Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH

Ria Christina Simanjuntak

Nim 122001047 { semester 7 }

Dosen

Dr Roma Tao T oba MR, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Kom

Mata Ajar

Keperawatan Gerontik

Universitas Borobudur

Fakultas Kesehatan

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiratnya-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan makalah keperawatan gerontik.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen mata kuliah Keperawatan gerontik
sangat penyusun harapkan, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penyusun untuk
lebih baik di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan yang ingin menambah
wawasan ilmu serta memberikan inspirasi terhadap pembaca. Penyusun juga mengharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.

Oktober 2023

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

Ny. W, 55 thn, merasa akhir-akhir ini suaminya sudah tidak perhatian lagi
bahkan di sinyalir memiliki “WIL” yang lebih muda usianya. W sering
mendengar suaminya menelopon seseorang dengan kalimat-kalimat mesra. W
merasa tidak berdaya karena sudah tidak cantik dan menarik, wajah tidak segar
lagi, cepat lelah bila melakukan hubungan intim sehingga cenderung
menghindar. Bila Anda mendapatkan pasien seperti Ny. W, apa yang akan Anda
lakukan? Beri contoh-contoh konkrit dalam penjelasan Anda.

Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang
wajar akan dialami semua orang yang diberikan umur panjang. Hanya cepat
lambatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu yang
bersangkutan. Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran dan
perubahan fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental
seseorang.

Semakin lanjut usia, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang sehingga


akan mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini
akan memberikan dampak harga diri dan kebahagiaan lansia (Padila, 2013).
Masalah yang sering ditemukan pada lanjut usia adalah kekacauan mental
akut, mudah jatuh dan lelah, berdebar-debar, nyeri dada, sesak nafas,
pembengkakan, sulit tidur dan pusing. Selain itu lansia juga mengalami
perubahan-perubahan pada mental atau psikologi lain sehingga akan
mempengaruhi konsep diri yang salah satunya adalah harga diri pada lansia.

Masalah-masalah yang yang seperti tersebut diatas juga sering menyebabkan


lansia merasa tergantung dengan orang lain sehingga lansia tidak dapat
mencapai integritasnya secara utuh dan mengalami berbagai masalah
psikososial diantaranya kecemasan, depresi dan harga diri rendah harga diri
merupakan suatu hal mendasar pada lansia. Harga diri adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian
tingkah laku dengan ideal diri.

Harga diri rendah pada lansia dapat menyebabkan ansietas, depresi, gangguan
somatisasi. Sedangkan harga diri tinggi merupakan sumber koping yang
penting bagi lansia. Peningkatan harga diri pada lansia dilakukan untuk
mencegah dampak psikologi yang lebih berat lagi melalui berbagai macam
terapi keperawatan (Utami, 2014).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI LANSIA

1. Lansia (Lanjut Usia)

a. Definisi Lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap
ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang
tidak proporsional (Nugroho, 2006). WHO dan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2
menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua.

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-


angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.

b. Fisiologi Lansia

Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara


alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami
seluruh makhluk hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural
tubuh yang diikuti penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami
masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda tergantung
pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat
berupa faktor herediter, nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain (Stanley,
2006).

c. Batasan Lansia WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia


kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu

usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59, lanjut usia (elderly)
berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun, dan usia
sangat tua (Very old) di atas 90 tahun. Sedangkan Nugroho (2000)
menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa
yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.

Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi


usia dewasa muda (elderly adulthood) atau 29 – 25 tahun, usia dewasa penuh
(middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric
age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 – 75 tahun
(young old), 75 – 80 tahun (old), lebih dari 80 (very old).

Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat


dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain. Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa
lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

2. Kecemasan

a. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan


menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan (Ansietas)
dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan
berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap
bahaya. Kecemasan adalah 19 respon emosional terhadap penilaian tersebut.
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
kecemasan yang berat tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart, 2007).
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala sebagai upaya
untuk melawan kecemasan tersebut. Kecemasan merupakan satu keadaan
yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang
menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf autonomic (SSA).
Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering
merupakan satu fungsi emosi. Kecemasan yang patologik biasanya merupakan
kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu ancaman yang sungguh-
sungguh dan maladaptif (Kaplan dan Sadock, 1997).

b. Kecemasan pada Lansia Proses menua (Aging) adalah proses alami yang
disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum kesehatan jiwa secara khusus pada lansia
( Azizah, 2011).

Salah satu gejala yang dialami oleh semua orang dalam hidup adalah
kecemasan. Kecemasan adalah khawatiran yang tidak jelas dan menyebar,
yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan berbeda dengan rasa takut,
yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Kecemasan adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart, 2007). Permasalahan
yang menarik pada lansia adalah kurangnya kemampuan dalam beradaptasi
secara psikologis terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Penurunan
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan stress lingkungan sering
menyebabkan gangguan psikososial pada lansia. Masalah kesehatan jiwa
sering muncul pada lansia adalah gangguan proses pikir, dementia, gangguan
perasaan seperti depresi, cemas, gangguan fisik dan gangguan perilaku
(Maramis, 1995)

C.Tanda dan Gejala Kecemasan Kecemasan merupakan stressor yang dapat


merangsang system saraf simpatik dan medulla kelenjar adrenal. Selanjutnya
akan terjadi peningkatan katekolamin dan merangsang peningkatan sekresi
hormon adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, takirkadi, dilatasi
pupil, koagubilitas darah meningkat. Sekresi noradrenalin yang meningkat
terutama berkaitan dengan kemarahan, agresifitas, semangat kompetisi, diburu
waktu dan pendendam (Suliawati dkk, 2005)

3.Kesehatan Seksual Lansia

Kesehatan seksual merupakan kesehatan secara fisik, mental, dan


kesejahteraan sosial yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta
proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan. Setiap orang harus mampu memiliki kehidupan seksual yang
memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu menurunkan serta memenuhi
keinginannya tanpa ada hambatan apa pun (Harahap, 2003).

Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada lansia yakni masalah
kesehatan seksual. Program kesehatan padal anjut usia sering hanya
menikberatkan pada pelayanan penyakit akibat proses degeneratif seperti
hipertensi, stroke, diabetes mellitus,dan radang sendi atau rematik. Padahal
lanjut usia juga mempunyai masalah dalam kesehatan seksual, utamanya hal
ini dirasakan oleh perempuan ketika masa subur berakhir (menopause),
begitupun dengan laki-laki juga mengalami penurunan fungsi seksual dan
kesuburan (andropause).

walaupun hal ini terjadi pada usia yang lebih lanjut lagi jika dibandingkan usia
menopause yang dialami oleh perempuan.

a. Menopause Menopause merupakan peristiwa berhentinya haid atau


menstruasi yang berhubungan dengan fungsi ovarium yang mengalami
kegagalan selama fungsi reproduktif menurun dan berakhir(Sherwood,
2014b). Menopause merupakan peristiwa alami yang akan dialami oleh
setiap perempuan, yakni peristiwa berhentinya haid atau menstruasi atau
biasa juga dikenal dengan haid terakhir(Mulyani, 2013)
b. The American College of Obstetricians and Gynecologists
(2018),mengemukakan menopause adalah waktu dalam hidup ketika
perempuan secara alami berhenti mengalami menstruasi selama 12
bulan berturut-turut. Menopause terjadi ketika ovarium berhenti
memproduksi estrogen. Estrogen adalah hormon yang membantu
mengendalikan siklus menstruasi. Menopause menandai akhir tahun
reproduksi. Usia rata-rata perempuan yang mengalami menopause
adalah 51 tahun.

BAB 111

KESIMPULAN DAN SARAN

Dukungan keluarga adalah suatu tindakan yang diciptakan melalui komunikasi,


interaksi sosial, yang dapat diberikan dalam bentuk dukungan secara
instrumental atau memfasilitasi sarana prasarana lansia, dukungan
informasional, dan dukungan emosional. Dampak dari kurangnya dukungan
keluarga dapat mengakibatkan lansia akan merasa tidak nyaman dan tidak
dapat menerima diri dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi. Lansia
menjadi tidak percaya diri dan cenderung untuk menyalahkan dirinya sendiri,
memiliki harga diri rendah, tidak berdaya, putus asa, kekecewaan, rasa kesal,
bersalah dan merasa tidak berguna. Sedangkan menurut Budiono (2015)

menyatakan bahwa usia lansia adalah usia dimana sering terjadi permasalahan
pada perubahan fungsi fisik dan psikis, sehingga tidak menutup kemungkinan
untuk lansia tersebut sangat membutuhkan kehadiran orang lain, untuk
mendukung dan membantu dalam memenuhi kebutuhannya. Kepercayaan diri
atau harga diri lansia dapat dimiliki apabila adanya dukungan dari orang-orang
terdekat seperti teman, sahabat, khususnya dukungan dari keluarga itu sendiri.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikasi (2014) yang
menyatakan bahwa dukungan keluarga sangat membantu lansia dalam
mengurangi kesepian
pada lansia. Dukungan keluarga sangat berhubungan erat untuk meningkatkan
harga diri setiap lansia. Dengan adanya dukungan yang diberikan dari keluarga,
tidak hanya untuk meningkatkan harga diri lansia semata, tetapi dapat
memandirikan lansia dalam melakukan aktifitasnya, dan dapat meningkatkan
kesejahteraan secara fisik dan psikososial lansia (Susanti, Manurung &
Pranata, 2018).

DAFTAR PUSTAKA
Nurmayunita H, Zakaria A. (2019) Pengaruh Pemberian Terapi Dzikir Terhadap
Harga Diri Lansia Di Pondok Lansia, Jurnal Keperawatan Malang Volume 6 No
1, 2021 Ikasi, Jumaini dan Oswati. (2014)

‘Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kesepian (Lonelinnes) Pada Lansia’.


Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, (Online), 1(2),
tersedia pada: https://jom.unri.ac.id Muhith&Siyoto, 2016.

Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi Offset Orth, U.,


Trzesniewski, K. H., & Robins, R. W. (2010). Self-Esteem Development From
Young Adulthood to Old Age: A Cohort- Sequential Longitudinal Study. Journal
of Personality and Social Psychology,98(4),645–658.
https://doi.org/10.1037/a0018769 Padila, 2013.

Buku Ajar Keperawatan Gerontik Dilengkapi Aplikasi Kasus Asuhan


Keperawatan Gerontik, Terapi Modalitas dan Sesuai Kompetensi Standar.
Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai