Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP


IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)
DI DESA KAUMAN KABUPATEN NGAWI

Di Susun Oleh:
Zahroturrosidah
NIM. 412020728034

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
PONOROGO
1444/2023
LEMBAR PERSETUJUAN
KELAYAKAN MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI
Dengan ini dinyatakan bahwa proposal skripsi dengan judul:
HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN PENGETAHUAN
DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN
PENDAMPING ASI (MP-ASI) DI DESA KAUMAN
KABUPATEN NGAWI
Disusun Oleh:
ZAHROTURROSIDAH
NIM. 412020728034
Telah dibaca dengan seksama dan telah dianggap memenuhi standar ilmiah, baik
jangkauannya maupun kualitasnya.
Telah disetujui untuk diujikan pada tanggal:…………………

Pembimbing I

Amilia Yuni Damayanti, S.Gz., M.Gizi

NIDN 0722078904 _________________

Pembimbing II

Ladyamayu Pinasti , S.Gz., M.Gz.

NIDN __________________

Ketua Program Studi

Ilmu Gizi FIK Unida Gontor

Lulu' Luthfiya, S.Gz., M.P.H.


NIDN 0718019203
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan bumi dan segala
sesuatu didalamnya, dan melimpahkan bantuan apa pun kepada semua orang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya. Semoga kami termasuk golongan orang-orang yang
beriman. Dengan izin Allah, Penulis akan menyelesaikan proposal skripsi dengan
judul “Hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian makanan
pendamping ASI ( MP-ASI) terhadap status gizi balita di Desa Kauman
Kabupaten Ngawi.”. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat yang
harus dipenuhi oleh Mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana gizi di Program
Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Darussalam Gontor.

Pada kesempatan kali ini, Tak lupa penulis mengucapkan Terima Kasih banyak
kepada Pihak yang telah mendukung dan membantu penulis untuk menyusun
Proposal skripsi ini. Ucapan Terima Kasi disampaikan kepada:

1. Allah SWT yang telah membantu dalam penyusun proposal skripsi ini
2. Al-Ustadz Prof.Dr. K.H. Hamid Fahmi Zarkasyi.M.A.Ed., M.Phil, Al-Ustadz
Dr.Abdul Hafidz Zaid, M.A, Al-Ustadz Setiawan bin Lahuri, M.A, dan Al-
Ustadz Dr.Khoirul Umam, M.Ec. selaku rector UNIDA GONTOR
3. Al-Ustadzah Lulu' Luthfiya, S.Gz., M.P.H. selaku Ketua Program Studi
Ilmu Gizi dan penguji yang telah memberikan masukan, saran dan kritik
untuk meningkatkan kualitas skripsi ini serta memberikan yang terbaik
untuk penulis demi kelancaran menuntut ilmu dan menyelesaikan
pendidikan strata satu ini.
4. Al-Ustadzah Amilia Yuni Damayanti.,S.Gz., M.Gizi selaku pembimbing
pertama dan Al-Ustadzah Ladyamayu Pinasti.,S.Gz.,M.Gz selaku
pembimbing kedua yang telah banyak memberikan ilmu, meluangkan
waktu, memberikan nasehat selama penelitian dan penulisan skripsi hingga
dapat diselesaikan.
5. Kepada kedua orang tua saya Helmi dan Hartati yang terus berdo’a tanpa
henti, dukungan yang kuat, membiayai selama menuntut Ilmu dan selalu
memberikan yang terbaik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar.
6. Kepada kakak pertama saya Predi Leo Agusta S.Pd, yang telah
memberikan do’a, nasehat atas pengalamannya dan motivasi yang kuat
untuk tetap menyalurkan ilmu kesehatannya kepada Masyarakat yang
membutuhkan.
7. Teman-teman satu angkatan program studi ilmu gizi, satu angkatan yang
mengenal saya terima kasih atas dukungan, do’a dan motivasi yang telah
kalian berikan.
Tulisan yang telah di susun oleh penulis masih sangat mungkin
kekurangan dan banyak dari kata sempurna, kritik dan saran sangat
diharapkan demi kemajuan hari-hari yang akan datang bagi saya sendiri
dan orang lain.

