Disusun Oleh:
032017101
DOSEN :
T/A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Kesehatan Anak dan Remaja. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna.
Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan
serta pengalaman, sehingga nantinya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah
Penulis
ii
Daftar Isi
2.6. Berbagi Tanggung Jawab Untuk Meningkatan Kesehatan Anak dan Remaja...........
2.8. Pengkajian..................................................................................................................
2.9. Diagnosa.....................................................................................................................
3.2 Saran............................................................................................................................
iii
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena
terjadi proses awal kematangan organ reproduksi pada manusia yang disebut masa
pubertas. Masa peralihan dari masa anak – anak menuju dewasa. Pada masa ini terjadi
perubahan dalam hal fisik maupun psikis. Masa remaja dibedakan menjadi masa
remaja awal usia 10 – 13 tahun, masa remaja tengah usia 14 – 16 tahun serta remaja
akhir pada usia 17 – 19 tahun (Rachmi, 2007). Kesehatan yang paling utama pada
masa remaja adalah kesehatan reproduksi. Masa remaja merupakan proses perjalanan
hidup dari masa anak – anak yang terbebas oleh tanggungjawab sampai pada masa
kali berpacaran pada usia 15 – 17 tahun. Sekitar 33,3% remaja perempuan dan 34,5%
remaja laki – laki mulai berpacaran sebelum usia 15 tahun, sehingga mereka akan
memiliki resiko perilaku pacaran yang tidak sehat antara lain melakukan hubungan
seks pranikah, sebagian besar hubungan seksual pranikah didapatkan 57,5% pada laki
– laki, 38% pada perempuan, dan dipaksa oleh pasangan 12,6%. Kehamilan pada usia
muda sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber informasi dari
Hasil survey yang dilakukan oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia)
didapatkan data dari 33 provinsi yang menunjukan 62,7% remaja SMP tidak perawan.
BKKBN tahun 2009 menyebutkan data yang sama bahwa terdapat 22,6% remaja
melakukan seks bebas. Sedangkan 89% remaja tidak setuju ada nya seks pranikah
1
tetapi pada kenyataan nya yang terjadi pada lapangan 82% remaja melakukan seks
advokasi, promosi, KIE, konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki
kehidupan remaja yang terkait dengan pengetahuan, sikap dan perilaku kehidupan
seksual serta berkeluarga. Di Jawa Tengah pada tahun 2010 khususnya pada Kota
1.2 Tujuan
Remaja
Remaja
2
6. Untuk mengetahui Cara Berbagi Tanggung Jawab Untuk
Remaja
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Kehamilan merupakan kodrat seorang wanita sebagai salah satu fase kehidupan
dan merupakan fase reproduksi manusia yang berfungsi melahirkan janin sebagai
manusia baru di dunia. Banyak perubahan yang terjadi selama proses kehamilan sampai
3
bayi dilahirkan, baik perubahan fisik maupun psikososial akibat dari pertumbuhan dan
perkembangan janin. Banyak faktor yang mempengaruhi kehamilan, dari dalam maupun
dari luar yang dapat menimbulkan masalah, terutama bagi yang pertama kali hamil.
Perubahan yang terjadi pada kehamilan dapat berdampak pada aspek psikologis
kehamilan.
Setiap tahun di seluruh dunia terdapat jutaan wanita yang mengalami kehamilan.
kehamilan dikehendaki dan berapa jumlah anak yang diinginkan. Kehamilan yang
diinginkan jika kehamilan terjadi pada waktu yang tepat atau memang sudah
berkeinginan untuk hamil (intended pregnancy). Namun tidak semua wanita menghendaki
dirinya hamil, bahkan dapat menimbulkan perasaan syok dan menyangkal kehamilan
tersebut. Tidak sedikit kasus wanita seperti ini yang mengambil jalan pintas yaitu dengan
Tuhan
sebagai kehamilan yang terjadi pada saat tidak menginginkan anak pada saat itu
(mistimed pregnancy) dan kehamilan yang tidak diharapkan sama sekali (unwanted
pregnancy). Gilda Sedgn melaporkan bahwa pada tahun 2012 terdapat 213,4 juta
kehamilan di seluruh dunia dengan angka kehamilan usia 15-44 tahun 133 per 1000
wanita pada kelompok usia yang sama dan 40 persen diantaranya adalah angka kehamilan
yang tidak diinginkan. Sedangkan di kawasan Asia Tenggara terdapat 18,8 juta total
Wanita yang mengalami kehamilan tidak diinginkan dihadapkan pada dua pilihan,
4
risiko menghadapi bahaya bagi kesehatan karena cara pengguguran yang ditempuh
biasanya adalah aborsi tidak aman. atau pengguguran tidak aman menurut World Health
diinginkan yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keterampilan yang sesuai atau
di lingkungan yang tidak sesuai dengan standar medis minimal atau keduanya. Aborsi
merupakan 1 dari 7 penyebab kematian ibu di dunia, dan hampir setengah dari kehamilan
seorang wanita. Penelitian Gipson JD, et al menunjukkan bahwa wanita yang berusia di
bawah 20 tahun mempunyai kemungkinan (risiko) 2,7 kali mengalami kehamilan tidak
diinginkan dan 2,3 kali pada wanita usia di atas 35 tahun. Sedangkan wanita yang tidak
menikah mempunyai risiko 2,5 kali untuk mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
daripada kehamilan yang diinginkan. Namun yang harus diperhatikan adalah kehamilan
yang tidak diinginkan selain mempunyai dampak kecenderung untuk melakukan aborsi,
dapat berdampak pula pada proses dan outcome dari kehamilan itu sendiri.
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa
didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah
5
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan
masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Hasil dari beberapa penelitian diketahui
sebagian anak SD masih mengalami masalah gizi yang cukup serius. Hasil pengukuran
Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah (TBABMS) tahun 1998 menunjukkan bahwa
37,8% anak SD yang baru masuk sekolah menderita Kurang Energi Protein (KEP) dan
menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995 menunjukkan
bahwa 47,3% anak usia sekolah menderita anemia, disamping menderita gizi kurang
diketahui pula bahwa di beberapa daerah perkotaan telah terjadi masalah gizi lebih pada
Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik
daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh berbagai
upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok pihak
swasta, meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi pada anak sekolah yang
tidak memuaskan, misalnya berat badan yang kurang dan anemia defisiensi besi
(Sediaoetama,1993). Defisiensi zinc dan vitamin A banyak dialami oleh anak sekolah
Anak-anak yang berada pada tahap tumbuh kembang apabila energi dan zat gizi
yang masuk kedalam tubuh kurang, tentu akan dapat mempengaruhi proses
tumbuhkembangnya, jika tidak sarapan pagi bukan hanya energi saja yang kurang tetapi
juga zat gizi lainnya, jika hal ini terjadi berlarut-larut dan bahkan merupakan kebiasaan
dengan sendirinya pertumbuhan anak pun mungkin akan terganggu (Sitorus, 2009).
6
Masa remaja adalah masa dimana sebagai titik awal proses reproduksi menunjukkan
persiapan strategi interfrensi perlu dimulai jauh sebelum masa usia subur. Nilai anak
perempuan dan laki-laki dalam keluarga dan masyarakat, dan bagaimana perlakuan yang
mereka terima merupakan faktor penting yang turut menentukan keshatan reproduksi
Menurut Robert Havinghurst dalam sarlito, seorang remaja dalam menghadapi tugas-
yang sedang terjadi pada dirinya. Tugas-tugas itu adalah menerima kondisi fisiknya yang
berubah.
Menurut Program Kerja WHO ke IX (1996-2001) pada Mei 1994, masalah kesehatan
tidak aman.
d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan,
persalinan, dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi anemia, bayi berat
lahir rendah.
Seksual (PMS).
7
g. Sindrom pre dan post menopause (andropause), dan peningkatan resiko kanker
organ reproduksi.
lainnya
Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi menunjukkan persiapan strategi
intervensi perlu dimulai jauh sebelum masa usia subur. Nilai anak perempuan dan anak
laki-laki dalam keluarga dan masyarakat, dan bagaimana perlakuan yang mereka terima
merupakan faktor penting yang turut menentukan kesehatan reproduksi mereka dimasa
mendatang.
Dixon menjelaskan bahwa kondisi seksual dikatakan sehat apabila seseorang berada
dalam beberapa kondisi. Pertama, terbebas dan terlindung dari kemungkinan tertularnya
penyakit yang disebabkan oleh hubungan seksual. Kedua, terlindung dari praktik-praktik
berbahaya dan kekerasan seksual. Ketiga, dapat mengontrol akses seksual orang lain
aman
8
1) Pengetahuan
melakukan hubungan seks lebih dini. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
2) Sikap
terhadap suatu obyek (stimulus). Karena sikap akan terwujud suatu tindakan
tergantung pada situasi saat itu, pada banyak sedikitnya pengalaman seseorang
pengalaman teman sebaya yang belum tentu pengalaman itu benar dan sehat
9
berpraktik buruk, maka merekapun akan mengikutinya dan akhirnya praktik
3) Peran OrangTua
yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum seorang
keluarganya. Oleh karena itu, sebelum mengenal norma-norma dan -nilai dari
meniru apa yang dilakukan oleh orangtua dan jika kurang nyaman, remaja
seringkali tidak benar, seperti melalui teman sebaya, internet, tabloid yang
4) Peran Guru
banyak lingkungan lain yang dapat dipilih remaja selain sekolahnya. Pasar
warung di tepi jalan di seberang sekolah atau rumah salah seorang teman yang
10
kebetulan sedang tidak ditunggui orang tuanya, mungkin saja merupakan
alternatif yang lebih menarik daripada sekolah itu sendiri. Memang tidak dapat
pressure) menjadi salah satu motivasi dan pembentukan identitas diri seorang
hubungan asmara dengan lawan jenisnya. Ini menunjukan peran teman sebaya
5) Akses Informasi
mereka akan mencari informasi lain melalui gambar, teman, film yang
sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab khususnya mengenai proses
reproduksi. Media memiliki potensi besar dalam mengubah sikap dan perilaku
11
masyarakat, terutama anak-anak yang relatif masih mudah terpengaruh dan
kejahatan baru bagi para pengaksesnya. Banyak informasi yang mereka akses
dari para pengaksesnya. Teknologi ini bersifat netral, yaitu tergantung pada
para pemakainya memilih dampak yang positif atau negatif. Informasi negatif
tanpa sensor tidak terbendung di internet saat ini salah satunya adalah layanan
Sektor kesehatan memiliki peran penting dalam membantu remaja sehat dan sukses
2002; dalam UNPFA, 2009); MCFC (UNICEF, 2002); FC (Sun, 2002), dan PKPR
reproduksi di komunitas, tetapi belum mampu melibatkan unit terkecil masyarakat yaitu
setempat.
12
Program P2R berbasis sekolah memiliki keunggulan dalam aspek tujuan, sasaran,
tatanan, dan metode serta langkah program. Program P2R lebih menitikberatkan tujuan
program pada remaja sendiri, kelompok remaja, keluarga, dan masyarakat. Program P2R
memiliki sasaran yang lebih luas yaitu pada remaja di masyarakat yang diharapkan akan
dapat menerapkan pola kehidupan reproduksi yang sehat pada diri remaja, keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Hal ini sangat lebih menguntungkan apabila dibandingkan
dengan program PKPR. Cakupan program pelayanan kesehatan anak dan remaja dalam
bentuk PKPR oleh Departemen Kesehatan RI difokuskan didalam sekolah adalah 85%
dan diluar sekolah adalah 20% (Depkes, 2008). Program P2R dilakukan dalam tatanan
remaja di komunitas sehingga akan mudah diakses dan dijangkau oleh remaja
berdasarkan ketersediaan sumber daya, dana, dan waktu remaja di masyarakat. Hal ini
berbeda dengan program Friendly Clinics (FC) yang hanya sebatas kinik untuk remaja,
meskipun klinik tersebut berada di masyarakat tetapi kemungkinan tidak bisa diakses oleh
keluarga remaja karena memiliki jam kunjung dan harga pelayanan tertentu (Sun, 2002).
Program P2R memiliki metode yang lebih praktis melalui pembelajaran partisipatif
remaja mengenai kesehatan reproduksi. Kelompok remaja akan terhimpun dalam suatu
peer group remaja yang akan dipandu atau difasilitasi oleh perawat keluarga. Keluarga
dan remaja akan dilakukan deteksi tumbuh kembang kesehatan reproduksi, pengetahuan,
sikap, dan perilaku kesehatan reproduksi yang akan dibandingkan sebelum dan sesudah
mengikuti kegiatan P2R. Hal ini sangat lebih aplikatif apabila dibandingkan dengan
13
membantu setiap lulusan pelatihan untuk bergabung sebagai relawan untuk melanjutkan
2.6 Berbagi Tanggung Jawab Untuk Meningkatkan Kesehatan Anak dan Remaja
adanya kegiatan yang inovatif, kreatif, tidak monoton dan selalu baru. Supaya dapat
menarik perhatian remaja untuk terus meningkatkan derajat kesehatan mereka. Selain itu,
kegiatan yang dilakukan juga tidak hanya seputar kegiatan medis atau cenderung bersifat
kuratif. Menurut WHO, pengertian kesehatan secara luas tidak hanya meliputi namun
juga meliputi aspek mental dan sosial. Remaja menginginkan adanya peningkatan
kegiatan yang bersifat promotive dan preventif. Kegiatan yang seperti itu dapat dilakukan
kesehatan merupakan segala suatu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehinga mereka melakukan apa yang
diharapkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif dari promosi
kesehatan (Notoadmojo, 2012). Peran orang sekitar mereka sangat penting karena para
leluhur bertanggung jawab terhadap remaja karena para remaja lah yang nanti nya akan
ketidakmampuan sang pasien (bayi atau anak) untuk memberikan informed consent. Pada
umumnya secara legal dan etis orangtua pasien dianggap sebagai pihak yang berhak
tersebut harus dibatasi selama tindakan orangtua tersebut memberi kebaikan pada anak,
14
atau setidaknya tidak memperburuk keadaan pasien. Dokter anak harus siap dengan
konsep informed consent (yang diberikan oleh anak remaja atau dewasa muda), parental
permission (izin), serta meminta assent kepada anak untuk melakukan tindakan medis
Dalam tiap kesempatan sebaiknya dokter anak selalu meminta persetujuan kepada
pasien selama yang bersangkutan sudah memahami (meskipun sebagian) keuntungan dan
kerugian bila suatu tindakan dilakukan atau tidak dilakukan. Kunci utama dalam
pelaksanaan etika dalam praktik adalah komunikasi yang harus terselanggara dengan baik
antara dokter, orangtua, dan anak. Implikasi legal dari perbuatan yang tidak etis dapat
terjadi bila perbuatan dokter yang tidak etis tersebut menyebabkan kerugian di pihak
Masalah etika dalam praktik menyangkut setiap langkah dalam pelayanan pasien,
pengobatan, dan tindak lanjut. Rekam medis merupakan bagian dari tugas profesi dokter
untuk menjalankannya dengan baik. Banyaknya tuntutan terhadap apa yang sering
dituduhkan sebagai malpractice harus diwaspadai, dan untuk sebagian berkaitan langsung
Bila yang dihadapi adalah anak yang lebih besar atau remaja, maka proses
agar pengambilan keputusan dilakukan dengan melibatkan anak dalam suatu proses
Besarnya peran anak dalam proses pengambilan keputusan ini sangat tergantung pada
informasi yang diberikan tersebut. Selama proses interaktif antara dokter, orangtua, dan
15
anak ini dokter harus lebih bijak dalam menggunakan kata dan istilah agar mudah
dimengerti oleh anak. Dokter juga harus jeli untuk menilai bagaimana kemampuan anak
menerima informasi, reaksi anak selama dan setelah diberikan informasi, serta tingkat
berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Pengecualian dapat diklasifikasi
sebagai anak (menurut Konvensi Hak Anak adalah di bawah usia 18 tahun)
remaja dalam dinas militer, remaja yang diberi hak oleh pengadilan, mereka
yang hidup terpisah dari orangtua dan secara finansial independen. Remaja
hamil atau remaja yang telah memiliki anak juga dianggap telah mampu
memberikan consent.
3) Pengecualian atas dasar asumsi bahwa remaja telah kompeten (mature minor):
jenis, manfaat, risiko tindakan dan lain-lain yang akan dilakukan terhadap
dirinya. Dalam hal ini yang harus amat dipertimbangkan adalah risiko
tindakan yang akan dilakukan serta kemampuan pasien. Bila terdapat keraguan
16
4) Pengecualian atas dasar keadaan medis tertentu: remaja yang mencari
2.8 Pengkajian
a. Demografi: Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usi
a. Lingkungan Fisik
1. Inspeksi: Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersih
17
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk
c. Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua s
jalan.
siswa.
e. Komunikasi
1. Komunikasi formal
2. Komunikasi informa
peran guru dan orang tua dalam menyelesaikan dan
18
mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan guru dan orang tua
sekolah.
3. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, temp
at sarana penyaluran bakat anak
usia sekolah seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya,
kapan waktu penggunaan.
3. Dapat merumuskan diagnosa lain sesuai dengan kondisi masalah kesehatan
perencanaan keperawatan yaitu :
19
1) Pendidikan kesehatan tentang : manfaat makanan sehat dan cara
b. Program proteksi kesehatan:
20
sekolah untuk menjaga kebersihan lantai (membuat
dijual di sekolah.
di Indonesia.
21
c. Perawatan akut dan kritis, dtberikan pada anak usra sekolah yang
lanjut
optimal
pada masa pemulihan
1. Pemberdayaan komunitas sekolah
22
2. Proses kelompok
terdiri dari anak sekolah yang mempunyai masalah yang sama, kelompok ini
konsentrasi.
3. Pendidikan kesehatan
4. Kerukunan
23
Perawat komunitas bersama komunitas dapat mengevaluasi semua
telah ditetapkan yaitu mencapai kesehatan anak usia sekolah dan remaja yang optimal.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
kekerasan pada anak.
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak remaja meliputi Kebutuhan
remaja mengenai program kesehatan remaja ialah mereka menginginkan adanya kegiatan
yang inovatif, kreatif, tidak monoton dan selalu baru. Supaya dapat menarik perhatian
remaja untuk terus meningkatkan derajat kesehatan mereka. Selain itu, kegiatan yang
dilakukan juga tidak hanya seputar kegiatan medis atau cenderung bersifat kuratif.
24
seseorang. Dalam asuhan keperawatan, pendidikan kesehatan dapat membantu
3.2 Saran
Dalam pelayanan program Kesehatan Anak dan Remaja peran perawat dan
orangtua sangat berperan penting dalam hal ini ,untuk meningkatkan kinerja perawat
serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi peserta didik. Dalam makalah ini
masih dalam ketidaksempurnaan, saya mohon untuk saran yang membangun untuk
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
25
Cahyo, K., Kurniawan, T. P., & Margawati, A. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Dini, L. I., Riono, P., & Sulistiyowati, N. (2016). Pengaruh Status Kehamilan Tidak
Indonesia (Analisis Data Sdki 2012). Jurnal Kesehatan Reproduksi, 7(2), 119–133.
https://doi.org/10.22435/kespro.v7i2.5226.119-133
https://doi.org/10.31227/osf.io/ndwh3
https://doi.org/10.31227/osf.io/ndwh3
Sarweni, K. P., & Hargono, R. (2018). Demand Vs Supply Program Kesehatan Remaja Di
https://doi.org/10.20473/jpk.v5.i1.2017.77-88
Sastroasmoro, S. (2016). Masalah Etis dalam Proses Pengambilan Keputusan pada Praktik
Susanto, T., & Rahmawati, I. (2015). Pojok Remaja : Upaya Peningkatan Ketrampilan
https://doi.org/10.22219/JK.V3I2.2601
26
27