Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL MINI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI


PADA BAYI

DOSEN PENGAMPUH:

DIAH AYU HARTINI, S.KM., M.Kes

DISUSUN OLEH:

MUTIARA

PO7131123008

GIZI 1A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

TAHUN AJARAN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU
TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI“ Makalah ini berisikan tentang
preplaining terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak usia perschool
di rumah sakit.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Penulis

2
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengetahuan (knowledge)
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
C. Proses memperoleh pengetahuan
D. Fungsi pengetahuan
E. Cara pengukuran pengetahuan
F. Status gizi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
B. Lokasi penelitian
C. Populasi dan sampel
D. Variabel penelitian
E. Defenisi operasional
F. Pengumpulan data

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi pada hakikataya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu
pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait
(Supariasa, 2012).
Salah satu indikato kesehatan yang dinila keberhasilan pencapaiannya
dalam MDGs adalah status gizi. Status gizi diukur berdasarkan umur (U), berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dab TB ini disajikan dalam
bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U),
tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) (Dinkes Prov. Jateng, 2012).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi
seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap
kemampuan dalam proses pemulihan (Dinkes Prov. Jateng, 2012).
Dasar Indonesia (RISKESDAS) 2010 prevalensi gizi kurang pada tahun
2010 menurun menjadi 17,9%, yaitu ada 900 ribu diantara 2,2 juta balita di
Indonesia mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Riskesdas 2012, prevalensi status
gizi menurut BB/U untuk bayi usia 0-6 bulan yaitu 4,9% gizi buruk, 13% gizi
kurang, 76,2% gizi baik, dan 5,8% gizi lebih. Sedangkan untuk prevalensi provinsi
Jawa Tengah terdiri dari 3,3% gizi buruk, 12,4% gizi kurang, 78,1% gizi baik, dan
6,2% gizi lebih.
Indonesia termasuk di antara 36 negara di dunia yang memberi 90%
kontribusi masalah gizi dunia. Saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima
dalam status gizi buruk. Status ini merupakan akibat instabilitas pangan karena
kurangnya nilai gizi dalam konsumsi bayinya. Status gizi bayi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang meliputi penyakit infeksi, konsumsi makanan, sanitasi
lingkungan dan pengaruh budaya. Jumlah balita yang mengalami gizi buruk tahun
2012 sebanyak 98 anak. Dibandingkan tahun 2011 di kabupaten Semarang
sebanyak 112 anak, angka tersebut mengalami penurunan (Profil Dinkes Semarang,
2012).
Dari 9 Desa di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pringapus, Desa
Wonorejo merupakan daerah dengan status gizi tidak normal paling tinggi yaitu 14
bayi dengan gizi kurang dan 5 bayi dengan gizi lebih

4
Berdasarkan uraian di atas, mengingat tingginya angka kejadian gizi yang
tidak normal di Desa Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, maka
peneliti ingin meneliti dengan mengambil judul,” Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Bayi Di Desa Wonorejo Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015”.

B. Rumusan Masalah
Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Pada Bayi Di Desa
Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Pada Bayi Di Desa
Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015”.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada bayi
di Desa Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015.
b. Mengidentifikasi status gizi pada bayi di Desa Wonorejo Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015.
c. Menganalisa hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada
bayi di Desa Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun
2015.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah
pengetahuan mengenai status gizi pada bayi.
2. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan serta pemahaman peneliti tentang hubungan
pengetahuan ibu dengan status gizi pada bayi.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan pengetahuan
tentang status gizi bayi sehingga dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengetahuan (Knowlegde)
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan “what “, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan
sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab “why “ dan “ how”,
misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa
manusia bernafas,dan sebgainya (Notoatmodjo, 2012)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Tanpa pengetahuan seseorang
tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
terhadap masalh yang dihadapi.
Pengetahuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
berperilaku termasuk perilaku ibu hamil dalam keteraturan kunjungan antenatal.
Menurut L.Green (1980) perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh factor
predisposisi yang meliputi pengetahuan,sikap, kepercayaan, nilai dan sebagainya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Nasution (2009) bahwa pengetahuan
merupakan hal yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Selain itu juga
perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut bersifat langgeng (long lasting).
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yakni :
1. Tahu (know)
Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dsb.
2. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (aplication)
Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah ipelajari pada situasi
atau kondisi real.
4. Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), memisahkan,
mengelompokkan, dsb.

