Anda di halaman 1dari 6

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. melalui pembangunan di bidang
kesehatana diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masayarakat
dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara
memadai (Dinas Kesehatan, 2007).
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau
benda seperti bubur (Dewa, 2000). Dari sekian banyak jenis penyakit kista, kista
cokelat (endometriosis) begitu menarik perhatian untuk diteliti dan di informasikan
kepada masyarakat, terutama untuk wanita di Indonesia yang setiap tahunnya
bertambah banyak penderitanya. Kista Endometriosis terdapat jaringan yang
menyerupai endometrium di luar uterus yang dapat memicu reaksi peradangan kronis
(Berek J, 2011). Kista Endometriosis paling sering terjadi pada usia repsoduksi.
Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu
cukup tinggi.
Wanita yang dilakukan laparskopi diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak
0-53%; pada kelompok dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya
ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan
infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%. Endometriosis terjadi
pada 10-14% wanita usia reproduksi dan mengenai 40-60% wanita dengan
dismenorhea dan 20-30% wanita subfertil.
Saudara perempuan dan anak perempuan dari wanita yang menderita endometriosis
berisiko 6-9 kali lebih bessar untuk berkembang menjadi endometriosis.
Endometriosis menyebabkan nyeri panggul kronis berkisar 70%. Resiko untuk
menjadi tumor ovarium adalah 15-20%, angka kejadian infertilitas berkisar 30-40%
dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis sekalipun sudah mendapat
pengobatan yang optimum memiliki angka kekambuhan sesudah pengobatan berkisar
30% (Depkes RI, 2002).
Menurut data hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo terdata
pada tahun 2008 terdapay 428 kasus penderita kista endometriosis, 20% dianataranya

meninggal dunia dan 65% adalah wanita karir yang berumah tangga, sedangkan pada
tahun 2009 terdata 768 kasus oenderita kista endometriosis, dan 25% diantaranya
meninggal dunia, dan 70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga
(Nasdaldy, 2009).
Berdasarkan data dari sebuah Study penelitian The Ohio State University, dari
periode 2011 hingga 2013 terdapat 62% atau 626 kasus dari sampel 1017 menderita
penyakit endometriosis di United States (Morassutto, Caterina et al, 2016).
Selain itu, dalam sebuah penelitian mengenai profil gambaran endometriosis di
RSUP. H. Adam Malik Medan diketahui hasil gambaran didaptkan 35 sampel yang
memenuhi kriteria penelitian dengan usia rentang 19-50 tahun dan lokasi terbanyak
endometriosis adalah ovarium sebesar 45,71% (Almizat, Amirul. 2014).
Kecemasan merupakan keadaan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, artinya tidak ada manusia yang tidak mengalami kecemasan. kecemasan
dapat menyerang manusia pada segala usia dan semua jenis kelamin. Kecemasan
dalam menghadapi penyakit yang diderita juga merupakan hal yang sangat wajar
terlebih lagi pada kaum wanita jika peyakit tersebut berkaitan dengan reproduksi
wanita.
Perubahan perilaku yang di tunjukkan pada seseorang yang mengalami sakit ini
adalah berkurangnya minat karena terjadi stres (ketegangan) yang diakibatkan
penyakit yang dirasakan serta menurunnya kemampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan
sesuatu yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan
perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan
terjadi padanya. (Kartono, 2002).
Wanita yang menderita endometriosis seringkali mengalami berbagai keluhan,
diantaranta yaitu; (1) rasa nyeri yang cukup serius berpusat pada organ reproduksi dan
daerah pelvik (panggul); (2) Dispareunia yaitu adanya keluhan nyeri yang terjadi saat
bersenggama akan menimbulkan berbagai masalah di dalam hubungan suami isteri.
Dalam hal ini, beberapa keluhan wanita yang menderita endometriosis setelah
bersenggama justru akan merasa tegang padahal yang seharusnya rileks, seringkali
bersewaktu bersenggama hanya sebentar dan ketika bersenggama tidak pernah
mencapai orgasme teruatam pihak istri. (3) Dismenorea yang dialami pada perempuan
yang memiliki aktivitas ketika saat haid menghambat kegiatan yang mereka lakukan
dan akan menyebabkan menurunnya prestasi kerja atau kegiatan yang dilakukan. (4)
Perempuan yang menderita endometriosis juga mengkahwatirkan kemungkinan untuk

tidak memiliki keturunan akibat penyakit yang dideritanya. Adanya keluhan-keluhan


nyeri yang dialami oleh pasien dengan endometriosis maka pada akhirnya dia akan
merasa kondisi tubuhnya tidak pernah nyaman, bahkan kadang sangat emosional dan
timbul kecemasan yang berlebihan sehingga dapat menambah keluhan nyeri semakin
hebat. Pada akhirnya berdampak kepada psikologis penderita endometriosis (Oepomo,
Tedjo. 2007).
Menurut Ormrod (2004), terdapat empat aspek yang menyertai kecemasan yaitu;
aspek kognitif, afektif, fisiologis, dan perilaku. Aspek kognitif meliputi pikiran yang
menakutkan, kekhawatiran, dan pikiran-pikiran negatif. Aspek afektif misalnya
adanya perasaan tegang. Aspek fisiologis meliputi peningkatan denyut jantung,
tekanan darah, pernafasan dan proses fisiologis lainnya. Aspek Perilaku ditunjukkan
melalui perilaku gelisah dan berjalan bolak-balik (Greenberg, 2002).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyah (2014) menunjukkan bahwa wanita
yang menderita endometriosis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat kecemasan, depresi dan dismenore pada remaja putri di Klinik daun
sendok warungdowo Pasuruan. Melihat adanya dampak yang cukup mengganggu bagi
penderita endometriosis yang mengalami kecemasan dan sebagian besar kurang
menyadari adanya gangguan kecemasan dalam dirinya sehingga tidak mengetahui
bagaimana cara untuk mengatasinya, maka sangat dibutuhkan penanganan yang tepat
yaitu penerapan terapi kognitif perilaku untuk mengurangi kecemasan.
Penerapan terapi kognitif perilaku untuk mengurangi tingkat kecemasan selaras
ddengan penelitian yang dilakukan Newman, dkk (2008) yang mengambil responden
sebanyak 18 penderita hipertensi yang berusia 18-40 tahun dan dilakukan sebanyak
14 sesi. Hasil penelitian terapi kognitif perilaku untuk mengurangi kecemasan
menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi (Pretes) kecemasan sebesar 66,7% dan
setelah dilakukan terapi (pascates) kecemasan turun menjadi 33,3%.
Selain itu penelitian pada pasien kecemasan menunjukkan terapi kognitif perilaku
dapat menurunkan kecemasan yaitu dari Sauter, dkk (2009) memberikan terapi ini
terhadap responden usia 12-18 tahun dengan gangguan kecemasan setelah mengalami
penyakit kronis, seperti kanker, jantung daan diabetes. terapi ini terbukti memberikan
perubahan secara signifikan dalam mengatasi kecemasan.
Berdasarkan dari keberhasilan dari terapi kognitif perilaku menunjukkan bahwa
adanya efektifitas dalam mereduksi tingkat kecemasan pada penderita penyakit
kronik. Namun, terapi kognitif perilaku belum dilaksanakan dalam menurunkan

tingkat kecemasan pada wanita yang menderita kista endometriosis sehingga peneliti
akan melakukan terapi tersebut kepada wanita yang menderita kista endometriosis.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas terapi kognitif perilaku
dalam mereduksi tingkat kecemasan pada penderita Kista Endometriosis yang
menjalani pengobatan di Rumah Sakit X.
C. Manfaat
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat memberikan
manfaat, yaitu :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk menambah referensi dan
memperluas ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan psikologi klinis, khususnya
mengenai Terapi Kognitif Perilaku dan Kecemasan pada penderita Kista
Endometriosis.
2. Secara praktis
Manfaat praktis dari penelitian diharapkan memberikan masukan dan
pengetahuan kepada wanita sekaligus acuan psikolog sebagai psikoterapi untuk
mereduksi tingkat kecemasan pada penderita Kista Endometriosis dengan
menggunakan terapi kognitif perilaku.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai terapi kognitif perilaku dalam menurunkan tingkat
kecemasan telah cukup banyak diteliti diantaranya yaitu; penelitian yang dilakukan
oleh Prasetyaningrum, S dkk (2012) dengan judul Cognitive Behavior Therapy to
Reduce the Patient Post Stroke Anxiety yang merupakan penelitian kasus tunggal
dengan desain ABA. Subjek pada penelitian ini yaitu berjumlah dua orang yang
pernah sakit stroke dan mengalami kecemasan. Alat ukur pada kecemasan dilihat dari
skala Subjective Units of Discomfort (SUDs), Beck Anxiety Inventory (BAI), dan ciriciri kecemasan pada pasien pasca stroke (monitoring). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terapi kognitif perilaku mampu mereduksi tingkat kecemasan pada pasien
pasca stroke.
Adapun Vivi (2012) dalam penelitiannya berjudul Pendekatan Kognitif
Perilaku untuk mengurangi kecemasan pada pasien Gagal ginjal Terminal dengan
menggunakan Small N Design dengan mengukur pre dan post intervensi untuk
melihat perubahan tingkat kecemasan yang dirasakan. Subjek penelitian berjumlah
tiga orang yang memiliki kecemasan. Hasil dari penelitian ini yaitu subjek
melaporkan mengalami perubahan kognisi mengenai prosedur hemodialisis melalui

edukasi dan teknik restrukturisasi kognisi. Salah satu partisipan yang melaporkan
penurunan tidak terlalu besar dan masih menunjukkan simtom kecemasan dalam
menghadapi hemodialisis karena masih adanya asumsi yang salah mengenai
hemodialisis, dependensi dan perhatian yang didapatkan ketika subjek sakit.
Osman, akbar (2008) mengenai Keefektifan Cognitive Behavior Therapy
(CBT) Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan dan meningkatkan Kualitas Hidup
Tahanan/Narapidana Penyalahgunaan Napza di Rumah Tahanan kelas I Surakarta
menggunakan penelitian eksperimental random Control trial dengan jumlah subjek 50
orang dengan 25 orang pada kelompok perlakuan dan 25 orang pada kelompok
kontrol. Tingkat kecemasan diukur menggunakan The Taylor manifest Anxiety Scale
(TMAS) dan Kualitas hidup dengan menggunakan Clinical global Impression for
Quality of Life (CGI-QL). Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu terdapat
perbedaan TMAS yang sangat bermakna pada post-test kelompok perlakuan
dibanding dengan kemompok kontrol yang berarti Terapi kognitif Perilaku efektif
menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup para tahanan/
narapidana penyalahgunaan NAPZA di rumah tahanan kelas I Surakarta.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah disebutkan maka peneliti ingin
melakukan penelitian mengenai Kecemasan dan terapi kognitif perilaku yang
bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi pada wanita penderita kista
endometriosis sehingga dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan solusi bagi masyarakat serta para penderita terkait gangguan
psikologis baik dalam ilmu pengetahuan maupun bagi praktisi psikologi.
1. Keaslian Topik
Berdasarkan penelitian di atas, maka peneliti melakukan penelitian yang akan
dilakukan yaitu mengenai kecemasan dengan variabel bebas yaitu terapi kognitif
perilaku.
2. Keaslian Teori
Teori yang digunakan mengenai pengertian dan aspek-aspek dari kecemasan
menggunakan

Nevid

(2003)

sedangkan

pada

terapi

kognitif

perilaku

menggunakan teori dari Guevremont & Spiegler (2010).


3. Keaslian Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan yaitu
menggunakan alat ukur dari TMAS.
4. Keaslian Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu pasien wanita yang menderita kista
endometriosis berusia antara 20-40 tahun. Subjek memiliki skor skala kecemasan

yang tinggi. Subjek tidak pernah atau sedang menjalani terapi kognitif perilaku
yang bertujuan untuk mereduksi tingkat kecemasan yang sedang dialami subjek.
Berbeda dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh semua penelitian
yang telah disebutkan sebelumnya, penelitian ini orisinal menggunakan subjek
wanita yang menderita kista endometriosis.
5. Keaslian Intervensi
Intervensi yang digunakan pada penelitian ini yaitu terapi kognitif perilaku
yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan atau variabel tergantung
pada pederita kista endometriosisi.

Anda mungkin juga menyukai