatan tradisional dan didoakan.
• Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke dokter, hanya ke
pengobatan tradisional dan didoakan.
DO:
• Saat mendengar suara yang mengejek tersebut yang dilakukan klien adalah
menangis terkadang marah dengan suara yang didengar tersebut.
• Saat kunjungan klien tampak duduk disudut kamar, terkadang berjalan bolak
balik sambil bicara sendiri.
3. G1B120049_Birgitta Arta
Dalam teknik komunikasi terapeutik yang dilakukan pada terapi penyembuhan
pasien gangguan jiwa halusinasi, ada empat teknik komunikasi terapeutik utama yang
dapat digunakan yaitu:
• Teknik Mendengarkan
Dalam teknik ini perawat melakukan peran dan fungsinya untuk
mendengarkan masalah yang dialami pasien baik pikirannya, perasaannya atau
idenya, semua yang disampaikan pasien halusinasi harus didengarkan perawat
dengan penuh perhatian, agar dapat mengumpulkan data-data awal dari pasien
halusinasi ini dengan sangat lengkap dan rinci, sehingga dapat mempermudah
langkah selanojutnya yang dapat diambil pada proses terapi penyembuhan
pasien gangguan jiwa khususnya halusinasi.
• Teknik Bertanya
Bertanya merupakan teknik yang dilakukan oleh perawat dalam
mencari informasi yang belum didapatkan sebelumnya, dari apa yang telah
disampaikan pasien halusinasi, dengan terus memberikan pertanyaan-
pertanyaan bertujuan untuk mendorong atau memancing pasien halusinasi
untuk mengungkapkan perasaan, pikiran dan masalahnya yang dialaminya
lebih spesifik, lebih detail dan lebih mendalam sehingga dapat mengumpulkan
semua data-data yang dibutuhkan dalam serangkaian proses terapi
penyembuhan gangguan jiwa khususnya halusinasi.
• Teknik Menyimpulkan
Dalam teknik menyimpulkan ini, perawat mendapatkan poin utama
yang menjadi acuan untuk mengatasi masalah pokok yang dialami pasien
sehingga perawat dapat merencanakan stategi pelaksanaan cara mengatasi
masalah yang dirasakan pasien halusinasi, atau mencarikan solusi dari masalah
yang dialami pasien halusinasi.
• Teknik Mengubah Cara Pandang
Teknik yang paling utama dan paling akhir dalam teknik komunikasi
terapeutik, teknik mengubah cara pandang merupakan inti semuanya dari
teknik komunikasi terapeutik. Perawat memberikan cara pandang lain agar
pasien tidak melihat sesuatu masalah dari aspek negatifnya saja, dalam teknik
ini perawat harus mampu mengubah cara pandang dan melatih pasien secara
terus menerus supaya dapat keluar dari masalah yang dialaminya salah satunya
dengan melaksanakan perencanaan yang telah direncanakan dalam teknik
sebelumnya yaitu secara terus menerus melatih dengan cara menghardik
supaya pasien halusinasi dapat mengalihkan cara pandang pikiran atau
perasaannya yang salah.
4. G1B120056_Pebriyanti Putri
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang menyebabkan penderitanya
mengalami distorsi cara berpikir, kesulitan mengekspresikan emosi, serta kesulitan
bertindak dan memandang realitas. Penyakit ini memanifestasikan diri dalam bentuk
halusinasi, delusi, pikiran terdistorsi, gangguan motorik, dan perasaan ketakutan dan
paranoia yang biasanya diakibatkan oleh gangguan kognitif, serta gangguan
emosional akibat proses berpikir dengan kondisi yang berbeda. Penderita skizofrenia
biasanya ditangani dengan memberikan obat antipsikotik. Tetapi sebenarnya ada
beberapa jenis herbal yang terbukti efektif menekan gejala skizofrenia yaitu:
1) Ginseng
Ginseng adalah bahan antioksidan alami yang efektif mencegah
halusinasi pada penderita skizofrenia. Seorang penderita skizofrenia
disarankan untuk mengonsumsi teh ginseng dua kali sehari, selama enam
bulan berturt-turut.
2) Rosemary
Bunga yang banyak tumbuh di Kawasan Mediterania ini dikenal
sebagai aromatepi yang bagus bagi penderita skizofrenia. Aroma rosemary
disebut akan membantu penderita skizofrenia mengatasi kegugupanya dan
'mengembalikan' mereka ke dunia nyata. Bisa digunakan sebagai aroma terapi
dengan cara dalam air mendidih dan menghirup uapnya. Atau bisa juga
dikonsumsi bersma makanan yang disajikan bagi penderita skizofrenia.
3) Kapulaga hijau
Biji kapulaga sangat efektif untuk mengontrol jaringan syaraf yang
sering memicu gejala skizofrenia. Cara yang direkomendasikan adalah dengan
menggunakannya sebagai minuman herbal, yakni dengan mencampur segelas
air panas dengan satu sendok teh bubuk kapulaga hijau.