6
5. Sintesis (synthesis)
Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dsb
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi terhadap suatu materi
atau obyek (Notoatmodjo,2012).
Pengetahuan adalah suatu kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan tahayul dan
pengembangan keliru.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Notoadmojo (2012) pengetahuan dipengaruhi oleh faktor:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih
matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian
mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada
umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.
2. Persepsi
Persepsi, mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan
di ambil.
3. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal
dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengeyampingkan
hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan
munculnya motivasi dan memerlukan rangsangan dari dalam individu maupun
dari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan
pentingnya suatu perilaku akan dirasakan suatu kebutuhan.
4. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga
merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi
lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai
faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial
ekonomi, pengahasilan sering dilihat untuk memiliki hubungan antar tingkat
pengahasilan dengan pemanfaatan.

7
C. Proses Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa cara memperoleh pengetahuan
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional dan cara modern (ilmiah).
1. Cara tradisional atau Non ilmiah
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi cara coba
salah, cara kekuasaan, Berdasarkan pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran.
a. Cara coba salah (Trial and error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memcahkan
masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain, dan apabila kemungkinan tidak berhasil pula dicoba
kemungkinan yang lain pula sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.
Itulah sebabnya cara ini disebut coba-salah (trial and error).
b. Cara kekuasaan (otoriter)
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal
maupun nonformal, ahli agama, pemegang pemerintahan, ahli ilmu
pengetahuan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut
diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan
cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang
dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat
pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak dapat
mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari jawaban yang lain,
sehingga dapat berhasil memecahkannya.
d. Melalui jalan pikiran
Yaitu dengan menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan. Penalaran dengan menggunakan jalan pikiran ada 2 (dua) yaitu
dengan cara induksi dan deduksi. Penalaran Induktif, yaitu penalaran yang
berdasar atas cara berfikir untuk menarik kesimpulan umum dari sesuatu
yang bersifat khusus atau individual. Penalaran deduktif, yaitu penalaran
yang berdasar atas cara berpikir yang menarik kesimpulan yang khusus dari
sesuatu yang bersifat umum (Nursalam, 2013).

2. Cara modern atu cara ilmiah


Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode
penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research
methodology). Metode ilmiah adalah upaya memecahkan masalah melalui
rasional dan berfikir empiris dan merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu.

8
Metode ilmiah pada dasarnya menggabungkan berfikir rasional dengan berfikir
empiris, artinya pertanyaan yang dirumuskan disatu pihak dapat diterima oleh
akal sehat dan dipihak lain dapat dibuktikan melalui data dan fakta secara
empiris (Nursalam, 2013).

D. Fungsi Pengetahuan
Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk
mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-
unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh
individu akan disusun, ditata kembali, atau diubah sedemikian rupa sehingga
tercapai sesuatu yang konsisiten ( Notoatmodjo, 2012)

E. Cara Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini cara untuk mengukur pengetahuan ibu
hamil menggunakan pedoman kuesioner yang membahas tentang kunjungan ANC
yang jumlah soalnya sebanyak 10 soal di setaip soal memiliki pilihan apabila
jawaban benar memiliki poin 1 (satu) dan apabila jawaban salah memiliki poin 0
( kosong) sehingga jumlah pertanyaan yang di jawab benar di bagi jumlah soal dan
di kali 100.
Katagori pengetahuan menurut Arikunto, 2010
1. Baik :76-100%
2. Cukup :56-75%
3. Kurang :≤ 55 %

F. Status Gizi
1. Pengertian
Status gizi (nutrition status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu contoh gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya
pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa, 2012).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi (Dinkes Prov. Jateng, 2012).
2. Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa (2012), status gizi dapat dinilai dengan dua cara, yaitu
penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak

9
langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan dengan empat
cara yaitu :
a. Antropometri
Secara umum antopometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi maka antopometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia
dan tingkat gizi. Antopometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata,
rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-
tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping
itu pula digunakan untuk untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat
penyakit.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang
lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan
kimia faali dapat banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang
spesifik.
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness).
Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

10
Menurut Supariasa (2012), penilaian status gizi secara tidak langsung dapat
dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor
ekologi.
a. Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga,
dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis
data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya
dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
c. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa
faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat
penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat
sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
3. Klasifikasi Status Gizi
Menurut Supariasa (2012), dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada
ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antopometri yang digunakan di
Indonesia adalah World Health Organization National Centre for Heatlh
Statistics (WHO NCHS). Berdasarkan baku Harvard status gizi dapat dibagi
menjadi empat, yaitu :
a. Gizi lebih untuk over weight
b. Gizi baik untuk well nourished
c. Gizi kurang untuk under weight
d. Gizi buruk untuk servere PCM

