PEMBAHASAN
Puskesmas Non rawat inap. Puskesmas Muara Kiawai mmpunyai tata nilai
dan Tenaga Harian Lepas berjumlah 37 orang, yang terdiri dari, tenaga medis
rawat jalan terdiri dari IGD, Poliklinik Umum, poliklinik Kesehatan Ibu dan
pembicaraan dan perilaku klien. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar
utama dari suatu keperawatan. Penulis memberikan asuhan keperawatan
menggunakan proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap yang dimulai dari
Penulis mengambil hal ini sebagai masalah utama karena pada saat
pengkajian tanda dan gejala yang muncul lebih banyak merujuk ke masalah
fungsional klien.
cepat minum obat, ayo pergi dari sini dan ikut aku”. Suara-suara itu sering
muncul pada tengah malam disaat orang tertidur lelap dan suasana yang
sunyi, suara itu muncul juga pada sore hari kadang sebanyak 2-3 kali. Klien
Pada saat interaksi pasien kadang bicara sendiri dengan nada suara yang pelan
komat kamit, marah marah tanpa sebab atau respon lain yang membahayakan.
eksternal (dunia luar), yang ditandai dengan marah-marah tanpa sebab akibat
(Stuart, 2013).
memberikan respon terhadap lingkungan tanpa ada objek atau ransangan yang
sebenarnya hal tersebut tidak ada atau tidak nyata. Penyebab timbulnya
halusinasi pada klien diduga salah satunya karena koping individu yang tidak
efektif, perasaan tidak berharga/harga diri rendah dan isolasi sosial. Ini sesuai
dengan teori dari Stuart (2013), ambang terhadap toleransi stress yang
prilaku individu.
Faktor presipitasi halusinasi menurut Stuart (2013) yaitu faktor
rendah diri, perilaku maladaptif yang dapat menimbulkan perilaku gejala dan
fikiran halusinasi.
proses fisiologi (Zikria, 2012). Salah satu terapi non farmakologi yang efektif
realita, terapi modalitas ini salah satunya yaitu dengan memberikan terapi
upaya yang telah berhasil dilakukan pasien. Tujuan dilakukan terapi ini
Seseorang akan memiliki respon imun yang baik serta besar kemungkinan
terhindar dari penyakit infeksi dan kanker bahkan penyakit kejiwaan. Secara
dan kasus, serta halusinasi pendengaran pasien disebabkan pasien tidak mau
segi yaitu: segi fisik, emosi, intelektual, sosial, spiritual. Tanda dan gejala
yang dialami pada halusinasi pendengaran yaitu berbicara dan tertawa sendiri,
suara bising, gaduh, dan menyuruh-nyuruh yang tidak jelas. Suara itu muncul
terutama saat klien sedang sendiri, dengan frekuensi 2-3 kali sehari, waktu
muncul bisa siang, malam ataupun pada pagi hari. Jika suara itu muncul klien
Diagnosa yang kedua penulis angkat yaitu Isolasi Sosial, diagnosa ini
dan tidak mau bergabung dengan temannya. Data Ojektif: Klien tampak suka
Persepsi sensori: Halusinasi, isolasi sosial dan resiko perilaku kekerasan. Jadi,
diagnosa yang ketiga yang diangkat adalah resiko perilaku kekerasan sesuai
Practice)
tersebut telah sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur) yang telah
halusinasi, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri, tetapi diagnosa utama
pada kasus ini adalah halusinasi pendengaran yang berfokus pada Strategi
1-4. Hal ini yang menjadi fokus penelitian adalah SP 4 yaitu kegiatan
Murottal. Waktu pemberian Terapi Murottal selama 6 hari atau saat klien
mendengar suara yang terdiri dari 4 tahap yaitu; tahap persiapan, tahap
orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi. Implementasi berfokus pada core
Alquran mempunyai banyak keutamaan, salah satunya adalah sebagai obat. Ini
antara lain merujuk sejumlah ayat Alquran yang memuat kata syifa yang dalam
Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta
Lantunan ayat suci Al Quran secara fisik mengandung unsur-unsur manusia yang
Murottal adalah rekaman suara Al Quran yang dilagukan oleh seorang qari atau
pembaca Al Quran. Murottal juga dapat diartikan sebagai lantunan ayat suci Al
Quran yang direkam dan diperdengarkan dengan tempo yang lambat dan
harmonis.
Dari segi kesehatan, lantunan Al Quran juga memiliki manfaat seperti
rileks, mengalihkan rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia
dapat mengalihkan perhatian dari rasa takut, kecemasan dan ketegangan (Syafei &
Suryadi, 2018)
Yunie (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Murottal and Clasical Music
bahwa terapi murottal al-qur’an lebih efektif dalam mengurangi kecemasan pada
pasien pre kateterisasi jantung dibanding terapi music klasik. Terapi murottal al-
qur’an menciptakan suasana yang tenang dan nyaman sehingga tubuh menjadi
lebih rileks, sirkulasi darah lebih lancar, tekanan darah dan tanda-tanda vital
lainnya akan berkurang dan dapat mengurangi kecemasan pada pasien pra
kateterisasi jantung
Fakta lain juga di dapatkan dari penelitian manfaat murottal oleh Khan di tahun
2003 bahwa murottal juga membawa pengaruh positif bagi pendengarnya dengan
frekuensi 50 Db. Fakta ini juga diperkuat dengan penelitian panjang Dr. Al-Qadhi
di klinik Florida Amerika Serikat mengenai efek murottal. DR. Al-Qadhi berhasil
membuktikan hanya dengan mendengar ayat-ayat Al-Quran, seseorang dapat
penyembuhan penyakit.
erapi Murottal al-qur’an ini sangat mudah untuk dilakukan, karena tidak
membutuhkan banyak biaya dan juga tidak memerlukan waktu yang lama. Alat
yang diperlukan dalam terapi ini sangat mudah ditemukan dan harga nya juga
sangat terjangkau, berupa audio mp3 dan earphone atau headset. Dengan terapi
murottal ini maka akan meningkatkan ketakwaan terhadap sang pencipta dan dan
dengan terapi ini diharapkan dapat lebih mendekatkan diri terhadap sang pencipta
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
suara-suara tapi tidak mengetahui isi dari suara – suara tersebut. Suara-
suara itu sering muncul pada tengah malam disaat orang tertidur lelap dan
suasa sunyi, suara itu muncul juga pada sore hari kadang sebanyak 2-3
mandir. Pada saat interaksi pasien kadang bicara sendiri dengan nada suara
teori dan kasus, adapun diagnosa secara teori (Keliat, 2015) ditemukan 3
3. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. G dengan Gangguan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
halusinasi.
sehari berkurang dalam waktu 6 hari menjadi 1 kali dan bahkan tidak sama
sekali berhalusinasi.
B. Saran
1. Bagi Penulis
praktek keperawatan.
a. Bagi klien
b. Bagi Keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Alisa, Fitria. 2020. Panduan praktek dan Penulisan Kaya Ilmiah Ners ( KIN ).
Mercubaktijaya Press: padang
Angggraini, Karina, (2014). Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat
Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia di RSJ DR.
Aminogondohutomo.
Arifiana. (2010). Asuhan Keperawatan Halusinasi. (Online) (http://digilb.