4) Ikan air dingin
Ikan secara klinis telah terbukti bagus untuk kesehatan dan fungsi otak.
Ini berkat kandungan lemak omega-3nya. Secara teratur mengonsumsi ikan,
khususnya ikan dari daerah dingin, akan membantu menyembuhkan penderita
skizofrenia.
5) Susu almond
Susu almond juga diyakini bagus untuk menekan gejala skizofrenia.
Pasien skizofrenia disarankan mengonsumsi 4 gelas susu almond sehari.
Setiap gelasnya harus mengandung setidaknya 15 biji almond, 1 sendok
makan madu dan segelas air.
6) Daun basil
Daun basil disebut sebagai herbal terbaik bagi penderita skizofrenia.
Zat antioksidannya bagus untuk meningkatkan fungsi otak sekaligus
mencegah gejala halusinasi.
5. G1B120051_Ahmad Syahdad
Menurut saya pasien mengalami Halusinasi pendengaran, karena sering
mendengar suara". Yg disebabkab karena pasien tidak jadi menikah, lalu pasien
merasa terpukul dan sering mendengar suara yg mengatakan bahwa dirinya jelek dan
calon suaminya menikah dengan perempuan lain.
G1B120045_Auliah Triski
Halusinasi dapat muncul akibat berbagai faktor. Berikut adalah beberapa
faktor paling umum yang dapat menyebabkan halusinasi:
1) Gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, demensia, dan depresi berat dengan
gejala psikosis.
2) Gangguan saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, migrain dengan aura,
delirium, stroke, epilepsi, dan penyakit.
3) Alzheimer
4) Banyak mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, seperti kokain,
amfetamin, dan heroin.
5) Demam, terutama pada anak atau lansia.
6) Gangguan tidur, seperti narkolepsi.
STEP IV
MIND MAPPING
G1B120045_Auliah Triski
STEP V
STEP VI
- klien terkadang marah dan menangis karena mendengar suara suara yang
mengejek
Do: - klien berjalan bolak balik dan berbicara sendiri
2. Data tambahan apa yang harus didapatkan dari pasien dan keluarga
1) pasien
pasien mampu menyebutkan karakteristik Halusinasi yang dirasakan seperti
frekuensi (seberapa sering suara itu muncul), upaya ( usaha yang dilakukan untuk
menghilangkan Halusinasi)
2) keluarga
- bagaimana keluarga menangani Halusinasi pasien kambuh
- apa alasan keluarga tidak membawa pasien ke dokter meminta keluarga
untuk mendeskripsikan marah pasien misalnya : ketika marah pasien
membanding atau melempar barang berkata kasar dan lain sebagainya
3) Kaji riwayat kesehatan masa lalu pasien
3. Buatlah pohon masalah keperawatan pada kasus pasien
Isolasi social :
Menarik diri
4. Buatlah laporan pendahuluan masalah keperawatan utama pasien
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara-suara, paling sering suara
orang, berbicara kepada pasien atau membicarakan pasien. Mungkin ada satu atau
banyak suara, dapat berupa suara orang yang dikenal atau tidak dikenal.
Berbentuk halusinasi perintah yaitu suara yang menyuruh pasien untuk melakukan
untuk melakukan tindakan, sering kali membahayakan diri sendiri atau
membahayakan orang lain dan dianggap berbahaya (Videbeck, 2008, dalam
Keliat, 2010).
C. Klasifikasi
- Data objektif antara lain: bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa
sebab,mengarahka telinga kearah tertentu,klien menutup telinga.
- Data subjektif antara lain: mendengarkan suara-suara atau kegaduhan,
mendengarkan suara yang ngajak bercakap-cakap, mendengarkan suara
yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
2) Halusinasi Penglihatan
3) Halusinasi Penciuman
- Data objektif antara lain: mencium seperti membaui bau-bauan tertentu dan
menutup hidung.
- Data subjektif antara lain: mencium bau-bau seperti bau darah, feses, dan
kadang-kadang bau itu menyenagkan.
4) Halusinasi Pengecapan
5) Halusinasi Perabaan
Menurut (Zelika & Dermawan, 2015) dan (Dermawan & Rusdi, 2013) ada
beberapa fase atau tahapan dalam proses terjadinya halusinasi yaitu :
I. Tahap I (comforting)
a) Pasien mengalami ansietas, merasa kesepian, rasa bersalah yang besar dan
Ketakutan
b) Pasien mencoba berfokus pada pikiran yang mampu membuat ansietas
atau kecemasannya hilang
c) Pikiran dan pengalaman pasien masih dalam control kesadaran penuh.
Perilaku yang biasanya ditampakkan pada pasien yaitu :
a. Tersenyum dan tertawa sendiri
b. Suka menggerakan bibir tanpa suara
c. Biasanya pergerakan mata sangat cepat
d. Pasien mengalami respon verbal yang lambat
e. Suka diam dan berkonsentrasi
1. Terapi Farmakologi
a. Haloperidol (HLP)
- Klasifikasi : antipsikoik, neuroleptik, butirofenon.
1) Indikasi Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian hiperaktivitas
dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
2) Mekanisme kerja Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami
sepenuhnya, tampak menekan susunan saraf pusat pada pusat subkortikal formasi
retricular otak, mesenfalon dan batang otak.
3) Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap obat ini pasien depresi susunan saraf
dan sumsum tulang, kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson dan anak
dibawah usia 3 tahun.
4) Efek samping Sedasi, sakit kepala, kejang insomnia, pusing, mulut kering dan
anoreksia.
b. Clorpromazin
- Klasifikasi sebagai antipsikotik, antiemetic
1) Indikasi Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada
gangguan bipolar, gangguan skizoaktif, ansietas dan agitasi, anak hiperaktif yang
menunjukkan aktivitas motoric yang berlebihan.
2) Mekanisme Kerja Mekanisme kerja antipsikotik yang tepat belum dipahami
sepenuhnya, namun berhubungan dengan efek antidoparminergik. Antipsikotik
dapat menyekat reseptor dipamine postsinap pada ganglia basal, hipotalamus,
system limbic, batang otak dan medulla.
3) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sumsum tulang,
penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6 bulan
dan wanita selama kehamilan dan laktasi.
(5) Efek Samping Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi,
hipertensi, mual muntah dan mulut kering.
3) Trihexyphenidil (THP)
- Klasifikasi antiparkison
1) Indikasi Segala penyakit parkison, gejala ekstra pyramidal berkaitan dengan
obat antiparkison.
2) Mekanisme Kerja Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan
kelebihan asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps untuk
mengurangi efek kolinergik berlebihan.
3) Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap obat ini, glaucoma sudut tertutup,
hipertropi prostat pada anak dibawah umur 3 tahun.
4) Efek Samping Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering ,mual
dan muntah.
Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi menurut, Keliat (2014), antara lain :
1) Strategi pelaksanaan pasien : membantu pasien mengenal halusinasi,
menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan menghardik.
Membantu pasien mengenal halusinasi, perawat dapat berdiskusi dengan
pasien tentang isi, waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan
halusinasi setelah itu menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik. Berikut ini tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam
mengajarkan pasien, antara lain :
(1). Menjelaskan cara menghardik halusinasi,
(2). Memperagakan cara menghardik,
(3). Meminta pasien memperagakan ulang,
(4). Memantau penerapan cara memuat perilaku pasien.
1) Strategi Pelaksanaan Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap bersama orang lain. Bercakap-cakap
dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi. Ketika
pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi: fokus
perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain.
2) Strategi Pelaksanaan Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan melakukan aktivitas terjadwal. Untuk mengurangi resiko
halusinasi muncul lagi adalah dengan cara menyibukkan diri
melakukan aktivitas yang teratur. Dengan aktivitas terjadwal pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali
mencetuskan halusinasi dengan cara beraktivitas secara teratur.
3) Strategi Pelaksanaan Pasien : Melatih pasien minum obat secara
teratur. Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi.
Pasien juga harus dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai
dengan program terapi dokter. Pasien gangguan jiwa yang dirawat
dirumah sering mengalami putus obat sehingga pasien mengalami
kelambuhan. Jika kelambuhan terjadi, untuk mencapai kondisi
seperti semula akan membutuhkan waktu. Dengan intervensi yang
dapat dilakukan perawat agar pasien patuh minum obat:
(1). Jelaskan kegunaan obat,
(4). Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis).
A. Kondisi
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mendekatkan
telinga kea rah tertentu, dan menutup telinga. Klien mengatakan mendengar suara-
suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap, dan
mendengar suara menyuruh melakukan sesuatau yang berbahaya.
B. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
C. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai berikut.
D. Intervensi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
b. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
c. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan
tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang
sesuai
E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?”
c. Kontrak
1) Topik
2) Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ???
2. Kerja
“Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan
agar tidak muncul?”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi Saya
tidak mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah
begitu………….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya tidak mau
lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang
sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu peragakan! Nah begitu………..
bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak
dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak
muncul lagi.”
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba cara tersebut!
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?”
1) Topik
“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara dengan
orang lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?”
2) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB, bisa?”
3) Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Sampai jumpa
besok.
Wassalamualaikum,……………
DAFTAR PUSTAKA
Candra, I. W., Harini, I. G. A., & Sumitra, I. N. (2017). Psikologi Landasan Ilmu
Keperawatan Jiwa. (I Wayan Mustika, Ed.) (Edisi 1). Yogyakarta: Andi (Anggota
IKAPI).
Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Keperawatan jiwa: konsep dan kerangka kerja asuhan
keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Fitri, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan. Jakarata: Salemba Medika.
Hidayat A.R., Suerni T, Sawab (2016). Pengaruh Teknik Distraksi Dengan Membaca
Majalah Humor Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD
Ambarawa1-11
Keliat, B., & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan professional jiwa. Jakarta: EGC.