11
Tabel Klasifikasi Status gizi menggunakan Z-Skor berdasarkan BB/U

Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-skor)


Gizi lebih >2SD
Gizi baik -2SD s/d 2SD
Gizi kurang -3SD s/d -2SD
Gizi buruk <-3SD

4. Kebutuhan Gizi Bayi (0-12 bulan)


Kebutuhan bayi akan zat-zat gizi adalah yang paling penting. Bayi sehat yang
dilahirakan dengan berat badan cukup sekitar 2,5-3,5 kg akan mencapai
kelipatan berat badan dalam waktu 3 bulan.
Kebutuhan gizi bayi berbeda dengan kebutuhan gizi anak dan dewasa. Bayi
memerlukan karbohidrat dengan bantuan amilase untuk mencerna bahan
makanan dari zat pati. Protein yang dibutuhkan berasal dari ASI yaitu dengan
kadar 4-5% dari total kalori dalam ASI. Lemak yang diperlukan 58% dari kalori
total dalam susu matur. Mineral yang dibutuhkan terdiri dari kalsium, pospor,
klor, kalium, dan natrium yang dapat menunjang pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan asupan
gizi yang baik (Sediaoetama, 2012).
Ketika berusia enam bulan hingga satu tahun, bayi membutuhkan 850 kkal
energi per hari. Jumlah ini melebihi ASI yang dihasilkan oleh wanita yang
sedang menyusui. Oleh karena itn, bulan ke tujuh dianggap sebagai waktu yang
tepat untuk memulai konsumsi makanan yang padat atau setengah padat karena
bayi belum memiliki gigi untuk mengunyah. Memberi makanan kering atau
bahkan makanan dengan kandungan air 50% atau 60% dapat menyebabkan bayi
Anda mengalami dehidrasi. Untuk itu, dapat dimulai dengan memberikan sereal,
sayuran dan buah, dan kacang-kacangan (Susianto, 2010).
5. Faktor faktor yang mempengaruhi status gizi
Adapun faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain :
a. Asupan makanan
Asupan makanan merupakan banyaknya zat gizi yang masuk ke dalam tubuh
yang dapat menjaga atau menentukan kesehatan. Asupan makanan sangat
berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Apabila asupan makanan atau
zat gizi seseorang rendah, tidak simbang, serta tidak sesuai denggan usia
pemberian makanan, maka dimungkinkan ia akan terkena gizi kurang dan
apabila asupan gizi yang kurang adalah energi dan protein maka dapat
menyebabkan KEP (Almatsier, 2009).

12
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan adalah
sebagai berikut :
1. Usia
Menurut Paath (2005) dalam Waryana (2010), usia bayi memang usia
yang rawan, kebutuhan gizi per kilogram berat badan lebih dari orang
dewasa karena bertambahnya umur akan membutuhkan tenaga yang
meningkat pula.
2. Berat badan
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral
pada tulang sehingga mempengaruhi jumlah pemberian makanan yang
harus diberikan (Supariasa, 2012).
3. Jenis dan jumlah makanan yang diberikan
Jenis dan jumlah makanan yang diberikan sangat penting dalam
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak,
mengingat manfaat gizi dalam tubuh dapat membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya
berbagai penyakit akibat kekurangan gizi (Hidayat, 2005).
4. Waktu Pemberian Makanan
Menurut Walker (2006) dalam Khasanah (2011), waktu pemberian
makan terhadap bayi sangat mampu mengurangi resiko berbagai jenis
penyakit pada bayi. Bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum berusia 6
bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek dan panas
dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Saat bayi berusia 6
bulan atau lebih, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap
menerima makanan pendamping lainnya. Beberapa enzim pemecah
protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, amilase baru akan
diproduksi sempurna. Saat bayi berusia kurang dari 6 bulan, sel-sel di
sekitar usus belum siap menerima kandungan dalam makanan, sehingga
makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari
obesitas di kemudian hari. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian MP-
ASI dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus
dilakukan pembedahan (Gibney, 2009).
b. Penyakit infeksi
Menurut Scrimshaw (1959) dalam Supariasa (2012), terdapat hubungan
yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi
sehingga dapat mempengaruhi status gizi dan dapat mempercepat malnutrsi.
Oleh karena itu, pemberian makan setelah bayi berusia 6 bulan memberikan
perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan imunitas bayi