Ngawi, 10 September 2023

Penulis

Sekian, dan Terima Kasih


Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap kekurangan gizi,
pada umur <5 tahun anak mengalami pertumbuhan pada fisik maupun otak
dan gizi kurang pada balita disebabkan kekurangan asupan karbohidrat,
protein, lemak, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Serta cara
untuk mengukur status gizi balita dapat dilakukan dengan pengukuran
antropometri, klinik, biokimia, dan biofisik. gizi kurang disebabkan oleh
beberapa faktor yang dibagi menjadi dua yaitu faktor langsung dan tidak
langsung, faktor langsung disebabkan oleh infeksi dan asupan gizi sedangkan
faktor tidak langsung disebabkan oleh pola asuh, dan pengetahuan ibu.12
Menurut WHO (World Health Organization) menuliskan di Global
Nutrition Targets 2025 Breastfeeding Policy Brief, mengatakan secara global
38% bayi usia 0-6 bulan disusui secara eksklusi, 60% bayi lainnya telah
mendapatkan MP-ASI disaat usia bayi kurang dari 6 bulan. Dan menurut
United Nations Children’s Fund (UNICEF 2013) lebih 50% kematian anak
balita terkait dengan kekurangan gizi dan dua pertiga kematian balita terkait
dengan praktik pemberian makanan yang kurang tepat pada balita, keadaan ini
akan membuat keadaan daya tahan tubuh lemah, dan sering sakit.34
Berdasarkan hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menyatakan bahwa presentase anak yang mengalami gizi buruk dan gizi
kurang secara nasional mencapai 17,7% di Indonesia, sebesar 13,8% anak
yang menderita gizi kurang dan 3,9% anak yang menderita gizi buruk, jumlah
1
Dedi Alamsyah et al., “Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Balita
12-59 Bulan (Studi Kasus di Kota Pontianak),” Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas 2, no. 1
(2017): 46, https://doi.org/10.14710/jekk.v2i1.3994.
2
Siti Gabena Sir, Evawany Y. Aritonang, dan Jumirah Jumirah, “Praktik Pemberian
Makanan dan Praktik Kesehatan dengan Kejadian Balita dengan Gizi Kurang,” Journal of
Telenursing (JOTING) 3, no. 1 (2021): 37–42, https://doi.org/10.31539/joting.v3i1.2091.
3
Pada Bayi et al., “PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENTINGNYA
PEMBERIAN MP-ASI Health Education About The Importance Of Providing Mp-Asi For Infants
6-12 Months In Kampong Pukat Village , Pidie Regency” 4, no. 1 (2022): 27–33.
4
Nurlela Apriani, Rizki Amalia, dan Syarifah Ismed, “Hubungan Pengetahuan,
Dukungan Keluarga dan Tradisi Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan,” Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 22, no. 2 (2022): 681,
https://doi.org/10.33087/jiubj.v22i2.1837.
balita dijawa timur yang mencapai 3.013.119 jiwa yang memiliki
permasalahan gizi buruk 2,2% meski mengalami penurunan masih dibawah
target nasional yaitu 3%, berdasarkan data posyandu di Desa Kauman pada
bulan April 2023 dari 317 balita dan 7 posyandu terdapat 36 balita gizi kurang
dengan rincian 32 gizi kurang dan 4 balita dengan gizi sangat kurang. 56
Banyak faktor-faktor dengan pemberian MP-ASI dini, faktor-faktor
tersebut adalah pengetahuan, sikap, pekerjaan ibu, iklan MP-ASI, petugas
Kesehatan, budaya dan sosial. Pengetahuan ibu yang kurang terhadap manfaat
pemberian ASI eksklusif sangat erat kaitanya dengan pemberian MP-ASI dini,
sehingga tidak akan cukup memperoleh zat gizi jika hanya diberikan ASI
sampai umur 6 bulan.7
Tujuan dari pemberian MP-ASI ini sebagai pelengkap zat gizi pada ASI
yang kurang dibandingkan dengan usia anak yang semakin bertambah,
sehingga perlunya adanya MP-ASI untuk melengkapi, sehingga adanya
bermacam-macam variasi rasa dan bentuk makanan dapat meningkatkan
kemampuan untuk mengunyah, menelan, dan beradaptasi terhadap makanan
baru. Untuk mengetahui status gizi pada balita dapat dilakukan dengan cara
pengukurang antropomerti salah satunya yaitu Berat Badan Menurut Umur
(BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan Menurut
Tinggi Badan (BB/TB), sehingga terdiri dari gizi lebih, gizi kurang dan gizi
buruk.8

5
Betristasia Puspitasari dan Maya Kartikasari, “HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU
TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA UMUR 1-3 TAHUN (Di Posyandu
Jaan Desa Jaan Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk),” Jurnal Kebidanan 5, no. 2 (2019):
53–59, https://doi.org/10.35890/jkdh.v5i2.68.
6
Auliya Shobah, “Hubungan Pemberian Mp-Asi Dengan Status Gizi Bayi 6- 24 Bulan,”
Indonesian Journal of Health Development 3, no. 1 (2021): 201–8,
https://doi.org/10.52021/ijhd.v3i1.76.
7
Rizka Masthura, Cut Yuniwati, dan Nurlaili Ramli, “Efektivitas lembar balik dan leaflet
terhadap pengetahuan ibu hamil tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI),” Jurnal
SAGO Gizi dan Kesehatan 1, no. 1 (2020): 9, https://doi.org/10.30867/gikes.v1i1.283.
8
Anastasia A Basir, Misnarliah, dan Hijrawati Ladji, “Hubungan Pemberian MP-ASI
dengan Status Gizi Pada Anak Asia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jongaya Kota
Makassar,” Metta : Jurnal Penelitian Multidsiplin Ilmu 1, no. 2 (2022): 135–42,
http://melatijournal.com/index.php/Metta.
1.2. Rumus Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dapat
dikemukakan sebagai berikut: “ apakah ada hubungan media sosial dengan
pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI)
terhadapat status gizi balita ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan media sosial dengan pengetahuan ibu tentang
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terhadap status gizi balita
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis media sosial terhadap pengetahuan ibu tentang MP-ASI
b. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI
terhadap status gizi
c. Menganalisis hubungan media sosial dan pengetahuan ibu terhadap
status gizi balita
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Peneliti ini dapat memberikan wawasan ilmu pengetahuan kepada
masyarakat bidang gizi khusunya Kesehatan masyarakat mengenai
hubungan media sosial dengan pengetahuan dan sikap ibu terhadap
makanan pendamping ASI (MP-ASI) serta status gizi balita
2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur dalam


mengembangkan Kesehatan gizi masyarakat khususnya yang berkaitan
dengan hubungan media sosial dengan pengetahuan dan sikap ibu terhadap
makanan pendamping ASI (MP-ASI) serta status gizi balita, penelitian ini
juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca.
1.5. Keaslian Penelitian

Keaslian Penelitian
Perbedaan
dengan
No Judul Desain Variabel hasil
penelitian
proposal skripsi
1. Faktor yang Jenis Variabel Hasil ini menunjukan Perbedaan pada
mempengaruhi Penelitian : Terikat : bahwa ibu yang Variabel Bebas :
gizi kurang deskriptif balita berpendidikan kurang dari Pengetahuan
balita didesa sekolah dasar, terjadi
kepek dan Sampel : 57 Variabel peningkatan berat badan Desain Penelitian
karang tengah balita gizi Bebas : gizi ibu (3,7%, p<0,01), ibu cross sectional
wonosari kurang kurang yang telah menyelesaikan
gunung kidul sekolah dasar, sebaliknya
eknikrta9 eknik sampling : ditemukan gizi baik pada
total sampling balita dan ibu memiliki
berat badan normal (0,32
SD, P<0,01).

2. Efektifitas Jenis Variabel Pada kelompok 1 berumur Perbedaan pada


lembar balik penelitian : Terikat : 26-30 tahun sebanyak 7 Variabel Bebas :
dan leaflet quasy- lembar balik responden (46,7%) dan pengetahuan
terhadap ekperimental sebagian besar ibu hamil
pengetahuan ibu design Variabel pada kelompok II berumur Variabel Terikat :
hamil tenteng Bebas : 31-35 tahun sebanyak 8 status gizi
pemberian Sample : pengetahua responden (53,3%). Bahwa
makanan seluruh ibu n ibu sebagian besar Desain
pendamping hamil diwilayah pengetahuan responden Penelitian : cross
ASI (MP-ASI)10 kerja puskesmas sebelum dilakukan sectional
intervensi konseling Lokasi
menggunakan lembar balik Penelitian : di
Teknik berada ada kategori cukup desa kauman
Sampling : pre sebanyak 9 responden ngawi
and post test (60%).

3. Pola konsumsi Jenis Varriabel Bahwa jenis makanan Perbedaan pada


makanan Penelitian : Terikat : pendamping ASI sebagian Variabel Bebas :
pendamping crosectional pola kecil (18,3%), bayi masih sattus gizi
ASI (MP-ASI) konsumsi diberikan makanan lunak
pada bayi usia Sample : 60 dan 5% masih Variabel Terikat :
12-24 bulan responden Variabel mengonsumsi makanan pengetahuan dan
(consumption Bebas : bayi berbentuk lumat namun sikap
pattern off usia 12-24 sebagian besar (76,7%),
complementary bulan pemenuhan AKG yaitu Desain
food in infasnts sekitar 58,9%, protein Penelitian :
agen 12-24 80,2%, lemak 43,5%, crosecional
months)11 karbohidrat 69,1%, kalsium

9
Jurnal Kesehatan et al., “Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Kurang Balita Di Desa
Kepek Dan Karangtengah Wonosari Gunungkidul Yogyakarta,” Jurnal Kesehatan Madani
Medika 9, no. 1 (2018): 7–14, https://doi.org/10.36569/jmm.v9i1.27.
10
Masthura, Yuniwati, dan Ramli, “Efektivitas lembar balik dan leaflet terhadap
pengetahuan ibu hamil tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI).”
11
Rostika Rostika, Elis Endang Nikmawati, dan Cica Yulia, “Pola Konsumsi Makanan
Pendamping Asi (Mp-Asi) Pada Bayi Usia 12-24 Bulan (Consumption Pattern of Complementary
Perbedaan
dengan
No Judul Desain Variabel hasil
penelitian
proposal skripsi
23,4%, fosfor 35,7%, zat
besi 66,4%, vitamin A
65,8%, vitamin C 58,7%.

BAB II
Food in Infants Ages 12-24 Months,” Media Pendidikan, Gizi, dan Kuliner 8, no. 1 (2019): 63–73,
https://doi.org/10.17509/boga.v8i1.19238.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)


A. MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi diberikan kepada bayi atau anak
yang berusia 6-24 bulan untuk memenuhi gizi selain ASI. MP-ASI
merupakan makanan pengganti ASI ke makanan keluarga, pengenalan
dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk
maupun jumlahnya sesuai dengan kemampuan bayi. Dalam Al-Qur’an
disebutkan masa menyusui dalam ajaran islam adalah 2 tahun Firman
Allah SWT dalam surah Al- Baqarah ayat 233 yang berbunyi:

’’’’ ‫واْلَو اِلَد اُت ُير ِض ْع َن َأ ْو َال َد ُه َّن َحْو َلِنْي كَا ِم َلِنْي ِلَمْن َا َر اَد َا ْن ُّيِتَّم الَّر َض اَعَة‬

Terjemahanya :

“ para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama 2 tahun


penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan…”

(Q.S. Al-Baqarah 2:233).1213

B. Definisi MP-ASI
Pemberian MP-ASI juga dapat memperhatikan tentang sanitasi dan
kebersihan pada makanan serta alat makanan yang akan diberikan pada
anak, istilah dalam makanan pendamping ASI sangat bermacam-
macam yakni makanan MP-ASI sebuah pelengkap, makanan
tambahan, makanan padat, atau makanan peralihan. Sehingga

12
Lailina Mufida, Tri Dewanti Widyaningsih, dan Jaya Mahar Maligan, “Prinsip Dasar
Makanan Pendamping Air Susu Ibu ( MP-ASI ) untuk Bayi 6 – 24 Bulan : Kajian Pustaka. Basic
Principles of Complementary Feeding for Infant 6 - 24 Months : A Review,” Jurnal Pangan dan
Agroindustri 3, no. 4 (2015): 1646–51.
13
Ilham Muharram et al., “Pengaruh Edukasi Mp-Asi Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Ibu,” Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan - Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sumatera Utara 20, no. 2 (2021): 76–90, https://doi.org/10.30743/ibnusina.v20i2.109.
mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan makanan
pendamping ASI (MP-ASI). 1415
C. Prinsip Pemberian MP-ASI
1. Tepat Waktu
MP-ASI diberikan pada usia yang tepat, yaitu ketika ASI saja tidak
mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. WHO merekomendasikan
pemberian MP-ASI selambat-lambatnya usia 6 bulan. Tanda-tanda
bai siap memulai MP-ASI yaitu:
a. Si bayi menunjukan ketertarikan terhadap makanan
b. Leher tegak dan si bai dapat mengangkat kepala sendiri tanpa
bantuan
c. Mengeluarkan makanan dari mulut 16
2. Cukup (adekuat)
MP-ASI yang diberikan dapat disarankan yang
mengandung kebutuhan nutrisi yang tidak dapat dipenuhi oleh
ASI, jumlah energi, protein, zat besi, dan zinc. Oleh karena itu
berikan MP-ASI yang bervariasi dan mencukupi kebutuhan bayi
seperti sumber karbohidrat, protein, hewani, nabati, lemak, serta
mikronutrien yaitu vitamin dan mineral.serta kenalkan buah dan
sayur dalam jumlah kecil dengan memperhatikan asupan dan
komposisi. Contohnya ikan kembung, yang ternyata memiliki
kandungan protein yang tidak jauh berbeda dengan ikan salmon
dan bahkan kandungan zat besi dan DHA ikan kembung lebih
tinggi disbanding ikan salmon. 17
3. Aman, artinya MP-ASI disiapkan dan disimpan dengan cara
higienis menggunakan tangan atau peralatan makan yang bersih. 18
14
Rismawati Nim, “Gambaran pemberian mp asi pada anak usia 6-24 bulan didesa
wanadadi skripsi,” n.d.
15
Desraputri, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Pemberian Mp-Asi Dan
Kaitannya Dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota
Padang Tahun 2020,” 2020, 1–132.
16
Masnawati, “Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian mp-asi dini pada bayi di
desa Sialaman kecamatan Sipirok kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2020,” Jurnal Kesehatan
Ilmiah Indonesia 3, no. 2 (2021): 22–28.
17
Bimrew Sendekie Belay, “Menurut Who,” skripsi, no. 8.5.2017 (2022): 2003–5.
18
Hajrah, “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian Makanan
Pendamping Asi (Mp-Asi) Dini di Rb. Mattiro Baji Kabupaten Gowa,” UIN Alauddin, 2016, 1–90.
4. Diberikan dengan cara yang benar, artinya memperhatikam rasa
lapar dan kenyang seorang anak.19
Table Frekuensi, Tekstur dan Porsi Pemberian MP-ASI

Usia Jumlah MP-ASI Frekunsi Tekstur


6 bulan 2-3 sendok makan 2-3 kali sehari Bubur kental
(pure), saring,
hingga lumat.
8 bulan (6- Tingkatkan 2-3 kali sehari Makanan
9 bulan) bertahap hingga ½ + snack 1-2 saring kasar,
mangkuk 250 ml kali sehari dapat
(200 kkal/hari atau memulai
30% dari targaet finger food
kebutuhan kalori)
9-12 bulan ½ - ¾ mangkuk 3-4 kali sehari Nasi tim,
250 ml (300 + snack 1-2 makanan
kkal/hari atau 50% kali sehari cincang halus
dari target atau kasar
kebutuhan kalori
12-23 ¾ mangkuk 250 3-4 kali sehari Sama dengan
bulan ml (550 kkal/hari + snack 1-2 makanan yang
atau 70% dari kali sehari dimakan
target kebutuhan keluarga
kalori )

2.2. Pengatahuan
A. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan sangat erat dengan Pendidikan, diharapkan dengan
Pendidikan yang tinggi makan orang akan luas pula pengetahuannya,
bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Menurut teori WHO ( World Health
Organization) salah satu bentuk objek Kesehatan dapat diketahui oleh
pengetahuan yang yang diperoleh pengalaman sendiri, pengetahuan
merupakan reaksi manusia melalui persentuhan objek dengan indra
serta pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah objek tertentu.
Pengetahuan juga berperan penting dalam memnentukan perilaku
karena pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya

19
IDAI, “Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di
Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi,” in UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2015, https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.
akan memberikan perspektif, memberikan dasar bagi pengambilan
keputusan dan menentukan perilaku terhadap obyek tertentu.2021
Pada tingkat Pendidikan ibu yang rendah, wawasan pengetahuan
terbatas dan tradisi turun temurun merupakan faktor yang mendukung
timbulnya anggapan bahwa ASI saja tidak cukup sebagai makanan
bayi. Pengetahuan ibu mengenai gizi balita menjadi salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi status gizi pada balita.dan disebabkan
kurang nya informasi yang diterima oleh ibu balita mengenai
pemberian MP-ASI menyebabkan ibu balita tidak tahu kapan
pemberian MP-ASI yang baik dan tepat untuk diberikan kepada
anaknya.22
B. Tingkat Pengetahuan
Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan yaitu :
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada
sebelumnya dan mengamati sesuatu yang spesifiknya seluruh
bahan yang telah dipelajari atau ransangan yang telah diterima.
Tahu disini merupakan tingkatan yang paling rendah kata kerja
yang digunakan mengukur orang yang tahu tentang apa yang
dipelajari.23
b. Memahami (comprehension)
Sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.24

