Anda di halaman 1dari 18

MASALAH KESEHATAN LANSIA

OLEH :

SR. M. HUBERTA TAMBA FSE

032017101

Dosen : Lindawati Tampubolon S.Kep.Ns.,M.Kep

STIkes SANTA ELISABETH MEDAN


T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih
karuniaNya yang telah diberikanNya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Materi yang saya bahasdalam diskusi ini adalah “Masalah Kesehatan Lansia”.
Makalah yang saya susun ini terambil dari beberapa referensi, baik dari jurnal yang
berhubungan mata kuliah, internet, dan buku-buku yang berkaitan dengan materi ini.

Dalam Penyusunan makalah ini saya banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Namun, berkat bimbingan dan motivasi moril dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini
dapat saya selesaikan. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah saya
menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing.
Dalam menyelesaikan makalah ini, saya menyadari sepenuhnnya banyak sekali
kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan makalah. Maka saya sangat
membutuhkan kerjasama dengan memberikan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan bagi tenaga keperawatan khususnya.

Pematang siantar, 08 Oktober 2020

Penulis

Sr. M. Huberta Tamba FSE


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana
pada manusia seseorang mengalami kemunduruan fisik, mental dan social sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan
mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai
usia seorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60
tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menetapkan bahwa umur 65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah
mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut
lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan
dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui
kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam
menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau
menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439). Usia lanjut sering punya masalah
dalam hal makanan, antara lain nafsu makan menurun. Padahal meskipun aktivitasnya
menurun sejalan dengan bertambahnya usia, ia tetap membutuhkan asupan zat gizi
lengkap, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Iapun masih tetap
membutuhkan energi untuk menjalankan fungsi fisiologis tubuhnya.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui Konsep Masalah kesehatan pada Lansia dan asuhan
keperawatan yang diberikan
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Menua


Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses menua. Menurut Bernice
Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang
dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo
(2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah
orang yang berusia 65 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya
mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah (1983)
berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang
mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya
tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.
Berdasarkan UU Kes. No. 23 1992 Bab V bagian kedua Pasal 13 ayat 1
menyebutkan bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisik, dan sosial. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung
secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
a.       Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 – 59 tahun.
b.      Lanjut usia (alderly) kelompok usia 60 – 74 tahun
c.       Lanjut usia tua (old) kelompok usia 75 – 90 tahun
d.      Usia sangat tua (very old) kelompok usia diatas 90 tahun
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan
periode di mana seseorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan,
serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan
ini dapat mulai sari usia 55 tahun sampai meninggal.
2.      Ciri - ciri lansia
Menurut Hurlock 1980 terdapat beberapa ciri – ciri orang lanjut usia, yaitu :
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagai dating dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran
yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin
cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi
yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat - pendapat klise itu
seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada
mendengarkan pandapat orang lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk, karena perlakuan yang buruk itu mebuat penyesuaina diri
lansia menjadi buruk.

3.      Masalah Kesehatan pada lansia


Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa
muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang
timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Menurut Kane dan Ouslander sering desebut dengan istilah 14 I, immobility
(kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),
incontinence (beser buang air kecil / air besar), infection (infeksi), impairment of vision
and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan
panca indera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar),
isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis
(menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency
(daya tahan tubuh yang menurun), dan impotence (impotensi).
Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia sebagai berikut:
a. Kurang bergerak
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang
bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot,
gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
b. Istabilitas
Penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan tubuh derita) baik karena prosen menua, penyakit
maupun proses ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat
obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh
pada lansia adalah kerusakan bagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan
rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat
terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain dari pada itu, terjatuh menyebabkan
lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya. Walaupun sebagian lansia yang
terjatuh tidak sampai menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berta,
tetapi kejadian ini haruslah dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan.
Terjatuh pada lansia dapat menyebabkan gangguan psikologis berupa hilangnya
harga diri dan perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya
lansia tersebut menjadi takut berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya
terjatuh.
c. Gangguan intelektual
Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual
dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas
kehidupan sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60-85
tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5% lansia yang berusia 60-74 tahun
mengalami demensia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun
kejadian meningkat mendekati 50%. Salah satu hal yang dapat menyebabkan
gangguan intelektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan
intelektual lainnya.
d. Infeksi
Merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain
sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan
keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta resiko menjadi fatal
meningkat pula. Beberapa faktor resiko yang menyebabkan lansia mudah
mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh yang
menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa
penyakit sekaligus (komordibitas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang
sangat berkurang. Selain tiu, faktor nutrisi, faktor lingkungan, jumlah dan
keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
e.    Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit
Akibat proses menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikina juga
gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat
menyebabkan terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering,
rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
f. Depresi
Perubhan status social, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian
social serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu
pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering kali gejala
depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang
tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala
depresi yang muncul sering kali dianggap sebagai suatu bagian dari proses
menua yang normal ataupun tidak khas. Gejala-gejala depresi dapat berupa
perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur
terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya
aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang,
sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatain, kurangnya minat, hulangnya
kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah
diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang merasa bersalah dan tidak
berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik
lainnya. Akan tetapi, pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang
menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar,
nyeri pinggan, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa
tidak jelas.
g. Kurang gizi
Kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun
kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih
makanan yang bergizi, isolasi social (terasing dari masyarakat) terutama karena
gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi
pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkang
faktor kondisi kesehatan Berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur,
alkoholisme, obat-obatan, dan lain-lain.
h. Daya tahan tubuh menurun
Daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh
yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak
selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena
berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun
penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya
tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi
yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh, dan lain-lain.
i. Impotensi
Merupakan ketidak mampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yang
cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit
tiga bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa
penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang di wawancarai
ternyata 52% menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total
10%, disfungsi ereksi sedang 25% dan minimal 17%. Penyebab disfungsi ereksi
pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya
kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses
menua maupun penyakit dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat
pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap
rangsangan.

4. Penyakit Yang Biasa Diderita Lansia


a. Jantung dan Serangan Jantung
Untuk mencegah dari serangah jantung, bisa dilakukan dengan cara-cara berikut
yaitu makan makanan yang sehat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan
kadar kolesterol dalam darah, kurangi berat badan jika kita termasuk memiliki
berat yang berlebih (overweight), berhenti merokok, kurangi stress, cukup
berolahraga (misalnya jogging dan jalan kaki) atau melakukan aktifitas fisik
yang lain, kurangi konsumsi garam sampai 5 mg (atau sekitar 1 sendok teh
dalam 24 jam) dan hindari makanan gorengan dan bergaram.
b. Tekanan darah Tinggi
Untuk mencegah terjadi penyakit tekanan darah tinggi , lakukan aktifitas fisik
seperti olahraga secara teratur, jalan kaki, yoga, atau aerobik yang ringan; jaga
berat tubuh agar pada kondisi ideal, ikuti pola makan sehat seperti makan
makanan yang berasal dari buah dan sayuran, susu rendah kalori, minyak ikan,
hindari minuman beralkohol dan soft drink, berhenti merokok dan kurangi
konsumsi garam atau diganti dengan garam diet.
c. Arthritis (reumatik)
Untuk mencegah penyakit reumatik ini biar tidak kumat antara lain: lakukan
latihan fisik dan berjalan kaki secara teratur, pola makan yang seimbang dan
gaya hidup yang sehat dapat mencegah penyakit ini, minumlah suplemen berupa
kalsium dan vitamin D secara teratur bila tidak tercukupi dari makanan yang
dikonsumsi, lakukan olahraga angkat beban ringan secara teratur, hindari
merokok dan alkohol, lakukan tes tulang untuk melihat kondisi tulang kita.
d. Osteoporosis (tulang rapuh)
Berikut adalah langkah-langkah untuk mencegah tulang menjadi cepat lemah
dan rapuh, yaitu dengan cukup konsumsi kalsium setiap hari; cukup vitamin D
setiap hari (dapat diperoleh dari makanan/minuman atau sinar matahari); makan
makanan yang sehat yang mengandung vitamin A, Vitamin C, magnesium, seng
dan protein , yang dapat berasal dari susu, buah-buahan dan sayuran hijau dan
berdaging; selalu aktif secara fisik dapat membantu kesehatan tulang; jangan
merokok karena bisa merusak tulang dan menurunkan kadar estrogen dalam
tubuh; dan hindari pekerjaan-pekerjaan atau aktifitas yang beresiko besar untuk
terjatuh.
e. Diabetes
Untuk mengontrol diabetes, lakukan latihan setiap pagi misalnya berjalan pagi,
jogging dengan intensitas kecil atau sedang, atau aerobik ringan; pilihlah
makanan-makanan yang sehat (rendah lemak, rendah kalori dan rendah garam);
hindari konsumsi gula dan sirup, pilihlah gula diet; konsumsi sayuran dan buah
segar, ganti soft drink dengan jus buah tanpa gula atau air putih; makan makanan
dan snack yang sesuai (rendah gula) pada waktu-waktu tertentu dalam sehari
agar kadar gula darah bisa terjaga; dan yang terakhir yaitu selalu lakukan kontrol
ke dokter.
f. Kanker
Untuk mencegah kanker: berhentilah merokok, konsumsi buah dan sayur
secukupnya yang dapat mempunyai efek melindungi dari kanker (sebagai
antioksidan), konsumsi teh hijau  secangkir sehari secara teratur dapat mencegah
kanker dan juga melindungi jantung, aktifitas fisik secara teratur dan menjaga
berat badan, juga menghindari bahan-bahan makanan yang mempunyai efek
karsinogenik dan menghindari dari bahan-bahan atau sumber radiasi.
g.       Ginjal
Sakit ginjal dapat dicegah dengan menjaga tekanan darah di batas normal,
menjaga berat badan, kurangi makanan berlemak, minum air yang cukup,
kurangi minum kopi, hindari minuman beralkohol, tidak merokok atau
menggunakan produk tembakau.
h.   Penyakit mata
Penyakit mata atau katarak adalah salah satu penyakit yang menyerang lansia.
Pencegahannya yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin A, C
dan E seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan ikan. Kandungan katekin dalam
teh hijau juga membantu mencegah terjadinya katarak. Istirahatkan mata selama
selama 5-30 menit jika kita sedang membaca (caranya: menutup mata atau
menghadap ke suatu arah tertentu, bernapas dalam dan menutup mata dengan
telapak tangan). Gunakan kacamata gelap jika sedang berada di luar di siang
hari.
i. Alzheimer (penyakit pikun)
Agar tidak pikun, mulailah rajin berolahraga yang ringan, konsumsi makanan
yang bergizi seperti serealia utuh (yang banyak kandungan vitamin B nya), ikan
dan minyak ikan, teh, sayuran dan buahan (misalnya buah delima), makanan
yang mengandung vitamin D (misalnya telur, susu), selalu aktif berpikir, tidur
teratur dan cukup, serta melindungi otak dari ancaman cedera atau yang lainnya.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