Unimus.ac.id/gdl.php?mod=brows&0p=read&id)
Bahrudin, M. (2010). Pengaruh Stimulasi Terhadap Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia di RS Jiwa Dr. Radjiman
Wediodininggrat Lawang. 111. (3). 109- 112
Benhard Rudyanto Sinaga. (2007). Skizofrenia & Diagnosis Banding. Jakarta :
FKUI
Feri Agus Triyani ,Meidiana Dwidiyanti ,Titik Suerni.(2019). Gambaran Terapi
Spiritual Pada Pasien Skizofrenia : Literatur Review Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 19 – 24. ISSN 2621-2978 (media
online)
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Haryanto, Sentot. (2017). Psikologi Sholat. Yogyakarta: Mitra Pustaka
Huguelet, P. et al., (2006). Spirituality and religious practices among outpatients
with schizophrenia and their Clinicians. Psychiatric Services, 57(3), 366-
372.
Huguelet, P. et al., (2007). Effect of religion on suicide attempts in outpatients
with schizophrenia or schizo-affective disorders compared with inpatients
with non-psychotic disorders. European Psychiatry, 22, 188-194
Keliat, Budi A dan Akemat. (2011). Model praktik keperawatan jiwa.
EGC: Jakarta
Keliat, Budi Ana. 2014. Proses Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta
Kusumawati, farida dan yudi hartono. (2010). Buku ajar keperawatanjiwa.
Salemba medika : Jakarta
Kristiadi, Y., Rochmawati, HD., Sawab. (2015). Pengaruh aktivitas terjadwal
terhadap terjadinya halusinasi di RSJ DR Aminogondohutomo Provinsi
Jawa Tengah.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/
view/471 Diakses 24 Juni 2020.
Nasir abdul dan abdul muhit. (2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa : pengantar
dan teori. Salemba medika : Jakarta
Nining Nur Safitri, Weni Hastuti, Wijayanti, (2019). Upaya Penerapan Aktivitas
Terjadwal Dengan Terapi Spiritual Pada Pasien Gangguan Halusinasi
Sensori di Bangsal Sena RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Jurnal
Keperawatan
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Putu Agus Windu Yasa Bukian, Gede Nur Widya Putra. (2018) Pengaruh Terapi
Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Prof.HB. Sa’anin Padang, 2019, Laporan
Tahunan Rumah Sakit JIwa Provinsi Sumatera Barat, Padang.
Riskesdas. (2018). Data Riset Kesehatan Dasar Jiwa. Jakarta
Rosmarin, D. et al., (2013). Religious coping among psychotic patients:
Relevance to suicidality and treatment outcomes. Psychiatry Research,
210, 182–187.
Suryani, Ulfa, (2019). Panduan Umum Praktek Profesi Keperawatan Jiwa, Mcb.
Padang
Stuart & Laraiia. (2011). Mental Health Nursing Principle And Practice.
Eidenburgh: Mosby
Susana, SA., Hendarsih S, (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Jakarta : EGC
Sari, SP& Wijayanti, DY, (2014). Keperawatan Spiritual pada Pasien
Skizofrenia.https://www.researchgate.net/publication/327302413_Spiritual
ity_ Nursing_among_Patients_with_Schizo phrenia
Septriani, Kadek V et al. (2018). Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual Dengan Tingkat mental Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa.
JIKJ Vol.1 No 2, Hal 69-75.ISSN 2621-2978
Sari, NY., Antoro, B., Pita Stevani, NG. (2019). Pengaruh Terapi Okupasi
Terhadap Gejala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung.
http://ejournal.pancabhakti.ac.id/index.php/jkpbl/article/view/58/50
Diakses 22 Juni 2020.
Townsend. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Psikiatrik
(terjemahan). Jakarta : EGC
Trimelia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta : CV. Trans Info
Media
Wijayanti, NM., Candra, W., Rupawan, DM. (2014). Terapi Okupasi Aktivitas
Waktu Luang Terhadap Perubahan Halusinasi Pendengaran Pada
Pasien Skizofrenia. www.poltekkes-denpasar.ac.id. Diakses 6 maret 2018.
World health organization. (2019). Mental disorder. www.who.int diakses 22 Juni
2020.
Yosep, iyus. (2013) Keperawatan jiwa. PT Refika Aditama : Bandung