Anda di halaman 1dari 11

ASKEP TEORITIS LANSIA MENJELANG AJAL

3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap pertama proses keperawatan. Sebelum perawat dapat


merencanakan asuhan keperawatan pada pasien yang tidak ada harapan sembuh,
perawat harus mengidentifikasi dan menetapkan masalah pasien terlebih dahulu. Oleh
karena itu, tahap ini meliputi pengumpulan data, analisis data mengenai status
kesehatan, dan berakhir dengan penegakan diagnosis keperawatan, yaitu pernyataan
tentang masalah pasien yang dapat diintervensi.
Tujuan pengkajian adalah memberi gambaran yang terus – menerus mengenai
kesehatan pasien yang memungkinkan tim perawatan untuk merencanakan asuhan
keperawatannya secara perseorangan.Pengumpulan data dimulai dengan upaya untuk
mengenal pasien dan keluarganya. Siapa pasien itu dan bagimana kondisinya akan
membahayakan jiwanya. Rencana pengobatan apa yang telah dilaksanakan? Tindakan
apa saja yang telah diberikan? Adakah bukti mengenai pengetahuannya, prognosisnya,
dan pada tahap proses kematian yang mana pasien berada? Apakah ia menderita rasa
nyeri? Apakah anggota keluarganya mengetahui prognosisnya dan bagaiman reaksi
mereka? Filsafat apa yang dianut oleh pasien dan keluarganya mengenai hidup dan
mati. Pengkajian keadaan, kebutuhan, dan masalah kesehatan/keperawatan pasien
khususnya. Sikap pasien terhadap penyakitnya, antara lain apakah pasien tabah
terhadap penyakitnya, apakah pasien menyadari tentang keadaannya ?
Pengkajian ialah tahap pertama proses keperawatan. Sebelum perawat dapat
merencanakan asuhan keperawatan pada pasien yang tidak ada harapan sembuh,
perawat harus menetapkan dan mengidentifikasi masalah pasien terlebih dahulu. Oleh
karena itu tahap ini meliputi pengumpulan data, analisis data mengenai status
kesehatan, dan berakhr dengan penegakkan diagnosis keperawatan, yaitu pernyataan
tentang masalah pasien yang dapat diintervensi. Tujuan pengkajian adalah memberi
gambaran yang terus-menerus mengenai kesehatan pasien yang memungkinkan tim
perawat untuk merencanakan asuhan keperawatan secara perseorangan.
Salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji data psikososial pada
klien terminal yaitu dengan menggunakan metode "PERSON".
a. MetodePerson.
 P: Personal Strenghat
Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup, kegiatannya atau
pekerjaan.
Contoh yang positif: Bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab
penuh dan nyaman, Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.
Contoh yang negatif: Kecewa dalam pengalaman hidup.
 E: Emotional Reaction
Yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.
Contoh yang positif: Binggung tetapi mampu memfokuskan keadaan.
Contoh yang negatif: Tidak berespon (menarik diri)
 R: Respon to Stres
Yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa lalu.
Contoh yang positif:
 Memahami masalah secara langsung dan mencari informasi.
 Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya: latihan dan olah raga.
Contoh yang negatif:
 Menyangkal masalah.
 Pemakaian alkohol.

 S: Support System
Yaitu: keluarga atau orang lain yang berarti.
Contoh yang positif:
 Keluarga
 Lembaga di masyarakat
Contoh yang negatif:
Tidak mempunyai keluarga
 O: Optimum Health Goal
Yaitu: alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi)
Contoh yang positif:
 Menjadi orang tua
 Melihat hidup sebagai pengalaman positif
Contoh yang negatif:
 Pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat
 Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik
 N: Nexsus
Yaitu: bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai penyakit atau
mempunyai gejala yang serius.
Contoh yang positif:
 Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan.
Contoh yang negatif:
 Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan.
 Menunda keputusan
1. Perasaan takut.

Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak terkendalikan
yang begitu sering diasosiasikan dengan keadaan sakit terminal, terutama apabila
keadaan itu disebabkan oleh penyakit yang ganas. Perawat harus menggunakan
pertimbangan yang sehat apabila sedang merawat orang sakit terminal. Perawat harus
mengendalikan rasa nyeri pasien dengan cara yang tepat.

Kematian merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan mengalami


kematian tersebut. Dalam menghadapi kematian ini, pada umumnya orang merasa
takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan terhadap kematian ini dapat membuat
pasien tegang dan stress.
2. Emosi.

Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian, antara lain
mencela dan mudah marah.
3. Tanda vital.

Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya berkaitan
satu sama lain. Setiap perubahan yang berlainan dengan keadaan yang normal
dianggap sebagai indikasi yang penting untuk mengenali keadaan kesehatan
seseorang.
4. Kesadaran.

Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada, yang
merupakan ekspresi tentang apa yang dilihat, didengar, dialami, dan perasaan
keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar, gerak, gerak tekan, dan sikap, bersifat
adekuat, yaitu tepat dan sesuai ( Mahar Mardjono dan P. Sidharta, 1981 ).
b. Tingkat kesadaran
1. Komposmentis : sadar sempurna
2. Apatis : tidak ada perasaan/ kesadaran menurun (masa
bodoh)
3. Somnolen : kelelahan ( mengantuk berat)
4. Soporus : tidur lelap patologis(tidur pulas)
5. Subkoma : keadaan tidak sadar/hampir koma
6. Koma : keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan
daya reaksi ( keadaan tidak sadar walaupun di
rangsang dengan apa pun/ tidak dapat
disadarkan).

5. Fungsi tubuh.

Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap organ mempunyai
fungsi khusus.
3.2 Diagnosa

1) Ansietas/ ketakutan individu , keluarga yang berhubungan diperkirakan dengan


situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut
akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
2) Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
3) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres
( tempat perawatan ).
4) Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam
menghadapi ancaman kematian
5) Disstres spritual berhubungan dengan menjelang ajal di tandai dengan
mempertanyakan hidupnya terasa kurang bermakna, tidak mampu beribadah,
mengatakan hidupnya terasa kurang tenang.

3.3 Intervensi
 Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah- masalah lansia. (Siti Nur, 2016)
 Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan
dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi
dilakukan untuk membantuk klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani,
2009)

Dx. Keperwatan Tujuan Intervensi Rasional


Ansietas/ketakutanSetelah dilakukan 1. Bantu klien untuk 1. Ansietas cendrung
individu , keluarga tindakan mengurangi untuk
yang berhubungan keperwatan ansietasnya. memperburuk
diperkirakan diharapkan masalah.
dengan situasi ansietas klien 2. Kaji tingkat Menjebak klien
yang tidak dikenal, dapat teratasi ansietas klien : pada lingkaran
sifat dan kondisi dengan kriteria rencanakan peningkatan
yang tidak dapat hasil: pernyuluhan bila ansietas tegang,
diperkirakan takut  Klien tidak tingkatnya rendah emosional dan
akan kematian dan cemas lagi. atau sedang. nyeri fisik
efek negatif pada  Klien 2. Beberapa rasa
pada gaya hidup. memiliki takut didasari oleh
suatu harapan informasi yang
serta 3. Dorong keluarga tidak akurat dan
semangat dan teman untuk dapat dihilangkan
hidup. mengungkapkan denga
ketakutan- memberikan
ketakutan mereka. informasi akurat.
Klien dengan
ansietas berat
4. Berika klien dan atauparah tidak
keluarga menyerap
kesempatan dan pelajaran.
penguatan koping 3. Pengungkapan
positif memungkinkan
untuk saling
berbagi dan
memberiakn
kesempatan untuk
memperbaiki
konsep yang tidak
benar.
4. Menghargai klien
untuk koping
efektif dapat
menguatkan
renson koping
positif yang akan
datang
Berduka yang Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Diskusi terbuka
berhubungan tindakan kesempatan pada dan jujur dapat
penyakit terminal keperawatan klien da keluarga membantu klien
dan kematian yang berduka klien untuk dan anggota
akan dihadapi dapat teratasi mengungkapkan keluarga
penurunan fungsi, dengan kriteria perasaan, menerima dan
perubahan konsep hasil: didiskusikan mengatasi situasi
diri dan menarik Klien penyakit kehilangan secara dan respon
diri dari orang lain terminal merasa terbuka , dan gali mereka terhdap
tenang makna pribadi dari situasi tersebut.
menghadapi kehilangan.jelaskan
sakaratul maut. bahwa berduka
adalah reaksi yang
umum dan sehat.
2. Berikan dorongan
penggunaan strategi
koping positif yang 2. Stategi koping
terbukti yang fositif membantu
memberikan penerimaan dan
keberhasilan pada pemecahan
masa lalu. masalah.
3. Berikan dorongan
pada klien untuk
mengekpresikan
atribut diri yang
positif 3. Memfokuskan
pada atribut yang
4. Bantu klien positif
mengatakan dan meningkatkan
menerima kematian penerimaan diri
yang akan terjadi, dan penerimaan
jawab semua kematian yang
pertanyaan dengan terjadi.
jujur. 4. Proses berduka,
5. Tingkatkan harapan proses berkabung
dengan perawatan adaptif tidak dapat
penuh perhatian, dimulai sampai
menghilangkan kematian yang
ketidak nyamanan akan terjadi di
dan dukungan terima.