13
>6 bulan sudah lebih sempurna dibandingkan dengan usia bayi <6.
Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan membuka gerbang masuknya
berbagai jenis kuman penyakit (Gibney, 2009).
c. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai
jenis penyakit antara lain infeksi saluran pencernaan dan pernafasan
sehingga dapat menyebabkan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2012).
d. Pengaruh Budaya
Pengaruh budaya terhadap status gizi seperti masih banyaknya pantangan,
tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan
menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah dapat menyebabkan status
gizi kurang (Supariasa, 2012).
Status gizi bayi yang baik akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Status gizi bayi kurang atau berlebih tidak langsung muncul dalam
makna klinis. Makna klinis berupa gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangan akan muncul setelah beberapa waktu. Oleh karena itu, status
gizi kurang atau berlebih dapat menjadi indikasi untuk mendapat perhatian
dan perbaikan status gizi bayi. Status gizi buruk sangat perlu untuk
dilakukan perbaikan status gizi karena pada keadaan tersebut, bayi rentan
sekali terkena infeksi (Arisman, 2009).
e. Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi status gizi.
Besarnya gaji yang diperoleh terkadang tidak sesuai dengan banyaknya jenis
pekerjaan yang dilakukan. Pendapatan seseorang akan menentukan
kemampuan orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan makanan sesuai
dengan jumlah yang diperlukan oleh tubuh. Apabila makanan yang
dikonsumsi tidak memenuhi jumlah zat-zat gizi dibutuhkan oleh tubuh,
maka dapat mengakibatkan perubahan pada status gizi seseorang.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan
tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada
gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah
(Sugiyono, 2009).

A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu rancangan yang bisa digunakan oleh peneliti
sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk
mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian (Notoatmojo,
2012).
Desain penelitian yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian adalah
survey Analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis
dinamika korelasi antara fenomena. (Notoatmodjo,2012). Penelitian ini
menggunakan pendekatan Crossecsional, artinya semua variabel yang
termasuk efek akan diteliti dan di kumpulkan pada waktu yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2012).
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Wonorejo Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah setiap subyek (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013).
Populasi dalam penelitian adalah ibu yang memiliki bayi yang berada di
Desa Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang berjumlah 69
Ibu.
2. Sampel
Sampel adalah keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan pengambilan
sampel berdasarkan jumlah sampel yang memenuhi kriteria yaitu kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi, diantaranya:

15
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
Ibu yang bersedia menjadi responden responden.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai sebab
(Notoatmodjo, 2012). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:
Ibu yang tidak sedang berada di Desa Wonorejo Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang selama penelitian atau seminggu sebelum
penelitian

D. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu sebagai berikut:
1. Variabel bebas (Independen variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Ibu.
2. Variabel terikat (Dependen variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi bayi.

E. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Variable :Variabel independen pengetahuan
Definisi operasional : Hasil dari tahu ibu tentang suatu objek dalam hal ini
gizi pada bayi.
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : kategori: Baik 76-100%, cukup 56-75%, kurang <55%
(Arikunto 2002)
Skala : ordinal
2. Variable : Dependen status Gizi
Definisi Operasional : ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan umur menurut NCHS.
Alat ukur : diukur dengan timbangan dacin (BB/U).
Hasil ukur : kategori: gizi lebih (>2SD), Gizi baik (-2SD s/d 2SD), Gizi
kurang ( -3SD s/d < -2SD), Gizi buruk ( < -3SD).
Skala : ordinal

16
F. Pengumpulan Data
1. Jenis data
Penelitian ini menggunakan jenis data :
a. Data Primer
Data primer adalah data atau materi yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti pada saat berlangsungnya penelitian dan diperoleh langsung dari
responden dengan menggunakan kuesioner. Jenis kuesioner yang akan
digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang jawabannya
sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang
sesuai dengan pendapatnya (Arikunto, 2006).
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti yang didapat
dari orang lain atau data yang diperoleh secara tidak langsung
(Notoatmodjo, 2012). Data sekunder yang akan dikumpulkan adalah
data-data pendukung yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Pada
penelitian ini, data sekundernya adalah data jumlah bayi usia 6-12 bulan
dan berat badan bayi yang ada di Desa Wonorejo, Kecamatan Pringapus,
Kabupaten Semarang yang didapatkan dari Puskesmas Pringapus serta
pencatatan bidan Desa Wonorejo.
2. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah
alat ukur yang berupa kumpulan beberapa pertanyaan bisa digunakan bila
jumlah responden besar dan dapat mengungkapkan hal-hal yang rahasia
(Sugiyono, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini merupakan kuesioner
tertutup, sehingga responden hanya diminta memilih atau menjawab
pertanyaan yang sudah ada. Kuesioner yang telah disusun secara terstruktur
ini terdiri dari kuesioner tentang Status Gizi yang dibuat sendiri oleh peneliti
dan sebelum kuesioner tersebut diberikan kepada responden, maka
kuesioner tersebut dilakukan uji validitas expert dengan ahli gizi terlebih
dahulu agar instrument yang digunakan benar-benar telah memenuhi
persyaratan untuk digunakan sebagai alat ukur data (Notoatmodjo, 2012).
3. Cara Pengumpulan Data
Peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian berdasarkan prosedur
pengumpulan data penelitian sebagai berikut :
a. Peneliti memberikan Surat Pengantar studi pendahuluam kepada
BAPPEDA Kabupaten Semarang. Setelah mendapatkan surat izin studi
pendahuluan dari BAPPEDA, surat tembusan diteruskan kepada Dinkes
Kabupaten Semarang.

17
b. Peneliti memberikan surat izin studi pendahuluan ke Puskesmas
Pringapus kemudian memberikan surat penghantar ke polindes
Wonorejo.
4. Pengolahan data
Langkah-langkah pengolahan data dalam penilitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Editing (memeriksa data)
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner
tersebut. Dilakukan memeriksa kelengkapan, kejelasan, relevansi,
konsistensi masing- masing jawaban dari data kuesioner.
b. Coding (pemberian kode)
Pemberian kode yang diberikan dijabarkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan Ibu
Baik : diberikan kode 1
Cukup : diberikan kode 2
Kurang : diberikan kode 3
2. Status gizi
Gizi buruk : diberikan kode 1
Gizi kurang : diberikan kode 2
Gizi baik : diberikan kode 3
Gizi lebih : diberikan kode 4
c. Entering
Proses memasukan data ke dalam computer untuk selanjutnya dilakukan
analisis data dengan program SPSS (Statistical Product and Service
Solition).
d. Cleaning (Pembersihan data)
Peneliti menghilangkan data-data yang tidak diperlukan dan mengecek
kembali data-data yang sudah di entering, apakah ada kesalahan atau
tidak (Notoatmodjo, 2012).

5. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik setiap
variabel penelitian. Variabel bentuk analisis univariat ini yaitu kategorik
yang menghasilkan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).
Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi
yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik setiap variabel
penelitian. Adapun variabel yang di analisis adalah pengetahuan ibu dan
status gizi bayi.

18
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat diperlukan untuk menjelaskan hubungan dua variabel
yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat (Budiharto, 2008).
Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan
pengetahuan ibu dengan status gizi bayi di Desa Wonorejo Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang. Dalam penelitian ini menggunakan
tabel 3x4, jenis variabel kategorik-kategorik. Uji statistik yang
digunakan adalah Chi square, jika tidak memenuhi syarat maka
menggunakan uji fisher.

Syarat dari penggunaan perangkat lunak (chi square) diatas adalah


sampel harus lebih besar (n > 30), sel – sel tidak boleh ada yang nol,
expeted count sel – sel harus ≥ 5, bila ada sel dengan expeted count < 5
maksimal 20 % dari jumlah sel.
Ketentuan menentukan hubungan antar variabel sebagai berikut : bila χ2
hitung > χ2 tabel maka H0 ditolak dan bila nilai χ2 hitung < nilai χ2
tabel, maka H0 diterima. Taraf signifikan yang digunakan adalah 0,05
(5%). Dikatakan ada hubungan apabila nilai p ≤ α, sebaliknya jika p > α
maka diputuskan tidak ada hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dalam penelitian ini.

6. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Sugiyono (2013), terdiri dari 3 macam yaitu:
a. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Informed consent juga
mencantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan
untuk pengembangan ilmu.
b. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang disajikan.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

19
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah gizi pada hakikataya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu
pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait
(Supariasa, 2012).
Salah satu indikato kesehatan yang dinila keberhasilan pencapaiannya dalam
MDGs adalah status gizi. Status gizi diukur berdasarkan umur (U), berat badan
(BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dab TB ini disajikan dalam bentuk
tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
(Dinkes Prov. Jateng, 2012).

B. Saran
Setelah membaca makalah ini pembaca bisa dapat memahami hubungan
pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada bayi

21
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul A, 2007.Metode Penelitian Dan Tehnik Analisis Data. Salemba
Medika. Jakarta.

Sugiyono, 2006, Statistik Untuk Penelitian, Cetakan 9. CV Alfabeta, Bandung.

UNICFF.2000.Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPG).Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai