Disusun Oleh :
Kelompok 10
Ans Evi Irawati ST182004
Esti Coma ST182013
Monica Putri ST182022
Theresia Iswidaningrum ST182050
Yulia Rahmawati Supraba ST182053
A. LATAR BELAKANG
Penyakit kanker (neoplasma) merupakan penyebab kematian
pertama di dunia. Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai
dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel
untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan atau dengan migrasi sel ke tempat
yang jauh (Amalia, 2009). Kanker payudara adalah keganasan yang
berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang
payudara, tetapi tidak temasuk kulit payudara. Kanker payudara umumnya
menyerang wanita yang telah berumur lebih dari 40 tahun, namun wanita
muda pun bisa terserang kanker payudara. Kanker payudara merupakan
penyakit yang paling ditakuti oleh wanita meskipun kaum pria pun dapat
terkena (Purwoastuti, 2008).
Kejadian kanker payudara menempati urutan pertama dan
merupakan penyebab kematian wanita terbanyak nomor satu di Indonesia.
Berdasarkan estimasi Globocan International Agency Research on Cancer
(IARC) tahun 2012, insiden kanker payudara yaitu 40 per 100.000
perempuan. Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi (RSDM) data
pasien kanker yang melakukan kunjungan berobat setiap hari mencapai
rata-rata 34 orang. Jumlah tersebut meliputi pasien kanker dengan semua
jenis penyakit kanker. Di RSUD Dr. Moewardi ada kecenderungan
peningkatan kasus kanker pada semua kelompok umur mengingat
perkembangan teknologi baik di bidang pangan, obat-obatan maupun
transportasi. Faktor-faktor tersebut dapat memicu meningkat-nya penyakit
kanker di masyarakat.
Pasien yang menderita kanker payudara perlu melakukan terapi
pengobatan dalam upaya penyembuhannya. Salah satu pengobatan yang
dianjurkan yaitu kemoterapi. Kemoterapi adalah terapi anti kanker untuk
membunuh sel-sel tumor dengan menganggu fungsi dan reproduksi sel
yang bertujuan untuk penyembuhan,pengontrolan, dan paliatif (Neal,
2008). Kemoterapi bisa menimbulkan dampak fisiologis maupun
psikologis. Dampak fisiologis yang bisa terjadi yaitu rasa lelah, lesu,
kerontokan rambut, gangguan usus dan rongga mulut seperti mual muntah,
mukositis rongga mulut, gangguan sumsum tulang belakang, kemandulan,
gangguan menstruasi & menopause serta gangguan pada organ lain
(Adamsen, L., et.al 2009). Selain menimbulkan dampak fisiologis,
kemoterapi juga bisa menimbulkan dampak negatif pada psikologis
diantaranya gangguan harga diri, seksualitas, dan kesejahteraan pasien
seperti kecemasan (Smeltzer, S. C., et.al, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oetami, dkk (2014),
dampak kanker payudara dan pengobatannya terhadap aspek psikologis
menunjukkan bahwa pasien kanker payudara mengekspresikan
ketidakberdayaan, kecemasan, rasa malu, harga diri menurun, stres, dan
amarah. Salah satu pertimbangan keperawatan yang harus diperhatikan
pada pasien yang menjalani kemoterapi adalah kecemasan (Smeltzer, S.
C., et.al, 2008).
B. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian kanker & kecemasan
2. Mengetahui pengertian kemoterapi
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada
pasien paliatif
4. Mengetahui instrument kecemasan pada perawatan paliatif
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KANKER
Kanker dalah segolongan penyakit yang ditandai dengan
pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel untuk
menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung
di jaringan yang bersebelahan atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(Amalia, 2009). Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal
dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam
perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh
lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker adalah
sekelompok penyakit yang dicirikan dengan pertumbuhan dan penyebaran
sel tidak terkontrol dan sel yang abnormal (Kolva, 2011).
Salah satu jenis kanker yang sering terjadi yaitu Kanker payudara.
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tetapi tidak temasuk kulit
payudara. Kanker payudara umumnya menyerang wanita yang telah
berumur lebih dari 40 tahun, namun wanita muda pun bisa terserang
kanker payudara. Kanker payudara merupakan penyakit yang paling
ditakuti oleh wanita meskipun kaum pria pun dapat terkena (Purwoastuti,
2008).
B. KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah terapi anti kanker untuk membunuh sel-sel
tumor dengan menganggu fungsi dan reproduksi sel yang bertujuan untuk
penyembuhan, pengontrolan, dan paliatif (Neal, 2006).
