Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.

B DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA DEWASA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWANG KOTA SUNGAI PENUH
TAHUN 2023

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Ners Keperawatan

FEGGI NURZARTI
NIM : 2114901050

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.
B Dengan Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Dewasa Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rawang Kota Sungai Penuh Tahun 2023”. Penulisan ini
merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam rangka untuk
menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan di Universitas Fort De Kock
Bukittinggi.
Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini penulis banyak

mendapatkan bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Terutama

kepada ibu Ns. Wiwit Febrina, S.Kep, M.Kep selaku dosen pembimbing yang

telah mengarahkan, membimbing, dan memberi masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes, selaku Rektor Universitas Fort De Kock

Bukittinggi.

2. Ibu Oktavianis, S.ST, M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Fort De Kock Bukittinggi

3. Ibu Ns. Ratna Dewi, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi

Ners Universitas Fort De Kock Bukittinggi

4. Dosen dan Staf Prodi Pendidikan Profesi Ners Universitas Fort De Kock

Bukittinggi.
5. Teristimewa kedua orang tua, adik dan keluarga tercinta atas dorongan moril

dan materil serta doa yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan

kuliahnya selama 5 tahun ini.

6. Terimakasih untuk teman-teman yang seperjuangan dalam menjalankan

profesi ners ini yang telah memberi bantuannya baik secara langsung maupun

tidak langsung, serta dukungan semangat dan saran dalam penyusunan Karya

Ilmiah Akhir Ners ini.

Semoga bantuan, bimbingan dan petunjuk yang bapak/ibu dan rekan-

rekan berikan menjadi amal ibadah dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari

Allah SWT. Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga

penulis merasa masih ada belum sempurna baik dalam isi maupun dalam

penyajiannya. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang

membangun guna penyempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Semoga karya ini

dapat memberi manfaat kepada kita semua.

Bukittinggi, Januari 2023

Feggi Nurzarti, S.Kep


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,

kelahiran, adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan

budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta

sosial dari tiap anggota keluarga (Setiawan, 2016).

Dalam program perawatan kesehatan masyarakat, keluarga merupakan

unit terkecil dari masyarakat dan sebagai penerima asuhan keperawatan,

untuk itu sangat diperlukan perawatan kesehatan keluarga guna membantu

meningkatkan masalah kesehatan masyarakat. Kondisi kesehatan seluruh

anggota keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam

keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi

jalannya suatu penyakit dan status kesehatan keluarga. Oleh karena itu,

pengaruh status sehat/sakit keluarga saling mempengaruhi atau bergantung

satu sama lain. Keluarga cenderung menjadi seorang reactor terhadap

masalah - masalah kesehatan dan menjadi aktor dalam menentukan masalah -

masalah kesehatan anggota keluarg. Dalam keluarga terdiri dari ibu, ayah,

dan anak namun bagi keluarga yang tinggal bersama keluarga besar, di dalam

rumah terdapat paman, bibi, cucu, keponakan, kakek, ataupun nenek yang

tinggal bersama. Adanya lansia di dalam rumah menjadi perhatian khusus

bagi keluarga. Anggota keluarga yang perlu diberi perhatian khusus yaitu

Lansia, dan Bayi karena kedua kelompok umur ini sangat ketergantungan dan
memerlukan bantuan orang lain untuk hidup. Seperti contoh bayi yang

bergantung kepada ibu dan lansia yang bergantung kepada anak.

Lanjut usia (Lansia) adalah orang yang mencapai usia 60 tahun ke atas

yang mempunyai hak yang sam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara (UU RI NO 13 tahun 1998). Menurut WHO (Word Health

Organization) membagi masa usia lanjut sebagai berikut : a) usia 45-60

tahun, disebut middleage (setengah baya atau A-teda madya; b) usia 60-75

tahun, disebut alderly (usia lanjut atau wreda utama) ; usia 75-90 tahun,

disebut old (tua atau prawasana); d) usia diatas 90 tahun, disebut very old

(tua sekali atau wreda wasana) (Andarmayo, 2018).

Secara global angka kehidupan lansia didunia akan terus meningkat.

Proporsi penduduk lansia didunia pada tahun 2019 mencapai 13,4% pada

tahun 2050 diperkirakan meningkat menjadi 25,3% danpada tahun 20100

diperkirakan menjadi 35,1% dari total penduduk (WHO, 2019). Seperti

halnya yang terjadi didunia, indonesia juga mengalami penuaan penduduk.

Tahun 2019 jumlah lansia indonesia meningkat menjadi 27,5 juta atau 10,3%

dan 57,0 juta jiwa atau 17,9% pada tahun 2045 (Kemenkes, 2019).

Proses menua yang terjadi pada lansia berkaitan dengan munculnya

berbagai keluhan salah satunya keluhan pada sistem pencernaan. Lansia akan

mengalami gigi yang tanggal, penurunan mobilitas usus sehingga makanan

kurang bisa tercerna dengan baik dan menyebabkan kurangnya asupan gizi

pada lamsia. Hal ini juga akan berdampak pada munculnya gastritis (Diana &

Sandia, 2016).
Gastritis adalah radang pada jaringan dinding pada lambung paling

sering diakibatkan oleh ketidakteratuaran diet, misalnya makan terlalu

banyak, terlalu cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau makanan

yang terinfeksi, penyebab yang lain termasuk alkohol, aspirin, reflek empedu

atau terapi radiasi. Gastritis terdiri dari 2 tipe yaitu gastritis akut dan gastritis

kronis. Faktor penyebab gastritis akut dan gastritis kronis adalah pola makan

yang tidak teratur, konsumsi obat penghilang nyeri jangka panjang, konsumsi

kopi, alkohol, merokok, stres fisik, stres psikologis, kelainan autoimun,

chrone disease, penyakit bile refluk, infeksi bakteri, dan penyakit lain seperti

HIV/AIDS, infeksi parasit dan gagal hati atau ginjal (Fajriyah & Dermawan,

2022).

Menurut Word Health Organization (WHO), angka kejadian gastritis

didunia dari beberapa negara yaitu inggris dengan angka presentase 22%,

China dengan angka presentase 31%, jepang dengan angka presentase

29,5%.ninseden terjadinya gastritis diasia tenggara sekitar 583.635 dari

jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevelensi gastritis yang dikonfirmasi

melalui endoskopi pada populasi di sanghai sekitar 17,2% yang secara

substansial lebih tinggi dari pada populasi dibarat yang berkisar 4,1% yang

brsifat asimptomatik (Widya Tussakinah, 2017).

Berdasarkan Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2018,

gastritis merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak dirumah sakit pada

pasien rawat inap dengan jumlah kasus sebesar 33.580 kasus, yang 60,86%

terjadi pada perempuan. Pada pasien rawat jalan gastritis berada pada urutan
ke tujuh dengan jumlah kasus 201.083 kasus yang 77,74% terjadi pada

perempuan (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Berdasarkan hasil pengkajian awal pada tanggal 02 Januari 2023 Di

Puskesmas Rawang Kota Sungai Penuh pada tahun 2022 diperoleh data

bahwa sebanyak 325 orang lansia yang menderita gastritis.

Penatalaksanaan untuk menetralisir asam lambung karena penyakit

gastritis beberapa usaha yang bisa dilakukan diantaranya mengkonsumsi

OAINS dengan indikasi yang tepat, hindari penggunaan jangka panjang dan

dosis yang digunakan disesuaikan dengan tingkat nyeri pada gastritis salah

satunya antasida. Strategi yang digunakan selalu ada kekurangan dan

kelebihan, karena efek samping tidak bisa dihindari, sehingga muncul usaha

untuk mengurangi efek samping yang lebih aman yaitu dengan menggunakan

obat tradisional atau bahan alam. Obat tradisional yang telah diteliti terbukti

kasiatnya dalam mengurangi rasa nyeri lambung adalah menggunkan kunyit

(Simbolon, 2018).

Kunyit merupakan tanaman obat yang banyak dibutuhkan oleh industri

obat tradisional dalah satunya untuk pengobatan gastritis. Kunyit memiliki

kandungan senyawa zat aktif untama berupa kurkumimoid dan minyak astri.

Kandungan kurkuminoid terdiri dari kurkumin, desmioksikumin, dan

bisdesmetoksikurkumin, sedangkan minyak atsiri terdiri dari

ketonsesqquiterpen, turmeron, tumeon, zingiberen, flandren, sabinen, berneol

dan sineil. Kandungan kunyit lainnya berupa lemak, karbohidrat, protein,

vitamin C, karoten, garam-garam mineral (Safitri & Nurman, 2020).


Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hastari & Kurniawan (2022)

bahwa pelaksanaan implemetasi dengan pemberian parutan kunyit untuk

mengurangi asam lambung pada Ny. W, didapatkan hasil bahwa nyeri dapat

berkurang dengan terapi relaksasi nafas dalam dan menggunakan parutan

kunyit untuk mengurangi rasa maag (Gastritis). Maka dapat disimpulkan

terdapat pengaruh pemberian kunyit untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien

gastritis.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada Ny. R dan keluarga

yang peneliti lakukan pada bulan Januari 2023. Ny. R mengatkan memiliki

gejala gastritis sudah 2 tahun belakangan, Ny. R mengatakan bahwa gejala

gastritis yang dialaminya adalah seperti mengeluh mual, nyeri pada perut dan

ulu hati saat telat makan.

Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan

pengelolaan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. B

Dengan Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Dewasa Di

Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota Sungai Penuh Tahun 2023”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. B Dengan

Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Dewasa Di Wilayah

Kerja Puskesmas Rawang Kota Sungai Penuh Tahun 2023.


2. Tujuan Khusus

a. Mampu memahami konsep konsep dasar keperawatan keluarga dan

konsep teori tentang Gastritis.

b. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. B Dengan

Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Dewasa Di Wilayah

Kerja Puskesmas Rawang Kota Sungai Penuh Tahun 2023.

c. Mampu melakukan telaah jurnal terkait terapi komplementer pada

keluarga Tn. B dengan Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang

Kota Sungai Penuh Tahun 2023

d. Mampu mengaplikasikan jurnal terkait tentang terapi komplementer

pada keluarga Tn. B dengan Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas

Rawang Kota Sungai Penuh Tahun 2023.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam menyusun laporan

peneliti, menambah wawasa peneliti mengaplikasikan ilmu pengetahuan

yang di miliki tentang asuhan keperawatan gerontik dengan Gastritis.

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan informasi dan dapat di gunakan untuk meningkatkan mutu

pendidikan dalam hal mengembangkan tenaga kesehatan masyarakat

dalam hal memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit

gastritis.
3. Bagi Keluarga dan Klien

Diharapkan dapat menjadi masukan dan infomasi bagi keluarga Tn.B

maupu untuk Ny. R sendiri agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang

gastritis dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bagi Pelayanan kesehatan

Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang profesional sesuai

dengan standar melalui lima tahap proses keperawatan yang dimulai dari

melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa, membuat intervensi,

melakukan implementasi dan melakukan evaluasi keperawatan pada

pasien gastritis.

5. Bagi Peniliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya

dan dapat digunakan untuk menambah bahan informasi yang dapat

disajikan sebagai referensi bagi mahasiswa di perpustakaan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang diikat oleh suatu

hubungan emosional yang saling bergantung satuengan yang lainya dan

merupakan wadah sebagai pengebangan nilai-nilai kesehatan dan

kebiasaan sehat. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, jika

salah satu anggota keluarga bermasalah terhadap kesehatannya pasti akan

mempengaruhi fungsi keluarga (Buston, 2019).

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,

kelahiran, adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan

budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta

sosial dari tiap anggota keluarga (Setiawan, 2016).

Pengertian keluarga menurut para ahli sebagai berikut :

a. Spradley dan Allender, mengatakan satu atau lebih individu yang

tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan

mengembangkan dalam ikatan social, peran dan tugas.

b. Johnson’s, mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau

lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang

terlibat dalam kehidupan terus menerus, yang tinggal satu atap,

mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban anatara satu

orang dengan yang lainya.


c. Friedman, mendefinisikan keluarga sebagai suatu sistem sosial.

Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-

individu yang memiliki hubungsn erat satu sama lain, saling tergantung

yang terorganisir dlam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan

tertentu.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara

umum bahwa keluarga itu terjadi jikalau ada :

a. Ikatan atau Persekutuan (perkawinan / kesepakatan)

b. Hubungan (darah / adopsi / kesepakatan)

c. Tinggal bersama dalam satu atap (serumah)

d. Ada peran masing-masing anggota keluarga

e. Ikatan emosional (Harnilawati, 2013)

2. Tipe Keluarga

Berbagai tipe keluarga yang perlu Anda ketahui adalah sebagai berikut.

a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini.

1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas

suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.

2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri

atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui,

keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai

anak, jadi ketika nanti Anda melakukan pengkajian data dan

ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi datanya.


3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan

anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh

perceraian atau kematian.

4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang

dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak

menikah atau tidak mempunyai suami.

5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah

keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya.

Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di

daerah pedesaan.

6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di

rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah

membangun karir sendiri atau sudah menikah.

7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau

saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan,

seperti dapur dan kamar mandi yang sama (Widagdo, 2016).

b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga non-tradisional, tipe

keluarga ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe

sebagai berikut.

1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas

orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar

ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.


3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis

kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup

bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali

keluarga yang aslinya (Widagdo, 2016).

3. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1986) dalam Setyowati dan Murwani (2018)

mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, diantaranya:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif yaitu dimana dalam suatu rumah tangga saling

mengasuh dan memberikan cinta, fungsi emosional sangat berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Dari kebahagiaan dan

kegembiraan semua anggota keluarga itu dapat dilihat bahwa

terwujudnya fungsi emosional yang berhasil pada setiap anggota

keluarga mempertahankan suasana yang positif. Ini dapat dipelajari dan

dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Oleh

karena itu, dalam keluarga yang berhasil menjalankan fungsi emosional,

semua anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif

serta saling menerima dan mendukung satu sama yang lain.

Ada beberapa komponen yang perlu untuk dipenuhi oleh keluarga

dalam melaksanakan fungsi yang afektif, sebagai berikut:


1) Saling peduli, cinta, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan cinta dan

dukungan dari anggota lainnya. Kemudian kemampuannya untuk

memberikan cinta akan meningkat, yang pada gilirannya menjalin

hubungan yang hangat dan suportif. Keintiman dalam keluarga

merupakan modal dasar untuk membangun relasi dengan orang lain

di luar keluarga / komunitas.

2) Saling menghormati. Jika anggota keluarga saling menghormati,

mengakui keberadaan dan hak masing-masing anggota keluarga,

serta senantiasa menjaga suasana positif, maka fungsi emosional

akan terwujud.

3) Ketika suami dan istri sepakat untuk memulai hidup baru, mereka

mulai menjalin hubungan intim dan menentukan hubungan keluarga

mereka. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses

mengidentifikasi dan menyesuaikan semua aspek kehidupan anggota

keluarga. Para orang tua hendaknya membentuk proses identifikasi

positif agar anak dapat mencontoh perilaku positif kedua orang tua

Fungsi emosional adalah kebahagiaan yang ditentukan dari sumber

energi atau kekuatan sebaliknya adanya kerusakan dalam keluarga

itu disebabkan karena ketidakmampuan dalam mewujudkan fungsi

emosional didalam keluarga itu sendiri.

b. Fungsi sosialisasi

Menurut Friedman (1986) dalam Setyowati dan Murwani (2018)

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan pengalaman


pribadi, yang mengarah pada interaksi sosial dan pembelajaran berperan

dalam lingkungan sosial.

Sosialisasi dimulai dengan kelahiran manusia, keluarga merupakan

tempat dimana individu belajar bersosialisasi, misalnya seorang anak

yang baru lahir akan melihat ayahnya, ibunya dan orang-orang

disekitarnya.

Kemudian ketika masih balita, ia mulai belajar bersosialisasi

dengan lingkungannya, meskipun keluarga tetap memegang peranan

penting dalam interaksi sosial. Keberhasilan perkembangan pribadi dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota

keluarga yang ditunjukkan dalam proses sosialisasi. Anggota keluarga

mempelajari disiplin, norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan

dan interaksi keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Setiap keluarga setelah melangsungkan pernikahan adalah

memiliki anak, dimana fungsi reproduksi utamanya ialah sebagai sarana

melanjutkan generasi penerus serta secara tidak langsung meneruskan

kelangsungan keturunan sumber daya manusia. Oleh sebab itu dengan

adanya hubungan pernikahan yang sah, selain untuk memenuhi

kebutuhan jasmani dan rohani pasangan, tujuan didirikannya sebuah

keluarga adalah untuk mempunyai keturunan yang bertujuan untuk

memperpanjang garis keturunan keluarga atau sebagai peneru.


d. Fungsi ekonomi

Dalam hal ini fungsi ekonomi pada keluarga yaitu untuk memenuhi

segala kebutuhan finansial seluruh anggota keluarga misalnya untuk

pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Seperti saat ini,

yang terjadi adalah banyaknya pasangan yang melihat masalah yang

berujung pada perceraian karena hal pendapatan yang sedikit atau tidak

sesuai dengan kebutuhan sehari hari antara suami dengan istri Isi yang

akan dipelajari tentang fungsi ekonomi keluarga adalah:

1) Fungsi pendidikan Jelaskan upaya yang diperoleh dari sekolah atau

masyarakat sekitar dan upaya pendidikan yang dilakukan oleh

keluarga.

2) Fungsi religius Jelaskan penelitian keluarga yang berhubungan

dengan kesehatan dan kegiatan keagamaan.

3) Fungsi waktu luang Jelaskan kemampuan keluarga untuk menghibur

bersama di dalam dan di luar rumah serta kegiatan keluarga, dan

jumlah yang diselesaikan.

e. Fungsi perawatan

kesehatan Keluarga juga memegang peranan penting dalam

pelaksanaan praktik kesehatan, yaitu dengan mengurus masalah

kesehatan dan / atau anggota keluarga, pada saat sakit maka

kemampuan keluarga dalam memberikan pelayanan kesehatan akan

mempengaruhi kesehatan keluarga. Dari kinerja tugas kesehatan

keluarga dapat dilihat kemampuan medis dan kesehatan keluarga.


Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti dapat

menyelesaikan masalah kesehatan.

Adapun fungsi keluarga menurut Allender & Spardley (2001)

dalam Nadirawati (2018), sebagai berikut:

a. Affection

 Untuk menciptakan persaudaraan atau memelihara kasih sayang

 Perkembangan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual

 Menambahkan anggota baru (anak)

b. Security and acceptance

 Memenuhi kebutuhan fisik

 Menerima individu sebagai anggota

c. Identity and satisfaction

 Tetap atau mempertahankan motivasi

 Kembangkan peran dan citra dir

 Tentukan tingkat sosial dan kepuasan aktivitas

d. Affiliation and companionship

 Kembangkan metode komunikasi

 Pertahankan hubungan yang harmonis

e. Socialization

 Memahami budaya (nilai dan perilaku),

 Aturan atau pedoman untuk hubungan internal dan eksternal,

membebaskan anggota
f. Control

 Pertahankan kontrol sosial

 Pembagian kerja

 Penempatan dan penggunaan sumber daya yang ada

4. Tahap Perkembangan Keluarga

Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga yang perlu Anda

pelajari berikut ini (Widagdo, 2016).

a. Keluarga baru menikah atau pemula

Tugas perkembangannya adalah:

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan;

2) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.

b. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan

anak baru lahir.

Tugas perkembangannya adalah:

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;

2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga;

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peranperan orang tua dan kakek nenek.


c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah

Tugas perkembangannya adalah:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang

bermain, privasi, dan keamanan;

2) Mensosialisasikan anak;

3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak yang lain;

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar

keluarga.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah

Tugas perkembangannya adalah:

1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat;

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja

Tugas perkembangannya adalah:

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri;

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan;

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda

Tugas perkembangannya adalah:


1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga

baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak;

2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan;

3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau

istri.

g. Keluarga dengan usia pertengahan

Tugas perkembangannya adalah:

1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti

dengan para orang tua lansia dan anak-anak;

3) Memperkokoh hubungan perkawinan.

h. Keluarga dengan usia lanjut

Tugas perkembangannya adalah:

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;

3) Mempertahankan hubungan perkawinan;

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;

5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;

6) meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan

hidup).
5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang

dilaksanakan.

Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah :

a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan ke butuhan keluarga yang tidak boleh di

abaikan, karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti.

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan

yang di alami oleh anggota keluarga.

b. Keluarga mampu mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai

kemampuan untuk memutuskan sebuah tindakan.

c. Keluarga mampu melakukan Perawatan pada anggota keluarga yang

sakit

Tugas keluarga adalah memberi perawatan pada anggota yang sakit

sering mengalami keterbatasan. Anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjut atau perawatan

agar masalah tidak terlalu parah. Keluarga juga berperan untuk

memberikan edukasi kepada penderita dimana keluarga mencari

informasi tentang apa saja penyakit yang sedang diderita.


d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan

kesehatan

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi

bagi anggota keluarga, sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu

lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal..

e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat

dilingkungan setempat

Tugas ini merupakan bentuk upaya keluarga untuk mengatasi

masalah kesehatan anggota keluarganya dengan memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada.

6. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari:

a. Pola dan proses komunikasi.

b. Struktur peran.

c. Struktur kekuatan

d. Struktur nilai dan Norma.

Struktur keluarga oleh Friedmen digambarkan sebagai berikut:

a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan

secara jujur. Terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada

hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengiriman yakni

mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminat dan

menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,

memberikan umpan balik dan valid. Komunikasi dalam keluarga


dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau berita

negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan

pendapat sendri. Komonikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi,

ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi

tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif

(bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.

b. Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan posisi yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat

atau informal.

c. Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk

mengontrol, memengaruhi atau mengubah perilaku orang lain, hak

(legitimate power), ditiru (referen power), keahlian (expert power),

hadiah (reward power), paksa (coercive power) dan affective power.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola

perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu lingkungan

keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga (Wahyuni dkk,

2021).
7. Peran Keluarga

Berbagai peranan yang tedapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

a. Peranan Ayah

Peran ayah dalam keluarga, yaitu:

1) Pemimpin/kepala keluarga

2) Mencari nafkah

3) Partner ibu

4) Melindungi

5) Memberi semangat

6) Pemberi perhatian

7) Mengajar dan mendidik

8) Sebagai teman

9) Menyediakan kebutuhan

b. Peranan Ibu

Peran ibu dalam keluarga, yaitu:

1) Pengasuh dan pendidik

2) Partner ayah

3) Manajer keluarga

4) Menteri keuangan keluarga

5) Memberikan tauladan

6) Psikologi keluarga

7) Perawat dan dokter keluarga

8) penjaga bagi anak anaknnya


c. Peranan anak

Peran anak dalam keluarga, yaitu:

1) Memberikan kebahagiaan

2) Memberi keceriaan keluarga

3) Menjaga nama baik keluarga

4) Sebagai perawat untuk orang tua

8. Peran Perawat Keluarga

Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam

menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga,

diantaranya sebagai berikut :

a. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :

1) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga

secara mandiri

2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga

b. Koordinator

Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang

komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk

mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar

tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan

c. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik

maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan

perawatan langsung.Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui


anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada

keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga

nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang

sakit.

d. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite

atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau

melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga

e. Konsultan

Perawat sebagai naras umber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah

kesehatan.Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka

hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus

bersikap terbuka dan dapat dipercaya.

f. Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah

sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap

kesehatan keluarga yang optimal

g. Fasilitator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan

derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan

baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan

kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dan lain-lain).


h. Penemu kasus

Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi

ledakan atau kejadian luar biasa (KBL).

i. Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan rumah,

lingkungan masyarakat dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercita

lingkungan yang sehat.

9. Tingkatan Keperawatan Keluarga

Ada 4 tingkatan keperawatan keluarga:

a. Level 1

Keluarga menjadi latar belakang individu/ anggota keluarga dan fokus

dan pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan

dikaji dan intervensi.

b. Level 2

Keluarga merupakan penjumlahan dan anggota anggota, masalah

kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan

diintervensi bersama masing-masing anggota akan diintervensi.

Bersamaan masing-masing anggota dilihat sebagi unit yang terpisah.

c. Level 3

Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub sistem dalam

keluarga, anggota anggota keluarga dipandang sebagai unit yang

berinteraksi, fokus intervensi, hubungan ibu dengan anak


d. Level 4

Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama

dalam pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu

sebagai latar belakang, keluarga dipandang sebagai intraksional sistem,

fokus intervensi; Struktur dan fngsi keluarga; Hubungan subsistem

keluarga dengan lingkungan luar (Wahyuni dkk, 2021).

10. Keluarga kelompok Resiko Tinggi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,

yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi

dalam bidang kesehatan, meliputi:

a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan

masalah sebagai berikut:

1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.

2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan

sendiri.

3) Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan

penyakit keturunan.

b. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil:

1) Umur ibu (kurang 16tahun atau lebih 35tahun).

2) Menderita kekurangan gizi atau anemia.

3) Menderita hipertensi.

4) Primipara atau multipara.

5) Riwayat persalinan dengan komplikasi.


c. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:

1) Lahir prematur atau BBLR.

2) Lahir dengan cacat bawaan.

3) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.

4) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau

anaknya.

d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota

keluarga:

1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan

2) Tidak ada kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga dan sering

cekcok dan tegang.

3) Ada anggota keluarga yang sering sakit.

4) Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari

meninggalkan keluarga.

B. Konsep Gastritis

1. Definisi

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai

telepasnya epitel mukosa suferpisial yang menjadi penyebab terpenting

dalam ganguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang

timbulnya inflamasi padal lambung.

Gastritis adalah radang pada jaringan dinding pada lambung paling

sering diakibatkan oleh ketidakteratuaran diet, misalnya makan terlalu


banyak, terlalu cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau

makanan yang terinfeksi, penyebab yang lain termasuk alkohol, aspirin,

reflek empedu atau terapi radiasi. Gastritis terdiri dari 2 tipe yaitu gastritis

akut dan gastritis kronis. Faktor penyebab gastritis akut dan gastritis kronis

adalah pola makan yang tidak teratur, konsumsi obat penghilang nyeri

jangka panjang, konsumsi kopi, alkohol, merokok, stres fisik, stres

psikologis, kelainan autoimun, chrone disease, penyakit bile refluk, infeksi

bakteri, dan penyakit lain seperti HIV/AIDS, infeksi parasit dan gagal hati

atau ginjal (Fajriyah & Dermawan, 2022).

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa

lambung dan sub mukosa lambung. Gastritis pada lansia adalah suatu

peradangan mukosa lambung yang dapat bersifst kronis, difus atau lokal

yang sering terjadi pada lansia: dua jenis gastritis yang paling sering

terjadi: gastritis superfisial akut dan gastritis atropik kronik. Insiden

gastritis meningkat dengan lanjutnya proses menua/ Namun sering kali

asimptomatik atau hanya dianggap sebagai akibat normal proses menua

(Aspiani, 2014).

2. Etiologi

a. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang

terkontaminasi), kafein, alkohol, dan asipirin merupakan agen-agen

penyebab yang sering.

b. penyebab lain adalah obat-obatan seperti : sulfonamida, steroid.

c. Beberapa makanan yang berbumbu lada, cuka dapat menyebabkan

gejala yang mengarah pada gastritis.


d. Gastritis kronik umumnya disebabkan akibat minum alkohol

berlebihan, teh panas, merokok,merupkan predisposisi timbulnya

gastritis antropik.

e. Pada kasus anemia pernisiosa, patogenesis berkaitan dengan gangguan

mekanisme imunologik. Kebanyakan penderita memiliki antibodi

terhadap sel parietal dalam darahnya, leih spesifik lagi, penderita ini

juga memiliki antibodi terhadap faktor intrinsik.

Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena

keadaan-keadaan klinik yang berat belum diketahui benar. Aspirin dan

obat anti inflamasi non steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa

mekanisme. Prostagladin mukosa merupakan salah satu faktor defensif

mukosa lambung yang amat penting. Selain menghambat produksi

Prostagladin mukosa, aspirin dan obat anti inflamasi topikal terjai karena

kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosil sehingga dapat

merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat anti inflamasi

nn steroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh

lambung, sehingga kemampuan aktor defensif terganggu (Aspiani, 2014).

3. Klasifikasi

Menurut Brunner & Suddarth (2014) klasifikasi gastritis adalah

gastritis akut dan gastritis kronik.

a. Gastritis Akut

Gastritis akut berangsung selama beberapa jam sampai beberapa

hari dan sering kai disebabkan oleh akanan yang dapat mengiritasi atau

makanan yang terinfeksi, penggunaan obat anti flamasi nonsteroid


(NSAID), asupan alkohol yang berlebihan refluk empedu, dan terapi

radiasi. Gastritis akut dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik

akut.

b. Gastritis Kronik

Gastritis kronik yaitu inflamasi lambung yang berkepanjangan

yang mungkin disebabkan oleh ulkus lambung jinak, ganas dan

disebabkan oleh bakteria seperti Helicobacter pylori. Ulserasu

superfisial dapat terjadi dan dapat memicu perdaraha.

4. Patofisiologi

a. Gastritis Akut

Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-

obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada

pasien yang mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis

NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida

(HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan

anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan

menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan

mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk

memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa

lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya

vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim

yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah

fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl

meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon

mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa

pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan

erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat

mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena

proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam

setelah pendarahan.

b. Gastritis Kronis

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna

atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory (H.

pylory) Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B,

tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari

perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler.

Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia

pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B

(kadang disebut sebagai gastritis) mempengaruhi antrum dan pylorus

(ujung bawah lambung dekat duodenum) ini dihubungkan dengan

bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan

atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam

lambung.
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari gastritisakut dapat bervariasi dari keluhan

abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia atau mal, sampai gejala lebih

berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan dan hematemesis.

Pada pemeriksaan isis biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka

yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan

gejala gangguan hemodinamikyang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat

dingin, takikardia sampai gangguan kesadara. Klien juga mengeluh

kembung dan rasa asam dimulut. Sedangkan manifestasi klinis dari

gastritis kronik, gejala defisiensi B12, sakit ulu hati sebelah kanan,

bersendawa rasa pahit dalam mlut, mual dan muntah (Aspiani, 2014).

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Kimberly (2014) pemeriksaan dianostik pada klien

dengan gastritis meliputi :

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah dapat digunakan untuk memeriksa apakah terdapat

Helicobacter pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan

bahwa pasien tersebut terkena infeksi.

b. Pemeriksaan rontgen

Pemeriksaan rontgen saluran cerna bagian atas, tes ini meliputi akan

adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.

c. Pemeriksaan analisis lambung

Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan teknik penting

untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung.


d. Pemeriksaa feses

Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri Helicobacter pylori dalam

feses atau tidak. Hasil yang positif ddapat mengindikasikan terjadi

infeksi, pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses,

hal ini menunjukkan adanya perdarahan dalam lambung.

8. Pencegahan

Pencegahan pada gastritis adalah dengan mengontrol semua faktor

risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, menurut Hardi & Huda

(2015) tindakan-tindakan pencegahan yang dapat dilakukan sebagai

berikut:

a. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi lambung

sehingga terjadi inflamasi.

b. Hindari merokok dan kurangi konsumsi kopi karena dapat menganggu

lapisan dinding lambung sehingga lambung lebih mudah mengalami

gastritis dan tukak/ulkus. Rokok juga dapat meningkatkan asam

lambung dan memperlambat penyembuhan luka.

c. Atasi stres sebaik mungkin.

d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur namun hindari sayur

dan buah yang bersifat asam.

e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran

balik) asam lambung.

f. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran

makanan melalui usus.


g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara

waktu kurangi kamsumsi makanan tinggi serat, seperti pisang,kacang-

kacangan, dan kentang.

h. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa

makanan lunakdan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan rileks.

9. Komplikasi

a. Gastritias akut

1) Perdarahan saluran cerna bagian atas

2) Ulkus kalau prosesnya hebat

3) Perforasi

b. Gastritis kronik

1) Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerangan

terutama terhadap vitamin B12.

2) Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan penyempitan

daerah antrum pilorum.

3) Gastritis ktonik sering dihubungkan dengan keganasan lambung,

terutama gastritis kronik antrum pylorus (Aspiani, 2014).

10. Penatalaksamaam

a. Pengobatan pada gastritis meliputi:

1) Antikoagulan bila ada pendarahan pada lambung.

2) Antasida pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan

intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai

gejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan

antasida dan istirahat.


3) Histonin ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan

asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.

4) Sulcralfate diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan

cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan

pepsin yang menyebabkan iritasi.

5) Pembedahan untuk mengangkat gangrene dan perforasi,

Gastrojejunuskopi / reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.

b. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis sebagai berikut :

Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk

menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien

mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila

gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila

perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan

prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas.

Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam

atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian

agen penyebab.

1) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal :

alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus

lemon encer atau cuka encer.

2) Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena

bahaya perforasi.

Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative,

antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin


diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk

mengangkat gangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau

reseksi lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus.

Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan

istiratahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory

data diatasi dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan

garam bismu (pepto bismo). Pasien dengan gastritis A biasanya

mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya

antibody terhadap faktor instrinsik.

c. Penatalaksanaan secara keperawatan adalah sebagai berikut :

1) Tirah baring

2) Mengurangi stress

3) Diet

Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral

pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti

pudding, agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24

jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara

bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya

berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang

berbumbu banyak atau berminyak.


C. Konsep Terapi Komplementer

1. Pengertian Komplementer

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam-

macam sitem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk

yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional.

Menurut WHO (Word Healt Organization), pengobatan komplementer

adalah pengobatan non konvesional yang bukan berasal dari Negara yang

bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk

pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan

dalam pengobatan modern. Terminology ini dikenal sebagai terapi

modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam

pelayanan kesehatan (Rufaida, 2018).

Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan

penyakit ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya

memperbaiki gaya hidup dengan menggunakan terapi nutrisi. Seseorang

yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai unsur

akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer ini

berkembang di tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat

dilakukan di tingkat individu maupun kelompok misalnya untuk strategi

stimulasi imajinatif dan kreatif.

2. Manfaat Terapi Komplementer Dan Alternatif

a. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.

b. Memelihara kesehatan dan kesejahteraan.


c. Menjaga kesehatan dan kesejahteraan.

d. Mencegah penyakit.

e. Menurunkan gejala penyakit, seperti penyakit kanker, jantung,

diabetes, artritis, nyeri kronik sindrom, dan nyeri akut.

f. Menurunkan keluhan-keluhan, seperti nyeri punggung, alergi, cemas,

artritis, nyeri kepala, gangguan leher, hipertensi, strain dan sparin, serta

gangguan tidur

3. Pengelompokan Terapi Komplementer Dan Alternatif

Menurut buku Solehati (2015) penggunaan terapi komplementer

dan alternatif semakin meningkat, selain pelaksanaanya mudah, juga tidak

menimbulkan efek samping. Pengelompokan terapi komplementer dan

alternatif menurut para ahli yaitu sebagai berikut ini:

a. Alternative Medical System

Terapi yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah traditional

chinese medicine, akupunktur, akupresur, auricular therapy, gi-gong,

dan tai-chi.

1) Traditional Chinese Medicine

Traditional chinese medicine atau pengobatan tradisional

china terdiri atas beberapa modalitas, yaitu herbal, diet, moxibustion,

akupuntur, meditasi, dan olahraga. Terapi ini sudah berusia ribuan

tahun dan berakar dari Taoisme. Ada beberapa konsep utama yang

merupakan pengobatan China. Konsep yang paling penting adalah

Yin-Yang yang menggambarkan fenomena berlawanan, tetapi saling

melengkapi dan berada dalam keseimbangan yang dinamis. Penyakit


ini di klasifikasikan dalam tiga kategori utama, yaitu sebagai berikut:

penyebab eksternal, penyebab internal, dan bukan penyebab internal

ataupun eksternal.

2) Akupuntur

Suatu metode pengobatan tradisional China dengan

menstimulasi titik tertentu (akupoin) pada tubuh dengan cara

memasukan jarum khusus steril di sepanjang rangkaian garis

meridian energi yang menghasilkan perubahan fungsi pada sistem

tubuh, seperti memodifikasi persepsi rasa nyeri. Selain itu,

akupunktur juga dapat menormalkan fungsi fisiologis, serta

mengobati atau mencegah penyakit.

3) Akupresur

Akupresur adalah suatu metode teurapeutik yang

mempergunakan tekanan digital dengan cara tertentu pada titik-titik

yang dibuat pada tubuh untuk mengurangi rasa nyeri, mengatur

fungsi tubuh, dan menghasilkan analgesia.

4) Auricular Therapy

Auricular therapy merupakan terapi komplementer yang

menggunakan daun telinga sebagai fokus titik penyembuhannya

dalam menyembuhkan keluhan nyeri ataupun keluhan psikologis.

5) Qi-Gong

Qi-Gong merupakan terapi relaksasi yang menggunakan

manipulasi pada pemikiran. Tarikan napas dalam dan gerakan


senam yang dilakukan pada teknik Qi-Gong ini dapat memperbaiki

sirkulasi energi dan darah di dalam tubuh.

6) Tai-Chi

Tai-Chi adalah suatu teknik yang menggabungkan beberapa

aktivitas, seperti pernapasan, gerakan, dan meditasi dengan tujuan

untuk membersihkan, serta memperkuat sirkulasi darah dan energi

kehidupan yang penting. Terapi ini akan merangsang sistem imun

dan mempertahankan keseimbangan tubuh internal dan eksternal

(Solehati, 2015).

b. Mind-Body and Spiritual Therapies

Terapi yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain: terapi

hipnosis, imagery, spirituality, meditasi, yoga, terapi warna, biofeed-

back, terapi relaksasi, musik, dan terapi grup.

1) Terapi Relaksasi

Respons relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum

fisiologis, kognitif dan stimulasi perilaku. Relaksasi membantu

seseorang untuk membangun keterampilan kognitif serta untuk

mengurangi cara yang negatif dalam merespons situasi dalam

lingkungan mereka

2) Hipnosis

Hipnosis merupakan terapi komplementer yang

menggunakan modifikasi alam bawah sadar pasiennya. Pasien

dibimbing untuk melakukan relaksasi dengan teknik-teknik tertentu

yang secara alamiah akan membuka gerbang pikiran bawah


sadarnya. Kondisi seperti ini akan lebih memudahkan pasien untuk

menerima sugesti penyembuhan yang diberikan oleh pemberi

intervensi hypnosis

3) Imagery

Imagery atau imajinasi merupakan terapi yang menggunakan

teknik visualisasi yang menggunakan kesadaran pikiran untuk

menciptakan gambaran mental agar menstimulasi perubahan fisik

dalam tubuh, memperbaiki kesejahteraan, serta meningkatkan

kesadaran diri.

4) Spirituality

Spirituality merupakan terapi di mana seseorang

dihubungkan dengan keyakinan, tujuan, dan makna hidupnya yang,

meliputi religi dan kepercayaan akan kekuatan sendiri.

5) Meditasi

Meditasi adalah terapi yang ditujukan pada diri untuk

merelaksasikan tubuh dan menenangkan pikiran dengan

menggunakan ritme pernapasan yang memiliki focus.

6) Yoga

Yoga adalah suatu teknik yang berfokus pada susunan otot,

mekanisme pernapasan, postur, dan kesacaran tubuh. Yoga bertujuan

untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan mental melalui

pencapaian kesempurnaan tubuh dengan olahraga, pernapasan yang

benar, mempertahankan postur tubuh, dan meditasi.


7) Terapi Warna

Terapi warna adalah terapi yang menggunakan warna dalam

proses penyembuhan suatu penyakit. Menurut Darmaprawira (2002),

warna dapat memengaruhi keadaan jiwa seseorang dengan kuat,

memengaruhi emosi seseorang, serta menggambarkan suasana hati

yang dirasakan oleh seseorang.

8) Terapi Musik

Terapi musik adalah terapi yang menggunakan irama musik

tertentu dengan tujuan untuk penyembuhan suatu penyakit, serta

meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan

sosial (Potter & Perry, 2005). Terapi ini memperbaiki gerakan dan

komunikasi fisik, memperbaiki ingatan mengembangkan ekspresi

emosional dan mengalihkan perasaan nyeri. Menurut Tuner musik

dapat memberikan rangsangan pada syaraf simpatis dan parasimpatis

untuk menghasilkan respons relaksasi berupa penurunan frekuensi

nadi, relaksasi otot, dan menyebabkan tidur.

9) Biofeedback

Biofeedback merupakan suatu kelompok prosedur terapeutik

yang menggunakan alat elektronik atau elektromekanik untuk

mengukur, memproses dan memberikan informasi bagi individu

tentang aktivitas sistem saraf otonom dan neuromuskuler. Informasi

atau umpan balik diberikan dalam bentuk tanda fisik, fisiologis,

pendengaran dan umpan balik.


10) Terapi Grup

Terapi grup merupakan terapi yang menggunakan kelompok

sebagai alternative penyembuhannya. Terapi grup biasanya

digunakan pada pasien-pasien yang memiliki keluhan yang sama,

misalnya terapi grup pada kelompok HIV-AIDS, kelompok

penderita kanker dan sebagainya.

c. Biologically Based Therapies

Yang termasuk ke dalam kelompok biologically based therapies

adalah sebagai berikut:

1) Obat Herbal

Obat herbal merupakan pengobatan menggunakan tanaman

herbal. Tanaman ini telah banyak diteliti secara luas. Terapi dengan

menggunakan obat herbal merupakan bentuk pengobatan lama.

Bangsa Belanda telah menggunakan obat herbal ini sejak 60.000

tahun yang lalu.

2) Aromaterapi

Aromaterapi merupakan metode menggunakan minyak

essensial untuk meningkatkan kesehatan fisik, emosi, spiritual,

menuruinkan nyeri dan kecemasan, seperti nankincense, cengkih,

wintergreen, lavender, peppermint dan eucalyptus

3) Bach Flower Remedies

Bach flower remedies merupakan terapi komplementer yang

menggunakan bunga-bunga sebagai energi dalam proses


penyembuhannya. Bunga-bunga tersebut diambil saat mekar dan

dimasukkan ke dalam gelas kristal yang telah berisi air.

d. Manipulative and Body-Based Therapies

Terapi yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah massage,

chiropractic, craniosacral terapy, dan reflexiology.

1) Massage

Massage merupakan terapi menggunakan pijatan pada area

tertentu yang dapat merangsang relaksasi.

2) Hiropractic (Kiropraktik)

Terapi kiropraktik merupakan suatu terapi holistik yang

dalam pelaksanaannya biasanya tidak menggunakan obatobatan atau

tindakan operasi. Terapi kiropraktik mempromosikan diet alami

serta olahraga yang teratur sebagai komponen penting agar tubuh

dapat berfungsi dengan baik.

3) Craniosacral Terapy

Craniosacral terapy merupakan terapi yang menggunakan

pendekatan pribadi secara utuh serta pendekatan inter-koneksi antara

pikiran, tubuh, dan jiwa dalam proses penyembuhannya.

4) Reflexiology (Refleksi)

Terapi ini menggunakan intuisi. Terapi refleksi yang sering

dilakukan adalah pada daerah telapak kaki, Banyak manfaat dari

terapi refleksi, di antaranya menurunkan nyeri, sakit kepala,

meningkatkan imun tubuh, meningkatkan kualitas tidur, dan

meningkatkan penyembuhan luka.


e. Energy Therapies

Terapi yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sentuhan

therapeutic, healing touch, bioelektromagnetik, dan reiki

1) Sentuhan Therapeutic

Sentuhan therapeutic merupakan terapi yang menggunakan

sentuhan cara yang tepat dan halus pada klien. Sentuhan terapeutik

merupakan potensi alami manusia dengan cara meletakkan tangan

pada atau dekat dengan tubuh seseorang. Terapi ini melibatkan

pedoman keseimbangan energi seseorang dengan suatu cara yang

disengaja, termasuk meletakkan tangan praktisi pada tubuh atau

dekat tubuh klien.

2) Healing Touch

Healing touch merupakan terapi sentuhan menggunakan

tangan dalam mentransfer energi kepada pasien dalam

penyembuhannya. Terapi ini merupakan terapi noninvasive.

3) Bioelektromagnetik

Bioelektromagnetik merupakan terapi alternatif

komplementer menggunakarn alat beda potensial listrik pada

manusia melalui uji pancaran infra merah dan pancaran ion negatif

dengan mengguriakan alat metrologic photometer serta digital

capacitance.

4) Reiki

Reiki adalah suatu terapi berasal dari praktik Buddha kuno

dengan cara menempatkan tangannya pada atau di atas bagian tubuh


serta memindahkan energi kehidupan semesta kepada klien. Energi

inilah yang akan memberikan kekuatan.

D. Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat

untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-

norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system

terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. Sumber

informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :

a. Wawancara keluarga

b. Observasi fasilitas rumah

c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung

kaki)

d. Data sekunder, seperti cotoh : hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap

semar dan lain-lain)

Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family

Centre Nursing (Friedman, 1998) , meliputi 7 komponen pengkajian, yaitu:

1) Data Umum

a) Nama kepala keluarga

b) Alamat

c) Telepon

d) Pekerjaan kepala keluarga

e) Pendidikan kepala keluarga


f) Komposisi anggota keluarga

g) Genogram

h) Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah – masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut

i) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan

j) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan

k) Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.Selain itu status

social ekonomi ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan yang

dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang yang dimiliki oleh

keluarga, dan siapa yang mengatur keuangan.

l) Aktivitas Rekreasi Keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama – sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun

dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan

aktivitas rekreasi.
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari

keluarga tersebut

b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi

oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut

belum terpenuhi

c) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing

masing anggota keluarga, sumber pelayanan kesehatan yang biasa

digunakan keluarga, serta pengalaman-pengalaman terhadap

pelayanan kesehatan.

d) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri.

3) Pengkajian Lingkungan

a) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifiksai dengan melihat luas rumah, tipe

rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,

peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank

dengan sumber air minum yang digunakan, serta denah rumah


b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,

aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan

c) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga

berpindah tempat

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu digunakannya keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada sejauh mana

interaksinya dengan masyarakat

e) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah

anggota keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan.Fasilitas mencakup fasilitas

fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota keluarga, dan

fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

4) Struktur Keluarga

a) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga

b) Struktur kekuatan keluarga


Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk merubah perilaku

c) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga baik

secara formal maupun informal

d) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,

yang berhubungan dengan kesehatan.

5) Fungsi Keluarga

a) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga

terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta

pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan

sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan

dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,

norma, budaya, dan perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan, serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh

mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.

d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :

 Berapa jumlah anak

 Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak

 Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga

e) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji adalah :

 Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, papan,

maupun pangan

 Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di dalam

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga

6) Tugas Perawatan Keluarga

a) Mengenal masalah keluarga

b) Mengambil keputusan

c) Merawat anggota keluarga yang sakit

d) Memelihara lingkungan

e) Menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan

7) Stress dan Koping Keluarga

a) Stressor jangka pendek dan panjang

 Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan

 Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor


c) Strategi koping yang digunakan

Strategi yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

d) Strategi adaptasi disfungsional

8) Pemeriksaan Fisik

a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan.

b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga.

c) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata,

mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah,

sistem genetalia.

d) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.

