Anda di halaman 1dari 199

GAMBARAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP DEVIASI POSITIF

(BADUTA DENGAN STATUS EKONOMI KELUARGA MISKIN DAN BERSTATUS

GIZI BAIK) DI DESA KOTA BATU KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN

BOGOR TAHUN

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Mursalina

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

M/ H
i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul

“Gambaran Faktor yang Berpengaruh terhadap Deviasi Positif (Baduta dengan Status

Ekonomi Keluarga Miskin dan Berstatus Gizi Baik) di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor Tahun ” dengan baik. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada:

. Orang tua tercinta Bapak Bunadi Irawan, S.IP, dan ibu Nilawati yang tiada henti
memberikan doa, dukungan, semangat dalam penyusunan skripsi ini.
. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D, Ibu Mukhlida Hanun,
MKM selaku pembimbing yang senantiasa memberikan waktu, arahan dalam
membimbing penulis untuk penyusunan skripsi ini.
. Ibu Ir. Febrianti, M.Si, Ibu Catur Rositadi, MKM, Ibu Mukhlida Hanun, MKM selaku
penguji ujian skripsi.
. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, dan Ibu Yuli Amran, MKM, selaku dosen yang senantiasa
selalu sabar membimbing dan mengarahkan penulis.
. Segenap dosen pengajar di Program Studi Kesehatan masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Puskesmas Kota Batu, Kecamatan Ciomas yang
telah memberikan izin dan data dalam skripsi ini.
. Kader RW dan RW yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data skripsi
ini.
. Sahabat-sahabatku Cory Selviana Devi, Astrid Karolina, M. Didik Abdulrrahman, Reiza
Nurul Ma’rifah, Silmi Mufidah, Nuni Puspa, Maulida Nella, Annisa Sayudatul Ulfa,
Elsya Ristia, Putri Ayuni, Arina Mutia, Evi Luthfiahm, Annisa Khanza Fauziah, Afrizal

iv
Gusnaedi, Abdul Khoer, Rois Solichin, Ibnu Burhanudin yang senantiasa memberikan
dukungan, semangat serta membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
. Teman-teman seperjuangan gizi Masyarakat yang memberikan semangat tiada henti.
. Teman-teman seperjuangan Jurusan Kesehatan Masyarakat Angkatan .
. Anggota PASIFIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Paguyuban Mojang Jajaka
Kabupaten Bogor dam semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan yang
tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat keterbatasan dan

kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk

menyempurnakan laporan. Saya berharap, semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat

bagi pihak yang membacanya.

Jakarta, Juni

Penulis

v
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Mei

Mursalina,
Gambaran Faktor yang Berpengaruh terhadap Deviasi Positif (Baduta dengan Status
Ekonomi Keluarga Miskin dan Berstatus Gizi Baik) di Kecamatan Ciomas Kabupaten
Bogor Tahun

halaman, tabel, bagan, lampiran


ABSTRAK
Gizi buruk merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia (Riskesdas, ).
Kecamatan Ciomas merupakan kecamatan dengan kasus gizi buruk terbanyak di Kabupaten
Bogor pada tahun - , dan usia baduta merupakan kelompok usia terbanyak yang
mengalami kasus gizi buruk di Kecamatan Ciomas (Dinkes Kab. Bogor, ). Berdasarkan
UNICEF ( ), faktor mendasar yang menyebabkan terjadinya gizi buruk adalah faktor
ekonomi. Namun, di desa Kota Batu Kecamatan Ciomas yang memiliki paling banyak
penduduk miskinnya tidak ditemukan kasus gizi buruk disana (Kecamatan Ciomas, ).
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor yang
mempengaruhi deviasi positif (baduta dengan status ekonomi miskin dan berstatus gizi baik)
di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun .
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dimulai sejak bulan
September-November dengan informan penelitian adalah total populasi berjumlah
orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar wawancara mendalam,
lembar observasi dan semi quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi deviasi
positif adalah seluruh ibu mendapatkan dukungan sosial, seluruh ibu mengizinkan baduta
untuk mengendalikan proses menyusui, tujuh dari delapan ibu masih memberikan ASI hingga
anak berusia lebih dari bulan, seluruh ibu tidak memaksa baduta untuk makan saat sedang
mengantuk atau sudah kenyang, seluruh ibu memberikan makan atau susu yang lebih sering
saat baduta sedang sakit, seluruh ibu mengizinkan baduta untuk lebih sering menyusui, Lebih
banyak baduta mengkonsumsi asupan energi yang cukup ( ), lebih banyak baduta
mengkonsumsi asupan karbohirat yang cukup ( ), lebih banyak baduta mengkonsumsi
asupan protein yang lebih ( . ), lebih banyak baduta mengkonsumsi asupan lemak yang
cukup ( ), jenis makanan yang dimakan merupakan jenis makanan yang ekonomis dan
mudah didapat seperti : nasi, tempe, wortel dan jeruk, enam baduta tidak pernah melewatkan
waktu makannya ataupun diganti oleh cemilan, enam baduta selalu diberikan cemilan sebagai
makanan selingan setiap harinya, enam ibu memiliki sikap yang positif saat sedang memberi
makan anak, seluruh ibu tidak memaksa, memerintah atau mengancam anaknya untuk makan,
seluruh ibu yang tidak menggunakan tekanan fisik termasuk menekan masuk sendok kedalam
mulut anak dan tidak memaksa anak untuk makan cepat-cepat, Seluruh ibu memberikan
makan secara aktif termasuk mengawasi dan membantu anak saat makan, seluruh ibu
memberikan permainan seperti jalan-jalan jika anak tidak mau makan.
Saran yang diberikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor adalah
mensosialisasikan pentingnya ASI eksklusif, dan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
di rumah tangga. Saran yang diberikan kepada masyarakat kecamatan Ciomas adalah
memanjangkan periode pemberian ASI yaitu lebih dari enam bulan terutama bagi yang tidak
memberikan ASI secara eksklusif. Saran yang diberikan kepada peneliti selanjutnya

vi
diharapkan dapat mengikutsertakan variabel kualitas perawatan anak, tipe masyarakat dan
modernisasi .

Kata Kunci : Deviasi Positif, Baduta, Dukungan Sosial, Karakteristik Ibu, Kualitas
Pemberian Makan
Daftar Bacaan : ( - )

vii
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH NUTRITION CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, Mei

Mursalina,

The Background that the Influence of Positive Deviant (Infant - month with low
ecomic and good nutrition status) in Ciomas District of Bogor Regency Year

Pages, tables, charts, attachments


ABSTRACT
Malnutrition is one of nutrition problem in Indonesia (Riskesdas, ). Ciomas
District is the higest malnutrition cases in Bogor regency in - , and Infant -
month is the most age group that have malnutrition cases in Ciomas district (Dinkes Kab,
Bogor, ). Based on UNICEF ( ), fundamental factor of malnutrition is economic
factor. But, Kota Batu subdistrict is the most poverty population in Ciomas district but none
malnutrition cases in there (Kecamatan Ciomas, ). Therefore, these research is aims to
know the background that the influence of positive deviant (infant - month with low
ecomic and good nutrition status) in Ciomas district of Bogor regency year .
These research done in quantitative and qualitative method, since September-
November with all population as an informant totaled informant. Data collection
techniques done in with questionnaire, indepth interview guildliines, observation guildlines
and semi quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ).
Based on result of these research known that the influence of positive deviant is all
mother get social support, all mother allow their infant - month to controlling
breastfeeding process, seven of eight mother still give their infant breastmilk more than six
month, all mother doesn’t force their infant - month to eat when them sleepy or satisfied,
all mother give their infant - month more food and milk when them sick, all mother allow
their infant - month to more breastfeeding, infant - month have enough of intake
energy, infant - month have enough of intake carbohydrate, infant - month have
. excess of intake protein, infant - month have enough of intake fat, food items
that eaten is the type of food which was economical and were easily obtained, example : rice,
tempe, carrot and orange, six of infant - month never miss their time to food, six of infant
- month given snack as supplementary food every day, six mother has positive attitude
when feed her child, all mother doesn’t force, rules or threathing their child to eat, all mother
doesn’t using physical force including press in a spoon into child mouth the and does not
insist the to eat faster, all mother give a actively including supervise and help their child to
eat, all mother give game if their child wouldn’t to eat.
Advice that was given to health departemen Bogor regency is to Socialize the
importance of exclusive breastfeeding, and the importance of clean and healthy behaviors at
household. Advice that was given to community of Ciomas district is to provision of
breastfeeding elongate the period of more than six months especially for that do not give a
exclusive breastfeeding, Advice that was given to health other reasearcher is expected to
include the quality of child care, type society and modernization.

Key words : Positive deviant, social support, mother characteristic, quality of feeding
practice
Bibliography : ( - )

viii
RIWAYAT HIDUP

Nama : Mursalina
TTL : Jakarta, Desember
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl, Nurul Abror RT , Kel. Tengah Kec. Cibinong Kab. Bogor,

No. HP :
E-mail : linadela @gmail.com

Riwayat Pendidikan
– : SDN Cipayung
– : SMPN Cibinong
– : MAN Cibinong
– Sekarang : Gizi Masyarakat, Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta

ix
Daftar Isi

. BAB I .................................................................................................................................
. Latar Belakang ............................................................................................................
. Rumusan Masalah .......................................................................................................
. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................................
. Tujuan Penelitian.........................................................................................................
. . Tujuan umum .......................................................................................................
. . Tujuan khusus ......................................................................................................
. Manfaat Penelitian.......................................................................................................
. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................................................
. BAB II..............................................................................................................................
. Deviasi Positif ...........................................................................................................
. . Ekonomi .............................................................................................................
. . Status Gizi ..........................................................................................................
. . . Penilaian Status Gizi Balita ........................................................................
. . Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Deviasi Positif Status Gizi ...........
. . . Dukungan Sosial .........................................................................................
. . . Karakteristik Ibu .........................................................................................
. . . Kualitas Perawatan Anak............................................................................
. . . Kualitas Pemberian Makan .........................................................................
. Kerangka Teori ..........................................................................................................
. BAB III ............................................................................................................................
. Kerangka Pikir...........................................................................................................
. Definisi Istilah ...........................................................................................................
. Definisi Operasional ..................................................................................................
. BAB IV ............................................................................................................................
. Jenis Penelitian ..........................................................................................................
. Lokasi Dan Waktu Penelitian....................................................................................
. Informan penelitian ...................................................................................................
. Pengumpulan Data ....................................................................................................
. . Kuantitatif ..........................................................................................................
. . Kualitatif ............................................................................................................
. Validitas dan Reprodusibilitas Data ..........................................................................
. . Validitas Data Kuantitatif dengan Reprodusibilitas Semi Quantitative – Foof
Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) ................................................................................
. . Validitas Data Kualitatif ....................................................................................

x
. Pengolahan Data ........................................................................................................
. Analisis Data .............................................................................................................
. . Analisis Data Kuantitatif....................................................................................
. . Analisis Data Kualitatif......................................................................................
. BAB V .............................................................................................................................
. Dukungan Sosial .......................................................................................................
. Karakteristik Ibu ........................................................................................................
. . Kemampuan Ibu .................................................................................................
. . Motivasi Ibu .......................................................................................................
. Gambaran Kualitas Pemberian Makan ......................................................................
. . Interaksi Saat Menyusui .....................................................................................
. . Pengendalian Jadwal Makan ..............................................................................
. . Pemberian MP-ASI ............................................................................................
. . Pengaruh Positif .................................................................................................
. . Kecepatan Pemberian Makan ............................................................................
. . Hubungan Timbal Balik .....................................................................................
. BAB VI ............................................................................................................................
. Keterbatasan Penelitian .............................................................................................
. Dukungan Keluarga...................................................................................................
. Karakteristik Ibu ........................................................................................................
. . Kemampuan ibu .................................................................................................
. . Motivasi ibu .......................................................................................................
. Kualitas Pemberian Makan .......................................................................................
. . Interaksi saat menyusui ......................................................................................
. . Pengendalian jadwal makan .............................................................................
. . Pemberian MP-ASI ..........................................................................................
. . Pengaruh positif ...............................................................................................
. . Kecepatan pemberian makan ...........................................................................
. . Hubungan timbal balik .....................................................................................
. Budaya Setempat yang Diduga dapat Mempengaruhi Deviasi Positif ...................
. BAB VII .........................................................................................................................
. Simpulan..................................................................................................................
. Saran ........................................................................................................................
. Bagi Pihak Pemda Kabupaten Bogor .........................................................................
. Bagi Masyarakat Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas ..............................................
. Bagi Peneliti Selanjutnya ...........................................................................................

xi
DAFTAR TABEL

Tabel - Definisi Istilah .........................................................................................................


Tabel - Definisi Operasional ................................................................................................
Tabel - Distribusi Baduta Yang Berstatus Gizi Baik Namun Memiliki Status Ekonomi
Ekonomi Keluarga Miskin Yang Berada Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Berdasarkan
RW Dan Posyandu Di Bulan Februari ............................................................................
Tabel - Matriks Triangulasi ..................................................................................................
Tabel - Distribusi Karakteristik Baduta dengan Status Ekonomi Keluarga Miskin dan
Berstatus Gizi Baik di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun ..
Tabel - Distribusi Karakteristik Ibu yang Memiliki Baduta dengan Status Ekonomi
Keluarga Miskin dan Berstatus Gizi Baik di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten
Bogor Tahun ...................................................................................................................
Tabel - Distribusi Asupan Energi Baduta dengan Status ekonomi Keluarga Miskin dan
Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun .
Tabel - Distribusi Asupan Karbohidrat Baduta dengan Status ekonomi Keluarga Miskin
dan Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun
..........................................................................................................................................
Tabel - Distribusi Asupan Protein Baduta dengan Status ekonomi Keluarga Miskin dan
Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun .
Tabel - Distribusi Asupan Lemak Baduta dengan Status ekonomi Keluarga Miskin dan
Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun .
Tabel - Distribusi Jenis Makan Pokok Baduta dengan Status ekonomi Keluarga Miskin dan
Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun .
Tabel - Distribusi Jenis Lauk-pauk Baduta dengan Status ekonomi Keluarga Miskin dan
Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun .
Tabel - Distribusi Jenis Sayuran Baduta dengan Status ekonomi Keluarga Miskin dan
Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun .
Tabel - Distribusi Jenis Buah-buahan Baduta dengan Status ekonomi Keluarga Miskin
dan Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun
..........................................................................................................................................
Tabel - Kesimpulan Perilaku Positif dan Negatif Setiap Informan ...................................

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan . Kerangka Teori...............................................................................................

Bagan . Kerangka Pikir................................................................................................

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Instrument penelitian

Lampiran Dokumentasi penelitian

Lampiran Analisis Wawancara Mendalam

Lampiran Analisis Observasi

Lampiran Hasil Analisis Data Kuantitatif

xiv
. BAB I
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Baduta adalah istilah bagi anak usia – bulan, baduta merupakan sasaran

utama dari program Hari Pertama Kehidupan (HPK). Program ini dibawah

gerakan Scaling Up Nutrition (SUN Movement) yang merupakan gerakan global

dibawah koordinasi sekretaris Jendral PBB yang bertujuan untuk menurunkan masalah

gizi dan berfokus pada hari pertama kehidupan ( hari selama kehamilan,

hari dari kelahiran sampai usia tahun) (Kemenkoor Bidang Kesejahteraan Rakyat.

). Seribu hari pertama kehidupan merupakan periode emas, karena terjadi

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Jika terjadi gangguan pada periode ini,

khususnya asupan gizi yang tidak tepat akan berdampak pada gangguan yang bersifat

permanen, berjangka panjang dan sulit untuk diperbaiki setelah anak berusia dua tahun.

Dampak jangka panjangnya adalah dapat mengakibatkan kegagalan dalam tumbuh

kembang anak dan masalah kesehatan yang dialami dapat mengakibatkan komplikasi

yang berakhir dengan kematian (Brown. , Andarwulan. , Kemenkes, ).

Kekurangan gizi secara berkelanjutan pada baduta diantaranya dapat

mengakibatkan gizi kurang, stunting, anemia, dan gizi buruk. Gizi buruk adalah

keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut

tinggi badan atau panjang badan (BB/TB-PB) kurang dari - SD dan atau ditemukan

tanda-tanda klinis seperti marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.

Marasmus adalah keadaan gizi buruk karena kekurangan zat karbohidrat yang ditandai
dengan tampak sangat kurus, iga mengembang, perut cekung, wajah seperti orang tua

dan kulit keriput. Kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk karena kekurangan protein

yang ditandai dengan edema seluruh tubuh terutama di punggung kaki, wajah

membulat dan sembab, perut buncit, otot mengecil, pandangan mata sayu dan rambut

tipis/kemerahan. Marasmus-Kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk dengan tanda-

tanda gabungan dari marasmus dan kwashiorkor (Depkes, ).

Gizi buruk merupakan salah satu masalah yang masih belum bisa teratasi di

Indonesia. Terlihat dari prevalensi kasus gizi buruk (BB/TB-PB) di Indonesia pada

tahun sebesar , (Riskesdas, ). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia

tahun diketahui bahwa Jawa Barat menempati urutan ketiga provinsi yang

memiliki angka kasus gizi buruk tertinggi di Indonesia setelah Jawa Timur dan Nusa

Tenggara Timur dan memiliki kasus gizi buruk (Kemenkes RI, ). Pada tahun

kabupaten bogor memiliki angka kasus gizi buruk sebanyak kasus balita gizi

buruk. Sementara itu, angka kejadian kasus gizi buruk tertinggi di kabupaten Bogor

pada tahun sampai berada di Kecamatan Ciomas dengan jumlah kasus

anak pada tahun dan meningkat menjadi kasus pada tahun , sementara

kasus gizi buruk sudah dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Berdasarkan

analisis lebih lanjut kepada kasus gizi buruk di Kecamatan Ciomas diketahui bahwa

kasus gizi buruk terjadi di usia baduta ( - bulan) dan kasus terjadi di usia balita

( - bulan). Selain itu diketahui bahwa paling banyak orang tua memiliki pekerjaan

sebagai buruh, yaitu sebanyak anak (Dinas Kesehatan Kab. Bogor, - ).

Kekurangan gizi pada anak bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, namun pada

umumnya dipengaruhi oleh faktor langsung, faktor tidak lansung dan faktor mendasar.

Faktor langsung yang mempengaruhi kekurangan gizi adalah tidak memadainya asupan
makanan dan penyakit. Faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi adalah

ketidakcukupan akses kepada makanan, tidak memadainya praktek perawatan maternal

dan anak, kekurangan air atau sanitasi, tidak memadainya pelayanan kesehatan.

Sedangkan faktor mendasar yang mempengaruhi kekurangan gizi adalah lingkungan,

politik, budaya dan ekonomi (Unicef, ). Seperti yang disebutkan diatas, diketahui

bahwa faktor ekonomi merupakan salah satu faktor mendasar terjadinya kekurangan

gizi, yang artinya faktor ekonomi juga mempengaruhi faktor tidak lansung dan faktor

langsung dalam terjadinya kekurangan gizi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Santika ( ) yang menyebutkan bahwa

tingkat status sosial ekonomi rendah memiliki presentase angka gizi kurang tertinggi

yaitu , dibandingkan dengan tingkat status sosial ekonomi tinggi, menengah atas

dan menengah bawah. Berdasarkan hasil uji multivariat menunjukkan faktor yang

paling dominan berhubungan dengan status gizi adalah jenis pekerjaan ayah dan jenis

pekerjaan ibu. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di

pedesaan adalah faktor- faktor sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan orang tua,

jenis pekerjaan orang tua, golongan keluarga yang tingkat pendapatannya rendah, jenis

kelamin, umur balita, jumlah anggota keluarga (Devi, ). Selain itu berdasarkan

penelitian Akbar ( ) menyebutkan bahwa pendapatan berhubungan signifikan

dengan status gizi balita dengan p value . . Berdasarkan hasil penelitian Santi, dkk.

( ) di dapatkan hasil pendapatan mempunyai hubungan dengan status gizi balita

dengan nilai P hitung . hasil uji C didapatkan bahwa pendapatan keluarga dengan

nilai C = , mempunyai tingkat hubungan korelasi erat.

Jawa Barat menempati urutan ketiga provinsi yang paling banyak memiliki

penduduk miskin selama empat tahun berturut-turut yaitu tahun - setelah


Jawa Timur dan Jawa Tengah. Garis kemiskinan dan penduduk miskin di provinsi jawa

barat tahun yaitu , namun mengalami peningkatan pada tahun menjadi

, . Dan Kabupaten Bogor merupakan kabupaten yang memiliki jumlah keluarga

miskin paling banyak di jawa barat yaitu sebanyak . keluarga pada tahun

(BPS Provinsi Jawa Barat, ). Dan jumlah masyarakat yang berada di bawah garis

kemiskinan di Kabupaten Bogor terus meningkat dari tahun sebesar , , tahun

sebesar , , tahun sebesar , % dan tahun sebesar , (BPS

Kabupaten Bogor, ).

Kecamatan Ciomas merupakan Kecamatan dengan luas wilayah yang paling

kecil di Kabupaten Bogor yaitu sekitar , km dengan jumlah penduduk . jiwa

menjadikan kecamtan Ciomas menjadi kecamatan terpadat di Kabupaten Bogor, dan

terdapat keluarga miskin dan jumlah anggota keluarga miskin sebesar . jiwa

di kecamatan Ciomas tahun yang berarti , penduduk kecamatan Ciomas

hidup di bawah garis kemiskinan. Kecamatan Ciomas berbatasan langsung dengan

Kota Bogor merupakan kawasan padat pemukiman kecamatan Ciomas juga tempat

bertemunya berbagai moda angkutan umum dan pribadi antara wilayah Kabupaten

Bogor Barat dan Kota Bogor. Dengan banyaknya penduduk pendatang yang turut

mempangaruhi tatanan kehidupan sosial masyarakat dengan wilayah yang stategis dan

mudah diakses membuat Kecamatan Ciomas tidak luput dari modernisasi. Uniknya,

kondisi kehidupan sosial masyrakat Kecamatan Ciomas secara umm masih bersifat

tradisional artinya tetap berpegang teguh pada adat istiadat yang turun temurun sampai

sekarang (Kecamatan Ciomas, ).

Deviasi positif adalah sebuah pendekatan yang bertujuan untuk mecegah dan

memulihkan anak gizi buruk dengan menggunakan praktek perawatan yang dilakukan
oleh ibu dengan anak gizi baik walaupun hidup dalam kemiskinan (Bullen, ).

Berdasarkan pada pengamatan di sebagian besar masyarakat di seluruh dunia, deviasi

positif bermanfaat bagi suatu individu dan keluarganya untuk menemukan lebih

banyak solusi efektif dari tetangganya yang memiliki karakteristik yang sama atau

bahkan lebih buruk namun memiliki anak dengan gizi yang baik. Sebuah deviasi positif

dapat mengidentifikasi secara cepat, dengan biaya yang rendah, berbasis masyarakat,

dan perilaku yang tidak lazim tersebut berdampak positif sehingga dapat ditindak

lanjuti dengan program agar lebih menyebar luas ke masyarakat lainnya (Marsh,

).

Berdasarkan teori Zeitlin ( ) faktor yang mempengaruhi deviasi positif

adalah kualitas perawatan anak dan kualitas pemberian makan, karakteristik ibu,

dukungan sosial, tipe masyarakat dan modernisasi. Hal tersebut sesuai dengan

penelitian Mackintosh ( ) diketahui bahwa faktor perawatan anak dan pemberian

makan yang berhubungan dengan pertumbuhan anak di Vietnam adalah memberikan

anak makanan pokok setiap harinya, memberikan cemilan sebagai makanan tambahan,

dan kebersihan pribadi. Sedangkan menuurut Lapping ( ) perawatan anak yang

baik dalam meningkatkan status gizi anak di Afganistan adalah memberikan makan

secara aktif termasuk mengawasi dan membantu saat makan, memberikan permainan

dan nanyian jika anak tidak mau makan, mementingkan anak untuk tidak makan

terakhir dan anak menerima makanan yang baik, makanan yang diberikan baru dimasak

atau segar dan terlindungi dari lalat, ASI eksklusif selama enam bulan, dan makan tiga

kali atau lebih dalam satu hari.

Salah satu program di Indonesia yang menggunakan pendekatan deviasi positif

adalah pos gizi. Pos gizi merupakan bagian program untuk melakukan kegiatan
pemulihan dan pendidikan gizi. Pos gizi dilakukan pada lingkungan rumah, dimana

kader aakan menyiapkan makan berdasarkan deviasi positif. Kader atau pengasuh akan

mempraktekan perilaku perawatan anak yang baik dan memberi makan anak yang

kurang gizi dengan makanan tambahan yang kaya energi (CORE, ). Namun di

kecamatan Ciomas sendiri belum terdapat pos gizi, padahal pos gizi telah terbukti

sukses dalam mengurangi jumlah anak kurang gizi dan mempromosikan perkembangan

anak yang normal di tingkat masyarakat (CORE, ). Hal tersebut dikarenakan

belum adanya penelitian pengenai deviasi positif di wilayah Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor.

Berdasarkan data kemiskinan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor yang

berasal dari pengumpulan data yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik melalui

Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun diketahui bahwa desa yang

memiliki kasus rumah tangga miskin terbanyak adalah Desa Kota Batu dan tidak

terdapat kasus gizi buruk disana. Dan berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa

pada bulan Februari terdapat baduta yang memiliki status gizi baik walaupun

memiliki status ekonomi keluarga miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas. Maka

dari itu peneliti tertarik menelusuri lebih lanjut mengenai gambaran faktor yang

berpengaruh terhadap deviasi positif (baduta dengan status ekonomi keluarga miskin

dan berstatus gizi baik) di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun

Rumusan Masalah

Gizi buruk merupakan salah satu masalah di Kecamatan Ciomas, terlihat dari

dua tahun berturut-turut yaitu tahun dan kecamatan Ciomas memiliki

jumlah kasus gizi buruk terbanyak di Kabupaten Bogor yaitu kasus pada tahun
dan kasus pada tahun . Dari kasus gizi buruk di kecamatan Ciomas

tahun diketahui bahwa kasus gizi buruk terjadi di usia baduta ( - bulan)

dan kasus gizi buruk memiliki orang tua dengan pekerjaan sebagai buruh. Faktor

ekonomi merupakan faktor mendasar terjadinya kasus gizi buruk. Jumlah masyarakat

yang berada di bawah garis kemiskinan di Kabupaten pada tahun adalah sebesar

, . Sedangkan di Kecamatan Ciomas itu sendiri sebesar , masyarakat

Kecamatan Ciomas hidup dibawah garis kemiskinan. Dan desa Kota Batu merupakan

desa yang paling banyak jumlah keluarga miskinnya, yaitu sebanyak keluarga

miskin. Namuntidak ditemukan kasus gizi buruk di desa tersebut. Untuk itu, peneliti

tertarik menelusuri lebih lanjut mengenai gambaran faktor yang berpengaruh terhadap

deviasi positif (baduta dengan status ekonomi keluarga miskin dan berstatus gizi baik)

di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun .

Pertanyaan Penelitian

Berikut pertanyaan penelitian dari rumusan masalah di atas:

a. Bagaimana gambaran dukungan sosial pada baduta dengan status ekonomi

keluarga miskin dan berstatus gizi baik melalui pendekatan deviasi positif di Desa

Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun ?

b. Bagaimana gambaran karakteristik ibu yang meliputi : kemampuan dan motivasi

pada ibu baduta dengan status ekonomi keluarga miskin dan berstatus gizi baik

melalui pendekatan deviasi positif di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor tahun ?

c. Bagaimana gambaran kualitas pemberian makan anak yang meliputi : Interaksi saat

menyusui, pengendalian jadwal makan, pemberian MP-ASI, pengaruh positif,

kecepatan pemberian makan, dan hubungan timbal balik pada baduta dengan status
ekonomi keluarga miskin dan berstatus gizi baik melalui pendekatan deviasi positif

di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun ?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Diketahuinya gambaran faktor yang berpengaruh terhadap deviasi positif

(baduta dengan status ekonomi keluarga miskin dan berstatus gizi baik) di Desa Kota

Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun

Tujuan khusus

. Diketahuinya gambaran dukungan sosial pada baduta dengan status ekonomi

keluarga miskin dan berstatus gizi baik di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor tahun

. Diketahuinya gambaran karakteristik ibu yang meliputi : kemampuan dan

motivasi pada ibu baduta dengan status ekonomi keluarga miskin dan berstatus

gizi baik di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun

. Diketahuinya gambaran kualitas pemberian makan yang meliputi : Interaksi saat

menyusui, pengendalian jadwal makan, pemberian MP-ASI, pengaruh positif,

kecepatan pemberian makan, dan hubungan timbal balik pada baduta dengan

status ekonomi keluarga miskin dan berstatus gizi baik di Desa Kota Batu

Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun

Manfaat Penelitian

a. Bagi Pihak Pemda Kabupaten Bogor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggunakan data hasil penelitian

sebagai acuan dalam pembuatan program kesehatan yang berhubungan dengan


status gizi. Dan diharapkan hasil penelitian dapat mempermudah untuk melakukan

upaya perencanaan promotif dan preventif

b. Bagi Masyarakat Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

terkait deviasi positif yang dapat diterapkan oleh masyarakat yang memiliki

karakteristik sosial ekonomi yang sama, yaitu berstatus ekonomi keluarga miskin.

c. Bagi Institusi UIN Syarif Hidayatullah jakarta

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan terkait

masalah kesehatan khususnya mengenai status gizi pada balita di Desa Kota Batu

Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan

penelitian selanjutnya mengenai status gizi pada balita di Desa Kota Batu

Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Peminatan Gizi, Program Studi

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk mengetahui gambaran

fakor yang berpengaruh terhadap deviasi positif (baduta dengan status ekonomi

keluarga miskin dan berstatus gizi baik) di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor tahun . Penelitian ini dilakukan pada bulan September –

November . Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode mixed

method dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sumber data primer dari hasil kuesioner, wawancara

mendalam dan observasi,


. BAB II
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Deviasi Positif

Deviasi positif adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menggerakkan

masyarakat kepada perubahan perilaku. Berdasarkan pada pengamatan di sebagian

besar masyarakat di seluruh dunia, perilaku yang jarang atau tidak lazim dari

deviasipositif dapat memungkinkan suatu individu dan keluarganya untuk menemukan

lebih banyak solusi efektif dari pada tetangganya yang memiliki karakteristik yang

sama atau lebih buruk. Sebuah positive deviance dapat mengidentifikasi secara cepat,

dengan biaya yang rendah, berbasis masyarakat, dan perilaku yang jarang atau tidak

lazim tersebut yang bedampak positif dan dapat ditindak lanjuti dengan program yang

bisa membantu agar lebih menyebar luas ke masyarakat lainnya (Marsh, ).

Deviasi positif adalah sebuah pendekatan yang bertujuan untuk merehabilitasi

anak gizi buruk dengan menggunakan praktek perawatan yang telah dilakukan oleh ibu

yang memiliki anak gizi baik walaupun hidup dalam kemiskinan (Bullen, ).

Deviasi positif suatu program berbasis keluarga dan masyarkat di Negara berkembang

yang berisiko kekurangan gizi pada anak-anaknya.program ini telah memungkinkan

ratusan kelompok masyarakat mampu mengurnagi angka kekurangan gizi dan

mencegah kejadian kekurangan gizi selama bertahun-tahun setelah program tersebut

selesai. Pendekatan deviasi positif digunakan untuk menemukan praktek-praktek yang

tidak biasa namun bermanfaat dari para ibu atau pengasuh anak yang bergizi baik

walaupun berasal dari keluarga miskin (CORE, ).


Sedangakan menurut Larungwa ( ) deviasi positif adalah salah satu

pengembangan pendekatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan

mengoptimalkan sumber daya dan solusi dalam masyarakat untuk memecahkan

masalah masyarakat, tanpa campur tangan orang luar. Pendekatan ini, dapat

mengidentifikasi sesorang atau sekelompok orang dalam masyarakat yang memiliki

penghasilan atau karakteristik yang sama, tetapi mereka secara unik dapat berubah

menjadi lebih baik dan meneruskan standar kehidupan.

Deviasi positif telah diterapkan diberbagai Negara, dan telah berhasil

dilaksanakan diantaranya terdapat di Negara Peru, strategi deviasi positif telah

mengubah hidup anak-anak yang mengalami kekurangan gizi kronis. Mereka

menginisiasi ASI eksklusif selama enam bulan, mengenalkan zat gizi pada makan,

memberikan piring tersendiri untuk anaknya, tidak menahan makanan dalam rangka

menghukum anaknya, mencuci tangan dan menggunakan toilet dibandingkan dengan

lahan terbuka (Lino ). Di Mesir, orang tua yang memiliki status ekonomi miskin

tetapi mimiliki anak dengan status gizi baik ditemukan bahwa mereka memberi makan

anak mereka dengan menggunakan telur, kacang-kacangan dan sayur-sayuran hiijau.

Program gizi anak merupakan kesempatan bagi orang tua yang memiliki anak kurang

gizi untuk mengikuti perilaku yang baru diantaranya mencuci tangan, menjaga sanitasi

saat menyiapkan makanan (Marsh, ).

Pos gizi Merupakan salah satu program yang melalui pendekatan deviasi positif,

pos gizi merupakan bagian program untuk melakukan kegiatan pemulihan dan

pendidikan gizi. Pos gizi dilakukan pada lingkungan rumah, dimana kader akan

menyiapkan makan deviasi positif. Kader atau pengasuh akan mempraktekkan perilaku

perawatan anak yang baik dan memberi makan anak yang kurang gizi dengan makanan
tambahan yang kaya energi (CORE, ). Berdasarkan penelitian Slamet ( )

mengenai pos gizi dan dampaknya pada anak balita di Kabupaten Aceh Besar Provinsi

Aceh menunjukkan bahwa pos gizi merupakan strategi yang potensial untuk

meningkatkan status gizi anak. Berikut adalah tujuan dari program deviasi positif dan

pos gizi (CORE, ):

. Secara cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi

dalam masyarakat

. Memungkinkan keluarga mempertahankan status gizi baik pada anak

secara mandiri dirumahnya masing-masing

. Mencegah kasus kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir di

lingkungan masyarakat tersebut dengan menerapkan norma masyarakat

mengenai perilaku pengasuhan anak, pemberian makan dan mencari

pelayanan kesehatan.

Ekonomi

Kategori ekonomi berdasarkan Badan Pusat Statistik ( ), dikatakan ekonomi

rendah karena beberapa hal.

. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari m per orang


. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga
lain.
. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air
hujan.
. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah
. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
m , buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. . ,- per bulan
. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat
SD.
. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
. ,- seperti sepeda motor kredit/non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau
barang modal lainnya.

Jika minimal variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga miskin.

Berdasarkan penelitian terkait faktor-faktor penyimpangan positif (positive

deviance) status gizi balita pada keluarga miskin diketahui bahwa pendikan kepala

keluarga, pendidikan ibu, dan jumlah anggota rumah tangga memiliki hubungan yang

bermakna terhadap gizi kurang dengan p-value masing-masing , , , dan ,

(Luciasari, ).