20
Siti Makhmudah, “Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Modern dan Islam,”
AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman 4, no. 2 (2017): 202–17,
https://doi.org/10.53627/jam.v4i2.3173.
21
Pori Zona, Sri Mulyani, dan Siti Raudhoh, “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang MP-
ASI dengan Status Gizi pada Bayi Umur 6-24 Bulan,” Jurnal Ilmiah Ners Indonesia 2, no. 1
(2021): 33–40, https://doi.org/10.22437/jini.v2i1.15398.
22
Cecilia Margaretha Oroh, Khuzaifah Khuzaifah, dan Sulfiani Sulfiani, “Peningkatan
Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI),” Jurnal Pengabdian Bidan
Nasuha 1, no. 1 (2021): 1–6, https://doi.org/10.33860/jpbn.v1i1.299.
23
Desraputri, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Pemberian Mp-Asi Dan
Kaitannya Dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota
Padang Tahun 2020.”
24
Luh Putu Sukarini, “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang Buku
Kia,” Jurnal Genta Kebidanan 6, no. 2 (2018), https://doi.org/10.36049/jgk.v6i2.95.
c. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi, aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau pengguna sebagai dalam konteks dan situasi
yang lainya. 25
d. Analisis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek dalam
komponen akan tetapi dalam satu struktur organisasi masih ada
kaitanya satu sama lain seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.26
e. Sintesis (syntesis)
Dengan kata lain sintesis suatu kemampuan untuk Menyusun
formulasi baru, misalnya dapat Menyusun, dapat merencanakan,
dapat meningkatkan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap
suatu teori. 27
f. Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian dari
suatu materi atau obyek, penilaian-penialain itu berdasarkan suatu
kriteia yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
telah ada.
C. Faktor-Faktor Mempengaruhi Pengetahuan
1. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu berpengaruh dengan tingkat pengenalan informasi
tentang pemberian makanan pendamping pada bayi usia 6 bulan,
fungsi makanan tambahan dapat meningkat kan daya tahan tubuh dan
risiko pemberian makanan pada bayi kurang dari 6 bulan sangat
penting. Tetapi banyak ibu-ibu yang tidak mengetahui hal tersebut
25
Muhammad Alfarizi, Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program
studi pendidikan dokter (PSPD) UIN Malang terhadap covid-19 , Etheses of Maulana Malik
Ibrahim State Islamic University , 2022.
26
Florina Simona Burta, “hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga tentang
keperawatan,” no. 1 (2018): 430–39.
27
dian indah permamat Sari et al., “hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian
MP-ASI pada bayi usia kurang 6 bulan diwilayah kerja puskesmas gemarang,” Proceedings of the
Institution of Mechanical Engineers, Part J: Journal of Engineering Tribology 224, no. 11 (2019):
122–30.
sehingga memberikan makanan tambahan pada usia bayi dibawah 6
bulan. 28
2. Pekerjaan
Masyarakat pekerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat
penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, kemungkinan
sebagian ibu bukan lah pekerja yang bepenghasilan cukup sehingga
kebanyakan ibu-ibu menganggap sosial ekonomi keluarga akan
mengganggu dalam pemenuhan nutrisi anaknya.29
3. Pendidikan
Ibu dengan tingkat Pendidikan yang lebih tinggi cenderung
memberikan susu botol lebih dini dan ibu mempunyai Pendidikan
formal lebih banyak memberikan susu botol pada usia 2 minggu
disbanding ibu tanpa Pendidikan formal.30
4. Keaktifan Petugas Kesehatan
Faktor petugas Kesehatan yang akhirnya menyebabkan ibu memilih
untuk memberikan makanan tambahan bayi, petugas Kesehatan
berperan penting dalam memitivasi ibu untuk tidak memberikan
makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan. 31
5. Usia
Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehiduan baru dan
harapan-harapan baru sehingga semakin bertambah umur seseorang
maka semakin banyak ilmu yang diterima serta pengetahuan yang
luas.32
28
Amalia Yunia Rahmawati, “gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI di kelurahan lalowaru kecamatan moramo utara,” no.
July (2020): 1–23.
29
Alhidayati dan Siska Rahmita, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian
Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) Dini Pada Bayi Di Puskesmas Payung Sekaki Tahun 2015,”
Journal of Health Studies 05, no. 01 (2016): 1–7.
30
dkk 2018 ) Richard oliver ( dalam Zeithml., “Hubungan Antara Pengetahuan Dan
Sosial Ekonomi Ibu Dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Usia 6-12
Bulan (Studi,” Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2021, 2013–15.
31
H Tamura, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Memberikan MP-ASI Di RSKDIA
Pertiwi Makassar,” Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 2017, http://repositori.uin-alauddin.ac.id/11433/1/KTI IKA HASRINI SYAM
%2870400112036%29.pdf.
32
Fithriatul Muthmainnah, “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu
dalam Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu di Puskesmas Pamulang 2010,” Skripsi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, 1–101.
D. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
pengetahuan suatu subjek atau responden dapat diuji melalui
wawancara atau angket. Peneliti menentukan atau menggunakan kriteria
yanga ada untuk mengevaluasi pengetahuan. Berdasarkan tingkat
pengetahuan seseorang dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu:
a. Baik Skor 76-100%
b. Cukup Skor 56-100%
c. Kurang Skor <56%.33
2.3. Sikap
A. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, jadi sikap merupakan
reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
objek. Suatu sikap merupakan Tindakan aktivitas akan tetapi
merupakan predisposisi Tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan
suatu seaksi (senang- tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,
dan sebagainya. Sikap dapat diartikan bentuk evaluasi atau reaksi
perasaan seseorang yang mendukung atau memihak pada objek
tersebut.3435
B. Tingkat Sikap
a. Menerima (Receiving)
Dapat diartikan bahwa seseorang atau suatu objek yang mau
menerima stimulus yang diberikan36
b. Menanggapi (Responding)

33
Feby Sri Yelvita, “hubungan pengetahuan ibu tentang asi eksklusif dengan pemberian
mp-asi dini 0-6 bulan di puskesmas kosongo kecamatan kedungadem, kabupaten bojonegoro,”
‫הארץ‬, no. 8.5.2017 (2022): 2003–5.
34
Frida Rafiyanti, Hubungan Dukungan Keluarga dan Sikap Ibu Terhadap ASI Eksklusif
Dengan Pemberian MP-ASI Dini di Kelurahan Karang Besuki Kecamatan Sukun Kota Malang,
2014.
35
Desraputri, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Pemberian Mp-Asi Dan
Kaitannya Dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota
Padang Tahun 2020.”
36
Hajrah, “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian Makanan
Pendamping Asi (Mp-Asi) Dini di Rb. Mattiro Baji Kabupaten Gowa.”
Dapat diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan yang dihadapi.37
c. Menghargai (Valuing)
Dapat berupa mengajak yang lain untuk ngerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.38
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Yaitu segala sesuatu yang telah dipilihnya , sikap tertentu
berdasarkan keyakinan harus berani mengambil risiko.39
C. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Faktor yang mempengaruhi sikap yaitu sebagai berikut:
a. Pengalaman pribadi
Yaitu yang telah didapatkan sebelumnya akan menjadi
pelajaran yang akan membentuk sikap.40
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Yaitu seseorang yang kita harapkan bagi setiap gerak
tingkah dan pendapat kita, seseorang yang ingin kita kecewa,
seseorang yang khusus bagi kita terhadap sesuatu. Diantaranya
orang biasa dianggap penting bagi individu orang tua, status
sosial lebih tinggi, dan lain sebagainya.41
c. Pengaruh kebudayaaan
Budaya memiliki pengaruh besar terhadap sikap terutama
budaya dimana hidup kita dibesarkan.42

37
Putri Nur Hafifah, “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Tentang Mp-Asi Dan Kejadian
Stunting Baduta Usia 6-23 Bulan Di Wilayah Puskesmas Tamalanrea= Description of Knowledge
and Attitude About Mp-Asi and Stunting Events of Elementary School Ages 6-23 Months in the
Tamalanrea Pusk,” 2022, http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/24993/2/K021181303_skripsi_07-
11-2022 1-2.pdf%0Ahttp://repository.unhas.ac.id/id/eprint/24993/.
38
Ni Wayan Sri Deviyanti, “Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam upaya
pencegahan stunting di desa mengani,” 2022, 1–69.
39
Khoirunisa Humairoh, “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Palembang,” 2017.
40
Ni Wayan Sri Deviyanti, “Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam upaya
pencegahan stunting di desa mengani.”
41
Khoidatul Azizah, “Pengaruh Permainan Kartu Bergambar Terhadap Perilaku Jajanan
Sehat pada Anak Usia Sekolah,” Jurnal Kesehatan VIII (2018): 10,
http://repository.unair.ac.id/77534/.
42
Desiyanti, “Pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI) pada bayi usia 6-12 bulan di puskesmas poasia kota kendari,” Karya Tulis Ilmiah
Poltekkes Kemenkes Kendari, 2016.
d. Media massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media
masa membawa pula pesan-pesan yang dibawa oleh informasi
tersebut.43
e. Pengaruh faktor emosional
Sikap merupakan pernyataan didasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.
2.4. Pengertian Status Gizi
Status Kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan zat gizi, status gizi ditentukan oleh ketersediaan
zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi waktu yang tepat
ditingkat sel tubuh agar berfungsi secara normal.kelompok umur yang
rentan terhadap penyakit -penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi
dan balita. Menurut kemetrian Kesehatan pemeliharaan status gizi anak
sebaiknya:
a. Dimulai sejak dalam kandungan
b. Setelah lahir diberi ASI eksklusif sampai usia 6 bulan
c. Pemberian makanan pendamping ASI mulai usia 6 bulan secara
bertahap sehingga dapat menerima menu lengkap keluarga
d. Memperpanjang masa menyusui.44

Asupan energi yang masuk kedalam tubuh diperoleh dari makanan


yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sedangkan pengeluaran
energi digunakan untuk aktifitas fisik, pemenuhan zat gizi yang yang
dilakukan secara optimal keseimbangan keadaan dalam bentuk
karakteriktik baik atau tidaknya ketersediaan makanan setiap harinya.
Karena kebutuhan seseorang berbeda-beda sesuai usia masing-masing,
angka kecukupan gizi (AKG) rata-rata yang telah disarankan dan pola
makan bayi setiap harinya.
43
riski resa Oktaria, “faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI dini pada bayi usia 0-
6 bulan di wilayah kerja puskesmas lingkar timur kota bengkulu,” no. 1 (2018): 430–39.
44
A Borrego, “hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI
dengan status gizi bayi pada usia 6-12 bulan diwilayah kerja puskesmas kandangan kota
bengkulu” 10 (2021): 6.
Table angka kecukupan gizi (AKG) rata-rata perhari

Umur Berat badan Tinggi badan Energi Protein


(kg) (cm) (kkal) (g)
0-6 bulan 5,5 60 560 121
1-12 bulan 8,5 71 800 15
1-3 tahun 12 90 12501 23
3-4 tahun 18 110 7501 32
Sumber : (Rias, 2016)

A. Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita


Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat-zat gizi esensial, gangguan gizi disebabkan oleh faktor
primer atau sekunder. Faktor-faktor mempengaruhi keadaan gizi sebagai
berikut :
a. Penyakit infeksi
Akan menyebabkan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu
menghilangkan bahan makanan melalui muntah-muntah dan
diare, infeksi saluran pernapasan, dapat juga menurunkan nafsu
makan dan menyebabkan status gizi kurang.45
b. Higiene Sanitasi Lingkungan
Lingkungan yang buruk akan menyebabkan anak lebih mudah
teransang penyekit infeksi dan akhirnya dapat mempengaruhi
status gizi kurang, sanitasi lingkungan berkaitan dengan
ketersedian air bersih, kebersihan peralatan makana.
c. Pelayanan Kesehatan
Salah satu sarana pelayanan Kesehatan yang mempunyai peran
sangat penting dalam memberikan pelayanan Kesehatan kepada
masyarakat.
d. Pendidikan ibu
Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi tingkat
pemahamam terhadap pengasuhan anak dalam hal perawatan,

45
nien dwi Wardani, “faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di
puskesmas UNAAHA,” 2017.
pemberian makanan, semakin tinggi tinggi Pendidikan
seseorang maka semakin mudah pengertian mengenai suatu
informasi.
e. Pekerjaan ibu
Pada ibu yang bekerja akan kehilangan waktu untuk
memperhatikan asupan makanan bagi balitanya sehingga akan
mempengaruhi status gizi balita.46
B. Kebutuhan Gizi Pada Anak
e. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi dapat dipengaruhi oleh usia, aktivitas,
dan metabolism, sekitar 55% kalori total, 25% aktivitas fisik,
12% untuk pertumbuhan, dan 8% zat yang dibuang sekitar 90-
100 kkal/kg BB.
f. Kebutuhan protein
Bila energi kurang terpenuhi/kurang maka sebagain protein
yang dikonsumsi akan digunakan sebagai pengganti kebutuhan
energi yang kurang
g. Kebutuhan lemak
Satu gram lemak menghasilkan 9 kkal, lemak juga berperan
sebagai sumber asam lemak esensial pelarut vitamin A,D,E,
dan K, konsumsi lemak dianjurkan untuk balita sekitar 15-20%
energi total.

2.5. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI


Dengan Status Gizi Balita
Semakin baik pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI,
yaitu ibu memahami dengan kapan waktu yang tepat untuk memberikan
makanan pendamping ASI, jenis-jenis makanan pendamping dari pola
pemberian makanana pengetahuan yang dimiliki ibu melandasi perilaku
ibu dalam pemberian makanan pendamping.

46
Gita Marini dan A. Aziz Alimul Hidayat, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status
Gizi Pada Anak Usia 6-14 Bulan di Kabupaten Lamongan,” UM Surabaya, no. 0713028201
(2020).
Selain itu pemberian MP-ASI sangat mempengaruhi status gizi
balita, pemberian MP-ASI meliputi cara pemberian menu seimbang untuk
balita khususnya umur 6-12 bulan jika perilaku ibu dalam pemberian MP-
ASI baik dari segi ketepatan waktu, jenis makan, maupun jumlah makanan
sangat baik maka gizi pada bayi akan terpenuhi dengan maksimal.
Pengetahuan sangat erat hubungan nya dengan Pendidikan
diharapkan bahwa Pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuan nya, hal ini mengingat bahwa peningkatan
pengetahuan tidak muthlak diperoleh dari Pendidikan formal saja akan
tetapi dapat diperoleh melalui Pendidikan non formal. 47
2.6. Cara Mengukur Status Gizi
a. Gizi kurang dan gizi buruk
Status gizi pada indeks berat badan menurut umur (BB/U)
yang merupakan istilah underweight (gizi kurang) dan severely
underweight (gizi buruk).48
b. Pendek dan sangat pendek
Status gizi pada indeks Panjang badan menurut umur
(PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U).
c. Kurus dan sangat kurus
Status gizi pada indeks berat badan menurut umur Panjang badan
(BB/PB) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

47
Borrego, “hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dengan
status gizi bayi pada usia 6-12 bulan diwilayah kerja puskesmas kandangan kota bengkulu.”
48
Eva Berlina, “faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita di posyandu desa
semen kecamatan paron kabupaten ngawi” 10 (2021): 6.
Table Standar Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Anak Laki-Laki
Umur 0-60 Bulan
Table Standar Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Anak
Perempuan Umur 0-60 Bulan

Sumber : Kepmenkes No.2/Menkes/ SK/XII/ 2020 Tentang Standar


Antropometri Anak
Terdapat 2 cara melakukan penilaian status gizi yaitu secara
lansung dan tidak lansung.
1. Penilaian status gizi secara lansung
a. Antropometri
Metode antropometri dikenal sebagai indikator sederhana
untuk penilaian status gizi yang berhubungan dengan asupan energi
serta protein, mengukur antropometri yaitu dengan pengukuran
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan lingkar perut,
lingkar pinggang, hingga indeks massa tubuh untuk menentukan
status gizi.49
b. Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis ini biasanya dilakukan dari mulai
pemeriksaan bagian mata, hingga kaki. Meliputi konjungtiva mata,
mukosa mulut, pemeriksaan dada, abdomen, hingga deteksi
bengkak pada bagian kaki.50
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dikenal dengan cek laboratorium
pemeriksaan ini bisa berupa pemeriksaan darah, kadar albumin,
pemeriksaan urine.51
2. Penilaian status gizi secara tidak lansung
a. Survei konsumsi makanan
Metode penentuan status gizi secara tidak lansung dengan melihat
jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi, survei ini dapat
mengindentifikasi kelebihan dan kekurangan gizi.52
b. Pemeriksaan klinis
Dengan menganalisis data beberapa statistik Kesehatan dan
kematian akibat penyakit tertentu dan lainya yang berhubungan
dengan gizi. 53
c. Faktor ekologi
Mengungkapkan bahwa malnutisi merupakan salah satu ekologi
sebagai hasil interaksi bebrapa faktor fisik, biologis, dan
lingkungan dan budaya. Pengukuran faktor ekologi dipandang
sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutisi.54
49
Wallahu Waliyyut dan Taufiq Walhidayah, “Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat,” no. September (2020): 8096411.
50
Basir, Misnarliah, dan Ladji, “Hubungan Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Pada
Anak Asia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jongaya Kota Makassar.”
51
Atria Melati, “Hubungan Pengetahuan Ibu dan ketersediaan Pangan dengan Status Gizi
Kecamatan Nanggalo Tahun 2014,” 2014, 1–41.
52
Maflahatun Nabila, “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi
Pada Balita (Literature review),” Journal of Medicine, 2022, 1–107.
53
Nabila.
54
Izzati Rahmi H.G, “Telaah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita Di
Kota Padang Berdasarkan Berat Badan Per Tinggi Badan Menggunakan Metode Cart,”
EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA 18, no. 02 (2017): 86–99,
https://doi.org/10.24036/eksakta/vol18-iss02/59.
3. Macam Klasifikasi Status Gizi
1. Klasifikasi status gizi

Table Klasifikasi Status Gizi Menurut Standar Baku Nasional

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS


Berat badan menurut Gizi lebih >+2 SD
umur (BB/U) Gizi baik ≥ - 2 SD sampai + 2
SD
Gizi kurang < - 2 SD sampai ≥ -
3 SD
Gizi buruk < - 2 SD
Tinggi badan Normal ≥ 2 SD
menurut umur Pendek (stunted) < - 2 SD
(TB/U)
Berat badan menurut Gemuk >+ 2 SD
tinggi badan (BB/TB) Normal ≥ - 2 SD sampai + 2
SD
Kurus (wasted) < -2 SD sampai ≥ -
3 SD
Kurus sekali < - 3 SD
Klasifikasi status gizi baku WHO 55

1.9. Media Sosial


1. Definisi Media Sosial
Pada dasarnya media sosial merupakan
perkembangan mutakhir dari teknologi baru berbasis
internet yang dapat memudahkan seseorang dalam
berkomunikasi, berpartisipasi. Di era 4,0 pengguna
teknologi dapat berbicara, bersosialisasi, berkomunikasi,
dan berdagang secara global, selain dengan perkembangan
teknologi yang pesat dan tidak lepas dengan nama-nama
media sosial seperti mainstream sebut saja dengan
55
Marini dan Hidayat, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Pada Anak Usia
6-14 Bulan di Kabupaten Lamongan.”
feceebook, twiter, Instagram, youtube, sampai berbasis
chattingan seperti whatsapp, line, kakao talk, telegram. 56
Total pengguna media sosial di Indonesia mencapai
150 juta pengguna ini berarti mayoritas pengguna internet
untuk bersosialita melalui media sosial serta pengguna
media sosial mencapai 50% dari jumlah total penduduk.
Dengan pengguna mobilenya mencapai 130 juta .5758
2. Pengertian Fecebook
Fecebook memiliki miliar pengguna aktif lebih dari
separuhnya menggunakan telepon genggam, sejak
munculnya fecebook didunia maya semua perhatian tertuju
kepada media,mulai dari anak usia sekolah, mahasiswi,
bahkan orang kantoran yang terbilang golongan dewasa
pun ikut bergabung namun, ada perbedaan mencolok antara
keduanya fecebook lebih mudah dipahami dalam
pengoprasiaanya. Namun fecebook dibilang lengkap dapat
dipertimbangkan atas dasar kemudahan pengaksehannya.
Fecebook merupakan salah satu website jaringan
sosial yang disambut hangat oleh masyarakat dimana para
pengguna dapat bergabung untuk melakukan interaksi
sengan orang lain, para pengguna dapat mengirim pesan
kepada yang dikenal didunia nyata maupun dunia maya.
Sehingga dapat dua hal yang harus diamati untuk
mengetahui itensitas pengguna yakni frekuensi internet

56
Wichitra Yasya et al., “Pengaruh Penggunaan Media Sosial Facebook Dan Dukungan
Sosial Online Terhadap Perilaku Pemberian Air Susu Ibu,” Jurnal Studi Komunikasi dan Media
23, no. 1 (2019): 71, https://doi.org/10.31445/jskm.2019.1942.
57
Adi Wika Prasetya, Kintoko Rochadi, dan Namora Lumongga, “Pengaruh Media Sosial
Dalam Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Perokok Terhadap Pencegahan Stain Gigi Di
Sma Negeri 1 Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2019 Social Media Effect In Increasing
Knowledge And Attitudes Of Smoking Students On Dental Stain,” Jurnal Kesmas Jambi 3, no. 1
(2019): 31–40, https://online-journal.unja.ac.id/jkmj/article/view/7474.
58
Nurdin Nurdin, Difa Restiti, dan Risky Amalia, “Pengaruh Media Sosial Terhadap
Response Code Indonesian,” Ilmu Perbankan dan Keuangan Syariah 3, no. 2 (2021).
yang sering digunakan setiap kali mengakses internet yang
dilakukan oleh pengguna internet.5960
3. Pengertian Media Whatsapp
Penggunaan media sosial dapat mempermudah
dalam menciptakan forum dimana individu dengan yang
lain dapat saling berkomunikai dan bertukar pikiran,
watshapp sebagai salah satu media sosial yang banyak
digunakan dikalangan masyarakat serta digunakan sebagai
kepenting bersosialisasi maupun mengirim pesan baik
secara individu maupun kelompok.
Media sosial seperti watshapp semakin mendorong
orang Indonesia untuk saling sapa dan mengobrol satu sama
lain, watshapp merupakan aplikasi pada smartphone yang
berfungsi sebagai mengirim pesan dan dapat mempermudah
komunikasi jarrah dekat maupun jarak jauh sehingga
watshapp tersebut dapat dijadikan salah satu sarana untuk
menambah pengetahuan tentang teknologi dan memperluas
pengetahuan.6162
1.10. Media Sosial Terhadap Pengetahuan
Faktor-faktor secara tidak lansung mempengaruhi
seseorang untuk mencari informasi tentang Kesehatan ada
beberapa media seperti internet, televisi, smartphone grop,
koran, surat kabar, dan papan pengumuman digunakan sebagai
sumber informasi untuk mendapatkan pengetahuan MP-ASI.

59
“SOSIAL MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ( Studi Kasus
di Kelurahan Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat ) Oleh : BAYU SURYA HAKIKI NPM :
13111699 Jurusan Hukum Ekonomi Syari ’ ah Fakultas Syari ’ ah INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI ( IAIN ) METRO 1440 H / 20,” 2019.
60
Renia Febriani, “Fenomena Penggunaan Facebook di Kalangan Ibu Rumah Tangga di
Sorek Satu Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan,” 2021.
61
yolanda ade Suparman, “penerapan media sosial online whatshapp untuk meningkatkan
pengetahuan orangtua tentang pengasuhan positif dikelurahan krapyak,” Malaysian Palm Oil
Council (MPOC) 21, no. 1 (2020): 1–9,
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203%0Ahttp://mpoc.org.my/
malaysian-palm-oil-industry/.
62
Andrespa, “Pengaruh Media Sosial Whatsapp tehadap Hasil Belajar Mahasiswa
Program Studi (PAI) Angkatan 2018 Kelas H IAIN Bengkulu,” e-Repository Pustaka IAIN
Bengkulu 17, no. 17 (2),2018 (2018): 17–25, http://repository.iainbengkulu.ac.id/id/eprint/5677.
Internet merupakan media komunikasi yang berbasis jaringan
pada dasarnya internet sudah menjadi kebutuhan pokok
manusia baik untuk para pengusaha, pelajar. Internet di era
globalisasi sekarang ini dibutuhkan untuk mencapai
komunikasi yang efektif terutama untuk penyampaian
informasi Kesehatan.63

63
Tri Widayanti et al., “Potret media yang digunakan untuk mendapatkan informasi MP-
ASI,” Health Sciences and Pharmacy Journal 5, no. 3 (2021): 74–80,
https://doi.org/10.32504/hspj.v5i3.510.

Anda mungkin juga menyukai