Disusun Oleh :
Kelompok 9
Annisa Violita Suryani 2111312017
Zuria Arifa 2111313026
Hanifa Mawaddah 2111312062
Rifqah Fakhira Putri 2111313035
Alfitri Satriani 2111311035
Nurul Jannah 2111312023
KELAS A2
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Stroke” dapat kami selesaikan dengan baik. Kami
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karunia kepada
kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui
kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Dan
kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu kami Ibu Ns.Bunga Permata
Wenny,S.Kep,M.Kep yang telah memberikan kami tugas ini sehingga dapat
menambah ilmu bagi kami semua.
Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan
Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah kami selanjutnya.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................................
BAB II TINJUAN TEORITIS..........................................................................................
2.1 Konsep Teoritis Penyakit...........................................................................................
2.1 Pengertian Penyakit Stroke............................................................................................
2.2 Etiologi Penyakit Stroke................................................................................................
2.3 Tanda dan Gejala Penyakit Stroke.................................................................................
2.4 Patofisiologi Penyakit Stroke........................................................................................
2.5 WOC Penyakit Stroke...................................................................................................
2.6 Klasifikasi Penyakit Stroke...........................................................................................
2.7 Faktor Risiko Stroke......................................................................................................
2.8 Komplikasi Penyait Stroke............................................................................................
2.9 Askep Teoritis Stroke....................................................................................................
2.10......................................................................................................................................
2.2 Asuhan Keperawatan Teori.......................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS..............................................................
3.1 Kasus.............................................................................................................................
3.2 Pengkajian Keperawatan...............................................................................................
3.3 Analisa Data..................................................................................................................
3.4 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................
3.4 Intervensi Keperawatan.................................................................................................
3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan......................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................................
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Defisiensi tingkat pengetahuan menyebabkan peningkatan angka kejadian suatu
penyakit, salah satunya adalah Penyakit Stroke. Stroke merupakan sindrom dari beberapa
tanda dan gejala serta hilangnya peran sistem saraf pusat fokal (atau global) yang terjadi
secara cepat (detik atau menit). Gejala ini terjadi >24 jam atau bisa mengakibatkan kematian.
Stroke adalah hilangnya aliran darah ke otak secara tiba-tiba yang biasanya disebabkan oleh
oklusi atau pecahnya arteri serebral utama. Stroke merupakan penyakit yang menjadi masalah
di dunia, organisasi stroke dunia mencatat 85% orang memiliki resiko stroke. Di negara Asia
sendiri salah satunya Indonesia diasumsikan 500 ribu orang terkena stroke setiap tahunnya.
Menurut angka kejadian tersebut diperoleh sekitar 2.5% meninggal dunia, dan sisanya
mengalami kecacatan ringan sampai berat. Stroke menjadi penyebab kecacatan serius dan
menetap nomor 1 di dunia. Di Indonesia masalah stroke menjadi penting karena angka
kejadian yang terbanyak di negara Asia.
Bedasarkan jenis kelamin menunjukan bahwa stroke yang dialami oleh perempuan
sekitar 5,2% sedangkan laki-laki 6,1%. Stroke dapat menyerang kepada lanjut usia yang
disebabkan oleh tergantungan pada lanjut usia semakin meningkat. Banyak terjadinya stroke
pada lansia laki-laki karena tidak pernah megontrol tekanakan darah ke posyandu lansia atau
ke pukesmas secara rutin. Akibatnya, lansia laki-laki rentan terkena penyakit stroke
dibandingkan lansia perempuan, bahwa lansia laki-laki memiliki kebiasaan merokok yang
merupakan salah satu dari penyebab resiko terkenanya penyakit stroke. Kemudian jumlah
rokok yang dihisap memberikan pengaruh besar terhadap pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan stroke. Dan Pada lansia juga dapat terjadi pada proses menua yang
mengakibatkan kelemahan, keterbatasan dan keterlambatan. Akibat pada proses menua dapat
menyebabkan lansia tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari sehingga membutuhkan
bantuan orang lain untuk membantu kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik membahas lebih dalam
mengenai Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler :
Penyakit Stroke.
Stroke atau Cerebro Vaskuler Ascident adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah kebagian otak.(Andra W & Yessie P, 2013). Stroke adalah
penyakit gangguan fungsional otak, berupa kelumpuhan saraf yang diakibatkan oleh
gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Gangguan saraf maupun kelumpuhan
yang terjadi tergantung pada bagian otak mana yang terkena. Penyakit ini dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. Stroke adalah beban utama untuk kesehatan
masyarakat di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah
defisit neurologis fokal atau global timbul akut (mendadak) berlangsung > 24 jam atau lebih
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler,Stroke disebabkan oleh gangguan
suplai darah ke otak, biasanya dikarenakan pecahnya pembuluh darah atau penggumpalan
darah. Hal ini membatasai suplai oksigen dan nutrient, yang menyebabkan kerusakan
jaringan otot di otak.
Stroke pada lansia menjadi masalah yang semakin meningkat, karena semakin banyaknya
populasi lansia di seluruh dunia. Menurut dari World Health Organization, kasus stroke
sekitar 75% terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Selain itu, lansia juga
cenderung memiliki faktor risiko yang kemungkinan terjadinya stroke, seperti tekanan darah
tinggi, diabetes, dan penyakit jantung.
Stroke Iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik. Strok ini mengakibatkan
terganggunya sel neuron dan glia karena kekurangan darah akibat sumbatan arteri yang
menuju otak atau perfusi otak yang inadekuat. Stroke iskemik terjadi karena terhambatnya
arteri yang mensuplai darah yang kaya akan oksigen ke otak. Strok iskemik juga disebut
dengan stroke non hemorhagia (stroke tanpa perdarahan). Biasanya penderita masih dalam
kondisi sadar. Terhambatnya arteri karena simpanan lemak melapisi dinding pembuluh darah
yang mengakibatkan :
Stroke Hemoragik (stroke perdarahan)
Stroke hemoragik adalah lanjutan dari stroke non hemoragik, yang merupakan sekitar 15%
sampai 20% dari semua stroke, perdarahan yang terjadi ketika pembuluh darah arteri di otak
robek atau pecah sehingga perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke
jaringan otak. Biasanya dalam kkondisi ini kesadaran penderita menurun. Robeknya
pembuluh darah karena terlalu banyak tekanan pada sel otak yang membahayakan pembuluh
darah tersebut. Kondisi yang dapat menyebabkan stroke hemoragik yaitu tekanan darah tinggi
dan aneurysm (penonjolan seperti balon dapat meregangkan dan memecahkan pembuluh
darah arteri).
Penyebab Stroke dibedakan dalam dua jenis stroke, yaitu: stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik (hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti, 80% stroke iskemik.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu: Stroke trombotit: proses terbentuknya tombus
yang membuat penggumpalan; Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan
darah; Hipoperfusion sistemik: berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut jantung. Stroke iskemik juga dapat menyebabkan Subdural
hematoma (Brain Hematoma) atau juga disebut perdarahan subdural adalah kondisi di mana
darah menumpuk di antara 2 lapisan di otak: lapisan arachnoidal dan lapisan dura atau
meningeal. Kondisi ini dapat menjadi akut terjadi tiba- tiba, atau kronis muncul dengan
perlahan. Hematoma (kumpulan darah) yang sangat besar atau akut dapat menyebabkan
tekanan tinggi di dalam tengkorak. Akibatnya dapat terjadi kompresi dan kerusakan pada
jaringan otak. Kondisi ini dapat membahayakan nyawa.Stroke hemoragik adalah stroke yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi
pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis yaitu: hemoragik intraserebral:
pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak; hemoragik subraknoid: pendarahan
yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yanag menutupi otak). Faktor-faktor yang menyebabkan stroke antara lain
hipertensi, penyakit kardiovaskuler, kolesterol tinggi, obesitas, peningkatan hemotokrit
meningkatkan resiko infark serebral, diabetes dikaitkan dengan aterogenesis terakserelasi,
kontrasepsi oral (khususnya disertai dengan hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi),
merokok, penyalahgunaan obat (khususnya kokain), komsumsi alcohol.(Andra W & Yessie
P, 2013)
3. Patofisiologi
Trombosit merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemukan 40% pada semua
kasus stroke, biasanya ada kaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat
aterosklerosis.Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada lapisan intima arteria
serebra menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika
interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh darah sebagian terisi oleh materi
sklerotik.Tanda - tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak
umum, beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan
beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragik intraserebral atau
embolisme serebral. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan
kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paralysis pada setengah tubuh dan
mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.Embolisme termasuk urutan
kedua sebagai penyebab stroke. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibandingkan
dengan penderita trombosis.
Stroke Iskemik
Terdapat 4 penyebab utama stroke iskemik yaitu trombus dan emboli, vasokonstriksi,
dan vasospasme dimana trombus dan emboli adalah penyebab utama. Trombosis ialah
bekuan darah dalam pembuluh darah dikarenakan simpanan lapisan lemak (trombus). Ketika
terjadi trombosis maka simptom berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari.
Serangan berlangsung secara berangsurangsur memberat dan biasanya ada riwayat TIA atau
stroke sebelumnya Embolisme ialah obstruksi pembuluh darah oleh badan materi yang tidak
larut. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh trombus (bekuann). Simptom timbul sangat cepat,
biasanya dalam beberapa detik. Biasanya pasien sadar dan dalam keadaan beraktivitas serta
penderita biasanya tidak memiliki riwayat TIA atau stroke sebelumnya. Embolus akan
menyumbat aliran darah dan terjadilah anoreksia jaringan otak di bagian distal sumbatan. Di
samping itu, embolus juga bertindak sebagai iritan yang menyebabkan terjadinya vasospasme
lokal di segmen di mana embolus berada. Gejala kliniknya bergantung pada pembuluh darah
yang tersumbat. Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area
sistem saraf pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada perdarahan
kolateral yang adekuat. Di sekitar zona nekrotik sentral, terdapat ‘penumbra iskemik’ yang
tetap viabel untuk suatu waktu, artinya fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik kembali.
Iskemia SSP dapat disertai oleh pembengkakan karena dua alasan: Edema sitotoksik yaitu
akumulasi air pada sel-sel glia dan neuron yang rusak; Edema vasogenik yaitu akumulasi
cairan ektraselular akibat perombakan sawar darah-otak. Edema otak dapat menyebabkan
perburukan klinis yang berat beberapa hari setelah stroke mayor, akibat peningkatan tekanan
intrakranial dan kompresi struktur-struktur di sekitarnya.
Stroke Hemoragik
Dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian
dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah aneurisma
sakular dan malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah
pemakaian kokain atau amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan
perdarahan intraserebrum atau subarakhnoid. Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringan
otak (parenkim) paling sering terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan
ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak.
Biasanya perdarahan di bagian dalam jaringan otak menyebabkan defisit neurologik fokal
yang cepat dan memburuk secara progresif dalam beberapa menit sampai kurang dari 2 jam.
Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari letak perdarahan merupakan tanda khas pertama
pada keterlibatan kapsula interna. Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan dengan
ketergantungan dinding aneurisma yang bergantung pada diameter dan perbedaan tekanan di
dalam dan di luar aneurisma. Setelah pecah, darah merembes ke ruang subarakhnoid dan
menyebar ke seluruh otak dan medula spinalis bersama cairan serebrospinalis. Darah ini
selain dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, juga dapat melukai jaringan otak
secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi saat pertama kali pecah, serta mengiritasi
selaput otak. Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease, disability,
discomfort, dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek prognosis tersebut terjadi pada
stroke fase awal atau pasca stroke. Untuk mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih
buruk maka semua penderita stroke akut harus dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan
umum, fungsi otak, EKG, saturasi oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh secara terus-
menerus selama 24 jam setelah serangan stroke.
4. Faktor resiko
Faktor yang tidak dapat dikendalikan ini merupakan faktor risiko alami yang dimiliki
oleh setiap orang, contohnya usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan suku/ras.
1) Usia
Pada umumnya stroke lebih banyak terjadi pada orang – orang berusia lanjut (di atas 55
tahun) dibandingkan pada anak-anak dan dewasa muda. Bertambahnya usia cenderung akan
meningkatkan tekanan darah. Risiko akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia
karena kondisi tubuh yang sudah tidak sepenuhnya normal lagi serta pola hidup yang
berubah. Selain itu, hampir semua orang di atas umur empat puluh tahun mengalami
atherosclerosis.
2) Jenis Kelamin
Faktor risiko berdasarkan jenis kelamin memiliki sedikit perbedaan. Risiko stroke pada
pria lebih tinggi, tetapi angka kematian yang dikarenakan stroke lebih banyak terjadi pada
kaum wanita. Stroke iskemik juga akan meningkat dengan pertambahan usia serta kurang
lebih 30% lebih banyak terjadi pada kaum pria. Pada kaum wanita, stroke banyak terjadi
akibat kehamilan, pemakaian pil KB, migrain, dan aneurisma sakular.
3) Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki anggota keluarga, seperti ayah/ibu, atau kakek/nenek, dengan
riwayat sakit stroke akan meningkatkan risiko stroke. Para penderita stroke dengan usia
masih muda biasanya memiliki riwayat serangan stroke atau penyakit pembuluh darah
iskemik pada salah satu anggota keluarga. Selain itu, adanya faktor predisposisi genetik
aterosklerosis (mudah terkena penyakit ateroskleroris), aneurisma intrakanial sakular,
malformasi pembuluh darah, dan angiopati amiloid juga dapat menjelaskan keterkaitan antara
risiko terjadinya stroke dengan riwayat keluarga.
Faktor ini meliputi gaya hidup tidak sehat yang tentunya dapat dikurangi atau
malah dihilangkan sama sekali. Gaya hidup merupakan perilaku sehari-hari seseorang yang
lamakelamaan menjadi kebiasaan.
1) Hipertensi
Hipertensi sering menyebabkan terjadinya gangguan fungsi dan struktur otak seseorang
dengan mekanisme gangguan vaskuler. Stroke karena hipertensi biasanya disebabkan karena
perubahan patologis pada pembuluh darah serebral dalam jaringan otak. Selain itu, hipertensi
juga mengakibatkan gangguan kemampuan autoregulasi pembuluh darah otak dimana aliran
darah ke otak akan lebih kecil dibandingkan seseorang yang memiliki tekanan darah normal.
2) Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme dari lipid (lemak) yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lemak dalam darah. Kelainan fraksi lipid yang paling
banyak adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL yang biasa disebut kolesterol
jahat, kenaikan kadar trigliserida, serta adanya penurunan kadar HDL atau yang biasa disebut
kolesterol baik. Seseorang dikatakan menderita dislipidemia jika memiliki kadar kolesterol
total dalam darah >200 mg/dl dan kadar trigliserida >200 mg/dl. Tingginya kadar kolesterol
dalam darah terutama LDL akan memicu terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung
koroner yang selanjutnya memicu terjadinya stroke.
3) Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah suatu penyakit jangka panjang yang ditandai dengan kadar gula
di dalam darah jauh diatas normal yaitu kadar gula darah sewaktu normal >200 mg/dl atau
pemeriksaan gula darah puasa >140 mg/dl. Penyakit diabetes melitus dapat meningkatkan
kemungkinan stroke 2-4 kali akibat aterosklerosis serebri, gangguan jantung, atau perubahan
rheologi darah. Aterosklerosis yang terjadi dapat menyerang pembuluh darah kecil
(microangiopathy) maupun pembuluh darah besar (macroangiopathy) di seluruh tubuh,
termasuk otak. Tingginya kadar gula juga akan memperbesar area infark di otak karena asam
laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak.
4) Kelainan Jantung
Otak membutuhkan konsumsi oksigen 25% dari seluruh tubuh dan menggunakan 20%
curah jantung dalam semenit. Oleh karena itu jika terjadi gangguan pada sistem
kardiovaskuler, tentunya akan memengaruhi sirkulasi di otak. Kelainan jantung yang sering
menjadi penyebab stroke berulang adalah aterosklerosis, disritmia jantung khususnya fibrilasi
atrium, penyakit jantung iskemik, infark miokard, dan gagal jantung
5) Merokok
Alasan paling sering mengapa merokok menjadi faktor risiko stroke adalah karena
terjadi pendarahan subaraknoid karena terbentuknya aneurisma, stroke iskemik karena
adanya perubahan arteri karotis dan terjadinya pendarahan serebral.
5.Manifestasi Klinis
Angiografi serebral
Foto thoraks
Untuk dapat memperlihat keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri
yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis. elektrokardiogram.Pemeriksaan
laboratorium antara lain:
Pungsi lumbal
Pemeriksaan kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan keratin), masa protrombin,
dan masa tromboplastin parsial: untuk dapat mengetahui kadar gula darah, apakah terjadi
peningkatan dari batas normal atau tidak. Jika ada Indikasi lekukan test - test berikut ini:
kadar alkohol, fungsi hati, gas darah arteri, dan skrining toksikologi.(Taufan N, 2011).