Menurut UNICEF ( ) Ekonomi merupakan faktor mendasar dari status gizi

kurang pada balita. Hal ini sesuai dengan Hal ini sejalan dengan penelitian Santika, et

al ( ) yang menyebutkan bahwa tingkat status sosial ekonomi rendah memiliki

presentase angka gizi kurang tertinggi yaitu , dibandingkan dengan tingkat status

sosial ekonomi tinggi, menengah atas dan menengah bawah. Berdasarkan hasil uji

multivariat menunjukkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan status gizi

adalah jenis pekerjaan ayah dan jenis pekerjaan ibu. Sedangkan faktor yang

berhubungan dengan status gizi balita di pedesaan adalah faktor- faktor sosial

ekonomi seperti tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, golongan
keluarga yang tingkat pendapatannya rendah, jenis kelamin, umur balita, jumlah

anggota keluarga (Devi, ). Sedangkan berdasarkan penelitian Akbar ( ) yang

menyebutkan pendapatan berhubungan signifikan dengan status gizi balita dengan p

value . . Berdasarkan hasil penelitian Santi, ( ) di dapatkan hasil pendapatan

mempunyai hubungan dengan status gizi balita dengan nilai P = . hasil uji C

didapatkan bahwa pendapatan keluarga dengan nilai C = , mempunyai tingkat

hubungan korelasi erat.

Status Gizi

Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi

pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi status gizi pada periode

siklus kehidupan berikutnya (Akbar, ). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai

akibat konsumsi makanan dan zat-zat gizi yang diibedakan antara status gizi buruk,

kurang, baik, dan lebih. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan

tubuh, untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta

mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi

mempunyai pengertian lebih luas, disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan

potensi ekonomi seseorang, dan berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan

belajar, dan produktifitas kerja (Almatsier, ).

Kurang gizi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang

cukup, Kurang gizi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk

mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit

ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi
dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik

(Wabster-Gandy, ).

Kekurangan gizi secara berkelanjutan pada balita diantaranya dapat

mengakibatkan gizi kurang, stunting, anemia, dan gizi buruk. Gizi buruk adalah

keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut

tinggi badan atau panjang badan (BB/TB-PB) kurang dari - SD dan atau ditemukan

tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor. Marasmus

adalah keadaan gizi buruk karena kekurangan zat karbohidrat yang ditandai dengan

tampak sangat kurus, iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua dan kulit

keriput. Kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk karena kekurangan zat protein yang

ditandai dengan edema seluruh tubuh terutama di punggung kaki, wajah membulat

dan sembab, perut buncit, otot mengecil, pandangan mata sayu dan rambut tipis

kemerahan. Marasmus-Kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda

gabungan dari marasmus dan kwashiorkor (Depkes, ).

Kecukupan asupan energi dan nutrisi sangat berguna untuk balita dalam

mencapai potensi tumbuh kembangnya yang sempurna. Kekurangan zat gizi pada

masa ini dapat merusak perkembangan kognitif sebagai kemampuan untuk menjelajah

lingkungannya. Dampak jangka panjang dari kekurangan zat gizi dapat

mengakibatkan kegagalan untuk berkembang dan kerusakan kognitif, ini semua bisa

dicegah atau di turunkan dengan kecukupan nutrisi dan dukungan dari lingkungan

sekitar. (Brown, )

Penilaian Status Gizi Balita

Status gizi anak balita diukur berdasarkan berat badan (BB) menurut tinggi

badan (TB). Berat badan anak balita ditimbang menggunakan timbangan digital
yang memiliki presisi , kg, panjang atau tinggi badan diukur menggunakan alat

ukur panjang/tinggi dengan presisi , cm (Riskesdas, ).

Untuk menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan tinggi

badan setiap anak balita dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Zscore)

menggunakan baku antropometri anak balita (Kemenkes, ). Selanjutnya

berdasarkan nilai Zscore dari masing-masing indikator tersebut ditentukan status

gizi anak balita dengan batasan sebagai berikut :

a. Gizi buruk : Z score < - ,

b. Gizi kurang : Z score ≥ - , s/d Z score < - ,

c. Gizi baik : Z score ≥ - , s/d Z score < ,

d. Gizi lebih : Z score ≥ , s/d Z score < ,

e. Obesitas : Z score > ,

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Deviasi Positif Status Gizi

Dukungan Sosial

Di Negara berkembang pada tingkatan keluarga terjadi peningkatan biaya

yang lebih besar dan beban kekurangan gizi yang lebih tinggi pada keluarga miskin

yang hanya mendapatkan sedikit atau bahkan tidak mendapatkan bantuan sama

sekali dari lingkungan sosialnya (Unicef, ). Faktor yang mempengaruhi

dukungan sosial adalah tipe sosial dan modernisasi. Modernisasi dapat digunakan

oleh ibu untuk mengadopsi perilaku modern dalam merawat anaknya, dan menjadi

lebih giat. Dengan modernisasi ibu bisa menjadi lebih efektif dalam menggunakan

pelayanan kesehatan, perencanaan keluarga, fasilitas pendidikan, cenderung lebih

maju dalam transisi demografi mengenai jumlah anggota keluarga katika mereka
menanggung lebih sedikit anak, lebih tinggi aspirasi, dan berinvestasi lebih kepada

sumber daya untuk anak (Zeitlin, ).

Berdasarkan penelitian Zeitlin ( ) ditemukan bahwa ibu yang lebih

teredukasi, pendapatan yang lebih, dan ibu yang melakukan ASI eksklusif

dikarenakan ibu menerima bantuan dalam pekerjaan rumah tangga dan suami ikut

melakukan perawatan pada anak. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Saragih

( ) yang menunjukkan bahwa informan menyatakan banyak mendapatkan

infomasi khususnya dalam penyusunan menu dari kader posyandu, teman dan orang

tua. Menurut Lapping ( ) dukungan sosial yang baik yang berhubungan dengan

status gizi dengan metode deviasi positif di Afganistan adalah ibu mendapatkan

bantuan dalam mengasuh anak dan mendapat dukungan dari keluarganya.

Karakteristik Ibu

Karakteristik ibu secara erat mempempengaruhi perubahan determinan yang

terdekat yaitu pola asuh anak. Karakteristik ibu berhubungan dengan ketidakbiasaan

pada pola asuh yang dilakukan oleh ibu pada tumbuh kembang anak. Karakteristik

psikologi ibu termasuk kesehatan mental berpengaruh terhadap kualitas perawatan

ibu dan inisiatif ibu dalam menyelesaikan masalah. Sikap dan perilaku ibu baik

ketidakberdayaan atau kepasrahan atau bertanggung jawab dan giat akan berdampak

pada kemampuan ibu untuk menyelesaikan kesulitan. Perilaku ini berinteraksi

dengan motivasi ibu untuk merawat bayi. Pendidikan formal yang lebih, pendidikan

kesehatan dan gizi, dan paparan terhadap modernisasi yang ibu terima akan

membuat ibu giat dan bertanggung jawab terhadap atau bahkan sebaliknya. Adapun

faktor indikator langsung dalam karakteristik ibu yang mempengaruhi deviasi

positif adalah kemampuan ibu dan motivasi (Zeitlin, ).


Berdasarkan Mackintosh ( ) karakteristik ibu yang berhubungan dengan

deviasi positif adalah pendidikan ibu dengan p value < , dan seberapa lama ibu

bekerja diluar rumah dengan p value < , . Sedangkan karakteristik ibu yang tidak

berhubungan dengan deviasi positif adalah umur ibu dengan p value . ,

pekerjaan ibu dengan p value . , dan jumlah anak dengan p value . .

Sedangkan menurut Lapping ( ) karakteristi ibu tidak berhubungan dengan

deviasi positif yang diantaranya adalah umur ibu dengan p value . , jumlah anak

dengan p value . dan pendidikan ibu dengan p value . . Sedangkan menurut

Marsh ( ) indikator karakteristik ibu adalah pendidikan ibu dan pekerjaan ibu.

Sedangkan menurut Pachon ( ) karakteristik ibu yang berhubungan dengan

deviasi positif adalah umur ibu, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu. Sedangkan

menurut Sripaipan ( ) karakteristik ibu tidak berhubungan dengan deviasi positif

diantaranya : umur ibu dengan p value . , pendidikan ibu dengan p value . ,

dan jumlah anak dengan p value . .

Berdasarkan penelitian Saragih ( ) mengenai faktor-faktor

penyimpangan positif terhadap status gizi kurang di daerah miskin adalah lebih

tingginya proporsi tingkat pendidikan orang tua, diketahui bahwa semakin tinggi

pendidikan dan pengetahuan orang tua makan status gizi anaknya pun semakin baik.

Selain itu berdasarkan penelitian Luciasari ( ) diketahui bahwa faktor-faktor

penyimpangan positif terhadap wilayah yang gizi /kurang nya rendah dan miskin

adalah lebih tingginya proporsi tingkat pendidikan ibu dan sedikitnya jumlah

anggota rumah tangga.

Kualitas Perawatan Anak

Menurut Zeitlin ( ), kualitas perawatan anak meliputi :


. Pertemuan Fisik
Pertemuan fisik dan memenuhi kebutuhan emosional anak dengan

merespon anak dengan tepat, sering berinteraksi secara fisik seperti

menggendong dan mengayun (Zeitlin, ).

. Pengaruh Positif

Memberikan pengaruh positif seperti tersenyum dan bersikap ramah pada

anak serta tidak bermusuhan dan mendominasi (Zeitlin, ).

. Perhatian

Memberikan perhatian dengan melihat bayi dan membuat kontak mata

(Zeitlin, ).

. Komunikasi Verbal

Melakukan komunikasi verbal baik berbicara saat kontak fisik terjadi atau

sedang ada jarak (Zeitlin, ).

. Interaksi

Berinteraksi secara tepat tidak terlalu lambat namun teratur tidak terlalu

sibuk dan menghindari rangsangan yang berlebihan dan menghindari

ketidakpedulian pada anak (Zeitlin, ).

. hubungan timbal balik

Membuat hubungan timbal balik dengan mendorong bayi untuk memulai

dan mengontrol interaksi, melakukan percakapan dan permainan serta merespon

isyarat yang diberikan anak (Zeitlin, ).

. Sosialisasi atau instruksi keselamatan

Memberikan sosialisasi atau instruksi keselamatan melalui instruksi verbal

dan demonstrasi secara fisik mengenai apa yang boleh dan tidak boleh,
bukannya menghukung secara kasar perbuatan anak yang tidak diketahuinya dan

memberikan hadiah untuk pencapaian positif anak (Zeitlin, ).

. Menciptakan stimulasi fisik

Menciptakan stimulasi fisik kepada lingkungan sekitar bayi seperti dengan

mainanya, foto dan buku. (Zeitlin, ).

Namun berdasarkan empat penelitian yang melihat perawatan anak sebagai

faktor yang berpengaruh terhadap deviasi positif anak diketahui bahwa perawatan

anak yang dimaksud adalah perawatan saat pemberian makan pada anak, yang

dijabarkan sebagai berikut :

Berdasarkan Mackintosh ( ) diketahui bahwa faktor perawatan anak dan

pemberian makan yang berhubungan dengan pertumbuhan anak di Vietnam adalah

memberikan makanan pokok setiap hari pada anak dengan p value < . ,

memberikan cemilan sebagai makanan tambahan dengan p value < , diketahui

bahwa orang ibu dari orang memberikan anaknya cemilan setiap harinya,

kebersihan pribadi yang terdiri frekuensi ibu mencuci tangan sebelum menyiapkan

makan dengan p value < , diketahui bahwa seluruh ibu ( orang) sering

mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan frekuensi ibu mencuci tangan

anaknya dengan p value < , diketahui bahwa seluruh ibu ( orang) sering

mencuci tangan anaknya.

Sedangkan menurut Lapping ( ) perawatan anak yang baik dalam

meningkatkan status gizi anak di Afganistan adalah memberikan makan secara aktif

termasuk mengawasi dan membantu saat makan, memberikan permainan dan

nanyian jika anak tidak mau makan, mementingkan anak untuk tidak makan terakhir

dan anak menerima makanan yang baik, makanan yang diberikan baru dimasak atau
segar dan terlindungi dari lalat. Menurut Marsh ( ) perawatan anak diukur

dengan cara merekam kegiatan pemberian makan yang fokus pada anak dan

pengasuhnya. Sedangkan menurut Ha ( ) perkataan saat perawatan anak ada

beberapa macam, yaitu memberikan perkataan positif dengan p value . untuk

kelompok usia bulan dan p value < . untuk kelompok usia bulan, tidak

komentar langsung untuk memaksa makan dengan p value . untuk kelompok

usia bulan dan p value . untuk kelompok usia bulan, tidak memerintah

atau mengancam dengan p value . untuk kelompok usia bulan dan p value

. untuk kelompok usia bulan.

Berdasarkan hasil penelitian Turnip ( ) mengenai Pengaruh Positive

Deviance pada Ibu dari Keluarga Miskin Terhadap Status Gizi Anak Usia -

Bulan di kecamatan Sidikalang didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan anatara pola asuh, kebersihan diri dan akses pelayanan kesehatan

terhadap status gizi anak usia - bulan (p< , ). Pada keluarga miskin peluang

terjadinya status gizi tidak baik mengalami kali peningkatan bila penerapan pola

asuh tidak dilakukan dengan baik, kali peningkatan bila kebiasaan kebersihan diri

tidak dilakukan dengan baik, kali peningkatan bila akses dalam memperoleh

pelayanan tidak baik. Dan hasil analisis multivariate yang dilakukan terhadap semua

faktor deviasi positif menunjukkan peluang paling besar untuk terjadinya status gizi

tidak baik pada anak usia - bulan adalah kebersihan diri anak yang tidak baik.

Kualitas Pemberian Makan

Menurut Zeitlin ( ) kualitas pemberian makan terdiri dari :

. Interaksi saat menyusui


Interaksi saat menyusui dengan ASI atau susu formula dengan

mengizinkan bayi untuk mengendalikan puting atau dot baik memasukan atau

mengeluarkannya, contohnya ibu tidak mengganggu proses pemberian makan

dengan membersihkan bayi atau ibu yang memutuskan bayinya telah mendapat

makan yang cukup banyak (Zeitlin, ). Sedangkan menuurut Lapping ( )

perilaku pemberian makan anak yang baik yang berhubungan dengan

meningkatkan status gizi anak di Afganistan adalah intensitas menyusui sampai

dua tahun, dan ASI eksklusif selama enam bulan. Sedangkan menurut Marsh

( ) pemberian makan anak diukur melalui lamanya periode menyusui

dengan ASI.

. Pengendalian jadwal makan

Memungkinkan bayi untuk mengendalikan jadwal makannya, tidak

memaksa bayi saat sedang mengantuk, memberikan makan yang lebih sering

saat bayi sedang sakit, tidak memaksa bayi makan saat sudah kenyang,

mengizinkan bayi untuk lebih sering menyusui (Zeitlin, ). Menurut Lapping

( ) pemberian makan yang baik dalam meningkatkan status gizi anak di

Afganistan adalah ibu meningkatkan asupan ASI selama anak sakit dengan p

value < . , dan anak diberikan makan lebih banyak selama anak sakit dan

masa pemulihan dengan p value < . . Sedangkan menurut Ha ( ) macam-

macam tipe perkataan yang diberikan pengasuh pada anak adalah : tidak

memaksa untuk makan dengan p value . untuk kelompok usia bulan dan

p value . untuk kelompok usia bulan, tidak memerintah atau mengancam

dengan p value . untuk kelompok usia bulan dan p value . untuk

kelompok usia bulan.

. Pemberian MP-ASI
Pemberian MPASI sebaiknya lebih teratur, kualitas yang lebih baik yaitu

yang beragam jenis, cukupnya jumlah asupan makanan yang bergizi, makanan

yang bergizi tidak diganti oleh makanan manis atau permen saat bayi sedang

lapar, anak tidak boleh dibiarkan makan seorang diri melainkan harus dibantu

ibu, anak harus didorong untuk makan, dan kebersihan makanan harus dijaga.

(Zeitlin, ). Berdasarkan Mackintosh ( ) diketahui bahwa faktor

perawatan anak dan pemberian makan yang berhubungan dengan pertumbuhan

anak di Vietnam adalah memberikan makanan berat setiap hari pada anak

dengan p value < . , memberikan cemilan sebagai makanan tambahan

dengan p value < , diketahui bahwa orang ibu dari orang memberikan

anaknya cemilan setiap harinya, kebersihan pribadi yang terdiri frekuensi ibu

mencuci tangan sebelum menyiapkan makan dengan p value < , diketahui

bahwa seluruh ibu ( orang) sering mencuci tangan sebelum menyiapkan

makanan dan frekuensi ibu mencuci tangan anaknya dengan p value < ,

diketahui bahwa seluruh ibu ( orang) sering mencuci tangan anaknya.

Sedangkan menurut Lapping ( ) perawatan dan pemberian makan anak

yang baik yang berhubungan dengan meningkatkan status gizi anak di

Afganistan dengan menggunakan metode deviasi positif adalah memberikan

cemilan setiap harinya . Sedangkan menurut Marsh ( ) pemberian makan

anak diukur melalui jenis bahan makanan, kuantitas konsumsi makanan dan.

. Pengaruh positif

Memberikan pengaruh positif yaitu saat memberikan makan untuk bayi

adalah waktu yang bahagia bagi ibu (Zeitlin, ). Menurut Ha ( ) macam-

macam tipe perkataan yang diberikan pengasuh pada anak adalah : memberikan

perkataan positif dengan p value . untuk kelompok usia bulan dan p value
< . untuk kelompok usia bulan, tidak komentar langsung untuk memaksa

makan dengan p value . untuk kelompok usia bulan dan p value .

untuk kelompok usia bulan, tidak memerintah atau mengancam dengan p

value . untuk kelompok usia bulan dan p value . untuk kelompok

usia bulan.

. Kecepatan pemberian makan

Kecepatan pemberian makan yang tepat yaitu tidak ditandai adanya

hentakan atau perilaku ibu yang terlalu cepat yang dapat mendorong saraf

muntah pada anak (Zeitlin, ). Sedangkan menurut Ha ( ) macam-

macam tipe pemberian makan pada anak adalah : tidak menggunakan tekanan

fisik termasuk menekan masuk sendok kedalam mulut anak dengan p value .

untuk kelompok usia bulan dan p value < . untuk kelompok usia

bulan, dan tidak memaksa anak untuk makan dengan p value <o.oo untuk

kelompok usia bulan dan p value < . untuk kelompok usia bulan.

. Hubungan timbal balik

Hubungan timbal balik ibu dan anak selama waktu makan (Zeitlin, ).

Menurut Lapping ( ) perilaku yang berhubungan dalam perawatan anak

yang baik untuk meningkatkan status gizi anak di Afganistan adalah anak tidak

dibiarkan makan seorang diri melainkan memberikan makan secara aktif

termasuk mengawasi dan membantu saat makan, memberikan permainan dan

nanyian jika anak tidak mau makan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Ha

( ) yang diketahui bahwa pemberian makan pada anak yang berhubungan

dengan deviasi positif adalah memberikan secara langsung atau memfasilitasi


proses pemberian makan dengan p value . untuk kelompok usia bulan

dan p value . untuk kelompok usia bulan

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Masithah ( ) diketahui bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh dengan status gizi anak

batita di desa Mulya Harja. Pola asuh makan yang diukur pada penelitian

tersebut meliputi pemberian ASI, pemberian makanan pendamping ASI,

pemberian makanan orang dewasa, cara mendapatkan dan mengolah bahan

makanan. Tidak memadainya asupan makanan merupakan penyebab langsung

terjadinya gizi buruk.

Berdasarkan hasil penelitian Turnip ( ) mengenai Pengaruh Positive

Deviance pada Ibu dari Keluarga Miskin Terhadap Status Gizi Anak Usia -

Bulan di kecamatan Sidikalang didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan anatara kebiasaan pemberian makan terhadap status gizi anak usia -

bulan (p< , ). Pada keluarga miskin peluang terjadinya status gizi tidak

baik mengalami kali peningkatan bisa kebiasaan pemberian makan tidak

dilakukan dengan baik.

Berdasarkan penelitian Saragih ( ) yang dilakukan pada ibu yang

memiliki status ekonomi keluarga miskin namun memiliki anak dengan status

gizi baik diketahui bahwa mayoritas informan memberikan menu makanan

berdasarkan ketersediaan dan kesukaan dari balita serta memberikan makanan

nasi, ikan dan sayur yang berimbang. Rata-rata balita menyukai olahan sayur

bening dan ikan serta dilengkapi dengan buah-buahan. Anak diberi makan

paling sedikit kali dalam sehari, cara ibu dalam mengatasi anak yang tidak

nafsu makan adalah dengan memberikan variasi pada menu.


Para ibu pun memperhatikan pola asuh kepada balita karena pola asuh

makan pun berperan dalam menjaga kesehatan balita, pada umumnya ibu tidak

terlalu memaksakan waktu makan balita dan memiliki pola asuh makan dengan

cara membujuk anaknya, dan pengasuhan gizi lebih banyak dilakukan oleh sang

ibu langsung, dan ada balita yang telah diajari untuk makan bersama anggota

keluarga yang lain. Dan diketahui bahwa ibu lebih mementingkan untuk

membeli susu untuk anaknya, baru untuk kebutuhan yang lain. Ketersediaan

makanan yang mudah didapatkan dan selalu tersedia pada keluarga miskin yang

memiliki balita dengan status gizi baik adalah melalaui kebun, lading atau bahan

makanan yang banyak tersedia dipasar seperti bayam (Saragih, ).

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Siswantoro ( ) mengenai faktor-

faktor penyimpangan positif status gizi balita suku dawan di Timor Tengah

Utara Propinsi Nusa Tenggara Timur ditemukan bahwa seluruh balita gizi baik

mempunyai tingkat konsumsi protein lebih dari AKG. Selain itu

pengetahuan gizi dan praktek pemberian makanan pada keluarga gizi baik lebih

baik dibandingkan keluarga gizi buruk. Beberapa balita memiliki pantangan

makan suku tetapi makanan penggantinya setara dengan makanan yang

dipantang. Paritas keluarga balita gizi baik cukup besar, namun jarak

kelahirannya juga lebar yaitu sampai tahun, sehingga anak yang lebih besar

ikut mengasuh adik-adiknya.

Sedangkan berdasarkan penelitian Sirajuddin ( ) efek pendekatan

deviasi positif terhadap status pertumbuhan pada anak balita pada praktik

pemberian makan pada anak, ibu yang memiliki anak gizi baik tidak lebih

mementingkan waktu makan sedangkan pada anak yang gizi kurang lebih
mementingkan jenis makanan. Selain itu kedua kelompok ibu memprioritaskan

kebersihan, jumlah, cara masak, harga, tempat dan pengasuh.


Kerangka Teori

Kerangka teori ini merupakan adaptasi dari teori zeitlin berdasarkan

penelitiannya yang mengenai deviasi positif terhadap gizi anak berdasarkan

psikososial, perilaku dan dampak untuk perkembangan. Terori tersebut mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi deviasi positif. Adapun faktornya adalah kualitas

perawatan anak dan kualitas pemberian makan, karakteristik ibu, dukungan sosial, tipe

masyarakat,, dan modernisasi. Berikut bagan kerangka teori dalam penelitian ini :

Bagan Kerangka Teori

Deviasi positif

. Kualitas perawatan anak


. Kualitas pemberian makan

Karakteristik Ibu :
. Kemampuan
. Motivasi

Dukungan Sosial

Tipe masyarakat Modernisasi

Sumber : Modifikasi Zeitlin, , Mackintosh dan Marsh


. BAB III
BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka peneliti bermaksud melakukan

penelitian untuk mengetahui gambaran faktor yang berpengaruh terhadap deviasi

positif pada baduta dengan status ekonomi keluarga miskin dan berstatus gizi baik di

Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun . Domain penelitian

ini yaitu kualitas pemberian makan, dukungan sosial dan karakteristik ibu yang

meliputi : umur ibu, riwayat penyakit ibu, jumlah kehamilan, jumlah melahirkan,

jumlah anak, dan jarak kelahiran anak. Sedangkan domain yang tidak diteliti adalah

deviasi positif karena semua informan adalah ibu dari baduta yang berdeviasi positif,

kualitas perawatan anak tidak diukur karena pada penelitian ini peneliti mengukur

kualitas pemberian makan anak yang merupakan bagian dari kualitas perawatan anak

yang spesifik pada proses pemberian makan, tipe masyarakat dan modernisasi

dikaranakan variabel ini diukur dalam tingkat masyarakat bukan individu, sehingga

variabel tipe masyarakat dan modernisasi sudah homogen. Untuk lebih jelasnya, berikut

bagan kerangka pikir yang dapat digambarkan sebagai berikut (Bagan . ).


Bagan Kerangka Pikir

Deviasi positif

Kualitas pemberian makan :


. Interaksi saat menyusui
. Pengendalian jadwal
makan
. Pemberian MP-ASI
a. Asupan makan Karakteristik Ibu :
b. Jenis makanan . Kemampuan
. Pengaruh positif . Motivasi
. Kecepatan pemberian
makan
. Hubungan timbal balik

Dukungan Sosial
Definisi Istilah

Tabel - Definisi Istilah

Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur

Deviasi Positif Perilaku baik yang tidak lazim yang memberikan dampak yang baik dalam penelitian - -

ini yaitu baduta berstatus gizi baik dengan status ekonomi miskin

Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah bantuan baik berupa moril maupun materil dari keluarga inti Panduan Wawancara Wawancara

dan masyarakat sekitar mendalam mendalam

Karakteristik Ibu

Kemampuan Ibu Kemampuan ibu dalam melakukan perawatan anak berupa pemberian makan, Panduan Wawancara Wawancara

pekerjaan rumah dan pekerjaan diluar rumah mendalam mendalam

Motivasi Ibu Hal yang mendasari ibu melakukan perawatan anak berupa pemberian makan dengan Panduan Wawancara Wawancara

baik seperti : arti anak bagi ibu, kepuasan terhadap hidup mendalam mendalam

Kualitas Pemberian Makan Anak

Interaksi saat mengizinkan baduta untuk mengendalikan puting atau dot baik memasukan atau Panduan Wawancara Wawancara
menyusui mengeluarkannya, lamanya periode menyusui anak dengan menggunakan ASI dan mendalam dan mendalam

apakah anak diberikan ASI eksklusif selama bulan lembar observasi dan observasi

Pengendalian Tidak memaksa baduta untuk makan saat sedang mengantuk atau saat sudah Panduan Wawancara Wawancara

jadwal makan kenyang, memberikan makan yang lebih sering saat baduta sedang sakit, mendalam dan mendalam

mengizinkan baduta untuk lebih sering menyusui lembar observasi dan observasi

Pemberian MP- Jenis makanan, jumlah asupan makanan, tidak melewatkan waktu makan yaitu Panduan Wawancara Wawancara

ASI makanan yang bergizi tidak diganti oleh makanan manis atau permen saat baduta mendalam dan mendalam

sedang lapar, anak diberikan cemilan sebagai makanan tambahan setiap harinya, , lembar observasi dan observasi

dan kebersihan makanan harus dijaga yang terdiri dari frekuensi ibu mencuci tangan

sebelum menyiapkan makan dan frekuensi ibu mencuci tangan anaknya

Pengaruh positif Memberikan perkataan positif, tidak memaksa untuk makan, tidak memerintah atau Panduan Wawancara Wawancara

mengancam. mendalam dan mendalam

lembar observasi dan observasi

Kecepatan Tidak menggunakan tekanan fisik termasuk menekan masuk sendok kedalam mulut Lembar observasi Observasi

pemberian anak, dan tidak memaksa anak untuk makan cepat-cepat sehingga dapat mendorong

makan saraf muntah pada anak


Hubungan timbal Memberikan makan secara aktif termasuk mengawasi dan membantu saat makan, Panduan Wawancara Wawancara

balik memberikan permainan dan nanyian jika anak tidak mau makan. mendalam dan mendalam

lembar observasi dan observasi

Dukungan sosial Dukungan sosial adalah bantuan baik berupa moril maupun materil dari keluarga inti Panduan Wawancara Wawancara

dan masyarakat sekitar mendalam mendalam

Definisi Operasional

Tabel - Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Kualitas Pemberian Makan Anak Domain Pemberian MP-ASI

Asupan Energi jumlah rata-rata asupan energi yang dimakan Wawancara SQ-FFQ . Sangat Kurang, jika Ordinal

anak per hari dalam hari terakhir kecukupan energi < %

AKE
. Kurang, jika kecukupan

energi -< AKE

. Cukup, jika kecukupan

energi -< AKE

. Lebih, jika kecukupan

energi ≥ AKE

(Balitbangkes, )

Asupan jumlah rata-rata asupan karbohidrat yang Wawancara SQ-FFQ . Sangat Kurang, jika Ordinal

Karbohidrat dimakan anak per hari dalam hari terakhir kecukupan karbohidrat

< % AKK

. Kurang, jika kecukupan

karbohidrat -<

AKK

. Cukup, jika kecukupan

karbohidrat -<

AKK
. Lebih, jika kecukupan

karbohidrat ≥ AKK

(Balitbangkes, )

Asupan Protein jumlah rata-rata asupan protein yang dimakan Wawancara SQ-FFQ . Sangat Kurang, jika Ordinal

anak per hari dalam hari terakhir kecukupan protein < %

AK

. Kurang, jika kecukupan

protein -< AKP

. Cukup, jika kecukupan

protein -< AKP

. Lebih, jika kecukupan

protein ≥ AKP

(Balitbangkes, )

Asupan Lemak jumlah rata-rata asupan lemak yang dimakan Wawancara SQ-FFQ . Sangat Kurang, jika Ordinal

anak per hari dalam hari terakhir kecukupan lemak < %


AKL

. Kurang, jika kecukupan

lemak -< AKL

. Cukup, jika kecukupan

lemak -< AKL

. Lebih, jika kecukupan

lemak ≥ AKL

(Balitbangkes, )

Jenis Asupan Jenis makanan pokok, lauk, pauk, sayur, buah Wawancara SQ-FFQ Jenis makanan pokok, lauk, pauk, Nominal

makan dan minuman yang paling sering dimakan dalam sayur, buah dan minuman

hari terakhir
. BAB IV

BAB IV

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kombinasi yaitu

kuantitatif dan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor yang

berpengaruh terhadap deviasi positif pada baduta dengan status ekonomi keluarga

miskin dan berstaus gizi baik di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

tahun . Penelitian ini menggunakan desain cross sectional untuk pendekatan

kuantitatif dan eksplorasi untuk pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan

untuk memperoleh data gambaran asupan makan yang meliputi : asupan energi, asupan

karbohidrat, asupan protein, asupan lemak dan. Sedangkan penelitian kualitatif

digunakan untuk meneksplor informasi mengenai dukungan sosial, karakteristik ibu

yang meliputi : kemampuan dan motivasi ibu, serta kualitas pemberian makan anak

yang meliputi : Interaksi saat menyusui, pengendalian jadwal makan, pemberian MP-

ASI, pengaruh positif, kecepatan pemberian makan, hubungan timbal balik pada baduta

yang berstatus gizi baik walaupun memiliki status ekonomi keluarga miskin.

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di desa yang memiliki jumlah keluarga miskin

tertinggi di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor yaitu Desa Kota Batu. Pengumpulan

data akan dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan September-November di lokasi

penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka desa Kota Batu dipilih menjadi lokasi
penelitian karena memiliki presentase status ekonomi miskin tertinggi di Kecamatan

Ciomas.

Informan penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah seluruh anak baduta yang berstatus gizi

baik namun memiliki status ekonomi ekonomi keluarga miskin yang berada di RW

dan RW Desa Kota Batu kecamatan Ciomas yang merupakan RW dengan jumlah

baduta deviasi positif terbanyak (baduta berstatus ekonomi keluarga miskin dengan

status gizi baik) yaitu berjumlah anak. Berikut adalah distribusi baduta berstatus gizi

baik dengan status ekonomi keluarga miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor pada bulan Februari tahun :

Tabel - Distribusi Baduta Yang Berstatus Gizi Baik Namun Memiliki Status Ekonomi

Ekonomi Keluarga Miskin Yang Berada Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Berdasarkan RW Dan Posyandu Di Bulan Februari

No. RW Posyandu Jumlah


. Cempaka
. Kenanga
. Anggrek
. Seroja
. Dahlia
. Kemuning
. Teratai
. Melati
. Tanjung
. Sakura
. Tulip
TOTAL
Dikarenakan data terbaru adalah bulan Februari tahun maka

perlu dilakukan validasi responden kepada seluruh baduta dengan deviasi

positif yang berjumlah baduta. Setelah validasi responden dilakukan telah

ditemukan sebanyak baduta yang memenuhi populasi target yaitu baduta

berusia - bulan, berstatus gizi baik dan berstatus ekonomi keluarga

miskin saat penelitian berlangsung di RW dan RW Desa Kota Batu

Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun .

Sumber informan yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi

dalam penelitian ini adalah ibu dari baduta gizi baik yang memiliki status

ekonomi miskin di desa Kota Batu kecamatn Ciomas Kabupaten Bogor.

Pemilihan informan pada penelitian kualitatif dilakukan dengan

menggunakan metode purposive sampling (non probability). Adapun kriteria

informan utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Ibu dengan baduta yang tinggal di RW dan RW yang

merupakan RW dengan jumlah baduta berstatus gizi baik walaupun

memiliki status ekonomi miskin terbanyak yang berjumlah

orang.

 Ibu dengan baduta yang memiliki gizi baik secara berturut-turut

selama tiga bulan terakhir.

 Ibu dengan baduta yang tidak pernah mengalami penurunan berat

badan selama tiga bulan terakhir.


Berdasarkan karakteristik informan ditemukan baduta yang

memenuhi karakteristik di informan. baduta berasal dari RW dan

baduta berasal dari RW Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten

Bogor tahun . Adapun pemelihan informan dapat dilihat pada bagan

berikut ;

Bagan . Tatacara Pemilihan Informan

24 baduta dengan status 12 baduta dengan status


ekonomi baik dan berstatus ekonomi baik dan berstatus
gizi baik di RW 03 dan RW12 gizi baik di RW 03 dan
Desa Kota Batu pada bulan RW12 Desa Kota Batu pada
Februari bulan September

Dilakukan vslidasi dengan


karakteristik informan utama
menjadi 8 baduta baduta dengan
status ekonomi baik dan berstatus
gizi baik di RW 03 dan RW12 Desa
Kota Batu Tahun 2017

a. Informan Pendukung

Adapun informan pendukung pada penelitian ini adalah orang

terdekat ibu yang paling sering berinteraksi dengan ibu seperti : keluarga

yang tinggal bersama atau sering barkunjung atau dikunjungi ibu baduta,

tetangga yang paling sering berinteraksi dengan ibu baduta, kader yang

menangani ibu baduta, ataupun pemangku kebijakan setempat. Informan

pendukung dipilih berdasarkan jawaban informan utaman mengenai

variabel dukungan sosial. Jumlah dan kategori informan pendukung


tidak sama pada setiap informan utama, melainkan dipilih berdasarkan

jawaban dari informan utama dan dirasa cukup jika informasi telah

didapatkan secara lengkap.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh mahasiswa Kesehatan peminatan gizi.

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi instrumen yang di gunakan dan cara

pengumpulan data. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar Semi Quantitative

Food frequency Questionnaire (FFQ), lembar wawancara mendalam dan lembar

observasi. Berikut adalah penjelasan dari instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini :

Kuantitatif

Pada penelitian kuantitatif metode yang digunakan untuk memperoleh data

primer menggunakan lembar Semi Quantitative Food frequency Questionnaire (SQ-

FFQ) dan lembar wawancara mendalam.

. Semi Quantitative Food frequency Questionnaire (SQ-FFQ)

Semi Quantitative Food frequency Questionnaire (SQ-FFQ) adalah

metode yang digunakan untuk menilai asupan makanan dalam studi populasi,

instrument ini digunakan untuk mengambil beberapa data dari variabel

kualitas pemberian makan. Kelebihan FFQ adalah praktis dan memberikan

perkiraan yang lebih valid untuk mewakili asupan yang biasa dimakan dari

pada recall jam (Cheng, ). Hal ini sesuai dengan penelitian Febryanti

( ) didapatkan hasil bahwa bahwa rata-rata asupan menggunakan

instrument SQ-FFQ lebih tinggi dibandingkan dengan Food Recall jam


yaitu pada asupan energy, protein, karbohidrat, vitamin B, vitamin C, Na, Mg

dan Zn.

Dalam penelitian ini instrument SQ-FFQ bertujuan untuk mengetahui

gambaran jenis makanan dan asupan makanan yang berupa : asupan energi,

asupan karbohidrat, asupan protein dan asupan lemak. Asupan makan dan

jenis makanan merupakan indikator dari variabel kualitas pemberian makan

pada anak yaitu pemberian MP-ASI. Data-data tersebut dikumpulkan dengan

cara mewawancarai informan menganai jenis makanan apa saja yang di makan

selama satu bulan terakhir. Selanjutnya informan diwawancarai mengenai

frekuensi dalam mengkonsumsi jenis makanan tersebut dalam satu bulan

terakhir, dan berapa banyak rata-rata jenis makanan itu di konsumsi dalam

satu kali makan.

Kualitatif

. Pedoman Wawancara Mendalam

Wawancara adalah metode bantu dalam rangka mengumpulkan data

primer dengan teknik bertanya secara langsung. Adapun tujuan dari kedua

metode ini adalah untuk mendapatkan informasi yang tergali secara detail

terhadap gambaran dukungan sosial, karakteristik ibu, dan kualitas pemberian

makan pada baduta dengan status ekonomi keluarga miskin dan berstatus gizi

baik melalui pendekatan deviasi posifif di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor tahun . Dalam wawancara mendalam juga akan

dilakukan teknik probing yang bertujuan untuk mendapatkan jawaban yang

lengkap dan jelas (mendalami jawaban responden).

Dalam penelitian ini, data yang akan dikumpulkan menggunakan

instrumen wawancara mendalam adalah dukungan sosial, karakteristik ibu dan


seluruh indikator dari variabel kualitas pemberian makan pada anak kecuali

kecepatan pemberian makan. Terdiri dari pertanyaan, namun selalu

berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh informan. Agar

informasi bisa digali lebih dalam.

. Pedoman Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan dengan tujuan

mendapatkan jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Data yang

dikumpulkan menggunakan instrument lembar observasi adalah variabel

kualitas pemberian makan anak. Adapun indikator dari variabel kualitas

pemberian makan pada anak yang dilakukan pengamatan adalah : interaksi saat

menyusui, pengendalian jadwal makan, pemberian MP-ASI, pengaruh positif,

kecepatan pemberian makan dan hubungan timbal balik. Dalam penelitian ini

pengamatan dilakukan sebanyak dua kali proses pemberian makan. Dan setiap

pengamatan terhadap baduta tidak dilakukan didalam hari yang sama.

Validitas dan Reprodusibilitas Data

Validitas data terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Pada data

kuantitatif yang akan diuji validitas nya adalah reprodusibilitas instrument Semi

Quanititative Food Frequency Questionnaire (FFQ). Sedangkan pada data kualitatif

akan dilakukan validasi melalui triangulasi metode, waktu dan sumber data.

Diharapkan hasil validas data dapet merepresentasikan populasi target yang akan

dilakukan pada penelitian.


Validitas Data Kuantitatif dengan Reprodusibilitas Semi Quantitative – Foof

Frequency Questionnaire (SQ-FFQ)

Reprodusibilitas adalah membuat alat ukur baru yang sesuai dengan sampel

dan variabel yang di butuhkan (Claerbout. ). Berdasarkan penelitian (Biebele.

) diketahui bahwa alat ukur Semi-Quantitative FFQ yang telah di reprodusi

memberikan hasil yang masuk akan dalam mengukur asupan makan dari variasi

makanan pada populasi orang dewasa di Australia.

Sedangkan pada penelitian ini instrumen Semi Quantitative Food Frequency

Questionnaire (SQ-FFQ) penelitian akan melakukan reprodusibilitas dengan cara

melakukan wawancara dan observasi bahan makanan di daerah setempat dengan cara

menanyakan kepada kader setiap posyandu makanan apa saja yang sering dikonsumsi

di wilayah sekitar posyandu. Hasil wawancara dan observasi tersebut dimasukkan

kedalam formulir SQ-FFQ.

Validitas Data Kualitatif

Pendekatan penelitian kualitatif menggunakan jumlah sampel yang sedikit,

karena itu perlu dilakukan pengecekan keabsahan dan validitas data. Dalam penelitian

kualitatif dikenal dengan istilah triangulasi. Tujuan validasi data dengan

menggunakan sumber informan dan metodeyang beragam adalah mendapatkan

analisis yang tepat, akurat, dan terpercaya (Raco, ). Triangulasi adalah

menggunakan lebih dari satu metode dalam satu penelitian untuk melihat fenomena

yang sama dengan tujuan untuk memvalidasi fenomena tersebut (Taylor. ).

Adapun penelitian ini menggunakan triangulasi sebagai berikut:

. Triangulasi sumber, merupakan triangulasi yang dilakukan dengan orang

yang berbeda (Taylor. ) dalam penelitian ini penelitia akan


menggunakan informasi yang berasal dari kerabat, tetangga, kader dan

pemangku kebijkan setempat dari ibu balita gizi baik yang memiliki status

ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

Tahun

. Triangulasi metode, merupakan penggunaan lebih dari satu metode

pengambilan data dalam satu penelitian (Taylor. ) dalam penelitian ini

peneliti menggunakan dua metode yaitu wawancara mendalam dan

observasi

. Triangulasi waktu, merupakan triangulasi yang dilakukan dengan cara

mengumpulkan data di waktu yang berbeda (Taylor. ) dalam penelitian

ini peneliti menggunakan dua kali pengamatan pada proses mengumpulkan

data kualitas pemberian makan anak.


Tabel - Matriks Triangulasi

No. Domain Indikator Triangulasi Metode Triangulasi Sumber Triangulasi Waktu Ket
Wawancara Observasi Infoman Informan Pengamatan Pengamatan
mendalam utama pendukung I II
. Dukungan Sosial √ - √ √ - - -
. Karakteristik Ibu Kemampuan Ibu √ - - - - - -
Motivasi Ibu √ - - - - - -
. Kualitas Interaksi saat menyusui √ √ √ - √ √ *
pemberian makan Memungkinkan baduta √ √ √ - √ √ *
anak mengendalikan jadwal
makannya
Pemberian MP-ASI √ √ √ - √ √ **
yang teratur
Pengaruh positif √ √ √ - √ √ **
Kecepatan pemberian - √ √ - √ √ *
makan yang tepat
Hubungan timbal balik √ √ √ - √ √ **

Keterangan : Jumlah (*) merupakan jumlah sub-indikator yang diobservasi dalam satu indikator
Pengolahan Data

. Asupan makan

Beberapa data kualitas pemberian makan dikumpulkan menggunakan

instrumen Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) kemudian

dihitung akan didapatkan jumlah porsi tiap jenis makanan dalam satu hari dan

kemudian dikonfersikan kedalam dan URT sehingga akan di dapatkan jumlah

berat jenis makanan yang dikonsumsi per hari, kemudian data diolah melalui

software nutrisurvey sehingga akan didapatkan hasil seperti berikut : asupan

lemak dan satu hari, asupan karbohidrat dalam satu hari, asupan protein dalam

satu hari, dan asupan lemak dalam satu hari, selanjutnya data akan dimasukan

kedalam software computer untuk dilakukan perhitungan distribusi rata-rata

asupan makan yang meliputi :Rata-rata asupan Energi dalam satu hari (Kkal),

Rata-rata asupan Karbohidrat dalam satu hari (gr), Rata-rata asupan Protein dalam

satu hari (gr) dan Rata-rata asupan Lemak dalam satu hari (gr). Yang kemudian

akan diolah menjadi :

a. Asupan Energi : ) Sangat Kurang, jika kecukupan energi < AKE )

Kurang, jika kecukupan energi -< AKE )Cukup, jika kecukupan

energy -< AKE )Lebih, jika kecukupan energi ≥ AKE

b. Asupan Karbohidrat : ) Sangat Kurang, jika kecukupan karbohidrat <

AKK ) Kurang, jika kecukupan karbohidrat -< AKK )Cukup,

jika kecukupan karbohidrat -< AKK )Lebih, jika kecukupan

Karbohidrat ≥ AKK
c. Asupan Protein : ) Sangat Kurang, jika kecukupan protein < AKP )

Kurang, jika kecukupan protein -< AKP )Cukup, jika kecukupan

protein -< AKP )Lebih, jika kecukupan protein ≥ AKP

d. Asupan Lemak : ) Sangat Kurang, jika kecukupan lemak < AKL )

Kurang, jika kecukupan lemak -< AKL )Cukup, jika kecukupan

lemak -< AKL )Lebih, jika kecukupan lemak ≥ AKL

. Jenis Asupan Makan

Data jenis asupan makan dikumpulkan menggunakan instrumen Semi

Quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) kemudian dihitung akan

didapatkan jumlah porsi tiap jenis makanan dalam satu hari. Selanjutnya data akan

dimasukan kedalam software computer untuk dilakukan perhitungan distribusi

rata-rata porsi setiap jenis makanan dalam satu hari. Kemudian akan didapatkan

hasil : Jenis makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi dalam satu hari

beserta jumlah porsi masing-masing jenis makanan pokok, jenis lauk-pauk yang

paling banyak dikonsumsi dalam satu hari beserta jumlah porsi masing-masing

jenis lauk-pauk, jenis sayuran yang paling banyak dikonsumsi dalam satu hari

beserta jumlah porsi masing-masing jenis sayuran, jenis buah-buahan yang paling

banyak dikonsumsi dalam satu hari beserta jumlah porsi masing-masing jenis

buah-buahann.

. Data Kualitatif

Data kualitatif yang akan diolah adalah data dukungan sosial, karakteristik

ibu, dan kualitas pemberian makan anak. Data diolah menggunakan teknik reduksi

data yang dijabarkan sebagai berikut :

Tahap pengolahan data yang dikumpulkan menggunakan metode

kualitatif adalah sebagai berikut :


i. Hasil wawancara dicatat kembali berdasarkan rekaman yang diperoleh

pada saat wawancara mendalam kedalam transkip wawancara

ii. Merangkum, memilih hal pokok, focus pada hal yang penting, dan

mencari tema dan polanya.

iii. Membuat kategori sesuai dengan variabel data kualitatif (Raco, J.

, Miles, )

Analisis Data

Analisis Data Kuantitatif

Penelitian denganmenggunakan metode kuantitatif akan dianalisis

menggunakan analisis univariat dengan menggunakan software computer yang

bertujuan untuk memberikan gambaran asupan makanan berupa : asupan energi,

asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak, jenis makanan pokok, jenis lauk-

pauk, jenis sayur-sayuran, dan jenis buah-buahan.

Analisis Data Kualitatif

Penelitian kualitatif akan di analisis untuk mengeksplorasi mengenai

dukungan sosial, karakteristik ibu dan kualitas pemberian makan anak pada baduta

dengan status ekonomi keluarga miskin dan berstatus gizi baik melalui pendekatan

deviasi positif di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun .

Analisis kualitatif pada penelitian ini menggunakan metode content analysis. Adapun

analisis data kualitatif pada penelitian ini akan dilakukan sebagai berikut :

. Data Reduction (Reduksi Data) merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu dengan membandingkan dengan tujuan penelitian.


. Data Display (Penyajian Data) dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplay data

maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

. Conclusing Drawing / Verification mengambil kesimpulan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal,

atau mungkin saja tidak. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang

diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada

(Miles dan Huberman dalam Sugiyono, ).


. BAB V

BAB V

HASIL PENELITIAN

Informan pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki baduta berusia -

bulan berstatus gizi baik dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan

Ciomas Kabupaten Bogor. Dengan kriteria sebagai berikut : ibu dengan baduta yang tinggal

di RW dan RW yang merupakan RW dengan jumlah baduta berstatus gizi baik

walaupun memiliki status ekonomi miskin terbanyak, ibu dengan baduta yang memiliki gizi

baik secara berturut-turut selama tiga bulan terakhir, ibu dengan baduta yang tidak pernah

mengalami penurunan berat badan selama tiga bulan terakhir. Berdasarkan laporan bulan

penimbangan balita yang dilaksanakan pada bulan Agustus tahun ditemukan baduta

bergizi baik dengan status ekonomi miskin sebanyak orang di RW dan orang di RW

. Selanjutnya dilakukan skrining dengan mendatangi langsung baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin dan dilihat KMS nya untuk mengatahui apakah baduta

tersebut memenuhi syarat untuk menjadi informan. Setelah dilakukan skrining diketahui

bahwa terdapat tiga baduta di RW yang tidak memenuhi syarat, diketahui bahwa dua

baduta di RW pernah mengalami gizi kurang dalam tiga bulan terakhir dan satu baduta

lainnya sudah tidak berdomisili di RW Desa Kota Batu. Dan ditemukan pula satu baduta

di RW yang tidak memenuhi syarat, dikarenakan tidak rutin memeriksakan berat

badannya di posyandu dalam tiga bulan terakhir, sehingga tidak diketahui berart badan

baduta tersebyt dalam tiga bulan terakhi. Sehingga total informan dalam penelitian ini

berjumlah baduta dengan rincian enam baduta berasal dari RW dan dua baduta berasal

dari RW . berikut adalah karakteristik baduta dalam penelitian ini :


Tabel - Distribusi Karakteristik Baduta dengan Status Ekonomi Keluarga Miskin

dan Berstatus Gizi Baik di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

Tahun

No. Inisial Umur Baduta Jenis Kelamin Riwayat Penyakit Frekuensi


Baduta (Bulan) Baduta Baduta Sakit

. MHA Laki-laki Saat penelitian Jarang


berlangsung, Batuk pilek

. G Perempuan Satu bulan sebelum Sangat Jarang


penelitian, Pilek

. MRAW Laki-laki Dua minggu sebelum Jarang


penelitian, Batuk pilek

. AAA Laki-laki Satu bulan sebelum Jarang


penelitian, Panas

. A Laki-laki Dua bulan sebelum Sangat Jarang


penelitian, Mencret

. RN Perempuan Satu minggu sebelum Sangat Jarang


penelitian, Cacar ( hari)

. SNS Perempuan Dua bulan sebelum Sangat Jarang


penelitian, Batuk pilek

. MDA Laki-laki Satu bulan sebelum Sangat Jarang


penelitian, Panas (sehabis
imunisasi)

Berdasarkan tabel diastas diketahui bahwa baduta dengan status ekonomi keluarga

miskin dan berstatus gizi baik di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun

memiliki usia sekitar - bulan, berjenis kelaminlaki-laki dan berjenis kelamin

perempuan, baduta memiliki frekuensi sakit sangat jarang dan baduta lainnya memiliki

frekuensi sakitjarang, adapun jenis penyakit yang diderita seperti : batuk, pilek, penas, cacar.
Tabel - Distribusi Karakteristik Ibu yang Memiliki Baduta dengan Status Ekonomi

Keluarga Miskin dan Berstatus Gizi Baik di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor Tahun

No. Inisial Umur Pendidikan Pekerjaan Jumlah Jumlah Jarak


Ibu Ibu Ibu Ibu Kehamilan Anak Kelahiran
(Tahun) Anak (Bulan)

. R Tamat SD IRT

. ER Tamat SMP IRT

. LS Tamat SD IRT

. L Tidak Tamat IRT


SD

. S Tamat SMP IRT

. SS Tamat SD ART

. SR Tamat SD IRT

. WA Tamat SMK IRT

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ibu dengan baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun

memiliki usiasekitar - tahun, ibu tidak tamat SD, ibu tamat SD, ibu tamat

SMP, ibu tamat SMK, ibu memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan hanya ibu

yang bekerja sebagai asisten rumah tangga, memiliki jumlah kehamilan sebanyak - kali,

memiliki jumlah anak sekitar - orang anak, dengan jarak kelahiran sekitar - bulan.

Dukungan Sosial

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu mendapatkan

dukungan sosial baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar.

. Keluarga
Berdasarkan wawancara mendalam diketahui bahwa seluruh ibu baduta

berstatus gizi baik dengan ekonomi miskin mendapatkan dukungan atau bantuan

dari keluarga. Tiga diantaranya hanya mendapat bantuan dari keluarga berupa

menjaga baduta tersebut saat ibu sedang melakukan pekerjaan rumah tangga.

Berikut kutipannya :

“Paling suami doang kalo kalo saya lagi nyuci baju, nyuci piring gitu,
kadang sama kakanya, iyaaa nungguin doang. Kalo mandiin nyuapin ngga,
ga pernah” (Informan R, Tahun)

“Nggaa, sendiri, Oooo, sama ayah nya di tungguin sama kaka nya”
(Informan ER, Tahun)

“Ayahnyaa, paling ngejagain, he euh, Ngga heu euh, paling nungguin kalo
lagi mau masak mau apa, itu aja sih. Paling abahnya (bapak ayah nya)
iyaa, suka nongkrong sama abahnya” (Informan LS, Tahun)

Lima ibu baduta berstatus gizi baik dengan ekonomi miskin lainnya

mendapatkan bantuan dari keluarga tidak hanya dalam menjaga anak, tapi keluarga

juga membantu ibu seperti memandikan, menyuapi, atau membawa baduta ke

posyandu. Bahkan ada satu ibu baduta yang sudah bercerai dengan suaminya namun

mendapatkan bantuan dari keluarga berupa makanan saat ibu ditinggal suami dan

belum bekerja, dan saat ibu sudah bekerja sebagai asisten rumah tangga keluarga

pula yang mengasuh anaknya saat ibu sedang bekerja. Berikut kutipannya :

“Kadang kakak nya dia nyuapin (menunjuk anak ke ) Orang tua deket,
suka di bantuin sama ibu, Kalau saya lagi repot kakak nya, ngurusin ke
sekolah dia sama nenek nya gitu” (Informan L, Tahun)

“Ngga sih, paling juga kalo dibantuin ibu mah kalo saya mau nyuci, terus di
ajak dede nya sama ibu gitu, kalo mau masak gitu, Pernah sih nyuapin
nenek mah, kalo saya lagi sakit. Suami ? adaa, Suka, suka bantuin, paling
ngajak, itu ngasuh, main gitu ke depan, kalo mau mandi di pegang dulu
sama bapak nya gitu” (Informan SR, Tahun).
“Ga sih, kadang aku suka nyuruh mamah. Kadang suami gitu di suruh.
Ngga paling ngejagain, kalo aku lagi mandi “mah minta tolong jagain” gitu
doang sih, kalo lagi masak gitu, ya suami bantuin, mandiin dia, kasih makan
gitu kalo aku lagi jaga warung” (Informan S, Tahun)

Sama ibu saya, samaa ayahnya devan. Ngga, mandiin sama ayahnya
kadang. Kalo kasih makan Saya hehe, Pernah sih neneknya nyuapin sekali-
sekali. Kalo ke posyandu sama ibu saya” (Informan WA, Tahun)

Anak saya Setahun dua bulan teh dia (ayahnya) udah ninggalin saya, Teu
nafkahan oge empat bulan. Aah saya mah kan ga pernah minta gitu ya,
sama saudara gitu, kalo pas kerja mah, kalo belum kerja mah suka minta ke
saudara gitu, nasi mah. Kan kadang suka minta, kadang ke teteh, Iyaa buat
anak mah, kadang ke ibu, kadang ke kaka, Cuma kan kalo minta mah gitu
ya, asaan gimana gitu teh perasaan, yaudah kerja aja gitu. Saya kerja raya
diasuh adik saya, kalo engga kaka saya” (Informan SS, Tahun)

. Lingkungan Sekitar

Berdasarkan hasil wawancara diketahu bahwa terdapat dua ibu yang

mendapatkan bantuan dari lingkungan sekitar. Namun satu ibu hanya satu kali

mendapat bantuan tersebut, yaitu berupa pemberian makanan. Dan satu ibu lainnya

mendapat bantuan dari majikan tempat ibu bekerja berupa : uang tiap bulan untuk

pengasuh baduta selama ibunya bekerja lima jam sehari, makanan setiap harinya

berupa ayam atau sayuran. Berikut kutipannya :

“Suka ada sih yang ngasih, kadang-kadang yang ngasih juga. Tetangga,
haha. Tapi saudara keneh sih itu juga, saudara dari suami. He euh sayur
jadi, ada yang ngasih kadang-kadang. Sekali sih. Haha sekali, heu euh,
sekali udah ngga pernah lagi, mun sering mah rugi meureun nya hahaha”
(Informan SR, Tahun)

“Kalo kerja raya sama Ade nya ibu, atau kaka yang paling gede, Jadi saya
mah gaji nya utuh ga keganggu, Cuma yang ngasuh raya mah di gaji lagi di
kasih sama majikan, di kasih lagi buat yang ngasuh raya” (Informan SS,
Tahun)

“Iyaa, atau kalo lagi kerja kan suka bawa ayam gitu ya, He euh, kadang
kalo ada beras suka di kasih, kadang kalo engga ada mah suka beli di
warung beras mah, kan engga tiap hari ngasih beras mah engga hehe. Tiap
hari ayam mah, kadang suka he euh, Kadang dua, dua potong, buat si raya
doang Sayur kadang kalo nyayur suka bawa, kadang tiap hari nyayur,
kadang tiap hari goreng ayam gitu, ganti-ganti” (Informan SS, Tahun)

Bantuan dari pemerintah setempat adalah raskin. Seluruh ibu berhak

mendapatkan raskin, namun hanya tujuh ibu yang membeli raskin, satu ibu lainnya

tidak membeli raskin dengan alasan sudah terbiasa membeli beras di warung.

Namun, raskin tidak rutin ada setiap bulannya tergantung kapan datangnya raskin di

Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas. Berikut kutipannya :

“Dapet raskin mah, Ngga daa, udah beberapa bulan entar baru ada lagi,
Ngga sih, kemarin udah berapa bulan, kadang empat bulan, kadang lima
bulan. Hari itu juga dikasih taunya, dia bilang ada raskin, udah aja baru
dia bilang begitu saya kesono gitu ngambil” (Informan L, Tahun)

“Ada yaa, ada raskin. Oooo ga tentu heu euh, ini juga udah lama belum
dateng. Terakhir teh September. Iya ada, kasih tau gitu ada beras raskin
dateng gitu” (Informan SR, Tahun)

“Raskin adaa, si umi (ibu mertua) suka ngambil, Ga pernah itu sih ga pernah
di ambil. Hah ? gatau hehe udah biasa aja beli beras di warung hehe, rasanya
kan beda yaa” (Informan LS, Tahun)

Karakteristik Ibu

Kemampuan Ibu

Berdasarkan wawancara mendalam diketahui bahwa seluruh ibu baduta

berstatus gizi baik dengan ekonomi miskin mampu dalam melakukan perawatan anak

berupa pemberian makan, pekerjaan rumah dan pekerjaan diluar rumah. Berikut

kutipannya :

“Gimana yaaa. Mmmmm Ya engga sih. Ngga kerepotan. Ya emang


tugasnya begitu. Ngurus anak ? ya Alhamdulillah bisa. Iya sambil beberes
rumah masak” (Informan LS, Tahun)
”Ngurus anak ? ya susah susah gampang yah hehehe. Paling susahnya kalo
anak lagi rewel. Tapi jarang sih itu teh, gampang-gampang aja
dijalaninnya. Iyaa, suami bantuin jagain, kadang kakaknya, jadi saya bisa
ngerjain yang lain gitu” (Informan ER, Tahun)

Seluruh ibu merasa sangat terbantu walaupun hanya dibantu menja anaknya

ataupun dibantu saat sedang sakit saja, sehingga mereka tetap bisa memberikan

perawatan anak berupa pemberian makan yang baik. Dan terdapat satu ibu yang

memiliki pekerjaan diluar rumah, dan tetap mampu melakukan pemberian makan

dengan baik dikarenakan anaknya diasuh oleh adik nya selama ibu tersebut bekerja,

dan pekerjaan rumahnya berkurang dikarenakan tidak perlu memasak lagi setelah

pulang bekerja disebabkan oleh ibu tersebut hampir setiap hari diberikan lauk matan

oleh majikannya. Terdapat pula dua Ibu yang masih tinggal bersama orang tua.

Kedua ibu tersebut merupakan informan termuda dan baru memiliki satu anak.

Kedua ibu tersebut merasa bahwa bantuan dari ibunya membuat mereka lebih

mampu dalam memberikan perawatan anak yang baik dan dalam menyelesaikan

pekerjaan rumah lainnya, Berikut kutipannya :

“Yaa, ga susah, walaupun saya kerja alhamdulillah ade saya bisa ngejagain
anak saya, dan alhamdulillah majikan saya ngasih uang tambahan untuk
bayar yang jaga anak saya di luar gaji. Jadi tetep ada yang jagain anak
walaupun saya kerja. Kalo beberes rumah mah ya ga berat, rumahnya ge
kecil, masak paling pagi doang buat makan pagi sama siang anak saya, kalo
buat malemnya suka di bungkusin lauk tiap hari. Jadi ga susah deh”
(Informan SS, Tahun)

“Ya lancar-lancar aja sih aku mah. Karna masih tinggal sama ibu jadi
bareng-bareng beberesnya, masaknya juga gentian, kalo aku yang lagi
masak ya titip bentar gitu anak akunya. Kalo ibu lagi pergi ayahnya lagi
kerja aku tidurin dulu dia nya, jadi aku bisa ngerjain yang lain. Kalo dia
makan di suapin lahap, makan sendiri juga lahap, jadi ga susah sih
Alhamdulillah” (Informan, S Tahun)

“Ya paling gitu, bisa bisa aja, kecuali saya lagi sakit. Ya kaya itu, susunya
di peras, minta tolong neneknya suapin. Tiap hari juga saya ke rumah ibu
saya kan. Kadang saya titipin dulu sebentar saya beberes masak, abis itu
saya kerumah ibu lagi. Kalo ngga sama ayahnya kalo lagi ga kerja”
(Informan SR, Tahun)

Motivasi Ibu

Berdasarkan wawancara mendalam diketahui bahwa seluruh ibu baduta

berstatus gizi baik dengan ekonomi miskin memiliki motivasi yang baik dalam

melakukan perawatan anak dalam hal pemberian makan, seperti perasaan sayang,

lebih mengutamakan anak, keinginan untuk anaknya tetap sehat, dan terdapat pula ibu

yang pernah kehilangan anaknya sehingga merasa lebih perlu menjaga anaknya yang

sekarang dengan lebih baik lagi, serta satu ibu yang sudah tidak memiliki suami

merasa lebih termotivasi dikarenakan ibu tersebut tidak mengandalkan orang lain

untuk keluarganya, berikut kutipannya :

“Ya atuh karna sayanglah. Namanya ibu yah. Yaa, supaya sehat terus, kalo
anak sakit saya yang sedih soalnya” (Informan LS, Tahun)

“Pokoknya anak utama deh. Waktu itu pas kakaknya aja saya pernah kerja,
terus di kasih susu formula, tapi dia gamau, akhirnya saya berenti kerja.
Utamain anak biar pada sehat deh” (Informan L, Tahun)

“Lebih ngejaga aja sekarang mah kitu. Anak pertama saya pan udah
meninggal, lahir hari terus meninggal. Sakit, tapi gatau sakit apa. Saya
bawa ke bidan Cuma gimana, udah takdir yah” (Informan SR, Tahun)

“Ya kan udah ga ada bapaknya, udah pergi. Nah kalo bukan saya siapa lagi
kan. Masa mau ngarepin pemberian orang terus, sayanya ga enakeun kitu”
(Informan SS, Tahun)

Gambaran Kualitas Pemberian Makan

Kualitas pemberian makan anak terdiri dari beberapa indikator, yaitu : interaksi

saat menyusui, pengendalian jadwal makan, pemberian MP-ASI, pengaruh positif,

kecepatan pemberian makan, dan hubungan timbal balik. Adapun gambaran kualitas
pemberian makan pada baduta dengan status gizi baik walaupun memiliki status

ekonomi keluarga miskin di Desa Kota Batu adalah sebagai berikut :

Interaksi Saat Menyusui

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu baduta berstatus gizi

baik dengan status ekonomi keluarga miskin mengizinkan badutanya untuk

mengendalikan proses menyusui, tujuh dari delapan ibu masih memberikan ASI

hingga saat penelitian ini berlangsung, dan seluruh ibu tidak memberikan ASI

eksklusif kepada badutanya.

. Mengizinkan baduta untuk mengendalikan puting atau dot baik memasukan atau

mengeluarkannya

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seluruh ibu mengizinkan

kapan anak ingin menyusui dan anak dapat mengendalikan untuk melepas dot atau

puting untuk berhenti menyusui. Berikut kutipannya :

“Ninta nyusunya ?“emeh” hehe “memeh” he euh memeh kitu, Iyaa dia yang
mau. Dia yang mau, kalo di berentiin dia marah” (Informan ER, tahun).

“Tidur paling, he euh, Lepas sendiri. Ngajakin Enen gitu ? paling kalo cape
main “enen, enen gitu” kalo udah kenyang mah udah dia selepas “ (Informan
LS, tahun)

“Ngelepas sendiri, Udah ngelepas sendiri dia mah, paling main lagi geura,
sebentar-sebentar nyusu teh” (Informan SS, tahun)

Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi, diketahui bahwa seluruh ibu

mengizinkan badutanya untuk mengendalikan masuk dan keluar nya puting atau

dot dengan kata lain ibu mengizinkan baduta untuk mengendalikan kapan mulai

dan berhentinya proses menyusui.

. Lamanya periode menyusui anak dengan menggunakan ASI


Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tujuh dari delapan baduta

diberikan ASI hingga sekarang dari ke tujuh baduta tersebut diketahui bahwa lima

baduta diberikan ASI sejak awal kelahiran, dan dua baduta diberikan setelah tiga

hari kelahiran dikarenakan ASI dari ibu baru keluar, Berikut kutipannya :

“Iyaaa, langsung, langsung keluar. He euh, masih asi Iyaa, dua puluh tiga
bulan” (Informan ER, tahun)

“Udah tiga hari weh, Langsung ada gitu, he eh lancar, ampe sekarang”
(Informan SR, tahun)

Sementara itu satu baduta lainnya diberikan ASI hanya sampai dua belas

hari sejak kelahiran, dikarenakan sudah diberikan susu formula sehingga anak

lebih menyukai susu formula dari pada ASI . Berikut kutipannya :

“Susu itu, ASI. Sampe dua belas hari. Ya Cuma karna dia udah di campur
sama susu formula sekarang dia kurang suka sama susu ASI” (Informan S,
tahun)

. Apakah anak diberikan ASI eksklusif selama bulan

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seluruh informan ibu baduta

bergizi baik dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Tahun tidak memberikan ASI eksklusif kepada anaknya. Berdasarkan

keterangan informan dua baduta mulai diberikan MP-ASI sejak empat bulan, lima

baduta diberikan air putih atau madu sebelum enam bulan dan satu baduta

diberikan susu formula sejak hari sejak melahirkan. Berikut kutipannya :

”Sebelum enam bulan paling air putih pake sendok, Iya pake sendok, biar
engga kaget gitu. He euh, ASI weh paling kadang-kadang air putih, kalo
siang panas kan, iyaa” (Informan LS, Tahun).

“Pernah waktu dia pulang duluan setelah lahiran, saya kan masih sehari
lagi di rumah sakit,di kasih susu formula dulu” (Informan L, Tahun)

“Tiga hari paling baru keluar nya, paling di kasih madu dulu” (Informan
SS, Tahun)
Pengendalian Jadwal Makan

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seluruh ibu tidak memaksa

badutanya untuk makan saat sudah kenyang atau mengantuk, namun berdasarkan

hasil observasi diketahui bahwa terdapat satu ibu pada satu kali pengamatan yang

sedikit memaksa baduta untuk makan saat sudah kenyang, berdasarkan hasil

wawancara diketahui bahwa seluruh ibu memberikan makan atau susu lebih sering

saat baduta sedang sakit, dan seluruh ibu mengizinkan badutanya untuk sering

menyusui sesuai kehendak baduta tersebut.

. Tidak memaksa baduta untuk makan saat sedang mengantuk atau sudah kenyang

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seluruh baduta berstatus gizi

baik dengan ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Tahun

tidak dipaksa untuk makan, dan tidak ada jadwal makan yang mengikat. Anak

tidak dipaksa makan saat sedang mengantuk, juga saat sudah kenyang berdasarkan

keterangan informan anak tidak dipaksa karna takut muntah, ada juga yang takut

ususnya sakit. Berikut kutipannya :

“Ngantuk sebelum jadwal makan ya ? ngga di jadwal sih sebenernya mah,


he euhh, kan suka di jam ini jam ini, ngga sih. Iya semaunya dia, yang
penting si nasi itu di makan gituu” (Informan LS, Tahun)

“Nggaa, kadang kalo dia makan nya lagi lahap mah, suka keliatan mau lagi
tapi ngga di tambah, belom belom di tambahin hehe. Takut gimana ya, nanti
kekenyangan gitu, malah muntah” (Informan L, Tahun)

“Ngga, ngga, udah aja ngabisin itu, Ngga, takutnya kan itu, usus nya
takutnya itu, kan kalo kebanyakan makan kan ususnya” (Informan SS,
Tahun)

“Kadang abis, kadang ngga, gimana mau nya aja. Gatau, kenyang kayanya
dia nya. Kalo abis pengen nambah kasih setengahnya, kalo ngga abis
yaudah” (Informan WA, Tahun)
Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan, dimana diketahui bahwa

dalam dua kali pengamatan terdapat tujuh ibu yang tidak memaksa baduta untuk

makan saat sudah kenyang. Dan terdapat satu ibu pada pengamatan kedua yang

sedikit memaksa saat anak tidak memakan habis makanannya. Namun, ibu

tersebut hanya sedikit memaksa dan membiarkan anaknya tidak menghabiskan

makananya.

. Memberikan makan yang lebih sering saat baduta sedang sakit

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tiga baduta tetap mau makan

seperti biasa walaupun sedang sakit sehingga tidak kesulitan untuk memberikan

makan saat anak sedang sakit. Berikut kutipannya :

“Makan, tapi alhamdulillahnya teh makan, nyusu. Suka makan tau ga,
orang-orang mah kan suka gamau makan kalo sakit, tapi kalo dia mau”
(Informan S, Tahun)

Dan terdapat dua baduta yang sulit untuk makan saat sakit sehingga ibu

memberikan susu lebih banyak sebagai pengganti makan. Berikut kutipannya :

“Kalo lagi sakit kurang dia makannya, Nangis kalo di suapin gamau. dia
kan kalo panas kemarin tumbuh gigi, terus panas lagi mau ngerondang, tapi
tetep minum susu nya, tetep banyak. Jadi di susuin aja yang banyak”
(Informan L, Tahun)

Sementara satu baduta tidak mau minum susu saat sakit tetapi tetap mau

makan, sehingga ibu memberikan makan lebih banyak sebagai pengganti susu.

Berikut kutipannya :

“Kemarin sih dia pernah tah sariawan, gamau nyusu. Itu bu, di suruh
emeh, bobo, engga mau. Tapi kalo makan mah mau hehehe. Yaudah saya
kasih makan aja” (Informan ER, Tahun)

Satu baduta baru mau makan banyak saat sore hari, dan satu baduta lainnya

mau makan sedikit-sedikit dan dipaksa saat sakit. Berikut kutipannya :


“Engga sih, kalo sakit juga Alhamdulillah jalan nyusunya, paling makan
doang susah.Tapi tetep banyak sih minum susunya Kalo engga mau makan
mah udah itu aja, di paksa wae gitu, biarin tiga suap dua suap ge biarin,
yang penting mah masuk” (Informan SR, Tahun)

“Tetep mau, dikit-dikit mau walaupun lagi sakit. Agak berkurang, di paksa
aja hehe” (Informan WA, Tahun)

. Mengizinkan baduta untuk lebih sering menyusui

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seluruh ibu baduta berstatus

gizi baik dengan status ekonomi miskin mengizinkan anaknya untuk sering

menyusui, bahkan saat ibu sedang lelah sekalipun. Berikut kutipannya :

“Di kasih hehehe, walaupun lagi cape kasih dulu, iya“ (Informan R,
Tahun)

“Ga keitung , sering Kita tau aja jadwalnya gimana, kadang dia juga minta
kalo kita lupa. Pengen susu gitu, cucu cucu. Yaudah kasih.Di kasih, soalnya
dia mah kalo ngga di kasih nangis. Semua, apa aja di gelayutin tuh”
(Informan S, Tahun)

“Lagi capee? ah saya mah di kasih sih, kan duduk iyeu bari nyusuan nya,
kasian nangis” (Informan SR, Tahun)

Bahkan ada ibu yang ketika sedang sakit dan tidak bisa memberikan ASI

secara langsung ibu memerah ASI ke sendok dan meminta tolong nenek baduta

tersebut untuk memberikan ASI menggunakan sendok. Berikut kutipannya :

“Kasih aja, Paling juga kalo saya lagi sakit itu tuh, pake gelas itu, di kasih
pake sendok, Iyaa di perah, gitu doang. Pusing kan saya nya, suka pusing
tea kalo maag gitu mah, maag nya sakit” (Informan SR, Tahun)

“Itu wae ibu (menunjuk nenek nya). Mau sih dia mah, pake sendok gitu,
paling kurang iyeu, wareg (tidak kenyang) mereun yaa, wareg tea mun pake
sendok mah” (Informan SR, Tahun)

Pemberian MP-ASI

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada baduta yang memiliki

asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang sangat kurang, jenis makanan
yang paling sering dikonsumsi adalah nasi putih, tempe, wortel dan jeruk, enam dari

delapan baduta tidak pernah melewatkan waktu makan, enam dari delapan baduta

diberikan cemilan setiap hari, hanya dua ibu yang sering mencuci tangan saat akan

menyiapkan makanan, dan hanya satu ibu yang sering mencuci tangan badutanya saat

mau makan.

. Asupan Energi

Pada penelitian ini asupan energi dibedakan menjadi asupan energi yang

sangat kurang, kurang, cukup dan baik. Gambaran asupan energi baduta berstatus

gizi baik dengan status ekonomi keluarga miskin di Desa Kota Batu Kecamatan

Ciomas Kabupaten Bogor tahun dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel - Distribusi Asupan Energi Baduta dengan Status ekonomi Keluarga

Miskin dan Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor Tahun

Asupan Energi Jumlah (n) Persen (%)


Sangat Kurang
Kurang .
Cukup
Lebih .
Total

Berdasarkan tabel diketahui bahwa lebih banyak baduta status gizi baik

dengan status ekonomi miskin yang memiliki asupan enegi cukup yaitu sebesar

. Asupan Karbohidrat

Pada penelitian ini asupan karbohidrat dibedakan menjadi asupan

karbohidrat yang sangat kurang, kurang, cukup dan baik. Gambaran asupan
makan baduta berstatus gizi baik dengan status ekonomi keluarga miskin di Desa

Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun dapat dilihat pada

Tabel berikut ini:

Tabel - Distribusi Asupan Karbohidrat Baduta dengan Status ekonomi

Keluarga Miskin dan Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan

Ciomas Kabupaten Bogor Tahun

Asupan Karbohidrat Jumlah (n) Persen (%)


Sangat Kurang
Kurang
Cukup
Lebih
Total

Berdasarkan tabel diketahui bahwa lebih banyak baduta status gizi baik

dengan status ekonomi miskin yang memiliki asupan karbohidrat cukup yaitu

sebesar .

. Asupan Protein

Pada penelitian ini asupan protein dibedakan menjadi asupan protein yang

sangat kurang, kurang, cukup dan baik. Gambaran asupan makan baduta berstatus

gizi baik dengan status ekonomi keluarga miskin di Desa Kota Batu Kecamatan

Ciomas Kabupaten Bogor tahun dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel - Distribusi Asupan Protein Baduta dengan Status ekonomi Keluarga

Miskin dan Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor Tahun

Asupan Protein Jumlah (n) Persen (%)


Sangat Kurang
Kurang
Cukup .
Lebih .
Total

Berdasarkan tabel diketahui bahwa lebih banyak baduta status gizi baik

dengan status ekonomi miskin yang memiliki asupan proteinnya berlebih yaitu

sebesar . .

. Asupan Lemak

Pada penelitian ini asupan lemak dibedakan menjadi asupan lemak yang

sangat kurang, kurang, cukup dan baik. Gambaran asupan makan baduta berstatus

gizi baik dengan status ekonomi keluarga miskin di Desa Kota Batu Kecamatan

Ciomas Kabupaten Bogor tahun dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel - Distribusi Asupan Lemak Baduta dengan Status ekonomi Keluarga

Miskin dan Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor Tahun

Asupan Lemak Jumlah (n) Persen (%)


Sangat Kurang
Kurang
Cukup
Lebih
Total
Berdasarkan tabel diketahui bahwa lebih banyak baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin yang memiliki asupan lemak yang cukup yaitu

sebesar .

. Jenis Makanan

a. Jenis MakananPokok

Pada penelitian ini jenis makanan bertujuan untuk melihat jenis

makanan apa yang paling sering dikonsumsi oleh informan berdasarkan rata-

rata porsi perhari. Gambaran jenis makanan pokok baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi keluarga miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor tahun dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel - Distribusi Jenis Makan Pokok Baduta dengan Status ekonomi

Keluarga Miskin dan Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan

Ciomas Kabupaten Bogor Tahun

Variabel Mean Std. Deviasi Min Max


Bubur bayi instan . . . .
Nasi putih . . . .
Bubur nasi . . . .
Bubur kacang hijau . . . .
Bihun . . . .
Makaroni . . . .
Mie . . . .
Roti putih . . . .
Jagung . . . .
Singkong . . . .
Biskuit . . . .
Tape singkong . . . .
Kentang . . . .
Ubi . . . .
Sukun . . . .
Talas . . . .
Total rata-rata

Berdasarkan tabel diketahui bahwa rata-rata baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

mengkonsumsi makanan pokok sebanyak . porsi perhari. Adapun jenis

makanan yang paling sering di konsumsi adalah nasi putih dengan rata-rata

. porsi perhari.

b. Jenis Lauk-pauk

Pada penelitian ini jenis makanan bertujuan untuk melihat jenis

makanan apa yang paling sering dikonsumsi oleh informan berdasarkan rata-

rata porsi perhari. Gambaran jenis lauk-pauk baduta berstatus gizi baik dengan

status ekonomi keluarga miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor tahun dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel - Distribusi Jenis Lauk-pauk Baduta dengan Status ekonomi

Keluarga Miskin dan Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan

Ciomas Kabupaten Bogor Tahun

Variabel Mean Std. Deviasi Min Max


Daging Sapi . . . .
Ayam . . . .
Bakso . . . .
Telur Ayam . . . .
Telur Puyuh . . . .
Hati sapi . . . .
Ikan kembung . . . .
Ikan mas . . . .
Ikan lele . . . .
Cumi-cumi . . . .
Udang . . . .
Ikan asin . . . .
Ikan teri . . . .
Ikan mujair . . . .
Ikan kakap . . . .
Sosis . . . .
Sardencis . . . .
Susu sapi . . . .
Oncom . . . .
Tempe . . . .
Tahu . . . .
Total rata-rata

Berdasarkan tabel diketahui bahwa rata-rata baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

mengkonsumsi lauk-pauk sebanyak . porsi perhari. Adapun jenis lauk-

pauk yang paling sering di konsumsi adalah tempe dengan rata-rata .

porsi perhari.

c. Jenis Sayuran

Pada penelitian ini jenis makanan bertujuan untuk melihat jenis makanan

apa yang paling sering dikonsumsi oleh informan berdasarkan rata-rata porsi

perhari. Gambaran jenis sayuran baduta berstatus gizi baik dengan status

ekonomi keluarga miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten

Bogor tahun dapat dilihat pada Tabel berikut ini:


Tabel - Distribusi Jenis Sayuran Baduta dengan Status ekonomi

Keluarga Miskin dan Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan

Ciomas Kabupaten Bogor Tahun

Variabel Mean Std. Deviasi Min Max


Buncis . . . .
Kacang panjang . . . .
Bayam . . . .
Kangkung . . . .
Sawi putih . . . .
Sawi hijau . . . .
Katuk . . . .
Tauge . . . .
Ketimun . . . .
Wortel . . . .
Terong . . . .
Labu siam . . . .
Kol . . . .
Total rata-rata

Berdasarkan tabel diketahui bahwa rata-rata baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

mengkonsumsi sayuran sebanyak . porsi perhari. Adapun jenis sayuran

yang paling sering di konsumsi adalah wortel dengan rata-rata . porsi

perhari.

d. Jenis Buah-buahan

Pada penelitian ini jenis makanan bertujuan untuk melihat jenis makanan

apa yang paling sering dikonsumsi oleh informan berdasarkan rata-rata porsi

perhari. Gambaran jenis buah-buahan baduta berstatus gizi baik dengan status
ekonomi keluarga miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten

Bogor tahun dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel - Distribusi Jenis Buah-buahan Baduta dengan Status ekonomi

Keluarga Miskin dan Berstatus Gizi Baik Di Desa Kota Batu Kecamatan

Ciomas Kabupaten Bogor Tahun

Variabel Mean Std. Deviasi Min Max


Alpukat . . . .
Apel merah . . . .
Jeruk manis . . . .
Mangga . . . .
Papaya . . . .
Kurma . . . .
Semangka . . . .
Anggur . . . .
Pir . . . .
Pisang Ambon . . . .
Sirsak . . . .
Total rata-rata .

Berdasarkan tabel diketahui bahwa rata-rata baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

mengkonsumsi buah-buahan sebanyak . porsi perhari. Adapun jenis

makanan yang paling sering di konsumsi adalah jeruk manis dengan rata-rata

. porsi perhari.

. Tidak melewatkan waktu makan


Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa enam baduta berstatus gizi

baik dengan status ekonomi miskin tidak pernah melewati waktu makannya,

ataupun makanan bergizi nya diganti oleh makanan manis atau permen saat

baduta sedang lapar. Berikut kutipannya :

“Makan terus ini mah, paling jajan yaudah jajan, tapi makan juga, makan
aja tiap hari, mau sakit mau engga, makan aja ga pernah lewat” (Informan
SS, Tahun)

Terdapat pula dua baduta berstatus gizi baik dengan ekonomi miskin yang

pernah melewati waktu makan atau makanan bergizinya, satu baduta jarang

melakukan hal tersebut, hanya dilakukan saat sudah jajan, dan satu baduta tidak

pernah makan siang namun selalu makan pagi dan sore. Berikut kutipannya :

“Pernaahh, karna udah jajan, kadang beli susu, kenyang. Tapi kalo dia
laper, di kasih makan ngga jajan, kecuali emang udah jajan jadi gamau
makan siang” (Informan ER, Tahun)

“Kalo siang dia laper paling kasih kue-kue gitu, beli bolu gitu, di warung,
makanan biscuit gitu ya” (Informan R, Tahun)

Dan saat ditanya mengapa tidak diberikan makan siang namun justru hanya
memberikan cemilan atau jajanan, berikut jawabannya:

“Hah ? hehe entar aja sore, kan saya nasi nya baru di angetin lagi sore”
(Informan R, Tahun)

. Anak diberikan cemilan sebagai makanan tambahan setiap harinya

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa enam baduta berstatus gizi

baik dengan status ekonomi miskin diberikan ceminal setiap harinya. Berikut

kutipannya :

“Iyaa, Paling kasih cemilan gitu biscuit” (Informan R, Tahun)

“Beli aja kadang mamah suka jualan biscuit tuh, paling biscuit, dia mah.
Kadang nabati” (Informan S, Tahun)
Dan dua baduta lainnya belum diberikan cemilan karena anak baru makan

bubur bayi instan saja setiap harinya. saat ditanya mengenai alasan tidak diberikan

cemilan setiap harinya, maka inilah jawaban dari informan :

“Belom sih, Belum jajan atau nyemil, belum ngerti” (Informan L, Tahun)

. Frekuensi ibu mencuci tangan sebelum menyiapkan makan

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa empat ibu baduta berstatus

gizi baik dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, baik saat ingin masak maupun

ingin menyuapi anak. Berikut kutipannya :

“Mau itu, ngegendong itu si dede, mau kasih susu, mau masak gitu, kan
kata bidan teh harus cuci tangan, kadang kan sok nyapu tea nya, sok kotor
wae, udah cuci tangan gitu” (Informan SR, Tahun)

“Cuci tangan kalo nyiapin makanan, Pakai sabun aja, sabun. Selalu, cuci
tangan” (Informan S, Tahun)
Namun, empat ibu lainnya mengaku bahwa hanya sesekali atau tidak

mencuci tangan saat menyiapkan makanan, baik saat ingin masak ataupun saat

ingin meyuapi anak. Berikut kutipannya :

“Nggaa, paling pake sendok kan kalo makan, engga pake tangan, kan dia
makan gamau kalo makan ga pake sayur mah kan gamau pengen nya yang
kuah. Kalo mau itu, tidur kadang” (Informan SS, Tahun)

Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan atau observasi diketahui bahwa

hanya dua ibu dalam dua kali pengamtan yang selalu mencuci tangannya

sebelum menyiapkan makanan untuk anaknya. Dan dua ibu yang mencuci tangan

hanya sekali dalam dua kali pengamatan. Empat ibu lainnya tidak mencuci

tangannya sebelum menyiapkan makanan untuk anaknya dalam dua kali

pengamatan.

. Frekuensi ibu mencuci tangan anaknya


Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dua ibu baduta berstatus gizi

baik dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas sering

mencuci tangan anaknya sebelum makan. Berikut kutipannya :

“Mau pegang makanan tah itu nomer satu, itu harus, heu euh. Suapin paling
tangan nya aja, kan suka pegang-pegang” (Informan LS, Tahun)

“Mm hehe mau tidur palingan juga hehe. Paling megang biscuit. Cuci pake
tisu basah, pake lap” (Informan WA, Tahun)

Tiga baduta lainnya mencuci tangan anaknya jika anaknya makan sendiri,

jika disuapi maka ibu tidak mencuci tangan anaknya. Berikut kutipannya :

“Kalo mau makan Kalo makannya di suapin saya ? Ngga hehe” (Informan
R, Tahun)

“Mau tidur cuci kaki sama cuci tangan sama ayahnya di ituin, tiap makan
kadang kalo dia makan sendiri baru cuci tangan, kalo disuapin nggaa.
Pakai sabun juga” (Informan S, Tahun)

Dan tiga lainnya mencuci tangan anak hanya saat mau tidur atau setelah
main. Berikut kutipannya :

“Sukaa sih, Ooohhh, kalo mau tidur” (Informan SR, Tahun)

Sedangkan berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa hanya satu ibu yang

selalu mencuci tangan anaknya dalam dua kali pengamatan. Dua ibu mencuci

tangan anaknya hanya satu kali dalam dua kali pengamatan. Dan lima ibu lainnya

tidak mencuci tangan anaknya saat mau makan dalam dua kali pengamatan.

Pengaruh Positif

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tujuh ibu memiliki sikap positif

saat proses pemberian makan anak, dan enam ibu yang memberikan perkataan positif

saat pemberian makan anak empat diantaranya perkataan positif hanya dilakukan di
satu kali pengamatan dan dua lainnya perkataan positif dilakukan di dua kali

pengamatan, dan seluruh ibu tidak memaksa anak untuk mau makan.

. Memberikan perkataan dan sikap yang positif

Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui bahwa tujuh ibu baduta

memiliki sikap yang positif saat anak makan dengan lahap, dan kesal atau sedih

saat anak tidak mau makan. Dan satu ibu baduta mengaku biasa saja saat anaknya

makan dengan lahap ataupun saat anak tidak mau makan. Berikut kutipannya :

“Gimanaa, seneng sih, Heu euh, jadi si anak teh makan nya banyak, Kalo
lagi gamau makan yaaa hehe gimanaa ?? sedih juga hehehe” (Informan LS,
Tahun)

“Kalo kasih makan, atuh enakeun wae nya, hehe kalo nafsu mah komo
enakeun wau nafsu kaya gitu di suapin ya, kalo ngga nafsu mah yaudah say
amah kesel tea, jangan makan gitu kalo engga nafsu mah” (Informan SR,
Tahun)

“Biasa aja sih. Ngga, kadang kalo itu suka di kasih sambil jalan-jalan gitu,
ngga sih, ngga pernah kesel hehe” (Informan SS, Tahun)

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa dua ibu memberikan pujian

pada anaknya saat sedang makan dalam dua kali pengamatan. Empat ibu lainnya

memberikan pujian pada anaknya saat sedang makan hanya pada satu kali

pegamatan. Dua ibu lainnya hanya diam saat memberikan makan untuk anaknya.

. Tidak memaksa untuk makan, tidak memerintah atau mengancam

Berdasarkan hasil wawancara mandalam diketahui bahwa tujuh ibu baduta

berstatus gizi baik dengan ekonomi miskin tidak memaksa, memerintah,

mengancam anak untuk makan, melainkan membujuknya untuk tetap makan.dua

diantaranya tidak pernah dipaksa karena anak selalu mau makan. Satu ibu baduta

pada awalnya memaksa anaknya makan jika anak tidak mau makan, namun jika

anak tetap tidak mau makan maka ibu tidak memaksa lagi. Berikut kutipannya :
“Di ini aja, di itu hehe, di liatin apa gitu, kaya ayam, tuh liat ada mpus gitu,
baru dia mau nyuap” (Informan R, Tahun)

“Ngga di paksa sih, alhamdulillah mau terus makan nya. Jadi dia yang
minta” (Informan SS, Tahun)

“Abis Alhamdulillah, abis melulu gitu. Soalnya, aku mah tau porsinya kalo
dia abis, tapi kadang dia minta nambah, yaudah kasih sedikit, pengen lagi
katanya, udah kasih lagi. Ga pernah di paksa” (Informan S, Tahun)

“Saya paksa kalo gamau makan. Ya di paksa aja, tapi kalo gamau makan
yaudah ga apa-apa” (Informan WA, Tahun)

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa seluruh ibu baduta berstatus

gizi baik dengan ekonomi miskin tidak memaksa, memerintah atau mengancam

anaknya untuk makan dalam dua kali pengamatan. Diketahui bahwa delapan

baduta tersebut mau makan dengan lahap tanpa dipaksa.

Kecepatan Pemberian Makan

Berdasarkan hasilobservasi diketahui bahwa tujuh ibu tidak menggunakan

tekanan fisik saat proses pemberian makan, dan satu ibu lainnya menggunakan

sedikit tekanan fisik saat makanan tidak habis.

. Tidak menggunakan tekanan fisik termasuk menekan masuk sendok kedalam

mulut anak dan tidak memaksa anak untuk makan cepat-cepat

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tujuh ibu baduta berstatus

gizi baik dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

tidak menggunakan tekanan fisik termasuk menekan masuk sendok kedalam

mulut anak dalam dua kali pengamatan. Dan terdapat satu ibu yang sedikit

memaksa anak dengan menekan sendok masuk kedalam mulut saat anak sudah

kenyang padahal makanannya belum habis. Tapi hal tersebut hanya berlangsung

sekali dan ibu tidak memaksa berlebih yang kemudian membiarkan anaknya tidak
menghabiskan makanannya. Sementara di pengamatan sebelumnya ibu tersebut

tidak menggunakan tekanan fisik termasuk menekan masuk sendok kedalam

mulut anak.

Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa dalam dua kali

pengamatan seluruh ibu baduta berstatus gizi baik dengan ekonomi miskin tidak

memaksa anak untuk makan cepat-cepat melainkan menunggu anaknya untuk

benar-benar mengunyah dan menelan makanannya. Kecuali anak saat makan

sendiri justru memainkan makanannya, maka ibu mengingatkan untuk kembali

memakan makanannya.

Hubungan Timbal Balik

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu turut membantu dan

mengawasi selama proses pemberian makan, dan seluruh ibu memberikan permaianan

saat anak tidak mau makan.

. Memberikan makan secara aktif termasuk mengawasi dan membantu saat makan

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seluruh baduta berstatus gizi

baik dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas tidak

dibiarkan begitu saja saat sedang makan, melaikan dibantu secara langsung,

disuapi, ataupun jika anak makan sendiri tetap diperhatikan. Dari delapan baduta,

lima diantara selalu suapin alasannya karena ada yang belum bisa makan sendiri,

berantakan, tidak habis dan lainnya. Sementara tiga baduta lainnya sudah mulai

bisa makan sendiri, namun selalu difasilitasi makannya dan diperhatikan. Berikut

kutipannya :

“Di suapin, Kalo misalnya makan sendiri mah itu, di acak-acak, Iyaa di
suapin, kalo ngga di suapin mah engga abis hehe” (Informan SS, Tahun)
“Di suapin, iyaa, mau sih makan sendiri kadang hehe, tapi sayanya gamau
ini” (Informan R, Tahun)

“Kalau sambil main gitu di suapin, kalo di rumah mah sendiri dia, pengen
sendiri. Di liatin, di perhatiinn,takutnya kan nasinya gimana kan, ngga
kemakan apa dimainin gitu kan, jadi diliatin “dede emam emam” baruuu
hehe” (Informan LS, Tahun)

“Kadang di suapin, kadang makan sendiri. Maunya dia nya gimana. Ngga,
paling aku nungguin warung kalo dia makan sendiri, sambil ngeliatin dia
aja makan” (Informan S, Tahun)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam dua kali pengamatan

diketahui bahwa ibu baduta berstatus gizi baik dengan status ekonomi miskin

selalu membantu anak saat makan seperti menyuapi, saat anak ingin untuk makan

sendiri maka ibu memfasilitasi dengan cara menyiapkan makanannya dan tetap

memperhatikan anaknya saat makan.

. Memberikan permainan dan nanyian jika anak tidak mau makan

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seluruh ibu baduta berstatus

gizi baik dengan ekonomi miskin mengendalikan anak yang tidak mau makan

dengan digendong atau diajak jalan-jalan dan adapula yang melakukan keduanya.

Berikut kutipannya :

“Sambil main, jalan-jalan di gendong, dede liat ini liat iniii aaammmm gitu
kalo di rumah gamau, malah nangis” (Informan LS, Tahun)

“Paling jalan-jalan aja, he euh, sambil jalan-jalan gitu. Iyaaa, sambil jalan-
jalan itu sambil nyuapinin, sambil ngejar-ngejar dia gitu, hehehe”
(Informan SS, Tahun)

“Sembari di ais kitu, sembari kemana, sambil ngeliat, liat apa gitu, supaya
mau” (Informan SR, Tahun)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam dua kali pengamatan

diketahui bahwa terdapat tiga ibu yang memberikan permainan saat anak tidak

mau makan dalam satu kali pengamatan, satu kali pengamatan lainnya anak mau
makan dengan lahap. Hal tersebut serupa dengan lima ibu lainnya yang ditemukan

tidak memberikan permainan dan nyanyian jika anak tidak mau makan dalam dua

kali pengamatan dikarenakan anak selalu mau untuk makan dengan lahap.
Tabel - Kesimpulan Perilaku Positif dan Negatif Setiap Informan

Nama Pendidikan Positif Negatif


dan dan
Usia Pekerjaan
Ibu Ibu
R, Tamat SD,  Dukungan sosial  Tidak ASI eksklusif
tahun IRT  Mengizinkan baduta untuk  Asupan lemak kurang
mengendalikan proses menyusui  Selalu melewatkan
 Lamanya periode menyusui waktu makan siang
dengan ASI lebih dari enam baduta
bulan  Jarang mencuci tangan
 Tidak memaksa baduta makan sebelum menyiapkan
saat sudah kenyang makanan
 Memberikan makan lebih sering  Tidak mencuci tangan
saat sedang sakit baduta saat mau makan
 Mengizinkan baduta untuk sering
menyusui
 Asupan energi cukup, asupan
karbohidrat cukup, asupan
protein lebih
 Memberikan cemilan setiap hari
kepada baduta
 Memberikan perkataan dan sikap
positif, tidak memaksa makan
 Tidak menggunakan tekanan
fisik saat pemberian makan
 Selalu membantu dan mengawasi
anak makan
 Memberikan permainan saat anak
tidak mau makan
ER, Tamat SMP,  Dukungan sosial  Tidak ASI eksklusif
tahun IRT  Mengizinkan baduta untuk  Terkadang melewatkan
mengendalikan proses menyusui waktu makan siang
 Lamanya periode menyusui baduta
dengan ASI lebih dari enam  Tidak mencuci tangan
bulan sebelum menyiapkan
 Tidak memaksa baduta makan makanan
saat sudah kenyang  Jarang mencuci tangan
 Memberikan makan lebih sering baduta saat mau makan
saat sedang sakit
 Mengizinkan baduta untuk sering
menyusui
 Asupan energi cukup, asupan
karbohidrat cukup, asupan
protein lebih, asupan lemak lebih
 Memberikan cemilan setiap hari
kepada baduta
Nama Pendidikan Positif Negatif
dan dan
Usia Pekerjaan
Ibu Ibu
 Memberikan perkataan dan sikap
positif, tidak memaksa makan
 Tidak menggunakan tekanan
fisik saat pemberian makan
 Selalu membantu dan mengawasi
anak makan
 Memberikan permainan saat anak
tidak mau makan
LS, Tamat SD,  Dukungan sosial  Tidak ASI eksklusif
tahun IRT  Mengizinkan baduta untuk  Asupan energi kurang,
mengendalikan proses menyusui asupan lemak kurang
 Lamanya periode menyusui  Jarang mencuci tangan
dengan ASI lebih dari enam sebelum menyiapkan
bulan makanan
 Tidak memaksa baduta makan
saat sudah kenyang
 Memberikan makan lebih sering
saat sedang sakit
 Mengizinkan baduta untuk sering
menyusui
 Asupan karbohidrat cukup,
asupan protein lebih
 Tidak pernah melewatkan waktu
makan
 Memberikan cemilan setiap hari
kepada baduta
 Sering mencuci tangan anaknya
saat mau makan
 Memberikan perkataan dan sikap
positif
 Tidak memaksa makan
 Tidak menggunakan tekanan
fisik saat pemberian makan
 Selalu membantu dan mengawasi
anak makan
 Memberikan permainan saat anak
tidak mau makan
L, Tidak tamat  Dukungan sosial  Tidak ASI eksklusif
tahun SD, IRT  Mengizinkan baduta untuk  Asupan protein kurang
mengendalikan proses menyusui  Tidak diberikan
 Lamanya periode menyusui cemilan setiap harinya
dengan ASI lebih dari enam  Tidak mencuci tangan
bulan sebelum menyiapkan
 Tidak memaksa baduta makan makanan
Nama Pendidikan Positif Negatif
dan dan
Usia Pekerjaan
Ibu Ibu
saat sudah kenyang  Tidak mencuci tangan
 Memberikan makan lebih sering baduta saat mau makan
saat sedang sakit
 Mengizinkan baduta untuk sering
menyusui
 Asupan energi cukup, asupan
karbohidrat cukup, asupan lemak
cukup
 Memberikan perkataan dan sikap
positif
 Tidak memaksa makan
 Tidak menggunakan tekanan
fisik saat pemberian makan
 Selalu membantu dan mengawasi
anak makan
 Memberikan permainan saat anak
tidak mau makan
S, Tamat SMP,  Dukungan sosial  Lamanya menyusui
tahun IRT  Mengizinkan baduta untuk dengan ASI hanya
mengendalikan proses menyusui hari
 Tidak memaksa baduta makan  Tidak ASI eksklusif
saat sudah kenyang  Jarang mencuci tangan
 Memberikan makan lebih sering baduta saat mau makan
saat sedang sakit
 Mengizinkan baduta untuk sering
menyusui
 Asupan energi lebih , asupan
karbohidrat lebih, asupan protein
lebih, asupan lemak cukup
 Tidak pernah melewatkan waktu
makan
 Memberikan cemilan setiap hari
kepada baduta
 Sering mencuci tangan sebelum
menyiapkan makan
 Memberikan perkataan dan sikap
positif
 Tidak memaksa makan
 Tidak menggunakan tekanan
fisik saat pemberian makan
 Selalu membantu dan mengawasi
anak makan
 Memberikan permainan saat anak
tidak mau makan
Nama Pendidikan Positif Negatif
dan dan
Usia Pekerjaan
Ibu Ibu
SS, Tamat SD,  Dukungan sosial  Tidak ASI eksklusif
tahun ART  Mengizinkan baduta untuk  Tidak mencuci tangan
mengendalikan proses menyusui sebelum menyiapkan
 Lamanya periode menyusui makanan
dengan ASI lebih dari enam  Tidak mencuci tangan
bulan baduta saat mau makan
 Tidak memaksa baduta makan  Tidak memberi
saat sudah kenyang perkataan yang positif
 Memberikan makan lebih sering seperti memuji saat
saat sedang sakit baduta makan
 Mengizinkan baduta untuk sering
menyusui
 Asupan energi cukup, asupan
karbohidrat cukup, asupan
protein lebih, asupan lemak lebih
 Tidak pernah melewatkan waktu
makan
 Memberikan cemilan setiap hari
kepada baduta
 Tidak menggunakan tekanan
fisik saat pemberian makan
 Selalu membantu dan mengawasi
anak makan
 Memberikan permainan saat anak
tidak mau makan
SR, Tamat SD,  Dukungan sosial  Tidak ASI eksklusif
tahun IRT  Mengizinkan baduta untuk  Tidak mencuci tangan
mengendalikan proses menyusui baduta saat mau makan
 Lamanya periode menyusui
dengan ASI lebih dari enam
bulan
 Tidak memaksa baduta makan
saat sudah kenyang
 Memberikan makan lebih sering
saat sedang sakit
 Mengizinkan baduta untuk sering
menyusui
 Asupan energi cukup, asupan
karbohidrat lebih, asupan protein
cukup, asupan lemak cukup
 Tidak pernah melewatkan waktu
makan
 Memberikan cemilan setiap hari
kepada baduta
 Sering mencuci tangan ibu
Nama Pendidikan Positif Negatif
dan dan
Usia Pekerjaan
Ibu Ibu
sebelum menyiapkan makan
 Memberikan perkataan dan sikap
positif, tidak memaksa makan
 Tidak memaksa makan
 Tidak menggunakan tekanan
fisik saat pemberian makan
 Selalu membantu dan mengawasi
anak makan
 Memberikan permainan saat anak
tidak mau makan
WA, Tamat  Dukungan sosial  Tidak ASI eksklusif
tahun SMK, IRT  Mengizinkan baduta untuk  Asupan protein kurang
mengendalikan proses menyusui  Tidak diberikan
 Lamanya periode menyusui cemilan setiap hari
 Tidak memaksa baduta makan  Tidak mencuci tangan
saat sudah kenyang sebelum menyiapkan
 Memberikan makan lebih sering makanan
saat sedang sakit  Tidak mencuci tangan
 Mengizinkan baduta untuk sering baduta saat mau makan
menyusui  Tidak memberi
 Asupan energi cukup, asupan perkataan yang positif
karbohidrat cukup, , asupan seperti memuji saat
lemak cukup baduta makan
 Tidak pernah melewatkan waktu
makan
 Memberikan cemilan setiap hari
kepada baduta
 Tidak menggunakan tekanan
fisik saat pemberian makan
 Selalu membantu dan mengawasi
anak makan
 Memberikan permainan saat anak
tidak mau makan
. BAB VI

BAB VI

PEMBAHASAN

Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa kekurangan diantaranya : ( ) dalam

mengukur takaran volume ASI untuk variabel asupan makanan peneliti melakukan

dengan cara mengasumsikan takaran volume ASI yang keluar setiap lima menit

menyusui, menurut Soetjiningsih ( ) jumlah ASI yang dihisap bayi pada lima menit

pertama adalah ± ml, limamenit kedua ± ml dan menit selanjutnya hanya ±

ml, sehingga kemungkinan bias terjadi karena volume ASI setiap ibu dalam lima menit

itu berbeda.

Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan faktor yang mendasari terjadinya deviasi positif.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa seluruh ibu baduta berstatus gizi baik dengan

status ekonomi di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor mendapatkan dukungan sosial

baik dari keluarga maupun lingkungan sosial.

. Keluarga

Berdasarkan penelitian Zeitlin ( ) ditemukan bahwa ibu yang lebih

teredukasi, pendapatan yang lebih, dan ibu yang melakukan ASI eksklusif

dikarenakan ibu menerima bantuan dalam pekerjaan rumah tangga dan suami ikut

melakukan perawatan pada anak. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Saragih

( ) yang menunjukkan bahwa informan menyatakan banyak mendapatkan


infomasi khususnya dalam penyusunan menu dari orang tua. Menurut Lapping

( ) dukungan sosial yang baik yang berhubungan dengan status gizi dengan

metode deviasi positif di Afganistan adalah ibu mendapatkan bantuan dalam

mengasuh anak dan mendapat dukungan dari keluarganya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu baduta berstatus gizi

baik dengan ekonomi miskin mendapatkan dukungan atau bantuan dari keluarga.

Tiga diantaranya hanya mendapat bantuan dari keluarga berupa menjaga baduta

tersebut saat ibu sedang melakukan pekerjaan rumah tangga. Adapun tiga ibu

tersebut mendapatkan dukungan keluarga dari suami dan nenek baduta.

Lima ibu baduta berstatus gizi baik dengan ekonomi miskin lainnya

mendapatkan bantuan dari keluarga tidak hanya dalam menjaga anak, tapi keluarga

juga membantu ibu seperti memandikan, menyuapi, atau membawa baduta ke

posyandu. Bahkan ada satu ibu baduta yang sudah bercerai dengan suaminya

namun mendapatkan bantuan dari keluarga berupa makanan saat ibu ditinggal

suami dan belum bekerja, dan saat ibu sudah bekerja sebagai asisten rumah tangga

keluarga pula yang mengasuh anaknya saat ibu sedang bekerja.

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh ibu baduta di dukung

oleh keluarganya, adapun anggota keluarga yang paling mendukung ibu adalah

ayah dan nenek baduta. Terdapat satu ibu yang sudah tidak memiliki suami, namun

mendapatkan dukungan keluarga yang lebih dari anggota keluarga yang lain.

Adapun bantuaan yang diberikan oleh keluarga untuk ibu baduta adalah materi

yaitu bisa berupa uang, makanan, ataupun keperluan lainnya, tenaga yaitu ibu

baduta mendapat bantuan dalam mengurus anak terutama saat pemberian makan.

Lokasi rumah antara anggota keluarga yang berdekatan menjadi faktor yang

mempermudah terjadinya dukungan keluarga


Dukungan sosial yang berasal dari keluarga merupakan faktor mendasar

terjadinya deviasi positif, yang artinya dukungan sosial mempengaruhi domain

lainnya yang berpengaruh terhadap deviasi positif, adapun domain yang

dipengaruhi oleh dukungan keluarga adalah karakteristik ibu dan kualitas

pemberian makan anak. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa seluruh ibu

mendapatkan dukungan sosial yang berasal dari keluarga, adapun ibu yang paling

didukung oleh keluarga adalah ibu SS yang memiliki usia paling tua yaitu tahun,

dan satu-satunya ibu yang memiliki pekerjaan lain selain ibu rumah tangga yaitu

sebagai asisten rumah tangga, dan satu-satunya ibu yang tidak memiliki suami.

Adapun dukungan sosial dari pihak keluarga yang diterima oleh ibu SS adalah

keluarga yang menanggung makan ibu SS dan badutanya selama ibu SS belum

mendapat pekerjaan sewaktu ditinggal pergi oleh suaminya. Hal tersebut

berhubungan dengan kualitas pemberian makan baduta ibu SS, diketahui bahwa

dukungan sosial yang berasal dari keluarga mempengaruhi kualitas pemberian

makan untuk domain pemberian MP-ASI yaitu baduta ibu SS diketahui memiliki

asupan energi yang cukup, asupan karbohidrat yang cukup, asupan protein yang

lebih dan asupan lemak yang lebih. Selain itu, setelah ibu SS mendapatkan

pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, keluarga ibu SS turut mendukung dengan

cara menjaga baduta ibu SS selama ibu SS sedang bekerja, yaitu dari pukul . -

. WIB. Hal tersebut mempengaruhi kualitas pemberian makan anak yaitu pada

domain pemberian MP-ASI diketahui bahwa baduta dari ibu SS tidak pernah

melewatkan waktu makannya walaupun ibu SS sedang bekerja, juga selalu

diberikan cemilan setiap hari, juga terdapat pada domain hubungan timbal balik

diketahui bahwa baduta ibu SS tidak pernah dibiarkan untuk makan sendiri

melainkan selalu dibantu baik disuapi atau diawasi.


Selain itu, terdapat dua ibu baduta yang mendapatkan dukungan lebih dari

orang tuanya. Adapun karakteristik dari kedua ibu tersebut adalah ibu yang

memiliki jumlah kehamilan kali, jumlah melahirkan kali, dan jumlah anak

orang. Adapun ibu yang memiliki karakteristik tersebut diketahui bahwa masih

tinggal satu rumah dengan orang tuanya, sehingga orang tua ibu bisa memberikan

dukungan sosial yang lebih dibandingkan dengan ibu lainnya. Adapun dukungan

sosial yang diterima oleh kedua ibu tersebut adalah orang tua ibu turut membantu

menjaga baduta saat ibu sedang ada pekerjaan rumah tangga, beberapa kali

membantu dalam memberikan makan, satu ibu mendapat bantuan berupa orang tua

ibu mengantar baduta nya untuk datang ke posyandu setiap bulannya, dan satu ibu

lainnya mendapat bantuan berupa beberapa kali mendapatkan makanan. Hal

tersebut mempengaruhi kualitas pemberian makan anak pada domain pemberian

MP-ASI diketahui bahwa kedua baduta tersebut tidak pernah melewatkan waktu

makannya, satu baduta selalu diberikan cemilan setiap harinya dimana cemilan

tersebut banyak berasal dari warungnya orang tua ibu, sementara satu baduta

lainnya belum diberikan makanan selingan setiap hari karena baru memakan bubur

bayi instan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial yang berasal dari keluarga

merupakan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya deviasi positif (baduta

berstatus gizi baik dengan status ekonomi miskin) di Desa Kota Batu Kecamatan

Ciomas Kabupaten Bogor tahun .

. Lingkungan sekitar

Dukungan lingkungan sekitar merupakan dukungan sosial yang diterima oleh

ibu yang bersal dari masyarakat sekitar, pemangku kebijakan setempat, ataupun

kader kesehatan. Di Negara berkembang pada tingkatan keluarga terjadi


peningkatan biaya yang lebih besar dan beban kekurangan gizi yang lebih tinggi

pada keluarga miskin yang hanya mendapatkan sedikit atau bahkan tidak

mendapatkan bantuan sama sekali dari lingkungan sosialnya (Unicef, ). Hal

tersebut sesuai dengan penelitian Saragih ( ) yang menunjukkan bahwa

informan menyatakan banyak mendapatkan infomasi khususnya dalam penyusunan

menu dari kader posyandu dan temannya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat dua ibu yang

mendapatkan bantuan dari lingkungan sekitar. Namun satu ibu hanya satu kali

mendapat bantuan tersebut, yaitu berupa pemberian makanan. Dan satu ibu lainnya

mendapat bantuan dari majikan tempat ibu bekerja berupa : uang tiap bulan untuk

pengasuh baduta selama ibunya bekerja lima jam sehari, makanan setiap harinya

berupa ayam atau sayuran.

Adapun bantuan dari pemerintah setempat adalah raskin. Seluruh ibu berhak

mendapatkan raskin, namun hanya tujuh ibu yang membeli raskin, satu ibu lainnya

tidak membeli raskin dengan alasan sudah terbiasa membeli beras di warung.

Namun, raskin tidak rutin ada setiap bulannya tergantung kapan datangnya raskin

di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas. Rata-rata kedatangan beras raskin di Desa

Kota Batu Kecamatan ciomas adalah dua sampai tiga bulan sekali. Adapun teknis

pemberitahuan beras raskin dilakukan oleh kader kesehatan setempat, kader akan

memberitahu dari pintu ke pintu keluarga yang memiliki status ekonomi miskin

bahwa hari ini terdapat beras raskin yang dapat dibeli dengan harga Rp .

untuk empat liter beras.

Dukungan sosial dari lingkungan sekitar merupakan faktor mendasar dari

deviasi positif. Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa seluruh ibu baduta

berstatus gizi baik dengan status ekonomi keluarga miskin mendapatkan dukungan
sosial dari lingkungan sekitarnya dalam hal ini adalah beras raskin. Namun satu ibu

tidak membeli beras raskin dikarenakan lebih menyukai beras yang dibeli di

warung. Hal tersebut sangat baik karna dapat meningkatkan kualitas pemberian

makan anak khususnya dalam domain pemberian MP-ASI diketahui bahwa enam

baduta memiliki asupan karbohidrat yang cukup dan dua baduta lainnya memiliki

asupan korbohidrat yang lebih. Dan diketahui pula bawa jenis makanan pokok

yang paling sering dikonsumsi oleh lima baduta adalah nasi dan tiga baduta lainnya

adalah bubur bayi.

Dalam penelitian ini, diketahui bahwa ibu yang paling didukung oleh

lingkungan sekitarnya adalah ibu SS dengan usia tertua diantara informan lainnya

yaitu tahun, dengan satu-satunya ibu yang tidak memiliki suami, dan satu-

satunya ibu yang memiliki pekerjaan lain selain ibu rumah tangga yaitu sebagai

asisten rumah tangga. Bantuan terhadap ibu SS diberikan oleh majikannya yang

berupa : diberikan makanan setiap harinya untuk ibu dan baduta yang dibawa

pulang oleh ibu SS, dan beras walaupun tidak diberikan secara rutin. Dukungan

yang berasal dari majikannya tersebut berpengaruh terhadap kualitas pemberian

makan anak yaitu dalam domainpemberian MP-ASI diketahui bahwa baduta dari

ibu SS memiliki asupan energi yang cukup, asupan karbohidrat yang cukup, asupan

protein yang lebih, dan asupan lemak yang lebih. Selain itu diketahui bahwa jenis

lauk-pauk yang paling sering dikonsumsi oleh baduta adalah ayam, dimana ayam

yang dikonsumsi oleh baduta tersebut hampir selalu berasal dari pemberian

majikan ibu SS.

Selain memberikan makanan dan bahan makanan, ibu SS juga diberikan uang

tambahan setiap bulannya dan diluar gajinya sebagai asisten rumah tangga untuk

membayarkan gaji pengasuh baduta selama ibu SS bekerja yaitu dari pukul . -
. , adapun pengasuh baduta ibu SS selama ibu SS sedang bekerja sebagai

asisten rumah tangga adalah adik kandung dari ibu SS itu sendiri. Hal tersebut

sangat baik karena anak tetap mendapatkan sosok keluarga dalam pemberian

makannya. Dalam penelitian ini diketahui bahwa baduta ibu SS tidak pernah

melewatkan waktu makannya, di pagi hari baduta diberikan makan oleh ibu SS dan

disusui, siang hari saat ibu SS bekerja baduta diberikan makan oleh adik ibu SS

dan adik ibu SS tersebut juga masih memiliki ASI sehingga saat siang hari jika

baduta ingin menyusui maka susu tersebut berasal dari adik ibu SS, dan malam hari

baduta kembali diberi makan dan susu oleh ibu SS.

Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial yang berasal dari

lingkungan sekitar merupakan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya deviasi

positif (baduta berstatus gizi baik dengan status ekonomi miskin) di Desa Kota

Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun .

Karakteristik Ibu

Kemampuan ibu

Berdasarkan Zeitlin ( ) karakteristik ibu berpengaruh terhadap deviasi

positif yaitu kemampuan ibu dalam menyelesaikan masalah dengan bertanggung

jawab. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu mampu melakukan

perawatan anak berupa pemberian makan, pekerjaan rumah dan pekerjaan diluar

rumah

Seluruh ibu merasa sangat terbantu walaupun hanya dibantu menjaga

anaknya sehingga ibu tersebut mampu melakukan pekerjaan rumah lainnya, ataupun

dibantu hanya saat sedang sakit saja, sehingga mereka tetap bisa memberikan

perawatan anak berupa pemberian makan yang baik kepada anaknya, seperti satu
ibu yang sedang sakit dan tidak mempu memberikan susu secara langsung maka ibu

tersebut memerah air susu nya dan meminta tolong nenek dari baduta untuk

memberikan ASI tersebut dengan menggunakan sendok dan gelas.

Dan terdapat satu ibu yang memiliki pekerjaan diluar rumah sebagai asisten

rumah tangga tetap mampu melakukan pemberian makan dengan baik dikarenakan

anaknya diasuh oleh adik nya selama ibu tersebut bekerja, sementara majikan ibu

tersebut memberikan uang lebih setiap bulannya untuk adik yang mengasuh baduta

tersebut. Dan pekerjaan rumahnya berkurang dikarenakan tidak perlu memasak lagi

setelah pulang bekerja disebabkan oleh, ibu tersebut hampir setiap hari diberikan

lauk matang oleh majikannya untuk makan malam ibu dan anak-anaknya.

Terdapat pula dua Ibu yang masih tinggal bersama orang tua. Kedua ibu

tersebut merupakan informan termuda yang berisia tahun dan tahun serta baru

memiliki satu orang anak. Kedua ibu tersebut merasa bahwa bantuan dari ibunya

membuat mereka lebih mampu dalam memberikan perawatan anak yang baik

karena banyak dibantu oleh ibu mereka yang lebih berpengalaman dan dalam

menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya merekapun terbantu dikarenakan bisa

bergantian dalam menjaga baduta selama ibu tersebut menyelesaikan pekerjaan

rumah.

Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan yang berasal dari keluarga

maupun yang berasal dari lingkungan sekitar sangat mempengaruhi kemampuan ibu

dalam melakukan perawatan anak dalam hal pemberian makan yang baik, dan

dalam mengerjakan pekerjaan rumah, serta pekerjaan di luar rumah yang

menghasilkan sekalipun. Dukungan terkecilpun seperti membantu menjaga baduta

dirasakan sangat membantu ibu terutama dalam kemampuan ibu untuk

menyelesaikan pekerjaan rumah.


Motivasi ibu

Menurut Zeitlin ( ) sikap dan perilaku ibu baik ketidakberdayaan,

kepasrahan, rasa tanggung jawab, dan giat akan berdampak pada kamampuan ibu

untuk menyelesaikan kesulitaan. Perilaku-perilaku tersebut berinteraksi dengan

motivasi ibu untuk merawat anak khususnya dalam pemberian makan. berdasarkan

hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu memiliki motivasi yang baik dalam

melakukan perawatan anak dalam hal pemberian makan. seluruh ibu memiliki

motivasi karna perasaan sayang terhadap anak dan lebih mengutamakan anak.

Seluruh ibu memiliki keinginan untuk anaknya tetap sehat dan berharap

anaknya menjadi anak yang pintar dan berhasil dikemudian hari. Selain itu, terdapat

pula ibu yang pernah kehilangan anaknya karena meninggal karena sakit sehingga

merasa lebih perlu menjaga anaknya yang sekarang dengan lebih baik lagi. Terdapat

dua ibu yang baru pertama kali memiliki anak, sehingga ibu memiliki perasaan yang

sangat bahagia terhadap kelahiran anak pertamanya, hal tersebut ditambah dukungan

moril maupun bantuan lainnya dari orang tua sang ibu yang membuat ibu lebih

termotivasi dalam merawat anaknya.

Selain itu, terdapat satu ibu yang sudah tidak memiliki suami. Ibu tersebut

merasa lebih termotivasi dikarenakan ibu tersebut menganggap bahwa tanggung

jawab anaknya sekarang sepenuhnya berada pada dirinya, juga pada tanggung jawab

dalam mengahasilkan materi, hal tersebut membuat sang ibu tidak mengandalkan

orang lain untuk keluarganya. Hal tersebut semakin baik dikarenakan terdapat

dukungan yang besar dari pihak keluarga sang ibu, baik saat sebelum ibu

mendapatkan pekerjaan, maupun setelah sang ibu mendapatkan pekerjaan. Saat belum

mendapatkan pekerjaan, makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh ibu dan anaknya
berasal dari keluarganya. Sedangkan setelah mendapatkan pekerjaan pihak keluarga

membantu dalam merawat baduta ibu tersebut selama ibu sedang bekerja. Hal tersebut

lebih memotivasi ibu yang telah ditinggal pergi oleh suaminya untuk tetap

bertanggung jawab dalam merawat anaknya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa selain faktor dalam diri ibu seperti perasaan

sayang, keinginan untuk anak tetap sehat, tetapi faktor dukungan sosial dapat

mempengaruhi motivasi ibu menjadi lebih besar lagi dalam merawat badutanya,

khususnya dalam pemberian makan.

Kualitas Pemberian Makan

Interaksi saat menyusui

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa domain yang paling dominan

dalam interaksi saat menyusui adalah domain lamanya periode menyusui.

Diketahui bahwa tujuh dari delapan ibu baduta masih memberikan ASI hingga

penelitian berlangsung, yang artinya tujuh ibu memberikan ASI hinnga anak

berusia lebih dari bulan.

. Mengizinkan baduta untuk mengendalikan puting atau dot baik memasukan atau

mengeluarkannya

Proses pemberian ASI bukan hanya cara untuk memenuhi kebutuhan

makanan bayi, akan tertapi proses pemberian ASI juga dapat memenuhi

kebutuhan psikologis dan kebutuhan sosial bayi. ASI memberi manfaat tidak

hanya untuk bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Proses pemberian ASI dapat

memberikan dampak positif hingga bayi tersebut dewasa. ASI dapat

menumbuhkan rasa percaya diri anak, karena anak melihat sekelilingnya sebagai
tempat yang aman dan nyaman untuk bereksplorasi. Tidak hanya itu, pemberian

ASI dapat meningkatkan pertumbuhan anak menjadi anak yang penuh kasih

saying dan pandai bergaul. Hal tersebut dikarenakan sejak lahir anak sudah

diperkenalkan dengan apa yang disebut kasih sayang melalui suara lembut dan

sentuhan ibu saat bayi sedang disusui (Damayanti. )

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh ibu mengizinkan anaknya

untuk mengendalikan puting atau dot, baik memasukannya (memulai menyusui)

atau pun melepaskannya (mengakhiri proses menyusui). Berdasarkan hasil

observasi, seluruh ibu mengizinkan badutanya untuk mengendalikan masuk dan

keluar nya puting atau dot, tidak memaksa atau menjejalkan puting ataupun dot

dan juga tidak melepaskannya secara paksa, melainkan atas kehendak anak itu

sendiri. Dengan kata lain seluruh ibu mengizinkan baduta untuk mengendalikan

kapan mulai dan berhentinya proses menyusui.

Adapun alasan ibu mengizinkan badutanya untuk mengendalikan puting atau

dot adalah karena apabila ibu memulai ataupun menghentikan proses menyusui

secara paksa maka anak akan menolak dan menangis. Untuk itu ibu mengizinkan

anak untuk mengendalikan proses menyusui baik memulainya ataupun

mengakhirinya.

Mengizinkan anak untuk mengendalikan proses menyusui menjadi penting

dikarenakan anak dapat memulai menyusui kapanpun saat anak lapar atau berhenti

saat anak sudah kenyang. Sehingga kebutuhan asupan makannya bisa mencukupi

karena mengkonsumsi susu yang cukup pula. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil

penelitian yang menunjukan bahwa seluruh baduta paling banyak yang memiliki

asupan energi yang cukup yaitu , dan tidak terdapat baduta yang memiliki
asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein asupan lemak yang sangat

kurang.

Hal tersebut menunjukan bahwa dalam penelitian ini pengendalian proses

menyusui oleh anak merupakan faktor yang berpengaruh terhadap deviasi positif

(baduta berstatus gizi baik dengan status ekonomi keluarga miskin) di Desa Kota

Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

. Lamanya periode menyusui anak dengan menggunakan ASI

Telah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa pemberian ASI dapat

menurunkan resiko kematian bayi. Namun belum diketahui bagaimana pengaruh

durasi pemberian ASI terhadap ketahanan hidup anak. Berdasarkan penelitian

Nurmiati ( ) yang dilakukan dengan menggunakan data sekunder SDKI -

diketahui bahwa durasi pemberian ASI sangat berpengaruh terhadap

ketahanan hidup bayi di Indonesia. Bayi yang disusui dengan durasi bayi yang

disusui dengan durasi enam bulan atau lebih memiliki ketahanan hidup , kali

lebih baik daripada bayi yang disusui dengan durasi kurang dari empat bulan. Dan

bayi yang disusui dengan durasi empat hingga lima bulan memiliki ketahanan

hidup , kali lebih baik dari pada bayi yang disusui kurang dari empat bulan.

Sedangkan Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa tujuh dari delapan

ibu baduta berstatus gizi buruk dengan status ekonomi miskin memberikan ASI

sejak awal kelahiran hingga saat penelitian ini berlangsung, adapun rata-rata usia

baduta informan penelitian adalah , bulan. Namun tidak semua ibu yang ASI

nya langsung keluar, terdapat dua ibu yang baru bisa memberikan ASI kepada

anaknya setelah tiga hari pasca melahirkan.


Selain itu terdapat satu ibu yang hanya memberikan ASI selama dua belas hari

setelah melahirkan. Hal tersebut dikarenakan ibu mencoba memberikan susu

formula kepada sang bayi, sehingga bayi tersebut lebih menyukai susu formula dan

tidak mau lagi meminum ASI. Adapun karakteristik ibu yang hanya memberikan

ASI selama dua belas hari adalah ibu tersebut merupakan informan termuda yaitu

berusia tahun, memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, mempunyai satu

anak yang berusia bulan, baru pertama kali mengalami kehamilan dan

melahirkan serta keluarga memperbolehkan untuk tidak diberikan ASI yang artinya

tidak adanya dukungan yang berarti dari pihak keluarga untuk memberikan ASI

lebih banyak.

Adapun hal yang dilakukan oleh ibu dan keluarga untuk mengatasi anak yang

tidak mau minum ASI sejak dua belas hari kelahiran adalah diberikan susu formula

bubuk, keluarga mementingkan untuk membeli susu bubuk untuk anak

dibandingkan kebutuhan yang lain, namun karena faktor ekonomi sehingga dalam

beberapa bulan terakhir susu bubuk diganti dengan susu kental manis, banyaknya

anak mengkonsumsi susu kental manis adalah dua kaleng dalam tiga hari dan

frekuensi makan anak dalam sehari adalah sebanyak empat kali.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rachmadewi ( ) yang dilakukan

pada bayi usia - bulan diketahui bahwa hampir seluruh ibu yang tinggal di

pedesaan dan perkotaan masih memberikan ASI sampai saat penelitian dilakukan.

Menurut Lapping ( ) pemberian makan yang baik untuk meningkatkan status

gizi anak di Afganistan adalah intensitas menyusui sampai dua tahun. Selain itu,

berdasarkan hasil penelitian Masithah ( ) diketahui bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara pemberian ASI dengan status gizi anak batita di desa Mulya

Harja.
Hal tersebut mununjukkan ASI merupakan asupan yang sangat penting untuk

tumbuh kembang baduta. Sehingga perlunya dorongan dari segala pihak untuk

mendukung ibu memberikan ASI, dan sebaiknya ibu melanjutkan memberikan ASI

hingga anak berusia bulan. Adapun jika anak sudah terlanjur tidak mau minum

ASI ataupun ibu tidak dapat mengeluarkan ASI maka berdasarkan hasil penelitian

perlunya mengutamakan baduta mendapatkan susu formula sebagai pengganti ASI

dan perlunya dukungan dari seluruh pihak keluarga untuk mendukung dalam

mementingkan pembelian susu formula.

. ASI eksklusif selama enam bulan

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sejak bayi lahir hingga

usia bulan tanpa diberikan makanan atau minuman lain selain ASI (Depkes.

). Berdasarkan hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun

diketahui bahwa cakupan ASI eksklusif pada bayi - bulan sebesar dan

kemudian meningkat menjadi pada tahun (SDKI & ).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh baduta berstatus gizi

baik dengan status ekonomi miskin tidak diberikan ASI eksklusif selama enam

bulan. Adapun alasan gagalnya ASI eksklusif di lokasi penelitian disebabkan oleh

makanan pralakteal terjadi pada . ibu baduta berstatus gizi buruk dengan

status ekonomi miskin. Makanan atau minuman pralakteal adalah pemberian

makanan atau minuman kepada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar, sehingga

bayi telah diberikan makanan atau minuman sebelum ASI ibu keluar (Fikawati,

). Sedangkan . lainnya memberikan makanan atau minuman kepada

anaknya sebelum anakanya genap enam bulan yaitu mulai dari dua belas hari

hingga empat bulan usia anak.


Adapun cara ibu untuk mengatasi anak yang tidak ASI eksklusif adalah

dengan memanjangkan periode pemberian ASI, diketahui bahwa tujuh dari delapan

ibu masih memberikan ASI hingga saat penelitian berlangsung, hal tersebut

menjukkan bahwa ibu masih memberikan ASI hingga anak berusia lebih dari enam

bulan. Selain itu seluruh ibu tidak pernah menunda saat anak ingin minum ASI

atau susu formula. Dan terdapat dukungan dari keluarga jika ibu tidak bisa

memberikan ASI karena sakit, sehingga ASI akan di pompa dan anggota keluarga

yang lain yang akan memberikan ASI kepada baduta dengan menggunakan gelas

dan sendok.

Berdasarkan penelitian Rachmadewi ( ) diketahui bahwa presentase

praktek pemberian ASI eksklusif lebih banyak dilakukan oleh ibu yang tinggal di

pedesaan, yaitu sebesai . sementara presentase praktek pemberian ASI

eksklusif yang dilakukan oleh ibu yang tinggal di perkotaan adalah . . tidak

terdapat perbedaan yang bermakna antara praktek pemberian ASI eksklusif di

pedesaan dan perkotaan dengan p value : . . alasan terbanyak ibu yang tinggal

di pedesaan untuk memberikan ASI eksklusif adalah anjuran dari bidan yaitu

sebesar . . sementara alasan terbanyak ibu yang tinggal di perkotaan untuk

memberikan ASI eksklusif adalah ibu mengetahui bahwa ASI merupakan makanan

terbaik untuk bayi dengan presentasi sebesar . .

Berdasarkan penelitian Fikawati, ( ) yang dilakukan pada empat

kabupaten di Propisi Jawa Barat dan empat Propinsi di Jawa Timur diketahui

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai dengan empat bulan adalah

sebesar , . Selain itu, ditemukan bahwa gagalnya pemberian ASI secara

eksklusif sampai emapt bulan dimulai sejak tiga hari pertama setelah kelahiran,
faktor utama gagalnya pemberian ASI eksklusif selama empat bulan adalah

dikarenakan ibu sudah memberikan makanan atau minuman pralakteal.

Sedangkan penelitian Thaha ( ) yang dilakukan di Sulawesi Selatan

menunjukkan hasil yang serupa, ibu memberikan makanan atau minuman pralektal

sebesar dan umumnya yang diberikan adalah air putih dan madu .

Menurut Lapping ( ) yang menyebutkan bahwa ASI eksklusif selama enam

bulan merupakan perilaku pemberian makan anak yang baik dan berhubungan

dengan meningkatkan status gizi anak di Afganistan.

Berdasarkan penelitian Rachmadewi ( ) diketahui bahwa ibu yang tinggal

di perkotaan memiliki paparan informasi yang lebih banyak mengenai ASI

eksklusif ibu yang tinggal di pedesaan, hal tersebut karna ibu di perkotaan

memiliki presentasisumber media yang lebih beragam yaitu petugas kesehatan,

keluarga, kader posyandu, teman, tetangga, media cetak, TV, internet dan buku.

Semetara ibu di pedesaan sumber informasinya hanya bersumber dari petugas

kesehatan, keluarga, kader posyandu, buku dan paraji. Berdasarkan penelitian

Anggorowati ( ) diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi, dengan p value =

, .

Untuk itu, perlunya dukungan dari segala pihak terutama dukungan dari

keluarga agar ibu bisa memberikan ASI eksklusif selama enam bulan. Selain itu,

dikarenakan seluruh informan tidak memberikan ASI eksklusif maka perlu adanya

penyuluhan mengenai pentingnya ASI eksklusif di desa Kota Batu Kecamatan

Ciomas Kabupaten Bogor. Dan apabila anak sudah terlanjur tidak ASI eksklusif

maka berdasarkan hasil penelitian diketahui sebaiknya ibu memanjangkan periode


menyusui yaitu lebih dari enam bulan, dan tidak menunda saat anak ingin

menyusui.

Pengendalian jadwal makan

Berdasarkan hasil penelitian diketahu bahwa domain yang paling dominan

dalam pengendalian jadwal makan adalah domain mengizinkan baduta untuk

lebih sering menyusui. Diketahui bahwa seluruh ibu mengizinkan badutanya

untuk menyusui, sekalipun ibu sedang lelah atau bahkan sedang sakit.

. Tidak memaksa baduta untuk makan saat sedang mengantuk atau sudah kenyang

Menurut Ha ( ) macam-macam tipe perkataan yang diberikan pengasuh

pada anak diantaranya saat pemberian makan adalah tidak memaksa untuk makan

dengan p value . untuk kelompok usia bulan dan p value . untuk

kelompok usia bulan, tidak memerintah atau mengancam dengan p value .

untuk kelompok usia bulan dan p value . untuk kelompok usia bulan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu baduta berstatus gizi

baik dengan status ekonomi miskin tidak memaksa anaknya untuk makan saat

sedang mengantuk. Ha; itu dikarenaka seluruh ibu tidak mempunyai jadwal

makan yang ketat untuk anaknya, sehingga ibu tidak memaksa anak untuk makan

saat sedang mengantuk. Bagi ibu yang terpenting anak tidak meninggalkan waktu

makan beratnya, namun tidak ada aturan jam yang mengikat, sehingga anak bisa

makan kapapnpun saat dia menginginkannya. Selain itu, berdasarkan hasil

wawancara diketahui bahwa seluruh ibu tidak memaksa anak makan saat sudah

kenyang. Adapun alasan dua dari delapan ibu tidak memaksa anaknya makan saat

sudah kenyang adalah karena takut anaknya akan sakit perut atau muntah.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sirajuddin ( ). Berdasarkan

penelitian tersebut diketahui bahwa efek pendekatan deviasi positif terhadap

status pertumbuhan pada anak balita pada praktik pemberian makan pada anak,

ibu yang memiliki anak gizi baik tidak mementingkan waktu makan, sehingga

anak bisa makan kapan saja saat dia menginginkannya

Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan, dimana diketahui bahwa dalam

dua kali pengamatan terdapat tujuh ibu yang berperilaku sesuai dengan apa yang

dikatakannya saat wawancara, yaitu tidak memaksa baduta untuk makan saat

sudah kenyang. Dan terdapat satu ibu pada pengamatan kedua yang sedikit

memaksa saat anak tidak memakan habis makanannya. Namun, ibu tersebut

hanya sedikit memaksa dan kemudian membiarkan anaknya tidak menghabiskan

makananya, pada saat itu anak disuapi bukan oleh ibunya melainkan adik

kandung sang ibu yang sedang mengasuh anaknya, hal tersebut terjadi

dikarenakan ibu sedang bekerja sebagai asisten rumah tangga.

. Memberikan makan yang lebih sering saat baduta sedang sakit

Asupan makan dan penyakit infeksi merupakan faktor penyebab langsung

terjadinya kekurangan gizi. Seorang anak yang mengalami malnutrisi, akan

mengalami gangguan resistensi terhadap penyakit, lalu jatuh sakit, dan status gizi

semakin memburuk dan terus berulang hingga terjadi perbaikan dalam asupan

makan dan penanganan penyakit infeksi yang baik (UNICEF, )

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tiga baduta tetap mau makan dan

minum susu seperti biasa walaupun sedang sakit, sehingga ibu tidak kesulitan

untuk memberikan makan saat anak sedang sakit. Dua baduta lainnya sulit untuk

makan saat sakit, tetapi tetap mau minum susu seperti biasa. Sehingga ibu

memberikan susu lebih banyak saat anak sedang sakit. Satu baduta tidak mau
minum susu saat sedang sakit, tetapi tetap mau makan seperti biasa. Sehingga ibu

memberikan makan lebih banyak sebagai pengganti susu. Dua baduta lainnya sulit

untuk makan dan minum susu saat sakit, ibu memberikan makan sedikit-sedikit

kepada baduta nya, satu ibu sedikit memaksa anak untuk makan saat sedang sakit

dan satu ibu memberikan makan yang banyak saat sore hari karena saat sakit anak

baru mau makan pada sore hari.

Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa seluruh ibu memberikan anak

makan atau minum susu lebih banyak saat anak sedang sakit. Adupun jika anak

tidak mau makan atau tidak mau minum susu maka ibu akan mencari celah apa

yang anak bisa konsumsi lebih banyak saat sedang sakit. Ibu juga memperhatikan

waktu kapan anak lebih lahap untuk makan atau minum susu saat anak sedang

sakit.

Hal tersebut sesuai dengan domain pemberian MP-ASI, diketahui bahwa

seluruh baduta tidak pernah melewatkan waktu makannya meskipun sedang sakit.

Adapun dua baduta yang pernah melewatkan waktu makannya alasannya bukan

karna baduta itu sedang sakit. Namun, satu baduta memang hanya makan pagi dan

sore sehinnga tidak pernah makan siang. Dan satu baduta lainnya melewatkannya

karna sudah kenyang memakan cemilan dari jajanan tetapi itu sangat jarang.

Karena ibu selalu sigap dalam praktek pemberian makan bahkan saat anak sedang

sakit, maka asupan makanannyapun dapat terpenuhi. Hal tersebut ditunjukan dari

tidak adanya anak yang memiliki asupan sangat kurang baik pada asupan energi,

asupan karbohidrat, asupan protein dan asupan lemaknya.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Lapping ( ). Menurut Lapping

( ) pemberian makan yang baik dalam meningkatkan status gizi anak di

Afganistan adalah ibu meningkatkan asupan ASI selama anak sakit dengan p
value < . , dan anak diberikan makan lebih banyak selama anak sakit dan masa

pemulihan dengan p value < . .

Dan berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seluruh baduta tidak ada

yang pernah menderita penyakit menular, penyakit tidak menular ataupun

penyakit bawaan yang parah. Adapun jenis penyakit yang dialami baduta dalam

penelitian ini adalah : panas, rewel, batuk, pilek, sariawan. Penyakit itu timbul

saat baduta ingin tumbuh gigi atau sehabis imunisasi.

. Mengizinkan baduta untuk lebih sering menyusui

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu baduta berstatus gizi

baik dengan status ekonomi miskin mengizinkan anaknya untuk sering menyusui,

bahkan saat ibu sedang lelah sekalipun. Bahkan ada satu ibu yang saat sakit, tidak

bisa duduk sehingga tidak bisa memberikan ASI secara langsung. Ibu tersebut

tetap memerah ASI nya ke gelas dan meminta tolong nenek baduta tersebut untuk

memberikan ASI kepada baduta dengan menggunakan sendok. Dan terdapat satu

ibu yang bekerja dimulai dari pukul . - . , maka apabila baduta tersebut

ingin minum susu pada saat ibu sedang bekerja, maka sang pengasuh baduta yang

merupakan adik kandung sang ibu yang memberikan ASi, karena adik ibu

tersebut juga memiliki balita.

Adapun rata-rata frekuensi baduta mengkonsumsi susu dalam sehari adalah

sekitar - kali dengan lama durasi menyusui rata-rata sebanyak lima hingga

sepuluh menit. Dalam penelitian ini seluruh informan selalu mengizinkan baduta

untuk menyusui kapanpun baduta tersebut menginginkannya. Walaupun ibu

sedang lelah, masih ada pekerjaan yang lain, atau saat ibu sakit. Hal tersebut

menunjukkan bahwa ibu lebih mementingkan asupan susu kepada anaknya

dibandingkan hal lainnya.


Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rachmadewi ( ) yang dilakukan

pada bayi usia - bulan diketahui bahwa seluruh ibu yang tinggal di daerah

pedesaan memberikan ASI setiap kali bayi memintanya, sedangkan di perkotaan

waktu pemberian ASI lebih bervariasi.

Hal tersebut sesuai dengan domain interaksi saat menyusui, dimana diketahui

bahwa seluruh ibu mengizinkan badutanya untuk mengendalikan masuk dan

keluarnya puting atau dot. Dengan kata lain diketahui bahwa seluruh baduta daoat

mengendalikan proses menyusui baik saat baduta ingin memulainya, dan saat

mengakhiri proses menyusui. Semua itu dikendalikan oleh baduta. Sehingga

baduta bisa lebih sering menyusui sesuai keinginannya. Namun ibu tidak

memaksa badutanya saat sudah kenyang. Hal tersebut dapat terlihat dari domain

pengendalian makan yaitu seluruh ibu tidak memaksa badutanya untuk makan

atau menyusui saat baduta tersebut sudah kenyang.

Berdasarkan hal diatas, maka diketahui bahwa seluruh ibu mengizinkan

badutanya untuk lebih sering menyusui. Dan pentingnya dukungan dari pihak

keluarga dalam membantu ibu yang tidak bisa memberikan susu secara langsung

kepada anak saat anak menginginkannya dikarenakan ibu sedang sakit atau

sedang bekerja.

Pemberian MP-ASI

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa domain yang paling dominan

dalam pemberian MP-ASI adalah domain asupan makan yang terdiri dari asupan

energi, asupan karbohidrat, asupan protein dan asupan lemak, dimana dalam

penelitian ini diketahui bahwa seluruh baduta tidak ada yang memiliki asupan

makan yang sangat kurang meskipun berasal dari keluarga ekonomi miskin.
Berdasarkan hasil penelitian Masithah ( ) diketahui bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara pemberian MP-ASI dengan status gizi anak batita

di desa Mulya Harja. Tidak memadainya asupan makanan merupakan penyebab

langsung terjadinya gizi buruk.

. Asupan Energi

Menurut Marsh ( ) pemberian makan anak diukur melalui kuantitas

konsumsi makanan. Berdasarkan Balitbangkes ( ) asupan energi dikatakan

sangat kurang jika asupanya kurang dari angka kecukupan energi per hari,

asupan energi dikatakan kurang jika asupan energinya antara hingga kurang

dari angka kecukupan energi per hari, asupan energi dikatakan cukup jika

asupan energinya - dari angka kecukupan energi per hari, asupan enegi

dikatakan lebih jika asupan energinya lebih dari dari angka kecukupan

energi per hari

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak baduta

berstatus gizi baik dengan status ekonomi miskin memiliki asupan energi yang

cukup, , baduta dengan asupan energi yang kurang, dan . baduta

dengan asupan energi yang lebih. Adapun karakteristik ibu dari baduta yang

memiliki asupan energi kurang yaitu ibu dengan usia tahun, pendidikan

terakhir taman SD, bekerja sebagai ibu rumah tangga, tidak memiliki riwayat

penyakit dalam enam bulan terakhir, memiliki jumlah kehamilan sebanyak kali,

melahirkan sebanyak kali, memiliki orang anak dengan jarak kelahiran

bulan. Dan ibu mendapat dukungan dari keluarga yang berasal dari suaminya dan

mertuanya dalam menjaga baduta tersebut saat ibu sedang melakukan pekerjaan

rumah tangga. Dan ibu mendapat dukungan dari lingkungan sekitar berupa beras
raskin. Namun ibu tersebut tidak pernah membeli beras raskin karna sudah

terbiasa membeli beras di warung.

Adapun satu baduta yang memiliki asupan energi yang kurang

dikarenakan memiliki asupan energi sebanyak . dari kebutuhan asupan

dalam sehari, hal tersebut terjadi karena baduta tersebut terkadang sulit untuk

makan terutama saat sedang sakit. Dan dua minggu sebelum penelitian balita

tersebut sakit sariawan sehingga membuatnya sedikit sulit untuk makan. Namun

ibu selalu mempunyai cara agar anaknya tetap mau makan dengan cara diajak

main, atau memperhatikan waktu kapan anak paling lahap untuk makan.

Sedangkan satu baduta yang memiliki asupan energi yang lebih dikarenakan

baduta tersebut gemar sekali mengkonsumsi susu formula, dikarenakan sejak

hari kelahiran baduta tersebut sudah tidak meminum ASI. Pada awalnya baduta

tersebut meminum susu bubuk. Namun karna alasan ekonomi sekitar dua bulan ini

susu baduta tersebut diganti dengan susu kental manis. Dan dalam dua hari baduta

tersebut bisa menghabiskan tiga kaleng susu kental manis.

Berdasarkan penelitian Kartika ( ) yang dilakukan pada keluarga

miskin dan tidak miskin diketahui asupan energi keluarga miskin - kali lebih

rendah dari keluarga tidak miskin. Sedangkan berdasarkan penelitian Sakti ( )

diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah konsumsi

energi dengan status gizi anak (BB/U) dengan p value = , .

Asupan energi yang cukup pada penelitian ini sesuai dengan hasil

gambaran asupan makan lainnya, diketahui bahwa seluruh baduta tidak ada yang

memiliki asupan makan sangat kurang baik pada asupan karbohidrat, asupan

protein dan asupan lemak. Selain itu pada domain pengendalian jadwal makan.
diketahui bahwa enam dari delapan baduta tidak pernah melewatkan waktu

makannya, satu baduta selalu melewatkan makan siangnya, dan satu baduta sangat

jarang melewatkan waktu makannya. Selain itu diketahui bahwa seluruh ibu

mengizinkan badutanya untuk lebih sering menyusui, sekalipun ibu sedang dalam

kondisi lelah, ataupun sakit. Dan seluruh ibu mengalami baduta yang susah makan

saat sedang sakit selalu mencari cara agar bagaimana baduta tersebut tetap mau

makan atau menyusui.

. Asupan Karbohidrat

Berdasarkan Balitbangkes ( ) diketahui bahwa asupan karbohidrat

dikatakan sangat kurang jika asupan karbohidratnya kurang dari dari angka

kecukupan karbohidrat per hari, asupan karbohidrat dikatakan kurang jika asupan

karbohidratnya antara hingga kurang dari dari angka kecupan

karbohidrat per hari, asupan karbohidrat dikatakan cukup jika asupan

karbohiratnya antara hingga dari angka kecukupan karbohidrat per hari,

asupan karbohidrat dikatakan lebih jika asupan karbohidratnya lebih dari

dari angka kecukupan karbohidrat per hari.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin memiliki asupan karbohidrat yang cukup, dan

lainnya memiliki asupan karbohidrat yang lebih. Adapun satu baduta yang

memiliki asupan karbohidrat yang lebih karenakan memiliki konsumsi susu kental

manis yang tinggi, yaitu sebanyak kaleng dalam tiga hari. Sedangkan satu

baduta lainnya memiliki asupan karbohidrat yang lebih dikarenakan

mengkonsumsi jenis karbohidrat yang beragam seperti nasi, bubur nasi, dan bubur

instan bayi dalam satu hari.


Adapun jenis makanan pokok yang merupakan sumber karbohidrat yang

paling sering dikonsumsi oleh baduta adalah nasi kemudian bubur bayi instan.

Selain itu, cukupnya asupan karrbohidrat pada anak tidak lepas dari kualitas

pemberian makan ibu yang ditunjukan oleh domain interaksi menyusui. Diketahui

bahwa seluruh ibu mengizinkan badutanya untuk mengendalikanproses menyusui,

kapan memulai dan kapan mengakhirnya. Selain itu pada domain pengendalian

makan diketahui bahwa seluruh ibu berusaha tetap mencukupi asupan makan

badutanya meskipun baduta tersebut mengalami kesulitan makan saat sedang

sakit. Dan ibu mengizinkan baduta untuk lebih sering menyusui meskipun kondisi

ibu sedang lelah atau sakit.

. Asupan Protein

Berdasarkan Balitbangkes ( ) diketahui bahwa asupan protein dikatakan

sangat kurang jika asupan proteinnya kurang dari dari angka kecukupan

protein per hari, asupan protein dikatakan kurang jika asupan proteinnya antara

hingga kurang dari dari angka kecukupan protein per hari, asupan protein

dikatakan cukup jika asupan proteinnya antara hingga dari angka

kecukupan protein per hari, dan asupan protein dikatakan lebih jika asupan

proteinnya lebih dari dari angka kecukupan protein per hari.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak . baduta

berstatus gizi baik dengan status ekonomi miskin memiliki asupan protein yang

lebih, . baduta memiliki asupan protein yang cukup dan lainnya

memiliki asupan protein yang kurang. Sebanyak lima baduta memiliki asupan

protein yang kurang. Hal tersebut dikarenakan baduta menyukai lauk-pauk yang

mengandung protein, namun lauk-pauk tersebut merupakan lauk-pauk yang

harganya relative terjangkau seperti : tempe, tahu, telur, dan ayam. Adapun dua
baduta yang memiliki konsumsi protein yang kurang hal tersebut disebabkan oleh

kedua baduta tersebut hanya mengkonsumsi bubur instan bayi dan belum banyak

mengkonsumsi makanan-makanan lain, ibu dari kedua baduta memberikan

makanan selain bubur instan hanya bersifat pengenalan makanan untuk baduta

belum sebagai makanan utamanya.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Siswantoro ( ) mengenai faktor-

faktor penyimpangan positif status gizi balita suku dawan di Timor Tengah Utara

Propinsi Nusa Tenggara Timur ditemukan bahwa seluruh balita gizi baik

mempunyai tingkat konsumsi protein lebih dari AKG.

Hal tersebut berbeda dari penelitian Kartika ( ) yang dilakukan pada

keluarga miskin dan tidak miskin diketahui bahwa asupan protein pada keluarga

miskin - kali lebih rendah daripada keluarga tidak miskin. Berdasarkan

penelitian Sakti ( ) diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara jumlah konsumsi protein dengan status gizi anak (BB/U) dengan p value

, .

Adapun karakteristik dua ibu yang memiliki baduta dnegan asupan protein

yang kurang adalah ibu dengan usia dan tahun, memiliki pendidikan

terakhir tidak tamat SD dan tamat SMK, keduanya bekerja sebagai ibu rumah

tangga, memiliki jumlah kehamilan sebanayk dan kali, memiliki jumlah

melahirkan sebanyak dan kali, memili dan orang anak dengan jarak

kelahiran bulan pada anak sebelumnya.

Hal yang menyebabkan kedua baduta tersebut memiliki asupan protein yang

kurang sementara asupan energi, asupan karbohidrat dan asupan lemaknya cukup

adalah dikarenakan baduta hanya memakan bubur bayi instan saja. Dan ibu belum

memberikan lauk –pauk dalam konsumsi makanannya. Ibu juga belum pernah
membuat bubur tim sendiri untuk anaknya. Sehingga anak kurang mengkonsumsi

sumber pangan hewani amupun nabati. Untuk itu, sebaiknya ibu mulai

mengenalkan berbagai jenis lauk-pauk kepada anak saat anak mulai

mengkonsumsi MP-ASI sehingga kecukupan protein bisa terpenuhi.

. Asupan Lemak

Berdasarkan Balitbangkes ( ) diketahui bahwa asupan lemak dikatakan

sangat kurang jika asupan lemaknya kurang dari dari angka kecukupan

lemak per hari, asupan lemak dikatakan kurang jika asupan lemaknya antara

hingga kurang dari dari angka kecukupan lemak per hari, asupan lemak

dikatakan cukup jika asupan lemaknya antara hingga dari angka

kecukupan lemak, asupan lemak dikatakan lebih jika asupan lemaknya lebih dari

dari angka kecukupan lemak per hari.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin memiliki asupan lemak yang cukup, baduta

memiliki asupan lemak yang kurang, dan % baduta lainnya memiliki asupan

lemak yang lebih.

Karakteristik ibu dengan asupan lemak lebih adalah ibu yang berusia dan

tahun, memiliki pendidikan tamat SMP dan tamat SD, bekerja sebagai ibu

rumah tangga dan asisten rumah tangga, ibu memiliki riwayat penyakit dalam

enam bulan terakhir dan ibu tidak memiliki riwayat penyakit dalam enam bulan

terakhir, keduanya memiliki jumlah kehamilan sebanyak kali, keduanyapun

memiliki jumlah melahirkan sebanyak kali, keduanya memiliki orang anak

dengan jarak kelahiran anak bulan bulan. Adapun dua baduta yang

memiliki asupan lemak yang berlebih hal tersebut dikarenakan anak sangat

menyukai lauk-pauk atau jajanan yang di goreng seperti tempe goreng, sosis atau
baso goreng. Selain dari hasil wawancara hal tersebut dapat diketahui dari hasil

analisis asupan protein diketahui bahwa kedua baduta tersebut memiliki asupan

protein yang lebih.

Karakteristik ibu dari baduta yang memiliki asupan lemak yang kurang adalah

ibu yang berusia dan tahun, keduanya memiliki pendidikan tamat SD,

keduanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, keduanya tidak memiliki riwayat

penyakit dalam enam bulan terakhir, memiliki jumlah kehamilan sebanyak dan

kali, keduanya memiliki jumlah melahirkan sebanyak kali, dan keduanya

memiliki orang anak dengan jarak kelahiran masing-masing bulan dan

bulan. Dan kedua ibu mendapatkan dukungan keluarga hanya berupa membantu

menjaga anak saat ibu sedang sibuk melakukan pekerjaan rumah.

Adapun satu baduta yang mengkonsumsi lemak kurang dengan presentase

asupan lemak sebanyak . dibandingkan dengan angka kecukupan lemak

dalam sehari, baduta tersebut memiliki frekuensi makan sebanyak kali, dan lebih

senang mengkonsumsi makanan berkarbohidrat dan berprotein tinggi. Sedangkan

satu baduta lainnya memiliki asupan lemak sebanyak . dibandingkan

dengan angka kecukupan lemak dalam satu hari. Hal tersebut dikarenakan

terkadang anak sulit untuk makan terlebih jika sedang sakit, dan anak lebih senang

mengkonsumsi sayuran dibandingkan lauk-pauk.

Untuk itu sebaiknya ibu menyeimbangkan porsi dari setiap komponen asupan

makan baik dari porsi makanan pokok, sayuran, lauk-pauk dan buah-buahan.

Namun di lokasi penelitian ibu belum mengetahui porsi yang baik untuk baduta.

Untuk itu sebaiknya diperlukan penyuluhan kepada ibu mengenai porsi makanan

yang baik untuk baduta.

. Jenis Makanan
Menurut Marsh ( ) pemberian makan anak diukur melalui jenis bahan

makanan, kuantitas konsumsi makanan. Berdasarkan penelitian Saragih ( ) yang

dilakukan pada ibu yang memiliki status ekonomi keluarga miskin namun memiliki

anak dengan status gizi baik diketahui bahwa mayoritas informan memberikan

menu makanan berdasarkan ketersediaan dan kesukaan dari balita serta memberikan

makanan nasi, ikan dan sayur yang berimbang. Rata-rata balita menyukai olahan

sayur bening dan ikan serta dilengkapi dengan buah-buahan. Anak diberi makan

paling sedikit kali dalam sehari, cara ibu dalam mengatasi anak yang tidak nafsu

makan adalah dengan memberikan variasi pada menu. Berdasarkan penelitian Sakti

( ) diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis MP-ASI

sekarang dengan status gizi anak (BB/U) dengan p value = , .

Jenis makanan pokok yang paling sering dikonsumsi oleh baduta berstatus

gizi baik dengan status ekonomi miskin adalah nasi putih dengan rata-rata baduta

mengkonsumsi nasi sebanyak . porsi setiap hari. Dan rata-rata baduta

mengkonsumsi makanan pokok sebanyak . porsi setiap harinya.

Jenis lauk-pauk yang paling sering dikonsumsi oleh baduta bertatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin adalah tempe dengan rata-rata baduta mengkonsumsi

tempe sebanyak . porsi setiap harinya. Dan rata-rata baduta mengkonsumsi

lauk-pauk sebanyak . porsi setiap harinya.

Jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi oleh baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin adalah wortel dengan rata-rata konsumsi wortel

sebanyak . porsi setiap hari. Dan rata-rata baduta mengkonsumsi sayuran

sebanyak . porsi setiap harinya.


Jenis buah-buahan yang paling sering dikonsumsi oleh baduta berstatus gizi

baik dengan status ekonomi miskin adalah jeruk manis dengan rata-rata baduta

mengkonsumsi jeruk manis sebanyak . porsi perhari. Dan rata-rata baduta

mengkonsumsi buah-buahan sebanyak . porsi setiap harinya.

Berdasarkan hal diatas maka diketahui bahwa jenis makanan yang paling

sering dikonsumsi oleh baduta berstatus gizi baik dengan status ekonomi miskin

merupakan jenis makanan yang relatif terjangkau seperti nasi putih, tempe, wortel,

dan jeruk. Kecamatan Ciomas merupakan kecamatan terpadat yang berada di

Kabupaten Bogor dan Desa Kota Batu merupakan desa atau kelurahan yang

terpadat di Kecamatan ciomas dan tidak ada lahan pertanian, sungai, ataupun kali

sehingga tidak memungkinkan ibu untuk menanam atau mendapatkan sumber lauk-

pauk yang berasal dari air. Sehingga kebanyakan ibu mendapatkan sumer bahan

makanan dengan cara membeli ke warung.

. Tidak melewatkan waktu makan

Berdasarkan Mackintosh ( ) diketahui bahwa faktor perawatan anak dan

pemberian makan yang berhubungan dengan pertumbuhan anak di Vietnam

adalah memberikan makanan berat setiap hari pada anak dengan p value < . .

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa enam baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin tidak pernah melewati waktu makannya, dan waktu

untuk makan utama tidak digantikan dengan cemilan atau makanan manis seperti

permen saat baduta sedang lapar. Dan terdapat dua baduta yang pernah melewati

waktu makannya. Satu baduta jarang melewati makannya. Adapun karakteristik

ibu yang badutanya jarang melewatkan waktu makannya adalah ibu dengan usia

tahun, berpendidikan tamat SMP, bekerja sebagai ibu rumah tangga, memiliki
jumlah kehamilan sebanyak dua kali, jumlah melahirkan sebanyak dua kali,

memiliki dua orang anak dengan jarak kelahiran yaitu bulan. Alasan baduta

saat melewatkan waktu makan beratnya adalah dikarenakan baduta tersebut sudah

banyak jajan sebelum waktu makan sehingga sudah kenyang. Hal tersebut sesuai

hasil penelitian yang menunjukan bahwa baduta inimemiliki asupan protein dan

asupan lemak yang lebih. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa baduta

memang suka makan jajanan seperti sosis goreng. Selain itu frekuensi makan

baduta bisa sampai empat kali dalam sehari,

Adapun karakteristik ibu yang baduta nya selalu melewatkan waktu makan

siangnya adalah ibu dengan usia tahun, memiliki pendidikan tamat SD, bekerja

sebagai ibu rumah tangga, tidak memiliki riwayat penyakit dalam enam bulan

terakhir, memiliki jumlah kehamilan sebanyak enam kali, jumlah melahirkan dua

kali, memiliki dua orang anak dengan kelahiran bulan. Sementara satu baduta

lainnya selalu melewatkan waktu makan siang nya. Adapun alasan baduta

tersebut selalumelewatkan makan siangnya dikarenakan keinginan sang ibu, yang

selalu memberikan makan hanya saat pagi dan sore. Sehingga, jika baduta tersebut

lapar saat siang hari maka ibu akan memberikan cemilan dan ASI kepada baduta

tersebut. Hal tersebut sesuai dengan domain pemberian MP-ASI dimana diketahui

bahwa asupan lemak baduta yang selalu melewatkan makan siangnya adalah

kurang. Namun baduta tersebut memiliki asupan energi dan karbohidrat yang

cukup dan asupan protein yang lebih, sehingga baduta tersebut memiliki gizi yang

baik.

. Anak diberikan cemilan sebagai makanan tambahan setiap harinya

Berdasarkan Mackintosh ( ) diketahui bahwa faktor perawatan anak dan

pemberian makan yang berhubungan dengan pertumbuhan anak di Vietnam


adalah memberikan cemilan sebagai makanan tambahan dengan p value < ,

diketahui bahwa orang ibu dari orang memberikan anaknya cemilan setiap

harinya. Sedangkan menurut Lapping ( ) perawatan dan pemberian makan

anak yang baik yang berhubungan dengan meningkatkan status gizi anak di

Afganistan dengan menggunakan metode deviasi positif adalah memberikan

cemilan setiap harinya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa enam baduta berstatus gizi baik

dengan status ekonomi miskin selalu diberikan cemilan sebagai makanan

tambahan setiap harinya. Dua baduta lainnya tidak diberikan cemilan sebagai

makanan tambahan setiap harinya. dikarenakan dua baduta tersebut masih

dibawah bulan, sehingga baru diberi makan berupa ASI dan bubur bayi instan

saja. Hal tersebut sesuai dengan domain pemberian MP-ASI, diketahui bahwa

kedua baduta yang tidak pernah diberikan cemilan setiap harinya, dan hanya

diberikan bubur bayi instan kedua baduta tersebut memiliki asupan protein yang

kurang.

Berdasarkan Unicef ( ) dalam booklet Paket Konseling : Pemberian

Makan Bayi dan Anak, pemberian makanan pendamping ASI yang baik dilakukan

saat bayi berusia bulan, dengan tetap melanjutkan pemberian ASI sesuai

permintaan bayi. Frekuensi MP-ASI pada awal pemberian sebaiknya diberikan

sebanyak kali sehari, dengan variasi makanan pokok seperti jagung, nasi,

kentang, ubi atau buah seperti pisang yang lebih diutamakan.

. Frekuensi ibu mencuci tangan sebelum menyiapkan makan

Berdasarkan Mackintosh ( ) diketahui bahwa faktor perawatan anak dan

pemberian makan yang berhubungan dengan pertumbuhan anak di Vietnam

adalah kebersihan pribadi yang terdiri frekuensi ibu mencuci tangan sebelum
menyiapkan makan dengan p value < , diketahui bahwa seluruh ibu (

orang) sering mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan.

Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian, berdasarkan hasil wawancara

mendalam diketahui bahwa empat ibu baduta berstatus gizi baik dengan status

ekonomi miskin sering mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, baik saat

ingin memasak ataupun menyuapi anank. Namun empat ibu baduta lainnya

mengaku bahwa hanya sesekali saja atau bahkan tidak menyuci tangan saat

menyiapkan makanan. Baik saat ingin memasak atau saat ingin menyuapi anak.

Dan berdasarkan hasil observasi diketahui dari empat ibu yang mengaku

sering mencuci tangan sebelum menyiapkanmakanan, hanya dua ibu dalam dua

kali pengamtan yang selalu mencuci tangannya sebelum menyiapkan makanan

untuk anaknya, sementara dua ibu lainnya yang mengaku sering mencucui tangan

sebelum menyiapkan makanan tidak mencuci tangannya selama dua kali

pengamatan. Dan dua ibu yang mengaku jarang mencuci tangan saat wawancara

mendalam terpantau hanya satu kali mencuci tangan sebelum menyiapkan

makanan dalam dua kali pengamatan. Dua ibu lainnya yang mengaku tidak

mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan terpantau benar tidak mencuci

tangannya sebelum menyiapkan makanan untuk anaknya dalam dua kali

pengamatan.

Mencuci tangan merupakan pencegahan dari timbulnya penyakit yang

disebabkan oleh masuknya kuman penyakit kedalam tubuh yang terdapat di

tangan. Ibu tersebut menyebutkan bahwa belum ada sosialisasi mengenai

bagaimana cara mencuci tangan dengan baik.

Diketahui karateristik kedua ibu yang menjawab sering mencuci tangan

sebelum menyiapkan makanan pada saat wawancara mendalam dan ditemukan


bahwa kedua ibu tersebut benar-benar mencuci tangan sebelum menyiapkan

makanan selama dua kali observasi. Kedua ibu tersebut memiliki karateristik

sebagai berikut : berusia dan tahun, memiliki pendidikan terakhir tamat

SMP dan tamat SD, bekerja sebagai ibu rumah tangga, memiliki jumlah

kehamilan sebanyak satu kali dan dua kali, memiliki jumlah melahirkan

sebanyak satu kali dan dua kali, dan keduanya memiliki satu orang anak.

Ibu yang pertama merupakan satu-satunya ibu yang tidak memberikan ASI

hingga anak berusia lebih dari enam bulan. Melainkan ibu tersebut hanya

memberikan ASI selama hari setelah melahirkan. Diketahui pula baduta ibu

tersebut jarang sekali jatuh sakit. Untuk itu, diduga bahwa karena frekuensi

mencuci tangan ibu sebelum menyiapkan makan dan susu formula yang baik

membuat baduta jarang terkena penyakit infeksi yang berpengaruh langsung

terhadap status gizi, sehingga meskipun baduta hanya diberikan ASI selama

hari tetapi dengan kebersihan pribadi yang baik diduga dapat menghindarkan

anak dari penyakit infeksi sehingga dapat menjaga status gizi anak menjadi baik.

Sementara satu ibu lainnya merupakan ibu yang paling banyak melakukan

perilaku yang positif diantara ibu lainnya. Hal tersebut dikarenakan ibu sangat

menyayangi dan menjaga anaknya, karena ibu tersebut pernah kehilangan anak

pertamanya saat anak tersebut berusia dua bulan dikarenakan sakit. Ibu ini juga

yang tetap memberikan ASI pada anak walaupun ibu sedang sakit dan tidak bisa

memberikan ASI secara langsung sehingga ibu harus memerah ASI nya ke gelas

dan baduta diberikan ASI melalui gelas tersebut oleh neneknya. Hal tersebut

menunjukkan bahwa motivasi diri yang tinggi dan dukungan sosial yang baik

dapat menjadikan perilaku ibu yang baik pula yang dapat mempertahankan status

gizi baik baduta.


. Frekuensi ibu mencuci tangan anaknya

Berdasarkan Mackintosh ( ) diketahui bahwa faktor perawatan anak dan

pemberian makan yang berhubungan dengan pertumbuhan anak di Vietnam

adalah kebersihan pribadi yang terdiri frekuensi ibu mencuci tangan anaknya

dengan p value < , diketahui bahwa seluruh ibu ( orang) sering mencuci

tangan anaknya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dua ibu baduta berstatus gizi

baik dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas sering

mencuci tangan anaknya sebelum makan. Tiga baduta lainnya mencuci tangan

anaknya jika anaknya makan sendiri, jika disuapi maka ibu tidak mencuci tangan

anaknya. Dan tiga lainnya mencuci tangan anak hanya saat mau tidur atau setelah

main.

Sedangkan berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa dari dua ibu yang

mengaku selalu mencuci tangan anaknya pada saat wawancara mendalam

ditemukan bahwa hanya satu ibu yang mencuci tangan anaknya saat mau makan

dalam dua kali pengamatan. Tiga ibu yang mengaku jarang mencuci tangan

anaknya ditemukan dua ibu mencuci tangan anaknya hanya satu kali dari dua kali

pengamatan. Dan ketiga ibu yang mengaku tidak mencuci tangan anaknya saat

mau makan ditemukan memang tidak mencuci tangan anaknya dalam dua kali

pengamatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat satu ibu yang selalu

mencuci tangan anaknya dalam dua kali pengamatan, terdapat dua ibu yang

hanya satu kali mencuci tangan anaknya saat mau makan dalam dua kali

pengamatan, dan terdapat lima ibu yang tidak mencuci tangan anaknya dalam

dua kali pengamatan.


Adapun karakteristik dari satu-satunya ibu yang mengaku sering mencuci

tangan anaknya saat mau makan dan benar terbukti selalu mencuci tangan

anaknya saat mau makan dalam dua kali pengamatan adalah : berusia tahun,

memiliki pendidikan terakhuir tamat SD, bekerja sabagai ibu rumah tangga,

memiliki jumlahkehamilan sebanyak tiga kali, jumlah melahirkan sebanyak dua

kali, memiliki dua orang anak dengan jarak kelahiran bulan.

Pengaruh positif

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa domain yang paling dominan

dalam pengaruh positif adalah domain tidak memaksa baduta untuk makan.

diketahui bahwa dalam kegiatan pemberian makan sehari-hari ibu tidak pernah

memaksa badutanya untuk makan dalam jam tertentu.

. Memberikan perkataan dan sikap yang positif, tidak memaksa dan mengancam

Menurut Ha ( ) macam-macam tipe perkataan yang diberikan pengasuh

pada anak adalah : memberikan perkataan positif dengan p value . untuk

kelompok usia bulan dan p value < . untuk kelompok usia bulan. Hal

tersebut menunjukan bahwa perkataan positif berpengaruh terhadap deviasi positif

baik pada kelompok usia bulan maupun pada kelompok usia bulan.tidak

komentar langsung untuk memaksa makan dengan p value . untuk kelompok

usia bulan dan p value . untuk kelompok usia bulan, tidak memerintah

atau mengancam dengan p value . untuk kelompok usia bulan dan p value

. untuk kelompok usia bulan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tujuh ibu baduta berstatus gizi

baik dengan ekonomi miskin tidak memaksa, memerintah, mengancam anak

untuk makan, melainkan membujuknya untuk tetap makan.dua diantaranya tidak


pernah dipaksa karena anak selalu mau makan. Satu ibu baduta pada awalnya

memaksa anaknya makan jika anak tidak mau makan, namun jika anak tetap tidak

mau makan maka ibu tidak memaksa lagi.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa seluruh ibu baduta berstatus

gizi baik dengan ekonomi miskin tidak memaksa, memerintah atau mengancam

anaknya untuk makan dalam dua kali pengamatan. Diketahui bahwa delapan

baduta tersebut mau makan dengan lahap tanpa dipaksa.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tujuh ibu baduta memiliki

sikap yang positif saat anak makan dengan lahap, dan kesal atau sedih saat anak

tidak mau makan. Dan satu ibu baduta mengaku biasa saja saat anaknya makan

dengan lahap ataupun saat anak tidak mau makan. Satu ibu memiliki sikap netral

ibu tersebut mengatakan bahwa ibu tidak merasa senang ataupun kesal saat

memberikan makan anak. Adapun karakteristik ibu yang memiliki sikap netral

merupakan ibu dengan usia tertua diantara informan yang lain yaitu tahun,

menempuh pendidikan terakhir yaitu tamat SD, sudah dua kali hamil, memiliki

dua orang anak dengan jarak kelahiran antara anak pertama dan kedua yaitu

tahun, sudah tidak memiliki suami dan bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa dari tujuh ibu yang memiliki

sikap positif kepada baduta saat proses pemberian makan hanya dua ibu yang

selalu memberikan pujian pada anaknya saat proses pemberian makan dalam dua

kali pengamatan. Empat ibu lainnya memberikan pujian pada anaknya saat sedang

makan hanya pada satu kali pegamatan. Satu ibu lainnya hanya diam saat

memberikan makan untuk anaknya. Sedangkan satu ibu yang memiliki sikap

netral benar-benar tidak memberikan perkataan positif dan hanya diam saat

proses pemberian makan untuk baduta pada dua kali pengamatan.


Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat dua ibu yang selalu memberikan

perkataan yang positif saat proses pemberian makan pada dua kali pengamatan,

terdapat empat ibu yang hanya satu kali memberikan perkataan positif saat proses

pemberian makan pada dua kali pengamatan, dan dua ibu lainnya tidak

memberikan perkataan positif saat proses pemberian makan pada dua kali

pengamatan.

Adapun karakteristik kedua ibu yang selalu memberikan perkataan dan sikap

yang positif baik pada wawancara mendalam maupun hasil pengamatan selama

dua kali pengamatan adalah sebagai berikut : berusia dan tahun, memiliki

pendidikan terakhir tidak tamat SD dan tamat SD, kedua bekerja sebagai ibu

rumah tangga, memiliki jumlah kehamilan sebanyak lima kali dan dua kali,

memiliki jumlah melahirkan sebanyak empat kali dan dua kali, dan memiliki

empat orang anak dan satu orang anak, untuk ibu L yang memiliki empat orang

anak memiliki jarak kelahiran dengan anak terakhirnya yaitu bulan.

Sedangkan karakteristik kedua ibu yang tidak memberikan perkataan positif

selama dua kali pengamatan adalah : berusia dan tahun, memiliki

pendidikan terakhir tamat SD dan tamat SMK, bekerja sebagai asisten rumah

tangga dan ibu rumah tangga, memiliki jumlah kehamilan sebanyak dua kali dan

satu kali, memeiliki jumlah melahirkan sebanayk dua kali dan satu kali, daan

memiliki dua orang anak dan satu orang anak, dengan jarak kelahiran dengan anak

terakhir adalah bulan.

Memberikan perkataan dan sikap positif pada penelitian ini diketahui

dipengaruhi oleh sikap dan sebab akibat yang melatarbelakangi ibu. Diketahui

bahwa, ibu SS yang memiliki sikap netral dan tidak pernah memberikan perkataan

positif kepada badutanya saat proses pemberian makan, berdasarkan keterangan


dari keluarganya ibu SS tersebut menjadi lebih pendiam dikarenakan ditinggal

sebanyak dua kali oleh suaminya dikedua pernikahannya. Namun, ibu SS tidak

pernah kehilangan dukungan sosial baik dari keluarga maupun lingkungan

sekitarnya, yang membuat ibu SS dapat mempertahankan status gizi baik pada

badutanya.

Hal serupa terjadi pada ibu WA yang ditemukan tidak pernah memberikan

perkataan positif kepada badutanya selama proses pemberian makan, berdasarkan

keterangan keluarga, sejak kecil ibu WA memang merupakan sosok introvert atau

pendiam. Dan juga ibu WA baru pertama kali mengalami kehamilan dan

melahirkan. Namun, ibu WA masih tinggal bersama kedua orang tuanya, sehingga

ibu WA bisa mendapat lebih banyak bantuan dari nenek baduta dalam merawat

baduta. Selain itu, berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa anak ibu WA

memang pada dasarnya adalah anak yang lahap dalam makan dan meminum susu.

Sehingga asupan gizinya pun dapat tercukupi, dengan demikian baduta dapat terus

mempertahankan status gizi baiknya.

Kecepatan pemberian makan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu tidak menggunakan

tekanan fisik termasuk menekan masuk sendok kedelam mulut baduta dan tidak

memaksa anak untuk makan cepat-cepat.

. Tidak menggunakan tekanan fisik termasuk menekan masuk sendok kedalam

mulut anak dan tidak memaksa anak untuk makan cepat-cepat

Menurut Ha ( ) macam-macam tipe pemberian makan pada anak adalah :

tidak menggunakan tekanan fisik termasuk menekan masuk sendok kedalam

mulut anak dengan p value . untuk kelompok usia bulan dan p value < .
untuk kelompok usia bulan, dan tidak memaksa anak untuk makan dengan p

value < . untuk kelompok usia bulan dan p value < . untuk kelompok

usia bulan.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tujuh ibu baduta berstatus

gizi baik dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

tidak menggunakan tekanan fisik termasuk menekan masuk sendok kedalam

mulut anak dalam dua kali pengamatan. Dan terdapat satu ibu yang sedikit

memaksa anak dengan menekan sendok masuk kedalam mulut saat anak sudah

kenyang padahal makanannya belum habis. Tapi hal tersebut hanya berlangsung

sekali dan ibu tidak memaksa berlebih yang kemudian membiarkan anaknya tidak

menghabiskan makanannya. Sementara di pengamatan sebelumnya ibu tersebut

tidak menggunakan tekanan fisik termasuk menekan masuk sendok kedalam

mulut anak.

Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa dalam dua kali

pengamatan seluruh ibu baduta berstatus gizi baik dengan ekonomi miskin tidak

memaksa anak untuk makan cepat-cepat melainkan menunggu anaknya untuk

benar-benar mengunyah dan menelan makanannya. Kecuali anak saat makan

sendiri justru memainkan makanannya, maka ibu mengingatkan untuk kembali

memakan makanannya.

Adapun saat ditanyakan mengapa ibu miskin tidak memaksa anak untuk

makan cepat-cepat melainkan menunggu anaknya untuk benar-benar mengunyah

dan menelan makanannya. Alasan ibu adalah tidak mau anaknya tersedak ataupun

muntah jika makan cepat-vepat. Sehingga ibu lebih memilih menununggu anak

mengunyah makanannya sebelum menyuapinkannya kembali. Dan jika anak

makan sendiri, ibu juga tidak memaksa anak untuk makan secara cepat.
Melainkan hanya mengingatkan anaknya untuk kembali fokus makan saat anak

justru malah memainkan makanannya atau yang lainnya.

Hubungan timbal balik

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa domain memberikan permainan

saat anak tidak mau makan, membantu dan mengawasi anak saat makan sama-

sama dominan untuk berpengaruh terhadap deviasi positif.

. Memberikan makan secara aktif termasuk mengawasi dan membantu saat makan

Menurut Lapping ( ) perilaku yang berhubungan dalam perawatan anak

yang baik untuk meningkatkan status gizi anak di Afganistan adalah anak tidak

dibiarkan makan seorang diri melainkan memberikan makan secara aktif termasuk

mengawasi dan membantu saat makan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Ha

( ) yang diketahui bahwa pemberian makan pada anak yang berhubungan

dengan deviasi positif adalah memberikan secara langsung atau memfasilitasi

proses pemberian makan dengan p value . untuk kelompok usia bulan dan

p value . untuk kelompok usia bulan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh baduta berstatus gizi

baik dengan status ekonomi miskin di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas tidak

dibiarkan begitu saja saat sedang makan, melaikan dibantu secara langsung,

disuapi, ataupun jika anak makan sendiri ibu tetap memperhatikan proses makan

baduta tersebut. Dari delapan baduta, lima diantara selalu suapin alasannya karena

belum bisa makan sendiri, berantakan jika baduta makan sendiri, tidak habis dan

lainnya. Sementara tiga baduta lainnya sudah mulai bisa makan sendiri, namun

selalu difasilitasi makannya dan diperhatikan.


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam dua kali pengamatan

diketahui bahwa ibu baduta berstatus gizi baik dengan status ekonomi miskin

selalu membantu anak saat makan seperti menyuapi, saat anak ingin untuk makan

sendiri maka ibu memfasilitasi dengan cara menyiapkan makanannya baik dalam

mengambilkan makanannya maupun dan tetap memperhatikan badutanya saat

makan. Adapun alasan ibu selalu memperhatikan badutanya saat makan sendiri

adalah, dikarenakan ibu takut makanannya tidak dimakan atau justru di buat

mainan, ibu juga khawatir makanannya berantakan, selain itu ibu juga

mengkhawatirkan baduta mengalami masalah saat makan seperti tersedak danlain-

lain, sehingga apabila ibu terus memperhatikan baduta saat makan dapat

menghindari masalah-masalah yang dapat terjadi pada proses pemberian makan.

. Memberikan permainan atau nyanyian jika anak tidak mau makan

Menurut Lapping ( ) perilaku yang berhubungan dalam perawatan anak

yang baik untuk meningkatkan status gizi anak di Afganistan adalah memberikan

permainan dan nanyian jika anak tidak mau makan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu baduta berstatus gizi

baik dengan ekonomi miskin mengendalikan anak yang tidak mau makan dengan

digendong atau diajak jalan-jalan dan adapula yang melakukan keduanya.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam dua kali pengamatan

diketahui bahwa terdapat tiga ibu yang memberikan permainan saat anak tidak mau

makan dalam satu kali pengamatan, satu kali pengamatan lainnya ketiga baduta

tersebut mau makan dengan lahap. Hal tersebut serupa dengan lima ibu lainnya

yang ditemukan tidak memberikan permainan dan nyanyian jika anak tidak mau

makan dalam dua kali pengamatan dikarenakan anak selalu mau untuk makan

dengan lahap tanpa harus dibujuk atau diberikan permainan.


Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh ibu memberikan permainan baik

berupa “di ais” atau di gendong, jalan-jalan ke lingkungan sekitaran rumah atau

permainan-permainan sederhana lainnya jika baduta tidak mau makan. Namun,

berdasarkan hasil observasi diketahui pula lima dari delapan baduta selalu makan

dengan lahap tanpa perlu dibujuk, dan tigabaduta lainnya juga makan dengan lahap

pada satu kali pengamatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh dalam

diri anak yang membuat proses pemberian makan jadi jauh lebih muda,

dikarenakan hampir seluruh anak selalu mau makan dengan lahap.

Budaya Setempat yang Diduga dapat Mempengaruhi Deviasi Positif

Seluruh informan merupakan ibu yang memiliki baduta dengan deviasi positif

(baduta dengan status ekonomi keluarga miskin dan berstatus gizi baik) di Desa Kota

Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa seluruh ibu merupakan asli dari masyarakat setempat yang bersuku sunda.

Menurut Koentjaraningrat ( ) secara antropologi budaya, yang disebut dengan suku

sunda atau orang sunda adalah orang-orang yang menggunakan dialek atau bahasa

sunda sebagai bahasa ibu atau bahasa sehari-harinya. Orang sunda juga disebut orang

yang tinggal di daerah Jawa Barat dan Banten yang pada jaman dahulu daerah tersebut

disebut dengan tanah pasundan atau tatar sunda.

Menurut Nurjanah ( ) peran indung atau ibu dalam mendidik anaknya

dalam perspektif kasundaan dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Dimana

seorang ibu wajib memperhatikan makanan yang dikonsumsinya saat anak masih

dalam kandungan. Ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai dengan

dirinya dan kandungannya. Dan ibu tidak boleh melalaikan gizi yang dibutuhkan oleh
dirinya dan kandungannya yang dapat membahayakan bayi yang ada dalam

kandungannya.

Adapun nilai turun temurun yang digunakan oleh masyarakat sunda adalah silih

asih (saling mengasihi), silih asah (saling mendidik), dan silih asuh (saling menjaga)

nilai filsafah tersebut merupakan kearifan lokal yang mengandung nilai keharmonisan

dalam membangun kualitas manusia, sehingga banyak digunakan sebagai metode

pendekatan pemberdayaan masyarakat miskin (Saleh. ). Dalam karakter nilai

tersebut ingin disampaikan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan tidak mungkin

untuk hidup sendiri, sehingga perlu untuk saling menghargai agar terciptanya

kehidupan yang damai (Widiastuti. ).

Dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya pula masyarakat sunda dekat

sekali dnegan istilah pamali, menurut Danadibrata ( ) pamali merupakan suatu

larangan apabila larangan tersebut dilanggar maka akan mendatangkan celaka. Pamali

juga berperan sebagai aturan masyarakat sunda dalam menjalankan kehidupan diluar

kepercayaan masyarakat terhadap agama. Adapun beberapa pamali yang ditemukan

dalam lokasi penelitian adalah “Tong ulin mun geus sareupna,bisi dibawa bu

sandekala” yang artinya jangan berkeliaran diwaktu maghrib nanti diambil setan, hal

tersebut juga menunjukkan ketaatan masyarakat sunda dalam menjalankan perintah

agama yaitu sholat maghrib.

Selain itu terdapat pamali “ulah dahar bari nangtung” yang artinya jangan

makan sambil berdiri, menurut Widiastuti ( ) hal tersebut membuktikan bahwa

masyarakat sudah memiliki pengtahuan yang cukup dalam menjalankan kehidupannya,

secara kesehatan makan sambil berdiri itu tidak bagus karna dapat mengganggu

pencernaan.
. BAB VII

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, simpulan yang dapat diambil dari

penelitian ini yaitu :

. Dukungan sosial :

. . Seluruh ibu baduta berstatus gizi baik dengan status ekonomi miskin mendapatkan

dukungan atau bantuan dari keluarga berupa membantu merawat baduta,

memberikan makan, ataupun membawanya ke posyandu

. . Terdapat dua ibu yang mendapat bantuan dari lingkungan sekitar yang berupa

memberikan makanan untuk ibu dan baduta dan uang tambahan untuk ibu yang

sudah tidak memiliki suami. Seluruh ibu mendapat raskin namun hanya tujuh ibu

yang selalu mengambil raskin

. Karakteristik ibu :

. . Seluruh ibu mampu melakukan perawatan anak berupa pemberian makan, pekerjaan

rumah dan pekerjaan diluar rumah hal tersebut dikarenakan ibu mendapat bantuan

dari pihak keluarga dan lingkungan sekitar sehingga ibu mampu melakukan

malakukan pemberian makan untuk anak, menyelesaikan pekerjaan rumah setiap

harinya, dan terdapat satu ibu yang mempu melakukan pekerjaan diluar rumah

. . Seluruh ibu memiliki motivasi yang baik dalam melakukan pemberian makan, seperti

perasaan sayang, lebih mengutamakan anak, keinginan untuk melihat anaknya tetap

sehat, rasa tanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak.


. Kualitas pemberian makan anak :

. . Seluruh ibu mengizinkan baduta untuk mengendalikan kapan memulai dan

mengakhiri proses menyusui, tujuh dari delapan ibu masih memberikan ASI hingga

saat penelitian berlangsung, seluruh ibu tidak memberikan ASI eksklusif

. . Seluruh ibu tidak memaksa baduta untuk makan saat sedang mengantuk atau sudah

kenyang, seluruh ibu memberikan makan yang lebih sering saat baduta sedang sakit,

seluruh ibu mengizinkan baduta untuk lebih sering menyusui

. . Lebih banyak baduta mengkonsumsi asupan energi yang cukup ( ), lebih banyak

baduta mengkonsumsi asupan karbohirat yang cukup ( ), lebih banyak baduta

mengkonsumsi asupan protein yang lebih ( . ), lebih banyak baduta

mengkonsumsi asupan lemak yang cukup ( ), jenis makanan pokok yang paling

sering dikonsumsi adalah nasi putih dengan rata-rata . porsi sehari, jenis lauk-

pauk yang paling sering dikonsumsi adalah tempe dengan rata-rata . porsi

sehari, jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah wortel dengan rata-rata

. porsi sehari, jenis buah-buahan yang paling sering dikonsumsi adalah jeruk

manis dengan rata-rata . porsi sehari, enam baduta tidak pernah melewatkan

waktu makannya ataupun diganti oleh cemilan, enam baduta selalu diberikan cemilan

sebagai makanan selingan setiap harinya, hanya dua ibu yang sering mencuci

tangannya sebelum menyiapkan makanan untuk anaknya, hanya satu ibu yang sering

mencuci tangan anaknya sebelum makan

. . Enam ibu memiliki sikap yang positif saat sedang memberi makan anak namun

hanya dua ibu yang selalu memberikan pujian pada anak saat sedang makan, seluruh

ibu tidak memaksa, memerintah atau mengancam anaknya untuk makan


. . Terdapat seluruh ibu yang tidak menggunakan tekanan fisik termasuk menekan

masuk sendok kedalam mulut anak dna tidak memaksa anak untuk makan cepat-

cepat

. . Seluruh ibu memberikan makan secara aktif termasuk mengawasi dan membantuk

anak saat makan, seluruh ibu memberikan permainan seperti jalan-jalan jika anak

tidak mau makan

Saran

. Bagi Pihak Pemda Kabupaten Bogor

Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor perlu mempertimbangkan sasaran

program perbaikan ibu bukan hanya kepada ibu saja melainkan kepada keluarga

terdekat dan lingkungan sekitar, mensosialisasikan pentingnya ASI eksklusif dan

juga pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga dalam hal mencuci

tangan. Selain itu, disarankan untuk lebih mengkaji mengenai kemungkinan

penerapan pendekatan deviasi positif berupa pos gizi di wilayah Kecamatan Ciomas

yang merupakan salah satu cara dalam mengatasi masalah gizi yang berbasis

masyarakat.

. Bagi Masyarakat Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas

Bagi masyarakat Kecamatan Ciomas diharapkan untuk selalu memeriksakan

berat badan balitanya ke posyandu, agar dapat mengontrol status gizi balitanya. Jika

sudah terlanjut tidak memberikan ASI eksklusif maka sebaiknya ibu memanjangkan

periode pemberian ASI yaitu lebih dari enam bulan.


. Bagi Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengikutsertakan variabel lain

yang diduga mempengaruhi deviasi positif yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Juga melakukan penelitian lebih lanjut mengenai asupan makan yang didapatkan

dari konsumsi ASI secara lebih objektif.


Daftar Pustaka

Akbar, M dkk. . Klasifikasi Status Gizi Balita dengan Bagging Regresi Logistik Ordinal

(Studi Kasus Survey Kekurangan Energi Protein Kabupaten Nganjuk). Media

Statistika. Vol . No .

Almatsier, S , Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Andarwulan, Nuri. . HPK, Warisan untuk Anak Cucu. PT. MediaPangan Indonesia.

Vol. . No. .

Anggorowati, dan Nuzulia. . Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian

ASI Eksklusif pada Bayi di Desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.

Jurnal Keperawatan Maternitas. Vol. No. .

Biebele. T, et.al. . Reproducibility of Food and Nutrient Intake Estimates Using a Semi-

Quantitative FFQ in Australian Adults. Public HealthNutrition. Vo. No.

BPS Provinsi Jawa Barat. . Provinsi Jawa Barat Dalam Angka

BPS Provinsi Jawa Barat. . Provinsi Jawa Barat Dalam Angka

BPS RI. . Pendataan Sosial-Ekonomi Penduduk Tahun .

Brown, J et al. . Nutrition Through the Life Cycle Fourth Edition. Wadsworth.USA

Bullen, Piroska. . Systematic Riview : The Positive Deviance/Hearth Approach to

Reducing Child Malnutrition. Tropical Medicine and International Health. Vol. .

No. .
Cheng, MY, et al. . Validity and Reproducibility of a Semi-Quantitative Food Frequency

Questionnaire for Use Among Pregnant Women in Rural China. Asia Pacific J Clin

Nutrition. Vol. . No

Choy, Looi. . The Strenghts and Weaknesses of Research Methodology : Comparison

and Complimentary Between Qualitative and Quantitative Approaches. IOSR Journal

of Humanities and Social Science. Vol. .No. .

Dahlia, Siti. . Pengaruh Pendekatan Positive Deviance Terhadap Peningkatan Status

Gizi Balita. Media Gizi Masyarakat Indonesia. Vol. No.

Damayanti, D. . Asyiknya Minum ASI, Tips Nikmati Memberi ASI. PT Gramedia

Pustaka Utama : Jakarta

Darling, Nancy. . Parentalnya StyleWriter and ITS Correlates. ERIC Digest. ERIC

Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education

Depkes RI. . Profil Kesehatan Indonesia . Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Depkes. . Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pedoman

Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga. Jakarta. Direktorat Jendral Bina

Kesehatan Masyarakat

Devi, M. . Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Status Gizi Balita di

Pedesaan. Teknomogi dan Kejuruan. Vol. . No.

Dinkes Kabupaten Bogor. . Laporan Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor

Dinkes Kabupaten Bogor. . Laporan Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor
Febryanti, S dkk. . Studi Validasi SQ-FFQ dan Food Recall Asupan Zat Gizi Pasien

Rawat Jalan DM Tipe di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Makasar. Universitas

Hasanuddin

Fikawati, S. Syafiq, A. . Hubungan antara Menyusui Segera (Immediate Breastfeeding)

dan Pemberian ASI Eksklusif sampai dengan Empat Bulan. Jurnal Kedokteran

Trisakti. Vol. . No.

Hidayat, T. . Hubungan Sanitasi Lingkungan, Morbiditas Dan Status Gizi Balita di

Indonesia. Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI

Ihsan, M dkk. . Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita Di

Desa Teluk Rumbia Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun . Vol .

No

Kartika, V. dkk. . Pola Pemberian Makan Anak ( - Bulan) dan Hubungannya dengan

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin.

Penelitian Gizi dan Makanan. Vol No

Kemekes RI. . Profil Kesehatan Indonesia Tahun

Kemekes RI. . Profil Kesehatan Indonesia Tahun

Kemenkes RI. . Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. . Pedoman Perencanaan

Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari

Pertama Kehidupan (Gerakan HPK)


Kemeskes RI. . Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak

Kemeskes RI. . Pedoman Gizi Seimbang

Koentjaraningrat. . Manusia dan Kabudayaan ddi Indonesia, Jakarta : Djambatan

Larungwa, A dan Lombor Theophilus T. .Nutrition Sustainability via Positive Deviance

: Challenges for Teaching, Research and Extension. Pakistan Journal of Nutrition.

Vol. . No. .

Luciasari, E, dkk. . Faktor-Faktor Penyimpangan Positif (Positive Deviance) Status Gizi

Balita Pada Keluarga Miskin Di Kabupaten Gizi-Kurang Rendah dan Tinggi Di

Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian Gizi Makanan. Vol. . No. .

Makuituin, F dkk. . Studi Validasi Semi Quantitatif Food Frequency Questionnaire (SQ-

FFQ) dengan Food Recall Jam pada Asupan Zat Gizi Makro Remaja di SMA

Islam Atgira Makassar. Universitas Hasanuddin

Marsh dan Schroeder, . The Positive Deviance Approach to Improve Health Outcomes:

Experience and Evidence from The Field. Food and Nutrition Bulletin. Vol. . No. .

Masithah, T. dkk. . Hubungan Pola Asuh Makan dan Kesehatan dengan Status Gizi

Anak Balita Di Desa Mulya Harja. Media Gizi dan Keluarga. Vol. , No.

Meliono, Budianto. V. . Dimensi Etis Terhadap Budaya Makan Dan Dampaknya Pada

Masyarakat. Makara, Sosial Humaniora, Vol. , No.

Nasir. N. . Pemberian ASI Eksklusif dan Hal-hal yang Berhubungan pada Bayi Umur -

Bulan Di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun (Skripsi). Depok :

Universitas Indonesia
Nurjanah, N. . Cara Mendidik Anak dalamPerspektif Kasundaan. Bahan Ajar

Pendidikan Bahasa Daerah. Universitas Pendidikan Indonesi : Bandung

Nurmiati, dan Besral. . Durasi Pemberian ASI Terhadap Ketahanan Hidup Bayi Di

Indonesia. Makara Kesehatan. Vol. . No. .

Putra, Zahreza dkk. . Analis Kualitas Layanan Website BTKP – DIY Menggunakan

Metode Webqual . . Jurnal Jarkom. Vo. . No. .

Rachmadewi. A, Khomsan. A. . Pengetahuan, Sikap, dan Praktek ASI Eksklusif serta

Status Gizi Bayi Usia - Bulan di Pedesaan dan Perkotaan. Jurnal Gizi dan Pangan.

Vol. . No. .

Raco, J. . Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya.

Grasindo : Jakarta

Riskesdas. . Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI

Riskesdas. . Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI

Riskesdas. . Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI

Sakti, R. dkk. . Hubungan Pola Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Anak Usia -

Bulan di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun . Universitas

Hasanuddin Makassar.

Saleh, F. dkk. . Makna “Silas” Menurut Kearifan Budaya Sunda Perpektif Filsafat Nilai :

Relevansinya Bagi Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Sosiohumaniora. Vol. . No.

.
Santi, D dkk. . Hubungan antara kondisi sosial ekonomi dan higiene sanitasi lingkungan

dengan status gizi anak usia - tahun di Kecamatan Seginim Kabupaten Bengkulu

Selatan Tahun . Jurnal Penelitian Sumberdaya alam dan lingkungan. Vol. . No.

Saragih, Bernatal. . Analisis Perilaku Positif Deviance Pemberian Makan dan

Ketahanan Pangan Keluarga Miskin. Magrobis Journal. Vol. No. .

Savitri, Ayu. . Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Obesitas Sentral

pada Wanita Usia - Tahun Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun . Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SDKI. . Survey Demograsi dan Kesehatan Indonesia. Kementerian Kesehatan RI

Septiana, R. . Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi)

Dan Status Gizi Balita Usia - Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gedongtengen

Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vo. . No.

Sirajuddin, . Efek Pendekatan Deviasi Positif Terhadap Status Pertumbuhan Pada Anak

Balita di Sulawesi Selatan.

Siswantoro. . Faktor-Faktor Penyimpangan Positif Status Gizi Balita Suku Dawan Di

Timor Tengah Utara Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis. Universitas Gajah Mada.

Indonesia.

Slamet, Hidayat. . The Influence Of Positive Deviance Approach On Nutrition (Pos Gizi)

In Aceh Besar District, Aceh Province, Indonesia. Thesis. Vrije Universiteit

Amsterdam. Amsterdam. The Netherlands.

Soegeng, S. Ann, L., . Kesehatan dan Gizi. PT Rineka Cipta, Jakarta.


Sugiyono, . Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D). Alfabeta. Bandung.

Suryoputro, Antono. . Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksualremaja di

Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan

Reproduksi. Makara, Kesehatan, Vol. , No. , Juni hal. -

Taylor, E, et. al. Research in Nursing and Health Care : Evidence for Practice. Thomson

: South Melbourne

Thaha. A. . Studi Penilaian Makanan Pendamping ASI di Kabupaten Barru, Sulawesi

Selatan. Kumpulan Makalah Diskusi Pakar Bidang Gizi tentang ASI-MP ASI,

Antropometri dan BBLR. Cipanas : Persagi. LIPI. Unicef.

Turnip, Frisda. . Pengaruh “Positive Deviance” pada Ibu dari Keluarga Miskin

terhadap Status Gizi Anak Usia - Bulan di Kecamatan Sidikalang Kabupaten

Dairi Tahun . Thesis. Universitas Sumatra Utara

UNICEF. . The State of The World’s Children . Oxford Univesity Press. New York

; USA

UNICEF. . Booklet Pesan Utama, Paket Konseling : Pemberian Makan Bayi dan Anak.

UNICEF : Indonesia

Wabster-Gandy, det al. . Oxford Handbook of Nutrition and Dietetics ( ed). Oxford

University Press

Zeitlin, Marian. et al. . Positive Deviance in Child Nutrition with Emphasis on

Psychosocial and Behavioural Aspects and Implications for Development. United

Nations University Press


LAMPIRAN
Informed Consent
Persetujuan menjadi Responden

Assalamu’alaikum wr wb
Perkenalkan saya, Mursalina Mahasiswi Peminatan Gizi, Prodi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang saat ini sedang melakukan penelitian tentang “gambaran faktor yang
berpengaruh terhadap deviasi positif pada baduta dengan status ekonomi keluarga
miskin dan berstatus gizi baik Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten
Bogor Tahun ” . Untuk penelitian tersebut, saya mohon kesediaan anda untuk
menjadi informan penelitian saya. Identitas pribadi sebagai informan akan
dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk
penelitian ini.
Setelah Anda membaca maksud dan kegiatan penelitian tersebut, maka saya
mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini.
Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Nama : _________________________________________
Tanda tangan : _________________________________________
Terima kasih atas kesediaan Anda untuk ikut serta di dalam penelitian ini.
Semoga Allah membalas semua kebaikan anda dalam kegiatan penelitian ini.

Wassalamu’alikum wr.wb

Peneliti

Mursalina
SEMI-Quantitative FOOD FREQUENCY QUESTIONARE
Nama …………………………………………………………………………………
Respoden …….
:
Tanggal …………………………………………………………………………………
Wawancara …….
:
Nama …………………………………………………………………………………
Pewawancar …….
a :

Rata-rata

Berat
Frekuensi Porsi
Berat (g)

Porsi S

Nama
Makanan

Tidak Pernah
x/M
x/H

x/H
x/B

g /H
K S B

Makanan Pokok
Nasi putih gelas
Bubur bayi
bungkus
instan
Bubur nasi mangkok
Bubur kacang
mangkok
hijau
Bihun gelas
Makaroni sdm
Mie kering gelas
Roti putih iris
Jagung buah sdg
Singkong potong sdg
Biskuit buah besar
Tape singkong potong sdg
Kentang buah sdg
Ubi buah sdg
Sukun potong sdg
Talas buah sdg
Lauk Pauk
Daging Sapi potong sdg
Daging Ayam potong sdg
Bakso biji
Telur Ayam butir
Telur puyuh butir
Hati sapi potong sdg
Ikan kembung ekor
Ikan mas ekor
Ikan lele ekor
Cumi-cumi ekor kecil
Udang segar ekor
Ikan asin potong kcl
Ikan teri kering sdm
Ikan mujair ekor
Ikan kakap ekor
Sosis potong
Sardencis potong
Susu sapi gelas
Oncom potong bsr
Tempe potong sdg
Tahu potong sdg
Sayuran
Buncis buah
Kacang panjang buah
Bayam batang
Kangkung batang
Sawi putih piring
Sawi hijau lembar
Katuk gelas
Tauge piring
Ketimun buah sdg
Wortel buah sdg
Terong buah sdg
Labu siam potong
Kol ptg sdg
Buah
Alpukat buah bsr
Apel merah buah kcl
Jeruk manis buah sdg
Mangga buah bsr
Pepaya potong sdg
Kurma buah
Semangka potong
Anggur buah
Pir buah
Pisang ambon buah sdg
Sirsak potong sdg

Sebutkan jenis makanan lain yang sering anda konsumsi. Isikan pada table berikut ini :

Rata-rata

Berat
Frekuensi Porsi
Berat (g)

Porsi S
Nama
Makanan

Tidak Pernah
x/M
x/H

x/H
x/B

g /H
K S B
A. IDENTITAS RESPONDEN
Kode (diisi
No Pertanyaan Jawaban oleh
peneliti)
A . Nama Ibu
A . Umur Ibu ................. Tahun A [ ]
A . Alamat RT….… RW…… Posyandu………
A . No Hp
A . Pendidikan Ibu . Tidak pernah . Tamat SMP A [ ]
sekolah . Tamat SMA
. Tidak tamat SD . Tamat Perguruan Tinggi
. Tamat SD
A . Pekerjaan Ibu . Ibu rumah tangga . Petugas Kesehatan A [ ]
. PNS . Wiraswasta
. Pegawai Swasta . TNI/Polri
. Guru/Dosen . Lain-lain ......................
A Jumlah Kehamilan ………. Kali A [ ]
A Jumlah ………. Kali A [ ]
melahirkan
A Jumlah anak ………. Anak A [ ]
A Jarak kelahiran ………. Tahun A [ ]
anak ………. Bulan
A Nama anak A [ ]
A Usia anak .................. Bulan A [ ]
A Jenis kelamin anak . Laki-laki A [ ]
. Perempuan
A Berat Badan anak …… Kg A [ ]
A Tinggi Badan anak …… Cm A [ ]
A Status Gizi anak . Buruk (selesai) . Lebih (selesai) A [ ]
. Kurang (selesai) . Obesitas (selesai)
. Baik
A Status Ekonomi . Tidak Miskin (selesai) A [ ]
Keluarga . Miskin

B. IDENTITAS PENGUMPUL DATA


Kode (diisi
No Pertanyaan Jawaban
oleh peneliti)
B . Nama Pengumpul Data
B . Tanggal Pengumpulan

B. RIWAYAT PENYAKIT IBU


Kode (diisi
No Pertanyaan Jawaban
oleh peneliti)
C . Pernahkan ibu menderita penyakit . Tidak, selesai C [ ]
dalam bulan terakhir ? . Iya
C . Apakah penyakit tersebut didiagnosa . Tidak C [ ]
oleh tenaga kesehatan ? . Iya
C Apa penyakit yang diderita ibu dalam …………………….
bulan terakhir ?

LEMBAR WAWANCARA MENDALAM

A. KUALITAS PEMBERIAN MAKAN ANAK SERTA DUKUNGAN SOSIAL


. Saat baru dilahirkan, anak ibu diberikan susu apa ?
. Selama enam bulan pertama anak ibu diberikan makanan apa saja ? (minum)
. Sampai usia berapa anak diberikan ASI ?
. Biasanya selesai menyusui anak ibu karena apa ?
. Setiap kapan ibu menyusui anak ibu ?
. Jika anak ibu tidak mau minum susu apa yang ibu lakukan ? ( sedang sakit,
merajuk, mengantuk)
. Kalau anak sudah kenyang tapi makanan belum habis, apa yang ibu lakukan ?
. Apakah anak ibu pernah sakit ? (jika iya, apa yang dilakukan oleh ibu saat
anak sedang sakit ? jika tidak, tanyakan jika seandainya sakit apa yang akan
dilakukan)
. Jika anak ibu mau minum susu, apa yang akan ibu lakukan ? (jika ibu sedang
kecapean ? atau sakit ?)
. Sejak kapan ibu memberikan MP-ASI kepada anak ibu ?
. Bagaimana cara ibu memberi makan anak ibu ? (disuapi, anak dibiarkan
makan sendiri, anak makan sendiri tapi diawasi)
. Dalam satu hari, berapa kali ibu masak makanan untuk anak ibu ? (kapan saja
?)
. Dalam sehari berapa kali ibu memberikan anak ibu makan ? (kapan saja?)
. Apa pernah anak melewatkan waktu makannya ?
. Biasanya selesai makan karna apa ? (makanan habis, anak sudah kenyang,)
. Bagaimana cara ibu mengatasi anak yang sedang lapar ? (makanan apa yang
ibu berikan? Makanan utama ? atau diganti dengan cemilan)
. Kapan saja ibu mencuci tangan ibu ?
. Seberapa sering ibu mencuci tangan sebelum menyiapkan makan ? (selalu,
sering, jarang) (menggunakan apa saja ?)
. Kapan saja ibu mencuci tangan anak ibu ? (seberapa sering ibu melakukannya
?)
. Bagaimana perasaan ibu saat memberikan makan anak ibu ?
. Bagaimana cara ibu mengajak anak ibu untuk makan ? Jika anak ibu tidak
mau makan, apa yang ibu lakukan ?
. Dalam merawat dan memberikan makan apakah ibu dibantu oleh orang lain ?
siapa ? (dibantu dalam hal apa, siapa yang membantu, seberapa sering ?)
. Apakah ibu merasa kesulitan dalam merawat anak/ melakukan pekerjaan
rumah / pekerjaan di luar rumah yang menghasilkan ? Mengapa ?
. Hal apa yang membuat ibu semangat dalam merawat anak ibu ?

LEMBAR OBERVASI KUALITAS PEMBERIAN MAKAN ANAK


No. Tingkah laku Hasil Pengamatan Keterangan
Dimensi Indikator I II
. Interaksi saat Baduta dapat
menyusui mengendalikan
puting atau dot
kapan masuk dan
keluar
Ibu tidak
mengganggu proses
pemberian makan
. Pengendalian Tidak memaksa
jadwal makan baduta makan saat
sudah kenyang
. Pemberian Ibu mencuci tangan
MP-ASI diri sendiri saat
sebelum makan
Ibu mencuci tangan
anak saat sebelum
makan
. Pengaruh Memberikan
positif perkataan positif
Tidak memaksa,
memerintah atau
mengancam anak
untuk makan
. Kecepatan Tidak menggunakan
pemberian tekanan fisik dengan
makan menekan masuk
sendok kedalam
mulut anak
Tidak memaksa anak
untuk makan cepat-
cepat
. Hubungan memberikan
timbal balik permainan atau
nanyian jika anak
tidak mau makan
Mengawasi dan
membantu anak saat
makan
Dokumentasi Penelitian
Tabel Analisis Data Kualitatif Wawancara Mendalam
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
Interaksi Mengizinkan Karna dia Minta Tidur paling, Dia sendiri Ngelepas Kalo dia Sebotol Udah
saat baduta untuk ngeliat nyusunya ? he euh, Lepas yang sendiri, udah tidur, abiisss, Minta berenti
menyusui mengendalika apa gitu “emeh” sendiri, ngelepas, he Udah Paling kalo lagi kadang, dianya
n puting atau hehe hehe euh. Ngga ngelepas ada mainan Yaudah di hehe, dia
dot baik “memeh” Ngajakin Enen sih, dia sendiri dia gitu dia kasih lagi aja, yang
memasukan he euh gitu ? paling sendiri mah, lepas sedikit aja, ngelepas
atau memeh kalo cape main paling sendiri, paling
mengeluarkan kitu, Iyaa “enen, enen main lagi Lepas setengahnya
nya dia yang gitu” kalo udah geura, sendiri
mau, kenyang mah sebentar- hehe
udah dia sebentar
Dia yang selepas nyusu teh
mau, kalo
di berentiin
dia marah
Lamanya Langsung Iyaaa, ASI, Iyaaa, Kasih ASI, Iya sampe Udah tiga Susu itu, ASI. ASI,
periode ASI ya di langsung, sampe ASI lagii.. sekarang, hari weh, Sampe dua langsung
menyusui kasih ASI langsung sekarang, He sampe he euh Langsung belas hari. Ya di kasih
anak dengan sampe keluar ehh, masih sekarang ada gitu, he Cuma karna ASI.
menggunakan sekarang He euh, eh lancar, dia udah di Iyaaa,
ASI masih asi ampe campur sama sampe
Iyaa, dua sekarang susu formula sekarang
puluh tiga sekarang dia
bulan kurang suka
sama susu
ASI
Apakah anak Ngga, ga Dia mah Sebelum enam Pernah Tiga hari Engga, Susu itu, ASI. Itu sun,
diberikan ASI di kasih kan, empat bulan paling air waktu dia paling terus di Sampe dua serelac
eksklusif makan, air bulan udah putih pake pulang baru kasih itu belas hari. Ya pas empat
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
selama putih mah di kasih sendok, Iya duluan keluar nya, dulu, Cuma karna bulan
bulan iya di makan, He pake sendok, setelah paling di madu, dia udah di
kasih euh, kasih biar engga lahiran, saya kasih madu dulu campur sama
makan kaget gitu kan masih madu dulu bayi nya, susu formula
pisang He euh, ASI sehari lagi di Di kasih sekarang dia
weh paling rumah sih itu, kurang suka
kadang-kadang sakit,di sebentar, sama susu
air putih, kalo kasih susu SGM gitu, ASI
siang panas formula dulu Udah tiga
kan, iyaa hari weh,
Langsung
ada gitu, he
eh lancer
Pengendal Tidak Makanann Kalo masih Ngantuk Nggaa, Ngga, Kalo di Abis Kadang
ian jadwal memaksa ya Suka mau mah sebelum jadwal kadang kalo ngga, udah kasih Alhamdulilla abis,
makan baduta untuk nyisa sih kasih, kasih makan ya ? dia makan aja makan, h, abis melulu kadang
makan saat hehe. aja gimana ngga di jadwal nya lagi ngabisin abis sih, gitu. Soalnya, ngga,
sedang Soalnya dia minta sih sebenernya lahap mah, itu, Ngga, cuman aku mah tau gimana
mengantuk kan nya, kalo mah, he euhh, suka takutnya bubur porsinya kalo mau nya
atau sudah banyak ngga kan suka di jam keliatan mau kan itu, doang dia abis, tapi aja.
kenyang ngambiln yaudah ini jam ini, lagi tapi usus nya jarang abis, kadang dia Gatau,
ya hehe ngga sih. Iya ngga di takutnya kalo bubur minta kenyang
sekalian semaunya dia, tambah, itu, kan mah gitu, nambah, kayanya
gitu hehe, yang penting si belom kalo suka ada yaudah kasih dia nya.
kalo sisa nasi itu di belom di kebanyaka ini sisa gitu sedikit, Kalo abis
yaudah makan gituu tambahin n makan tapi sedikit, pengen lagi pengen
gapapa. hehe. Takut kan katanya, udah nambah
gimana ya, ususnya, He euh, kasih lagi. Ga kasih
nanti kan kalo pernah di setengahn
kekenyanga udah di paksa ya, kalo
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
n gitu, kasih ngga abis
malah makan, yaudah
muntah udah di
kasih
minum,
nyusuin
sebentar,
terus udah
wae di
lepas sama
dia gitu,
udah
kenyang
meureun
yaa,
Memberikan Kalo pas Kemarin Pernah, sekali Kalo lagi Ngga sih, Engga sih, Makan, tapi Tetep
makan yang pertama sih dia pas lagi sakit kurang terus dia kalo sakit alhamdulillah mau,
lebih sering doang pernah tah sariawan, dia mah kalo juga nya teh dikit-dikit
saat baduta gamau, sariawan, Iyaaa, dua hari, makannya, mau sakit Alhamdulil makan, mau
sedang sakit iya nenen gamau susah harus di Nangis kalo mau ngga lah jalan nyusu. Suka walaupun
nya nyusu. Itu paksa, di suapin terus aja nyusunya, makan tau ga, lagi sakit.
gamau, bu, di suruh Paling ge, gamau. dia makan paling orang-orang Agak
Awal, emeh, ngambil sekali kan kalo sama makan mah kan suka berkurang
pertama bobo, tuh engga abis, panas minum doang gamau makan , di paksa
lahiran. engga mau. siangnya kemarin susunya susah. kalo sakit, aja hehe
Kalo sakit Tapi kalo susaahh, paling tumbuh gigi, Tapi tetep tapi kalo dia
mah ga makan mah kalo pagi terus panas banyak sih mau.
pernah ga mau susah, sorenyaa lagi mau minum
mau hehehe. baru mau, laper ngerondang, susunya
makan Yaudah kali. Jadi pas tapi tetep Kalo engga
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
saya kasih sore tuh minum susu mau makan
makan aja mumpung mau, nya, tetep mah udah
kasih aja banyak. Jadi itu aja, di
makan yang di susuin aja paksa wae
banyak yang banyak gitu, biarin
tiga suap
dua suap ge
biarin,
yang
penting
mah masuk
Mengizinkan Di kasih Kasih atuh Yaaa, kasih Iyaa, diaa, Walaupun Kasih aja, Ga keitung , Tetep di
baduta untuk hehehe, lah, kan hehehe. Iyaaa, paling abis kerja Paling juga sering Kita kasih susu
lebih sering walaupun marah- kasian kan dia. nangis bisa kalo saya tau aja hehe,
menyusui lagi cape marah Uuhhh nangis yaudah langsung lagi sakit jadwalnya tetep di
kasih dianya, nya kaya yang susuin gitu, nyusu, kan itu tuh, gimana, kasih aja
dulu, iya berisik di aniaya Nggaa hehe minum air pake gelas kadang dia
nangis hehe gimana dia anget dulu, itu, di kasih juga minta
nya ya kan pake kalo kita lupa.
He euh, kalo nyuci sendok, Pengen susu
tetep di apa di Iyaa di gitu, cucu
kasih sananya perah, gitu cucu. Yaudah
kan doang kasih
minum air
dulu, air Pusing kan Di kasih,
anget dua saya nya, soalnya dia
gelas, jadi suka mah kalo
kan ga pusing tea ngga di kasih
dingin ini kalo maag nangis.
(ASI) udah gitu mah, Semua, apa
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
aja gitu, maag nya aja di
langsung sakit, gelayutin tuh
di kasih,
Itu wae ibu
Di kasih, (menunjuk
tetep, nenek nya)
paling Mau sih dia
istirahat mah, pake
dulu sendok
sebentar gitu, paling
kadang kurang
iyeu, wareg
mereun
yaa, wareg
tea mun
pake
sendok
mah

Lagi
capee? ah
saya mah
di kasih
sih, kan
duduk iyeu
bari
nyusuan
nya, kasian
nangis
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
Pemberian Makanan Kalo Pernaahh, Kalau gituu, Belom sih, Makan Makan Campur dia Kadang
MP-ASI yang bergizi siang dia karna udah ngga siihh, Belum jajan terus ini terus sih, mah, jajan iya dia minta
tidak diganti laper jajan, selalu makan atau nyemil, mah, sehari tiga nasi juga. sendiri,
oleh makanan paling kadang beli nomer satu, he belum paling kali. Belum Abis itu dia kadang
manis atau kasih kue- susu, euh udah ngerti. Jadi jajan ngerti jajan makan, iya emang
permen saat kue gitu, kenyang. makan mah di kasih yaudah makan, jadwalnya
baduta sedang beli bolu Tapi kalo mau jajan mau makan aja jajan, tapi makan juga, . Kalo dia
lapar gitu, di dia laper, di apa terserah makan Cuma kadang lupa di
warung, kasih juga, biscuit juga bikinin aja
makanan makan makan aja kan ga habis, gitu.
biscuit ngga jajan, tiap hari, Cuma dua
gitu ya, kecuali mau sakit keping doang.
Hah ? emang mau Ga pernah
hehe entar udah jajan engga, ngelewatin
aja sore, jadi gamau makan aja makan sih,
kan saya makan ga pernah jajan juga,
nasi nya siang lewat makan juga
baru di mau
angetin
lagi sore

Anak Iyaa, Paling sosis udah makan Belom sih, Makan Paling di Beli aja Ngga,
diberikan Paling biasanya, mah mau jajan Belum jajan terus ini kasih kadang belumm
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
cemilan kasih permen mau apa atau nyemil, mah, nyemil mamah suka hehe ga
sebagai cemilan yupi terserah belum ngerti paling gitu, kasih jualan biscuit ngerti
makanan gitu jajan nyemil apa tuh, paling jajan
tambahan biscuit yaudah weh, biscuit, dia
setiap harinya jajan, tapi kadang mah. Kadang
makan roti, teh nabati
juga, manis gitu
kadang di
kasih,
Frekuensi ibu Setiap Iyaaa, sama Kadang mau Sebelum Ngaa, Mau itu, Cuci tangan Abis
mencuci mau kalo udah eeee mau kasih kasih makan paling ngegendon kalo nyiapin beres-
tangan nyuapin, kerja, mau makan, kalo gitu, sama pake g itu si makanan, bereslah
sebelum terus udah nyuapin, mau nyuapin sesudah nya sendok dede, mau Pakai sabun cuci
menyiapkan apa aja Iyaaa, apa, harus cuci kan kalo kasih susu, aja, sabun. tangan,
makan gitu suka masak tuh tangan, biar ga makan, mau masak Selalu, cuci
cuci cuci itu, engga gitu, kan tangan
tangan. pake kata bidan
Pakai Pake Masak ? iiyaa tangan, teh harus
sabun, sabun, di cuci-cuci kan dia cuci
pakai air sabun semua, makan tangan,
mandi udahannya gamau kadang kan
harus bersih kalo sok nyapu
lagi makan ga tea nya,
pake sayur sok kotor
mah kan wae, udah
gamau cuci tangan
pengen gitu,
nya yang
kuah
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
Kalo mau
itu, tidur
kadang,

Kadang
suka, tiap
hari weh
cuci
tangan
hehe, kan
itu masak
kan di
tungku,
tiap hari
cuci
tangan,
kan kalo di
tungku
mah
Frekuensi ibu Kalo mau Sukaa. Mau pegang paling kan Kalo mau Sukaa sih, Mau tidur Mm hehe
mencuci makan Tiap udah makanan tah kalo pagi tidur, iyaa, Ooohhh, cuci kaki mau tidur
tangan Kalo main, mau itu nomer satu, mah mandi, he euh kalo mau sama cuci palingan
anaknya makannya makan itu harus, heu kalo udah tidur, tangan sama juga hehe.
di suapin euh. Suapin mandi, kalo ayahnya di Paling
saya ? paling tangan dia udah ituin, tiap megang
Ngga nya aja, kan begini nih, makan biscuit.
hehe suka pegang- udah kadang kalo Cuci pake
pegang kerayapan dia makan tisu basah,
cuci, tidurin sendiri baru pake lap
udah gitu cuci tangan,
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
hehe kalo disuapin
nggaa. Pakai
sabun juga
Pengaruh Memberikan Seneng Seneng Gimanaa, Seneng sih Biasa aja Kalo kasih Seneng, Apa Yaa
positif perkataan dan aja, tapi hehehe, seneng sih, Heu ya, apa lagi sih. Ngga, makan, lagi kalo dia seneng
sikap yang kalo dia Gimana ya euh, jadi si kalo lahap kadang atuh banyak aja,makan
positif makannya hehee, yaa anak teh makan dia nya ya kalo itu enakeun makan ya kalo
lahap gitu seneng aja nya banyak, suka di wae nya, tambah apa lagi
ya atuh Kalo lagi kasih hehe kalo seneng aku kalo
hehehe gamau makan sambil nafsu mah nya, Cuma makannya
yaaa hehe jalan-jalan komo kalo dia banyak.
gimanaa ?? gitu, ngga enakeun jarang kalo
sedih juga sih, ngga wau nafsu dia gamau
hehehe pernah kaya gitu di makan gitu
kesel hehe suapin ya, kesel, kadang
kalo ngga aku suka
nafsu mah kesel.
yaudah say
amah kesel
tea, jangan
makan gitu
kalo engga
nafsu mah
Tidak Di ini aja, Kalo saya Mau terus sih, Pagii, kalo Ngga di Eeee lagi Abis Saya
memaksa di itu sih gimana paling misalnya itu paksa sih, sakit Alhamdulilla paksa kalo
untuk makan, hehe, di dia minta gamaunya pas jam delapan, alhamdulil doang, kalo h, abis melulu gamau
tidak liatin apa nya, mau sakit, ya dia suka lah mau susah gitu. Soalnya, makan.
memerintah gitu, kaya jajan? dibujuk aja , udah minta terus makan mah aku mah tau Ya di
atau ayam, tuh Jajan, mau “dede ini sendiri, kalo makan gitu, kalo porsinya kalo paksa aja,
mengancam. liat ada makan ? minum” ya dia mau nya. Jadi sehat mah dia abis, tapi tapi kalo
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
mpus gitu, makan, namanya sakit emam dia yang engga sih kadang dia gamau
baru dia entar kali ya, tetep “mamam, minta dia mah minta makan
mau gimana gamau mamam” gampang, nambah, yaudah ga
nyuap kalo ada baru gitu kalo sehat yaudah kasih apa-apa
yang liat Paling di pagi di mah sedikit,
makan, bujuk-bujuk kasih, kalo pengen lagi
makaaannn “dede dia ga bilang katanya, udah
juga dia emaamm” kalo gitu gamau kasih lagi. Ga
ngikutin dia gamau kan di suapin pernah di
hehe yaudah paksa
Hubungan Memberikan Iya, selalu Biasanya di Kalau sambil Iyaa di Iyaa di Belum bisa Nggaa, Di suapin,
timbal makan secara di suapin, suapin, main gitu di suapin, suapin, makan kadang sama
balik aktif termasuk iyaa, mau kalo suapin, kalo di Belom bisa, kalo ngga sendiri kan, misalnya ibunya
mengawasi sih makan Biasanya di rumah mah masih di di suapin Iyaa, di dede mau hehe.
dan sendiri suapin, sendiri dia, suapin mah engga suapin makan sendiri Belum,
membantu kadang kalo pengen sendiri. abis hehe. ? iyaa, masih di
saat makan hehe, tapi sekarang Di liatin, di Makan dimakan suapin aja
sayanya udah mulai perhatiinn,takut sendiri sendiri entar
gamau ini. makan nya kan pernah dia dia bawa.
biar cepet sendiri, nasinya gimana di acak- Kalo di
aja, hehe berdua kan, ngga acak suapin kalo
kakanya kemakan apa doang. Di dia lagi
dimainin gitu liatin, sambil main.
Ngeliatin, kan, jadi Kadang di
ngeliatin diliatin “dede suapin,
dulu emam emam” kadang
baruuu hehe makan
Soalnya sendiri.
suka Maunya dia
berantakan nya gimana.
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
tah, suka Ngga, paling
berantem aku nungguin
warung kalo
dia makan
sendiri,
sambil
ngeliatin dia
aja makan
Memberikan Ngga mau Di ais, Sambil main, Paling teh Paling Sembari di “makan, buru Yaaaa di
permainan makan ? sambil di jalan-jalan di kalo gamau jalan-jalan ais kitu, makan, ntar bujuk lah
dan nanyian di ajak ais, Iyaaa gendong, dede makan itu aja, he sembari baru main gitu,
jika anak main, kalo mau, kalo liat ini liat iniii lagi sakit. euh, kemana, lagi” baru sambil
tidak mau lagi main di ais aaammmm gitu Jadi di sambil sambil makan, digendong
makan mah mau kalo di rumah gendong aja, jalan-jalan ngeliat, liat sesendok
di suapin gamau, malah di susuin, gitu. Iyaaa, apa gitu, gitu.
nangis kalo nyusu sambil supaya Iyaa, entar ga
dia mau jalan-jalan mau di ajakin naik
terus. itu sambil odong-odong
nyuapinin, Baru makan
sambil
ngejar-
ngejar dia
gitu,
hehehe
Dukungan Dukungan Paling Nggaa, Paling kalo Kadang Anak saya Ngga sih, Ga sih, Sama ibu
sosial sosial dari suami sendiri, kacang panjang kakak nya Setahun paling juga kadang aku saya,
keluarga inti doang Oooo, minta di si umi, dia nyuapin dua bulan kalo suka nyuruh samaa
dan kalo kalo sama ayah nanem sendiri (Anak ke ) teh dia dibantuin mamah. ayahnya
masyarakat saya lagi nya di kan disana Orang tua udah ibu mah Kadang devan.
sekitar nyuci tungguin deket, suka ninggalin kalo saya suami gitu di Ngga,
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
baju, sama kaka Ayahnyaa, di bantuin saya, Teu mau nyuci, suruh. mandiin
nyuci nya paling sama ibu, nafkahan terus di Ngga paling sama
piring ngejagain, he Kalau saya oge empat ajak dede ngejagain, ayahnya
gitu, Iya ada euh, Ngga heu lagi repot bulan. Aah nya sama kalo aku lagi kadang.
kadang raskin,Kad euh, paling kakak nya, saya mah ibu gitu, mandi “mah Kalo
sama ang mah nungguin kalo ngurusin ke kan ga kalo mau minta tolong kasih
kakanya, jarang, lagi mau masak sekolah dia pernah masak gitu, jagain” gitu makan
iyaaa bulan mau apa, itu aja sama nenek minta gitu Pernah sih doang sih, Saya
nungguin sekarang sih. Paling nya gitu ya, sama nyuapin kalo lagi hehe,
doang aja belum abahnya (bapak saudara nenek mah, masak gitu Pernah sih
da, bulan ayah nya) iyaa, Dapet raskin gitu, kalo kalo saya ya suami neneknya
Kalo kemarin suka mah, Ngga pas kerja lagi sakit. bantuin, nyuapin
mandiin ngga ada, nongkrong daa, udah mah, kalo Suami ? mandiin dia, sekali-
nyuapin bulan sama abahnya beberapa belum adaa, Suka, kasih makan sekali.
ngga, ga kemarinnya bulan entar kerja mah suka gitu kalo aku Kalo ke
pernah lagi adaa, Raskin adaa, si baru ada suka minta bantuin, lagi jaga posyandu
bulan umi suka lagi, Ngga ke saudara paling warung sama ibu
Kalo kemarin ga ngambil, Ga sih, kemarin gitu, nasi ngajak, itu saya,
raskin ada jadi ga pernah itu sih udah berapa mah. Kan ngasuh, adaa, suka
kalo ada tentu. Di ga pernah di bulan, kadang main gitu ambil ko Raskin
iya suka kasih tau, ambil. Hah ? kadang suka ke depan, raskin, kadang
saya Sama ibu gatau hehe empat bulan, minta, kalo mau lumayan kan suka
ambil itu, ibu udah biasa aja kadang lima kadang ke mandi di ambil kalo
kader beli beras di bulan, teteh, Iyaa pegang pengen,
warung hehe, Hari itu juga buat anak dulu sama kadang-
rasanya kan dikasih mah, bapak nya kadang ga
beda yaa taunya, dia kadang ke gitu, di rutin
bilang ada ibu, bawa ke datengnya
raskin, udah kadang ke depan,
aja baru dia kaka, nongkrong.
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
bilang Cuma kan Kalo
begitu saya kalo minta mandiin
kesono gitu mah gitu mah belum
ngambil ya, asaan pernah,
gimana
BPJS punya, gitu teh Suka ada
yang perasaan, sih yang
pemerintah. yaudah ngasih,
Iyaa, Cuma kerja aja kadang-
ini nih satu, gitu. Saya kadang
bayar nih. kerja raya yang
(anak yang di asuh ngasih
ke ). Waktu adik saya juga.
itu kan dia kalo engga Tetangga,
kan belum kaka saya haha. Tapi
punya yah, saudara
waktu itu Kalo kerja keneh sih
dia mau raya sama itu juga,
daftar Ade nya saudara
operasi ibu, atau dari suami.
sakit, jadi kaka yang He euh
bikin, belum paling sayur jadi,
bikin yang gede, Jadi ada yang
gratis. saya mah ngasih
gaji nya kadang-
utuh ga kadang.
keganggu, Sekali sih.
Cuma Haha
yang sekali, heu
ngasuh euh, sekali
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
raya mah udah ngga
di gaji lagi pernah lagi,
di kasih mun sering
sama mah rugi
majikan, di meureun
kasih lagi nya hahaha
buat yang
ngasuh Ada yaa,
raya ada raskin.
Oooo ga
Iyaa, atau tentu heu
kalo lagi euh, ini
kerja kan juga udah
suka bawa lama belum
ayam gitu dateng.
ya, He Terakhir
euh, teh
kadang September.
kalo ada Iya ada,
beras suka kasih tau
di kasih, gitu ada
kadang beras
kalo engga raskin
ada mah dateng gitu
suka beli
di warung
beras mah,
kan engga
tiap hari
ngasih
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
beras mah
engga
hehe
Tiap hari
ayam mah,
kadang
suka he
euh,
Kadang
dua, dua
potong,
buat si
raya doang
Sayur
kadang
kalo
nyayur
suka bawa,
kadang
tiap hari
nyayur,
kadang
tiap hari
goreng
ayam gitu,
ganti-ganti

Iya dapet
raskin.
Ngga, ga
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
tiap bulan.
Kalo ada
aja beli

Karakteris Kemampuan Ngga sih, Ngurus Gimana yaaa. Alhamdulilil Yaa, ga Ya paling Ya lancar- Mmm ya
tik Ibu ibu udah anak ? ya Mmmmm Ya lah kalo susah, gitu, bisa lancar aja sih kaya biasa
biasa susah susah engga sih. dibantuin walaupun bisa aja, aku mah. aja gitu
ngurus gampang Ngga beberes sih saya kerja kecuali Karna masih hehe.
anak gitu yah kerepotan. Ya engga ya. alhamdulil saya lagi tinggal sama Kalo
soalnya. hehehe. emang Tapi kakak lah ade sakit. Ya ibu jadi ngurus
Ga susah Paling tugasnya kakak nya saya bisa kaya itu, bareng- devan ya
da susahnya begitu. Ngurus suka ngejagain susunya di bareng ga ribet
kalo anak anak ? ya nungguin anak saya, peras, beberesnya, sih,
Pekerjaan lagi rewel. Alhamdulillah kalo saya dan minta masaknya kecuali
rumah Tapi jarang bisa. Iya sambil mandi, alhamdulil tolong juga gentian, dia lagi
yah ? ya sih itu teh, beberes rumah masak gitu. lah neneknya kalo aku yang sakit,
semuanya gampang- masak, suka di Mmmmm majikan suapin. lagi masak ya kaya
saya yang gampang tungguin Bapaknya saya Tiap hari titip bentar kemarin
ngerjain, aja bapaknya kalo kerja kan, ngasih juga saya gitu anak pas abis
bapaknya dijalaninny ngga kakek tapi kalo uang ke rumah akunya. Kalo imunisasi
ngga, tapi a. neneknya kan lagi di tambahan ibu saya ibu lagi pergi rewel tuh,
paling gitu saya minta rumah ya untuk kan. ayahnya lagi tapi disini
bantu Iyaa, suami tolong kalo itu. kadang bayar yang Kadang kerja aku kan
nungguin bantuin Tapi kalo bantuin juga jaga anak saya titipin tidurin dulu banyak
kalo saya jagain, engga bisa yaa saya di dulu dia nya, jadi orang,
lagi nyuci, kadang sama kaka nya luar gaji. sebentar aku bisa kadang
masak, kakaknya, aja, suruh Jadi tetep saya ngerjain yang ibu juga
jadi ga jadi saya jagain dulu. ada yang beberes lain. Kalo dia bantu
ribet gitu. bisa Kalo engga jagain masak, abis makan di suapin
Kadang ngerjain saya gendong anak itu saya suapin lahap, sih, jarang
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
kakaknya yang lain walaupun kerumah makan sendiri tapi, kalo
dia gitu saya kerja ibu lagi. juga lahap, aku lagi
Kalo ngga jadi ga susah ada apa
Kalo sama sih aja gitu
beberes ayahnya Alhamdulilla
rumah kalo lagi ga h
mah ya ga kerja
berat,
rumahnya
ge kecil,
masak
paling pagi
doang buat
makan
pagi sama
siang anak
saya, kalo
buat
malemnya
suka di
bungkusin
lauk tiap
hari. Jadi
ga susah
deh
Motivasi ibu Ya sayang Mmm hehe Ya atuh karna Pokoknya Ya kan Lebih Namanya Hehehe
aja gitu. kenapa yaa. sayanglah. anak utama udah ga ngejaga aja anak pertama apa yaa,
Apalagi Ya pengen Namanya ibu deh. Waktu ada sekarang yah hehehe karna
saya liat anak yah. Yaa, itu pas bapaknya, mah kitu. jadi sayang
dapetinny berhasil supaya sehat kakaknya udah pergi. Anak semuanya hehe,
Variabel Indikator R, Thn ER, Thn LS, Thn L, Thn SS, Thn SR, Thn S, Thn WA,
Th
a susah, kedepanny terus, kalo anak aja saya Nah kalo pertama serba gimana
keguguran a. Biar sakit saya yang pernah bukan saya saya pan pertama, sih ibu ke
kali, pada sehat- sedih soalnya kerja, terus siapa lagi udah untung ada anak tuh.
beda sehat, di kasih susu kan. Masa meninggal, mamah yang Pengen
umur pinter gitu. formula, tapi mau lahir ngasih tau. supaya
sama Seneng aja dia gamau, ngarepin hari terus Ya yang devan jadi
kakanya kalo liat akhirnya pemberian meninggal. penting anak anak yang
aja mereka, saya berenti orang Sakit, tapi sehat terus sukses
tahun kan lagi cape kerja. terus, gatau sakit aku mah aamiin
juga kurang Utamain sayanya ga apa. Saya hehe
gitu mun anak biar enakeun bawa ke
liat mereka pada sehat kitu bidan
teh deh. Cuma
gimana,
udah takdir
yah.
Tabel Analisis lanjut Data Kualitatif Wawancara Mendalam
Variabel Indikator R, Thn ER, LS, L, Thn SS, SR, Thn S, Thn WA, Kesimpula
Thn Thn Thn Th n
Interaksi Mengizinkan Mengizin Mengizin Mengizin Mengizin Mengizin Mengizink Mengizin Mengizin Semua ibu
saat baduta untuk kan kan kan kan kan an kan kan mengizinka
menyusui mengendalik n anaknya
an puting yang
atau dot baik mengendali
memasukan kan puting
atau atau dot
mengeluarka
nnya
Lamanya ASI ASI ASI ASI ASI ASI hingga ASI ASI ibu masih
periode hingga hingga hingga hingga hingga sekarang Hari hingga memberika
menyusui sekarang sekarang sekarang sekarang sekarang ( Hari) sekarang n ASI
anak dengan (Langsung (Langsung (Langsung ( Hari) ( Hari) (Langsung hingga
menggunaka ) ) ) ) sekarang,
n ASI ibu
memberika
n anaknya
susu
formula
dan kental
manis
Apakah anak Tidak ASI Tidak ASI Tidak ASI Tidak ASI Tidak ASI Tidak ASI Tidak Tidak ASI Semua Ibu
diberikan eksklusif eksklusif eksklusif eksklusif eksklusif eksklusif ASI eksklusif tidak
ASI eksklusif eksklusif memberika
selama n ASI
bulan Eksklusif
kepada
anaknya
Pengendal Tidak Tidak Tidak Tidak di Membatas Membatas Tidak Makanan Tidak Semua ibu
Variabel Indikator R, Thn ER, LS, L, Thn SS, SR, Thn S, Thn WA, Kesimpula
Thn Thn Thn Th n
ian jadwal memaksa memaksa memaksa jadwal, i porsi i porsi memaksa hampir memaksa tidak
makan baduta untuk jika jika tidak agar tidak agar tidak jika selalu jika memaksa
makan saat makanan makanan dipaksa kekenyan kekenyan makanan habis dan makanan anak untuk
sedang tidak tidak saat sudah gan gan tidak habis tidak tidak makan saat
mengantuk habis habis mengantu pernah habis sedang
atau sudah k dipaksa mengantuk
kenyang atau sudah
kenyang
Memberikan Tetap Tidak mau Pagi dan Tidak mau Tetap Tidak mau Tetap Makannya Tiga baduta
makan yang makan minum siang makan, makan makan, makan berkurang, makan dan
lebih sering dan susu, tapi tidak mau tapi diberi dan tapi diberi dan di paksa minum
saat baduta minum tetap mau makan, susu yang minum susu yang minum susu seperti
sedang sakit, susu makan sore baru banyak susu banyak susu biasa, dua
seperti mau jadi seperti seperti sulit makan
biasa diberi biasa biasa sehingga
makan asi
lebih diperbanya
banyak k, satu
tidak mau
minum
susu
sehingga
makan
diperbanya
k, satu
baduta
hanya mau
makan saat
sore hari,
satu
Variabel Indikator R, Thn ER, LS, L, Thn SS, SR, Thn S, Thn WA, Kesimpula
Thn Thn Thn Th n
lainnya
sulit untuk
makan saat
sakit
Mengizinkan Mengizin Mengizin Mengizin Mengizin Mengizin Mengizink Anak Mengizin Semua ibu
baduta untuk kan, kan, kan, kan, kan, an, sering kan, mengizinka
lebih sering walaupun walaupun walaupun terserah walaupun walaupun menyusui walaupun n baduta
menyusui ibu sedang ibu sedang ibu sedang anak ibu sedang ibu sedang ibu sedang untuk lebih
lelah lelah lelah lelah lelah dan lelah sering
sakit menyusui
Pemberia Makanan Tidak Pernah, Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Enam
n MP-ASI yang bergizi makan jika sudah pernah, pernah, pernah, pernah, pernah, pernah, baduta
tidak diganti siang, jika terlanjur makan selalu walalupun selalu walalupu selalu tidak
oleh siang anak kenyang nomer makan jajan tetap makan n jajan makan pernah
makanan lapar di karena satu makan tetap melewati
manis atau kasih jajan makan waktu
permen saat cemilan makannya,
baduta satu baduta
sedang lapar terkadang
melewati
waktu
makan
siang, dan
satu
lainnya
tidak
pernah
makan
siang
Anak Diberi Diberi Diberi Tidak Diberi Diberi Diberi Tidak Enam
Variabel Indikator R, Thn ER, LS, L, Thn SS, SR, Thn S, Thn WA, Kesimpula
Thn Thn Thn Th n
diberikan cemilan cemilan cemilan diberi cemilan cemilan cemilan diberi baduta
cemilan tiap hari tiap hari tiap hari cemilan tiap hari tapi tidak tiap hari cemilan diberikan
sebagai tiap hari cemilan
makanan setiap hari,
tambahan dua baduta
setiap lainnya
harinya belum
diberikan
cemilan
Frekuensi ibu Setiap Sehabis Setiap Sebelum Tidak Mau Sebelum Setelah Empat ibu
mencuci mau kerja, mau mau kasih mencuci menggend menyiapk beres- sering
tangan menyuapi masak menyuapi makan tangan ong, mau an beres mencuci
sebelum anak anak kalau mau memberi makanan tangan
menyiapkan menyuapi susu sebelum
makan anak menyiapka
n makanan,
empat ibu
lainnya
hanya
melakukan
sesekali
atau
bahkan
tidak
mencuci
tangan
sebelum
menyiapka
n makanan
Variabel Indikator R, Thn ER, LS, L, Thn SS, SR, Thn S, Thn WA, Kesimpula
Thn Thn Thn Th n
Frekuensi ibu Kalau Sebelum Kalau Sesudah Sebelum Sebelum Sebelum Sebelum Dua ibu
mencuci mau dan mau mandi tifur tidur tidur, tidur baduta
tangan makan sesudah pegang kalau sering
anaknya makan makanan makan mencuci
sendiri tangan
anaknya
saat
sebelum
makan, tiga
ibu
mencuci
tangan
anak jika
anaknya
makan
sendiri, tiga
ibu lainnya
tidak
mencuci
tangan
anaknya
saat mau
makan
Pengaruh Memberikan Senang Senang Senang Senang Biasa saja Senang Senang Senang Tujuh ibu
positif sikap dan memiliki
perkataan sikap yang
positif positif saat
anak
makan
dengan
Variabel Indikator R, Thn ER, LS, L, Thn SS, SR, Thn S, Thn WA, Kesimpula
Thn Thn Thn Th n
lahap, satu
lainnya
mengaku
biasa saja
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Sedikit Tujuh ibu
memaksa dipaksa dipaksa dipaksa dipaksa dipaksa dipaksa dipaksa dipaksa tidak
untuk makan, memaksa,
tidak memerinta
memerintah h atau
atau menganca
mengancam. m anak
untuk
makan,
satu ibu
sedikit
memaksa
saat anak
tidak mau
makan
Hubungan Memberikan Disuapi Disuapi Disuapi Disuapi Disuapi Disuapi Disuapi Disuapi Seluruh ibu
timbal makan secara membantu
balik aktif baik secara
termasuk langsung
mengawasi atau tidak
dan langsung
membantu dalam
saat makan proses
makan
anak
Memberikan Diajak Digendon Jalan- Digendon Jalan- Digendong Dibujuk Dibujuk Seluruh ibu
Variabel Indikator R, Thn ER, LS, L, Thn SS, SR, Thn S, Thn WA, Kesimpula
Thn Thn Thn Th n
permainan main g jalan g jalan membujuk
dan nanyian anak yang
jika anak tidak mau
tidak mau makan
makan dengan
cara
digendong
atau diajak
jalan-jalan
Dukungan Dukungan Didukung Didukung Didukung Didukung Didukung Didukung Didukung Didukung Seluruh ibu
sosial sosial adalah oleh oleh oleh oleh oleh oleh oleh oleh didukung
bantuan baik keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga oleh
berupa moril keluarga
maupun
materil dari Mendapat Mendapat Mendapat Mendapat Mendapat Mendapat Mendapat Mendapat Enam ibu
keluarga inti raskin raskin raskin tapi raskin raskin raskin raskin raskin tapi mendapat
dan tidak tidak raskin
masyarakat diambil selalu selalu
sekitar diambil membeliny
a, dua
lainnya
juga
mendapat
raskin tapi
tidak
membeliny
a.
Tabel Analisis Data Kualitatif Observasi
Variabel Indikator R, ER, LS, L, Thn SS, SR, S, Thn WA, Th
Thn Thn Thn Thn Thn
I II I II I II I II I II I II I II I II
Interaksi saat mengizinkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
menyusui baduta untuk
mengendalikan
puting atau dot
baik memasukan
atau
mengeluarkannya
Pengendalian Tidak memaksa √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √
jadwal baduta untuk
makan makan saat sudah
kenyang
Pemberian Ibu mencuci - √ - - √ - - - - - √ √ √ √ - -
MP-ASI tangannya saat
mau menyiapkan
makanan
Ibu mencuci - - - √ √ √ - - - - - - √ - - -
tangan anaknya
saat mau makan
Pengaruh Memberikan - √ √ - √ - √ √ - - √ √ - √ - -
positif perkataan positif
tidak memaksa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
untuk makan,
tidak memerintah
atau mengancam.
Kecepatan Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √
pemberian menggunakan
makan tekanan fisik
termasuk
menekan masuk
sendok kedalam
mulut anak
Tidak memaksa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
anak untuk
makan cepat-
cepat
Hubungan memberikan - - - - √ - - - - - - √ - √ - -
timbal balik permainan dan
nanyian jika anak
tidak mau makan
Membantu dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengawasi anak
saat makan
Hasil Analisis Data Kuantitatif

Statistics

A . JARAK
A . JUMLAH A . JUMLAH A . JUMLAH KELAHIRAN
A . UMUR IBU KEHAMILAN MELAHIRKAN ANAK ANAK

N Valid

Missing

Mean

Median

Range

Minimum

Maximum

A . PENDIDIKAN IBU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Total

A . PEKERJAAN IBU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ibu rumah tangga

Asisten rumah tangga

Total

A . JENIS KELAMIN ANAK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki

Perempuan

Total

C . PERNAHKAH IBU MENDERITA PENYAKIT DALAM BULAN


TERAKHIR ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak

Iya

Total

C . APAKAH PENYAKIT TERSEBUT DI DIAGNOSA ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Iya

Missing System

Total

D . ASUPAN ENERGI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang

Cukup

Lebih

Total

D . ASUPAN KARBOHIDRAT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Cukup

Lebih
D . ASUPAN KARBOHIDRAT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Cukup

Lebih

Total

D . ASUPAN PROTEIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang

Cukup

Lebih

Total

D . ASUPAN LEMAK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang

Cukup

Lebih

Total

Jenis Makanan Pokok


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

BUBUR_BAYI_INSTAN . .

NASI_PUTIH .

BUBUR_NASI . . .

BUBUR_KACANG_HIJAU . . . . .

BIHUN . . .

MAKARONI . . . . .

MIE . . . . .
ROTI . . . .

JAGUNG . . . . .

SINGKONG . . . . .

BISCUIT . . . .

TAPE_SINGKONG . . . . .

KENTANG . . . . .

UBI . . . . .

SUKUN . . . . .

TALAS . . . . .

Valid N (listwise)

Jenis Lauk-Pauk
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

DAGING_SAPI . . . . .

DAGING_AYAM . . .

BAKSO . . . .

TELUR_AYAM . . .

TELUR_PUYUH . . . . .

HATI_SAPI . . . . .

IKAN_KEMBUNG . . . . .

IKAN_MAS . . . . .

IKAN_LELE . . . . .

CUMI_CUMI . . . . .

UDANG . . . . .

IKAN_ASIN . . . . .

IKAN_TERI . . . . .

IKAN_MUJAIR . . . . .

IKAN_KAKAP . . . . .

SOSIS . . . .

SARDENCIS . . . . .

SUSU_SAPI . . . . .

ONCOM . . . . .

TEMPE . . .

TAHU . . . .
Jenis Lauk-Pauk
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

DAGING_SAPI . . . . .

DAGING_AYAM . . .

BAKSO . . . .

TELUR_AYAM . . .

TELUR_PUYUH . . . . .

HATI_SAPI . . . . .

IKAN_KEMBUNG . . . . .

IKAN_MAS . . . . .

IKAN_LELE . . . . .

CUMI_CUMI . . . . .

UDANG . . . . .

IKAN_ASIN . . . . .

IKAN_TERI . . . . .

IKAN_MUJAIR . . . . .

IKAN_KAKAP . . . . .

SOSIS . . . .

SARDENCIS . . . . .

SUSU_SAPI . . . . .

ONCOM . . . . .

TEMPE . . .

TAHU . . . .

Valid N (listwise)

Jenis Sayuran
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

BUNCIS . . . . .

KACANG_PANJANG . . . . .

BAYAM . . . .

KANGKUNG . . . . .

SAWI_PUTIH . . . . .

SAWI_HIJAU . . . . .
KATUK . . . . .

TAUGE . . . . .

KETIMUN . . . . .

WORTEL . . .

TERONG . . . . .

LABUSIAM . . . . .

KOL . . . .

Valid N (listwise)

Jenis Buah-buahan
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

ALPUKAT . . . . .

APEL_MERAH . . . . .

JERUK_MANIS . . .

MANGGA . . . . .

PEPAYA . . . . .

KURMA . . . . .

SEMANGKA . . . . .

ANGGUR . . . . .

PIR . . . . .

PISANG_AMBON . . .

SIRSAK . . . . .

Valid N (listwise)

Anda mungkin juga menyukai