9) Harapan keluarga

a) Terhadap masalah kesehatan keluarga

b) Terhadap petugas kesehatan yang ada

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manuasia. Keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat

dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan

status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000).

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan

berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi

perawatan keluarga. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label

singkat untuk menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di


lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah - masalah aktual, resiko atau

potensial atau diagnosis sejahtera yang mengacu pada NANDA (The

North American Nursing Diagnosis Association) 2012-2014 dan SDKI,

SLKI, SIKI.

Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang

mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan

dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

Perumusan diagnosis keperawatan, komponen rumusan diagnosis

keperawatan meliputi: Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau

anggota keluarga. Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan

objektif. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang

diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau

tidak yang mendukung masalah dan penyebab.

Berikut daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga :

 Ketidakefektifan Managemen regimen terapeutik keluarga

 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

 Prilaku kesehatan cendrung beresiko

 Hambatan Pemeliharaan rumah

 Ketidakefektifan kontrol impuls

 Kesiapan meningkatkan komunikasi

 Kesiapan meningkatkan pemberian ASI

 Ketegangan peran pemberi asuhan

 Ketidakmampuan menjadi orang tua


 Resiko ketidakmampuan memjadi orang tua

 Resiko gangguan perlekatan

 Disfungsi proses keluarga

 Gangguan proses keluarga

 Kesiapan meningkatkan proses keluarga

 Ketidakefektifan hubungan

 Kesiapan meningkatkan hubungan

 Resiko ketidakefektifan hubungan

 Konflik peran orang tua

 Ketidakefektifan performa peran

 Hambatan interaksi sosial

 Penurunan koping keluarga

 Ketidakmapuan koping keluarga

 Kesiapan meningkatkan koping keluarga

 Resiko ketidakefektifan perencanaan aktifitas

 Kesiapan meningkatkan penyesuaian

 Konflik pengambilan keputusan

 Resiko hambatan religiositas

 Kesiapan meningkatkan pengambilan keputusan

 Kontaminasi

 Resiko kontaminasi

 Resiko Pertumbuhan tidak proporsional

 Resiko keterlambatan perkembangan


 Stres pada pemberi asuhan

 Resiko stres pada pemberi asuhan

 Gangguan kemampuan untuk melakukan perawatan

 Resiko gangguan kemampuan untuk melaukan perawatan

 Gangguan Komunikasi

 Gangguan status psikologis

 Masalah ketenagakerjaan

 Gangguan proses keluarga

 Kurangnya dukungan keluarga

 Masalah dukungan sosial

 Masalah Hubungan

 Resiko gangguan koping keluarga

 Kemampuan untuk mempertahankan kesehatan

 Gangguan mempertahankan kesehatan

 Resiko bahaya lingkungan

 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit

 Gangguan kemampuan untuk memanajemen pengobatan

 Gangguan kerumahtanggaan

 Kekerasan rumah tangga

 Keselamatan lingkungan yang efektif

 Masalah keselamatan lingkungan

 Resiko terjadinya penyalahgunaan

 Resiko terjadinya Pelecehan anak


 Resiko terjadinya pengabaian anak

 Resiko terjadinya pengabaian lansia

 Resiko untuk jatuh

 Resiko terinfeksi

 Resiko terjadinya pengabaian

 Masalah Financial

 Tinggal dirumah

 Masalah perumahan

 Pendapatan yang tidak memadai

 Kurangnya dukungan sosial.

Skala Menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan keluarga


No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah :
Skala :
 Tidak / Kurang sehat/ Aktual 3 1

 Ancaman Kesehatan/ Resiko 2

 Keadaan sejahtera/Potensial 1

2 Kemungkinan Masalah dapat


diubah
Skala : 2

 Mudah 1 2

 Sebagian 0

 Tidak dapat
3 Potensial Masalah untuk dicegah
Skala :
 Tinggi 3

 Cukup 2 1

 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala :
 Masalah berat, harus segera 2

ditangani 1

 Ada masalah tetapi tidak perlu 1

ditangani
0
 Masalah tidak dirasakan
SKOR

Skoring = Skor x Bobot

Angka Tertinggi

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga Faktor yang dapat

mempengaruhi penentuan prioritas :

a) Kriteria 1 : Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada

tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera

dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

b) Kriteria 2 : Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu

memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :

Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah, Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik,

keuangan dan tenaga, Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,

keterampilan dan waktu, Sumber daya masyarakat dalam bentuk

fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat.

c) Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu

diperhatikan : Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan


penyakit atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan dengan

jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah

tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya

kelompok 'high risk" atau kelompok yang sangat peka menambah

potensi untuk mencegah masalah.

d) Kriteria 4 : Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau

bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor

tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan

keluarga.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat

untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan

yang telah diidentifikasi. Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam

2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan.

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan

keperawatan.Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta

meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat

pencegahan.Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan

fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan

sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan

tersier.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka

pendek.Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi

problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka


pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi

pada lima tugas keluarga. Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan

dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut :

a. Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai

masalah.

b. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum

diketahui dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.

c. Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang

faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara

perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya

pengobatan secara teratur.

d. Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.

e. Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah

diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.

4. Implementasi

Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun.

Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

terhadap keluarga, yaitu :

a. Sumber daya keluarga

b. Tingkat pendidikan keluarga

c. Adat istiadat yang berlaku

d. Respon dan penerimaan keluarga

e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.


Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah ini :

1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara :

a) Memberikan informasi

b) Mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

c) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,

dengan cara:

a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.

b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.

c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit, dengan cara :

a) Mendemonstrasikan cara perawatan.

b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.

c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara :

a) Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.

b) Melakukan perubahan lingkyngan keluarga seoptimal mungkin.

c) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada, dengan cara :

d) Mengenakan fasilitas kesehatan yabg ada dilingkungan keluarga.


e) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Evaluasi

Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah

pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi

kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling

berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau

bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah

evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil

merupakan basil dan pemberian asuhan keperawatan.

Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah

tujuan dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai

berikut :

a. Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling

valid untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang

subyektif dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument

yang tepat dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.

b. Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang

menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien.

c. Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku

yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga

yang berperan penting.


d. Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan

kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat

keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.

Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan

yang diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai

tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah:

Subyektif : Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain

tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah

diberikan tindakan keperawatan.

Obyektif : Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik observasi,

palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan atau

kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan

tindakan keperawatan.

Analisa : Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah

keperawatan ditanggulangi.

Planning : Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan

rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana

tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.

Anda mungkin juga menyukai