6. Komplikasi
c. Pneumonia Pasien stroke tidak dapat batuk dan menelan dengan sempurna, hal
ini menyebabkan cairan berkumpul di paru - paru dan selanjutnya
menimbulkan pneumonia.
d. Atrofi dan kekauan sendi Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan
mobilisasi.
a. Distrimia
c. Kontraktur
d. Gagal nafas
e. Kematian.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
1) Antikoagulan
2) Antiplatelet
3) Fibrinolitik
Obat – obat golongan ini diberikan secara intravena saat keadaan stroke iskemik akut.
Mekanisme kerjanya secara umum adalah secara cepat melisiskan atau menghancurkan
trombus atau bekuan darah dengan mengubah plasminogen menjadi plasmin, suatu enzim
yang dapat menguraikan fibrin. Fibrin sendiri merupakan zat pengikat dari trombus.
Alteplase merupakan enzim serine protease dari sel endotel pembuluh darah yang
dibentuk dengan teknik rekombinasi DNA pada tahun 1987. Obat ini bekerja secara langsung
mengikat fibrin dan mengaktifkan plasminogen yang terikat di trombus sehingga terjadi
pemecahan trombus. Biasanya digunakan pada kasus stroke iskemik akut dengan pemberian
dosis 0,9 mg/kg IV maksimal 90 mg. Efek samping dari obat ini adalah bisa terjadi
pendarahan, dan kenaikan suhu sementara (Purwani, 2017).
Penatalaksanaan Keperawatan
1) Mempertahankan saluran napas yang paten dengan melakukan pengisapan lendir dan
pemberian oksigen.
1) Anamnesis
Anamnesia pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial. a) Identitas
klien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.
b) Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat
kesadaran.
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang
sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang
lain. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di
dalam intracranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsive, dan koma.
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu.
f) Pengkajian Psikososiospiritual
Adanya perubahan hubungan dan peran klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi
akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri menunjukan klien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Dalam pola penanganan
stress, klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan
proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan kepercayaan, klien
biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil dan
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
2) Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan – keluhan klien, pemeriksaan
fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1 – B6) dengan focus pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan – keluhan dari klien.
a) Keadaan umum
a). Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan bicara yaitu
sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada tanda – tanda vital : tekanan darah
meningkat, dan denyut nadi bervariasi.
b) B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi nafas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan
batuk yang menurun sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran
koma.Pada klien dengan tingkat kesadaran composmentis, pengkajian inspeksi
pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan
dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
b) B2 (Blood)
c) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologis, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah
kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya.
(d) Kekuatan otot. Pada penilaian dengan menggunakan tingkat kekuatan otot pada sisi
sakit didapatkan tingkat 0.
(e) Keseimbangan dan koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena hemiparese
dan hemiplegia.
(5) Pengkajian refleks. Pemeriksaan refleks terdiri atas pemeriksaan refleks profunda dan
pemeriksaan refleks patologis.
(a) Pemeriksaan refleks profunda. Pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum
derajat refleks pada respon normal
(b) Pemeriksaan refleks patologis. Pada fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului
dengan refleks patologis.
Gerakan involunter. Tidak ditemukan adanya tremor, tik, dan distonia. Pada keadaan
tertentu, klien biasanya mengalami kejang umum terutama pada anak dengan stroke disertai
peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang berhubungan sekunder akibat area fokal kortikal
yang peka.
(6) Pengkajian sistem sensorik. Dapat terjadi hemihipestesi. Pada persepsi terdapat
ketidakmampuan untuk menginterprestasikan sensasi. Disfungsi persepsi visual karenan
gangguan jaras sensori primer di antara mata dan konteks visual.
Gangguan hubungan visual – spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek
dalam area spasial) sering terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak
dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian
ke bagian tubuh. Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan
atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan untuk merasakan
posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual,
taktil, dan auditorius.
e) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontenensia urine sementara karena konfusi,
ketidakmampuan kandung kemih karena kerusakan control motorik dan postural. Kadang
control sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukan
kerusakan neurologis luas.
f) B5 (bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah
pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung
sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi
akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukan
kerusakan neurologis luas.
g) B6 (Bone)
3) Pemeriksaan Diagnostik
a) Angiografi Serebral
b) Lumbal Fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan
adanya hemoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada intracranial. Peningkatan jumlah
protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c) CT Scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infrak atau iskemia dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar
ke permukaan otak.
e) USG Doppler
f) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
yang infrak sehingga menurunnya implus listrik dalam jaringan otak.
g) Pemeriksaan Laboratorium
(2) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
(3) Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali.
(4) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
(Muttaqin, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk menanggulangi masalah sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
motorik atau sensorik, penurunan tanda dan c. Kaji pupil, ukuran, c. Mengetahui
hasil ct scan, MRI gejala kerusakan respon terhadap fungsi
adanya edema serebri, jaringan. cahaya, gerakan mata. N. II dan N. III.
perdarahan, herniasi. d. Kaji refleks kornea
dan refleks gag.
d. Menurunnya
refleks kornea dan
refleks gag indikasi
kerusakan pada
e. Evaluasi keadaan batang otak.
motorik dan sensorik. e. Gangguan motorik
dan sensorik dapat
terjadi akibat edema
otak.
f. Monitor tanda-tanda
f. Adanya perubahan
vital.
tanda vital seperti
respirasi
menunjukkan
kerusakan pada
batang otak.
terbentuknya edema.
n. Monitor n. Karbondiokasida
AGD, menimbulkan
vasodilatasi,
PaCO2 antara 35-45
adekuatnya
mmHg dan PaO2 >80
oksigenasi sangat
mmHg.
penting dalam
mempertahankan
metabolisme otak.
o. Meningkatkan atau
o. Berikan obat sesuai memperbaiki aliran
indikasi dan monitor darah dan mencegah
efek samping: pembekuan,
- Antikoagulan: mencegah lisis atau
heparin perdarahan,
menanggulangi
- Antifibrolitik:
hipertensi.
amicar
- Antihipertensi
- Steroid,
dexametason
- Fenitolin,
fenobarbital
- Pelunak feses
gunakan pertanyaan
dengan jawaban “ya”
atau “tidak”.
Dorong klien
terhadap perilaku non
verbal.
g. g. Penanganan lebih
Konsul dengan terapis lanjut dengan teknik
wicara. khusus.
(Tarwoto, 2007).
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau tidak. Hasil yang
diharapkan untuk pasien stroke menurut Tarwoto, 2007 meliputi:
F. Informasi Penunjang
1) Diagnosa Medis : Stroke Iskemik
2) Laboratorium : Ureum 30 mg/dl, creatinin 4,1 mg/dl. Pasien mengatakan tidak
dilakukan pemeriksaan CT scan pada saat dirawat.
3) Terapi Medis : Pasien menrima terapi Irbesartan 300mg per oral. Amlodipine
bersilate 10 mg per oral, farsix 40 mg/oral, Clonidine 0,15 mg per oral.
G. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
1. Psikososial :
Pasien memiliki kemampuan interaksi sosial yang baik, tidak mengalami gangguan
memori dan masih bisa melakukan kegiatan sehari-harinya bersama keluarga dan
masyarakat sekitar. pasien juga merasa puas dengan kehidupan sosialnya baik di
keluarga ataupun di masyarakat, saat ini klien tinggal di rumahnya ditemani oleh
anaknya. Pasien berharap anak-anaknya bisa lebih baik dan bisa terus
meningkatkan kesehatannya.
2. Spiritual
1. Indeks Katz :
5) Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain
8) Lain-lain
Kesimpulan : Pasien termasuk dalam golongan 1 yang melakukan aktivitas
kegiatan sehari-harinya secara mandiri termasuk dalam makan, kontinensia (BAK, BAB),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1 Makan 5 10 (√) Frekuensi : 2x/hari
Jumlah : ½ porsi
Jenis : Sayur, Tahu,
Tempe
2 Minum 5 10 (√) Frekuensi : 8 gelas/hari
Jumlah : -
Jenis : Air putih
3 Berpindah dari kursi roda 5 – 10 15 Pasien tidak
ke tempat tidur, sebaliknya menggunakan alat
a. 130 : Mandiri
c. 60 : Ketergantungan total
o Tahun
o Tanggal
o Hari
o Bulan
o Musim
Orientasi 5 3 Dimana kita sekarang berada ?
o Negara Indonesia
o Kota Padang
o Kec.......…
o Kelurahan...........
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa) 1
detik untuk mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga obyek tadi. (Untuk disebutkan)
o Obyek..........
o Obyek..........
o Obyek..........
3 Perhatian dan 5 4 Minta klien untuk memulai dari angka 100
kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat.
o 93
o 86
o 79
o 72
o 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada No.2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1
point untuk masing-masing obyek.
5 Bahasa 9 8 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien.
o (misal jam tangan)
o (misal pensil)
o Lipat dua
o Taruh di lantai
o Menyalin gambar
TOTAL 26
NILAI
Interpretasi hasil :
Kesimpulan : Total nilai MMSE klien adalah 26, maka klien memiliki aspek kognitif
dari fungsi mental yang baik.
Interpretasi
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda puas dengan kehidupan anda ? 1
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan ? 1
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ? 0
4 Apakah anda sering merasa bosan ? 1
5 Apakah anda punya semangat yang baik setiap saat ? 1
6 Apakah anda takut bahwa suatu yang buruk akan menimpa anda? 0
7 Apakah anda merasa tidak bahagia ? 0
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ? 1
9 Apakah anda lebih senang di rumah daripada pergi keluar ? 1
10 Apakah anda banyak masalah dibanding kebanyakan orang ? 0
11 Apakah anda pikir hidup anda sekarang menyenangkan ? 0
12 Apakah anda merasa tidak berharga saat ini ? 0
13 Apakah anda merasa penuh semangat ? 1
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tak ada harapan ? 0
15 Apakah anda pikir bahwa 3 orang lain lebih baik dari anda ? 0
YA = 1, TIDAK = 0
KESIMPULAN
5 – 9 = Suspek Depresi
>10 = Depresi
Kesimpulan : Total score 7, Pasien mengalami suspek depresi
(1) (0)
1 Apakah penerangan rumah cukup (tidak gelap) ? 1
(tidak berantakan) ?
5 Apakah di dalam rumah ada tangga atau lantai yang 0
tidak rata ?
6 Apakah lantai kamar mandi licin ? 0
duduk?
8 Apakah tempat tidur lansia terlalu tinggi ? 1
Kesimpulan: Keadaan dan situasi rumah aman dengan pencahayaan yang cukup,
bersih, dan tidak berantakan.
L. Pengkajian Sosial Apgar Keluarga
Komponen Skor Skor
A Adaptation (adaptasi) 2 : Selalu
Anda ?
10 Apakah Anda mengonsumsi lebih dari 6 cangkir kola, kopi, atau teh ? √
11 Apakah Anda melakukan olahraga secara teratur ? √
12 Apakah Anda banyak mengonsumsi makanan yang mengandung garam √
2. Kaki menempel satu sama lain atau dapat dilakukan variasi dengan
meletakkan satu kaki di depan dan membentuk garis lurus
3. Lakukan kembali gerakan no 1 tetapi klien menutup mata (10 detik)
• Interpretasi
Test ROMBERG + bila klien jatuh ketika matanya tertutup kondisi saraf yang
normal dapat mempertahankan posisi ini baik dengan mata terbuka atau
tertutup
4.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini penulis berharap kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca dan referensi, terutama berhubungan dengan
“Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Penyakit
Stroke”. Di samping itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga
kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ghofir, A. (2021). Tatalaksana Stroke dan Penyakit Vaskuler Lainnya. UGM PRESS.
Irianto K. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular. Bandung : Alfabeta
Kemenkes RI.
Kaur, M., Sakhare, S. R., Wanjale, K., & Akter, F. (2022). Research Article Early Stroke
Prediction Methods for Prevention of Strokes.
Mufattichah, F. U. (2012). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien Ny. G Dengan
Stroke Hemoragik Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Pudjonarko, D., Sawitri, D. R., & Handayani, F. (2018). Modul “Paket Bahagia” Bagi Pasien
(Stroke Iskemik) Dan Keluarga.
Redaksi Vital Health. (2013). Stroke. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Nadhifah, T. A., & Sjarqiah, U. (2022). Gambaran Pasien Stroke Pada Lansia di Rumah
Sakit Islam Jakarta Sukapura Tahun 2019. Muhammadiyah Journal of Geriatric,
3(1), 23. https://doi.org/10.24853/mujg.3.1.23-30