5. klien sakit
terminal paling
menghargai
tindakan
keperawatan
missal: Membantu
berdandan,
Mendukung
fungsi
kemandirian
Perubahan proses Setelah dilakukan 1. Luangkan waktu 1. Kontak yang
keluarga yang tindakan bersama keluarga sering dan
berhubunga keperawatan atau orang terdekat mengkomuikasika
dengan gangguan perubahan proses klien dan tunjukkan n sikap perhatian
kehidupan takut keluarga dapat pengertian yang dan peduli dapat
akan hasil tertasi dengan empati. membantu
( kematian ) dan kriteria hasil: mengurangi
lingkungannya Stress keluarga kecemasan dan
penuh stres terhadap meningkatkan
( tempat perawatan gangguan pembelajaran.
) kehidupan klien 2. Izinkan keluarga 2. Saling berbagi
berkurang. klien atau orang memungkinkan
terdekat untuk perawat untuk
mengekspresikan mengintifikasi
perasaan, ketakutan ketakutan dan
dan kekawatiran. kekhawatiran
kemudian
merencanakan
intervensi untuk
mengatasinya.
3. Anjurkan untuk 3. Kunjungan dan
sering berkunjung partisipasi yang
dan berpartisipasi sering dapat
dalam tindakan meningakatkan
perawan. interaksi keluarga
berkelanjutan.
4. Konsul dengan atau 4. Keluarga denagan
berikan rujukan masalah-masalh
kesumber seperti kebutuhan
komunitas dan financial , koping
sumber lainnya yang tidak
berhasil atau
konflik yang tidak
selesai
memerlukan
sumber-sumber
tambahan untuk
membantu
mempertahankank
an fungsi keluarga
Resiko terhadap Setelah dilakukan 1. Gali apakah klien 1. Bagi klien yang
distres spiritual tindakan menginginkan mendapatkan nilai
yang berhubungan keperawatan untuk tinggi pada do,a
dengan perpisahan resiko distress melaksanakan ritual atau praktek
dari system spiritual dapat keagamaan atau spiritual lainnya ,
pendukung teratasi dengan spiritual yang praktek ini dapat
keagamaan, kriteria hasil: diinginkan bila memberikan arti
kurang prifasi atauTidak terjadi distres yang memberi dan tujuan dan
ketidak mampuan spiritual. kesemptan pada dapat menjadi
diri dalam klien untuk sumber
menghadapi melakukannya. kenyamanan dan
ancaman kematian 2. Ekspesikan kekuatan.
pengertrian dan 2. Menunjukkan
penerimaan anda sikap tak menilai
tentang pentingnya dapat membantu
keyakinan dan mengurangi
praktik religius atau kesulitan klien
spiritual klien. dalam
3. Berikan prifasi dan mengekspresikan
ketenangan untuk keyakinan dan
ritual spiritual prakteknya.
sesuai kebutuhan 3. Privasi dan
klien dapat ketenangan
dilaksanakan. memberikan
4. Bila anda lingkungan yang
menginginkan memudahkan
tawarkan untuk refresi dan
berdo’a bersama perenungan.
klien lainnya atau 4. Perawat meskipun
membaca buku ke yang tidak
agamaan menganut agama
atau keyakinan
yang sama dengan
klien dapat
membantu klien
memenuhi
kebutuhan
spritualnya

5. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.

Tujuan : Tidak terjadi distres spiritual pada pasien dan keluarga.

Kriteria Hasil : Klien dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan


spiritualnya yaitu dapat melakukan sholat dalam keadaan sakit.
Intervensi :

1) Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual


keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesemptan pada klien
untuk melakukannya.
2) R/ : Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada do’a atau praktek spiritual
lainnya, praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi sumber
kenyamanan dan kekuatan.

3)Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan


praktik religius atau spiritual klien.
R/ : Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu mengurangi kesulitan
klien dalam mengekspresikan keyakinan dan prakteknya.
4)Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien
dapat dilaksanakan.
R/ : Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang memudahkan
refresi dan perenungan.
5)Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdo’a bersama klien
lainnya atau membaca buku keagamaan.
R/ : Perawat meskipun yang tidak menganut agama atau keyakinan yang
sama dengan klien dapat membantu klien memenuhi kebutuhan spritualnya.
6)Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah
sakit untuk mengatur kunjungan.
R/ : Tindakan ini dapat membantu klien mempertahankan ikatan spiritual dan
mempraktikkan ritual yang penting .
3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien,


keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina, 2002).

3.5 Evaluasi

Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam


perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai
dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2011)

Daftar Pustaka :

Tamher,dkk. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan


keperawatan Jakarta : Salemba Medika

Maryam,R.Siti.,dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :


Salemba Medika.

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperwatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC


Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jogjakarta : Nuha Medika
Valdesyiah, Asyiaah. 2014. Askep Menjelang Kematian. https://www.slideshare.
net/valdesyiah/askep-menjelang-kematian. Diakses tanggal 31 Maret 2024

Anda mungkin juga menyukai