Kemoterapi bisa menimbulkan dampak fisiologis maupun
psikologis. Dampak fisiologis yang bisa terjadi yaitu rasa lelah, lesu,
kerontokan rambut, gangguan usus dan rongga mulut seperti mual muntah,
mukositis rongga mulut, gangguan sumsum tulang belakang, kemandulan,
gangguan menstruasi & menopause serta gangguan pada organ lain
(Adamsen, L., et.al 2009). Selain menimbulkan dampak juga bisa
menimbulkan dampak negatif pada psikologis diantaranya gangguan harga
diri, seksualitas, dan kesejahteraan pasien seperti kecemasan (Smeltzer, S.
C., et.al, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oetami, dkk
(2014), dampak kanker payudara dan pengobatannya terhadap aspek
psikologis menunjukkan bahwa pasien kanker payudara mengekspresikan
ketidakberdayaan, kecemasan, rasa malu, harga diri menurun, stres, dan
amarah.
C. KECEMASAN
1. Pengertian
Kecemasan adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan
terhadap bahaya nyata atau imaginer yang disertai dengan perubahan
pada sistem saraf otonom dan pengalaman subjektif sebagai
“tekanan”, “ketakutan”, dan “kegelisahan” (Spielberger, C. D, 2010).
Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan
kekhawatiran atau ketegangan terhadap suatu ancaman yang
sumbernya tidak diketahui, bersifat internal, samar-samar dan
konfliktual.Emosi seperti sedih dan sakit umumnya akan hilang
dengan hilangnya penyebab, namun tidak dengan kecemasan.
Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat
menekan kehidupan seseorang dan karena itu berlangsung tidak lama.
Penting sekali untuk mengingat bahwa kecemasan bisa muncul sendiri
atau bergabung dengan gejala–gejala lain dari gangguan emosi . Pada
penderita kanker tahap terminal kecemasan memiliki beberapa
pengaruh yang sangat merugikan antara lain, meningkatkan kejadian
insomnia, berkurangnya rasa percaya terhadap kemampuan fisik, dan
rendahnya partisipasi dalam pengobatan dan menjadi rendahnya
kualitas hidup penderita (Lubis, 2009).
2. Macam-macam kecemasan
Kecemasan dibedakan menjadi dua yaitu:
a. state anxiety
State anxiety adalah gejala kecemasan yang timbul apabila
seseorang dihadapkan pada sesuatu yang dianggap mengancam
dan bersifat sementara.
b. Trait anxiety
Trait anxiety dalah kecemasan ang menetap pada diri seseorang
yang merupakan pembeda antara satu individu dengan individu
lainnya (Spielberger, C. D, 2010).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Menurut Stuart dan Laraia (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan dibagi menjadi dua yaitu faktor predisposisi dan faktor
presipitasi.
a. Faktor predisposisi, terdiri dari: pandangan psikoanalitik,
pandangan interpersonal, pandangan perilaku, kajian keluarga,
kajian biologis.
b. Faktor presipitasi berasal dari sumber internal dan eksternal yang
dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu ancaman terhadap
integritas fisik dan sistem tubuh.
1) Faktor internal
a) Usia pasien
Gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia,
lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada
wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur
21-45 tahun.
4. Instrument Kecemasan
Untuk mengetahui tingkat kecemasan, yaitu mengukur tingkat
kecemasan dengan menggunakan menggunakan beberapa alat ukur,
yaitu:
a. Anxiety Visual Analog Scale (Anxiety VAS).
Dengan menggunakan sebuah garis horizontal yang berupa
skala sepanjang 10 cm atau 100 mm dengan penilaian dari garis
ujung sebelah kiri yang mengindikasikan “tidak ada kecemasan”
hingga ujung sebelah kanan yang menyatakan kecemasan luar
biasa. Penderita diminta memberi tanda dengan garis vertikal
pada garis yang menggambarkan perasaan cemas yang dialami
saat itu. Davey et al. (2007) melaporkan bahwa Anxiety VAS
merupakan alat ukur yang cukup reliable untuk digunakan pada
pengukuran cemas. Beberapa studi lainnya menunjukkan bahwa
Anxiety VAS merupakan alat ukur yang valid dan reliable pada
pengukuran tingkat kecemasan pada penderita dengan gangguan
kecemasan dan panik secara umum.
b. HARS
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat
kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang
disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS
merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada
munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan.
Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada
individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang
diobservasi diberi 5 tingkatan skor( skala likert) antara 0 (Nol
Present) sampai dengan 4 (severe).
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959,
yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah
menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada
penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki
validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan
pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan
0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan
dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang
valid dan reliable.
Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:
1) Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
mudah tersinggung.
2) Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah
terganggu dan lesu.
3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila
tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
4) Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam
hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa
dan sulit konsentrasi.
6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya
kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan
sepanjang hari.
7) Gejala somatik: nyeni path otot-otot dan kaku, gertakan gigi,
suara tidak stabil dan kedutan otot.
8) Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur,
muka merah dan pucat serta merasa lemah.
9) Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi
mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
10) Gejala pemapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
11) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan
sesudah makan, perasaan panas di perut.
12) Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan
keneing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
13) Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka
merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14) Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar,
mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat dan napas pendek dan cepat.
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai
dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor
dan item 1-14 dengan hasil:
1) Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
2) Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.
3) Skor 15 – 27 = kecemasan sedang.
4) Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.
c. DASS
Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih
diringkaskan sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS
21) oleh Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties
of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42
item dan Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari 21 item.
DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk
mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan
stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara
konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses
yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran
yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan
biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik
itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian.
DASS adalah kuesioner 42-item yang mencakup tiga
laporan diri skala dirancang untuk mengukur keadaan emosional
negatif dari depresi, kecemasan dan stres.
Masing-masing tiga skala berisi 14 item, dibagi menjadi
sub-skala dari 2-5 item dengan penilaian setara
konten. Skala Depresi menilai dysphoria, putus asa, devaluasi
hidup, sikap meremehkan diri, kurangnya minat / keterlibatan,
anhedonia, dan inersia. Skala Kecemasan menilai gairah otonom,
efek otot rangka, kecemasan situasional, dan subjektif
pengalaman mempengaruhi cemas. Skala Stres (item) yang
sensitif terhadap tingkat kronis non-spesifik gairah. Ini menilai
kesulitan santai, gairah saraf, dan yang mudah marah/gelisah,
mudah tersinggung / over-reaktif dan tidak sabar. Responden
yang diminta untuk menggunakan 4-point keparahan/skala
frekuensi untuk menilai sejauh mana mereka memiliki mengalami
setiap negara selama seminggu terakhir.
Skor untuk masing-masing responden selama masing-masing sub-
skala, kemudian dievaluasi sesuai dengan keparahan-rating indeks
di bawah :
1) Normal : 0-14
2) Stres Ringan : 15-18
3) Stres Sedang : 19-25
4) Stres Berat : 26-33
5) Stres Sangat Berat : ≥ 34
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan:
1. Tingkat kecemasan pasien kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi rata-rata
adalah sedang, yaitu sebanyak 50% dari total responden. Terdapat
pengaruh adaptasi yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien
kemoterapi di RSUD dr. Moewardi
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien kanker payudara
yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang
berjumlah 97 orang responden, disimpulkan bahwa pada tingkat
kecemasan State hampir sebagian besar responden mengalami kecemasan
sedang, begitu pula pada tingkat kecemasan Trait hampir sebagian dari
responden mengalami kecemasan sedang. Kemudian untuk faktor yang
mempengaruhi kecemasan pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi hampir sebagian dari responden yang mengalami kecemasan
dipengaruhi oleh faktor ancaman sistem diri dan sebagian dipengaruhi oleh
faktor ancaman integritas fisik.
3. Hasil penelitian menunjukkan Dukungan keluarga penderita kanker
serviks paliatif mayoritas baik.Tingkat kecemasan penderita kanker serviks
paliatif mayoritas mengalami tingkat kecemasan sedang. Ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker
serviks paliatif di RSUP Dr Sardjito dengan p value 0,001 (< 0,05).
B. SARAN
1. Bagi perawat
Perawat agar senantiasa meningkatkan pelayanan kepada penderita kanker
serviks dengan memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan spiritual
melalui pendidikan kesehatan dan konseling kepada penderita maupun
keluarga.
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi/sumbangan materi
bagi mahasiswa agar mahasiswa memahami tentang dukungan keluarga
dan kecemasan penderita kanker serviks paliatif dengan mempelajari
materi dukungan dan kecemasan dalam penelitian ini.
3. Bagi keluarga
Keluarga mampu senantiasa mengembangkan diri dalam rangka memberi
motivasi kepada anggota keluarganya yang menderita sakit kanker serviks
dengan memberikan dukungan sesuai dengan materi-materi dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan materi dan dukungan
informasi dalam penelitian ini.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini dijadikan sumber dan bahan pembanding bagi yang
berkepentingan untuk melanjutkan penelitian yang lebih komplek.
DAFTAR PUSTAKA
Adamsen, L., Quist, M., Andersen, C., Møller, T., Herrstedt, J., Kronborg, D.,
... & Stage, M. (2009). Effect of a multimodal high intensity exercise
intervention in cancer patients undergoing chemotherapy: randomised
controlled trial. Bmj, 339, b3410.
Mohamed, S., & Baqutayan, S. (2012). The Effect of Anxiety on Breast Cancer.
Indian Journal of Psychological Medicine Vol 34.
Oetami, F., M. Thaha, I. L., & Wahiduddin. (2014). Analisis Dampak Psikologis
Pengobatan Kanker Payudara Di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota
Makassar. Universitas Hasanuddin.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., Cheever, K. H., Townsend, M. C., &
Gould, B. (2008). Brunner and Suddarth’s textbook of medicalsurgical
nursing 10th edition. Philadelphia: Lipincott Williams & Wilkins.