1. Pengkajian
a.    Tujuan dalam pengkajian :
a) Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
b) Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
c) Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
d) Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
b.    Pengkajiam tersebut meliputi aspek :
a) Fisik
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
2) Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
4) Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
6) Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
8) Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
9) Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
b). Pemeriksaan fisik :
1) Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
2) Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu : Head to toe dan
Sistem tubuh
c). Psikologis
1) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
4) Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
6) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
d).    Sosial ekonomi
1) Darimana sumber keuangan lanjut usia
2) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
3) Dengan siapa dia tinggal.
4) Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
5) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
6) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi.
8) Seberapa besar ketergantungannya.
9) Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada
d).   Spiritual
1) Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
3) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
4) Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seeorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual
dan potensial ( NANDA,1990 ), Diaognose keperawatan memberikan dasar pemilihan
intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnose keperawatan
adalah bagaimana diagnose keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah.
Melalui identifikasi, dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang
membutuhkan asuhan keperawatan. Disamping itu, dengan menentukan atau
menyelidiki etiologi masalah, akan dapat dijumpai factor yang menjadi kendala atau
penyebab. Dengan menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah yang
ada. Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
baik actual maupun potensial.
Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan proses keperawatan, harus
diketahui beberapa tipe diagnose keperawatan. Tipe diagnose keperawatan meliputi tipe
actual, risiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan sindroma. Dari hasil pengkajian
dapat dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul pada lansia. Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan
pada lansia antara lain:
a.         Fisik / Biologi
1)   Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan yang tidak adekuat.
2)   Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan dengan
hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
3)   Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam merawat
diri.
4)   Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
5)   Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau
adanya sekret pada jalan nafas.
b.         Psikososial
1)   Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
2)    Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
3)   Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
4)   Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
5)   Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan
pendapat secara tepat.
6)   Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c.         Spiritual
1)   Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
2)   Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian.
3)   Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
4)   Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah
secara tepat.
3. Perencanaan
Dalam perencanaan keperawatan, hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi:
a.    Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
b.    Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
c.    Tentukan prioritas :
1)   Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
2)   Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
3)   Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
d.   Cegah timbulnya masalah-masalah.
e.    Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
f.     Tulis semua rencana dan jadwal
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan
tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang
melakukan perawatan di rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga dapat
berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis
dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan
kebutuhan dasar antara lain :
a.    Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
b.    Meningkatnya keamanan dan keselamatan.
c.    Memelihara kebersihan diri.
d.   Memelihara keseimbangan istirahat / tidur.
e.    Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif.

4. Implementasi
Semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
lansia. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a.    Berbicara dengan lembut dan sopan.
b.    Memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dilakukan
berulan kali, jika perlu dengan gambar.
c.    Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya.

5 Evaluasi
Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi / dinilai baik verbal
maupun non verbal untuk mengetahui sejauh mana lansia atau keluarga mampu
melakukan apa yang telah dianjurkan.
BAB 3
PENUTUP
Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia dimaksudkan untuk memberikan
bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia
secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda
maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat.
Dalam keperawatan lanjut usia diperlukan pendekatan baik fisik, psikis, social
maupun spiritual. Keperawatan lanjut usia berfokus pada peningkatan kesehatan (helth
promotion), pencegahan penyakit (preventif), mengoptimalkan fungsi mental, dan
mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
DAFTAR PUSTAKA

Pandi. 2002. Permasalahan Nutrisi pada Lansia. http://pergemi.medindo.com/nutrisi.-


html.
Ardiana, Anisah. 2007. Konsep Pertumbuhan dan perkembangan Manusia. Jember:
Bagian Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar (DKKD) Program Studi Ilmu
Keperawatan.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.2003.Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut Untuk
Tenaga Kesehatan.Jakarta:Departemen Kesehatan.
Darmojo.2000.Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi ke-2. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Unifersitas Indonesia.
Kurnianingsih,dkk.2007. Tugas Mata Kuliah Gizi Daur Gizi pada
Lansia.Surabaya:Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai