Anda di halaman 1dari 33

1

LAPORAN PENELITIAN


PERAN STATUS GIZI TERHADAP
KECERDASAN KOGNITIF
PADA MASA GOLDEN AGE PERIOD





Oleh :
Vilda Ana Veria S, S.Gz, M.Gizi
Kismi Mubarokah, SKM, M.Kes








Dibiayai oleh Universitas Dian Nuswantoro dengan No. Kontrak : 004/A.35-
02/UDN.09/I/2012 Tahun Anggaran : 2011/2012


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
S E M A R A N G
AGUSTUS, 2012
PENELITIAN
PEMULA
2

RINGKASAN

(Peran Status Gizi Terhadap Kecerdasan Kognitif Pada Masa Golden Age Period, Vilda Ana VS,
Kismi Mubarokah, 2012, ix + 19 Hal)

Kecerdasan kognitif merupakan komponen penting dalam perkembangan anak karena
mencerminkan kematangan berfikir. Sejak tahun 2009, pemerintah dan swasta menggencarkan
pembangunan sekolah-sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), akan tetapi pengoptimalan
kecerdasan kognitif anak masih ditekankan melalui alat permainan edukatif (APE). Sehingga
diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi masukan bagi pemerintah dalam pelaksanaan
PAUD untuk selalu memantau status gizi anak-anak yang masih dalam masa golden age period.
Periode pertumbuhan otak adalah yang paling cepat dan paling kritis dalam perkembangan otak.
Saat ini terjadi pada tri mester ketiga kehamilan dan selesai diantara ulang tahun kedua dan
ketiga seorang anak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran status gizi terhadap
kecerdasan kognitif pada masa golden age period dengan menganalisis ada tidaknya hubungan
antara status gizi dan kecerdasan kognitif. Sampel yang diambil dengan teknik purposive random
sampling yaitu dengan memperhatikan criteria inklusi dan eksklusi dengan penambahan
perkiraan jumlah drop out sehingga diperoleh responden dengan jumlah anak 37 anak. Lokasi
penelitian yang dipilih yaitu Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.
Sumber data yang dipakai yaitu data primer yang diambil dengan observasi menggunakan alat
yaitu timbangan dan microtoa. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain
cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis peran status gizi terhadap
kecerdasan kognitif pada masa golden age period. Jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah
37 anak yang terdiri dari 51,4% laki-laki dan 48,6% perempuan. Sebagian besar responden
memiliki status gizi baik menurut indeks BB/U (70,3%) yang ditunjukkan dengan rerata z-score
BB/U sebesar 2,540,5 dan juga sebagian besar memiliki tinggi badan yang normal berdasarkan
indeks TB/U (54,1%). Sebagian besar responden memiliki kecerdasan kognitif dalam kategori
kurang (83,8%) yang ditunjukkan dengan rerata 45,0113,2. Analisis data yang digunakan fisher
exact karena berdasarkan uji normalitas, data penelitian berdistribusi tidak normal. Hasil uji
korelasi keduanya menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi (TB/U) dengan
3

perkembangan kognitif (p=0,022). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa status gizi anak
berdasarkan indeks BB/U berada dalam kategori baik yaitu 70,3%, status gizi anak berdasarkan
indeks TB/U berada dalam kategori normal yaitu 54,1%, perkembangan kognitif anak sebagian
besar dalam kategori kurang yaitu sebesar 83,8%, dan status gizi berperan dalam perkembangan
kognitif anak (p=0,022). Dari kesimpulan penelitian diatas, saran yang mungkin dilakukan
adalah perlu dioptimalkan fungsi meja penyuluhan di Posyandu untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan anak, perlu pengembangan media-media penyuluhan yang lebih atraktif agar
masyarakat bersemangat untuk meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan khususnya
pertumbuhan dan perkembangan, dan perlu dibentuk adanya peer educator agar materi kesehatan
lebih mudah diterima dan diaplikasikan.

(Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, Universitas Dian
Nuswantoro, No.Kontrak : 004/A.35-02?UDN.09/I/2012)

















4































5

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian yang berjudul Peran status gizi
terhadap kecerdasan kognitif pada masa golden age period.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr.dr Sri Andarini Indreswari, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Dian Nuswantoro
2. Eti Rimawati, SKM, M.Kes, selaku Kaprogdi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian
Nuswantoro
3. Teman-teman Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro yang selalu
memberikan dukungan dalam penyelesaian laporan penelitian ini
4. Kepala Puskesmas Sumberlawang yang telah mengijinkan wilayahnya sebagai tempat
penelitian
5. Enumerator yang dengan sabar dan tekun membantu penelitian
6. Semua responden yang telah membantu meluangkan waktu untuk ikut dalam penelitian
ini
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran sangat penulis harapkan guna kesempurnaan laporan penelitian ini.

Semarang, Agustus 2012


Penulis
Vilda Ana Veria S, S.Gz, M.Gizi





6

DAFTAR ISI

RINGKASAN ii
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Status Gizi 3
2.2 Kecerdasan Kognitif 4
2.3 Golden Age Period 5
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 7
3.1 Tujuan Penelitian 7
3.2 Manfaat Penelitian 7
BAB IV METODE PENELITIAN 8
4.1 Desain Penelitian 8
4.2 Kerangka Konsep 8
4.3 Populasi dan Ampel Penelitian 8
4.4 Hipotesis 9
4.5 Definisi Operasional 9
4.6 Pengolahan Data 9
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11
5.1. Karakteristik Responden 11
5.2 Status Gizi 12
5.3 Kecerdasan Kognitif 13
5.4 Peran status gizi terhadap kecerdasan kognitif 14
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN






7

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian 9
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik subjek penelitian 11
Tabel 5.2 tabulasi silang antara perkembangan kognitif dengan status gizi 15

























8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Alur Penelitian 8
Gambar 4.2 Kerangka Konsep 8
Gambar 5.1 Bagan penyebab masalah gizi 12
Gambar 5.2 Pertumbuhan Otak 14
























9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent
Lampiran 2. Kuesioner Pengumpulan Data Dasar
Lampiran 3. Instrumen Pengukuran Kecerdasan Kognitif
Lampiran 4. Output Pengolahan Data Statistik
























10

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Usia 1-3 tahun merupakan usia terpenting dari seluruh tahapan perkembangan.
Sehingga disebut golden age period (periode usia emas) dimana perkembangan fisik,
motorik, intelektual, emosional, bahasa, dan sosial sangat cepat. Anak usia ini memiliki
potensi yang sangat besar, tetapi potensi tersebut akan muncul apabila mendapatkan
perawatan makanan, kesehatan, perhatian, kasih sayang dan pendidikan yang memadai.
Jaringan otak anak yang tumbuh dengan normal mencapai 80% dari berat otak orang
dewasa sebelum umur 3 tahun. Sehingga gizi kurang akan menimbulkan kelainan fungsi
fisik, mental, dan fungsi motorik (Satoto, 1999). Apabila potensi pada masa golden age
period tidak dimaksimalkan, akan terjadi Loss of window opportunity atau dengan
kalimat lain kehilangan masa emas yang tidak bisa diganti dikemudian hari.
Hamzah ES (2000), menunjukkan bahwa anak yang kekurangan gizi memiliki IQ
yang kurang. Fernald et al (1998) memprediksi adanya hubungan yang relevan antara
gangguan pertumbuhan linier dan fungsi kognitif (Kusumadi A, 2003). Sejak lahir sampai
usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat
menyerap pengalaman melalui sensorinya. Usia satu setengah tahun sampai usia 3 tahun,
anak mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya
(berbicara, bercakap-cakap). Hasil-hasil studi dibidang neurologi mengetengahkan antara
lain bahwa perkembangan kognitif anak telah mencapai 50% ketika anak berusia 4 tahun,
80% ketika anak berusia 8 tahun, dan genap 100% ketika anak berusia 18 tahun (Theo &
Martin, 2004).
Pertumbuhan tinggi badan anak mencerminkan kualitas pertumbuhan jangka panjang
seorang anak. pertumbuhan panjang dipengaruhi oleh faktor genetik, makanan dan faktor
lingkungan. Penelitian jangka panjang yang dilengkapi dengan tindak lanjut pada
penderita gizi kurang di masa bayinya menunjukkan kecerdasan kognitif dibawah anak
dengan status gizi baik pada masa bayinya. Fernald dan Grantham-McGregor (1988)
11

memprediksi adanya hubungan yang relevan antara gangguan pertumbuhan linier dengan
penurunan fungsi kognitif.
Prevalensi gizi buruk dan kurang pada tahun 2010 sebesar 19,1% pada laki-laki dan
16,7% pada perempuan. Keadaan balita yang mengalami gizi kurang di Kabupaten Sragen
sebesar 8,41%. Wilayah penelitian yang nanti akan dipilih adalah Desa Pendem Kecamatan
Sumberlawang karena skor indikator persentase KEP idetifikasi situasi gizi desa lebih dari
3 oleh karena itu berada pada peta merah (Pudjianto DJ, 2006). Pada bulan November
tahun 2010 sebanyak 4,21% balita menderita gizi kurang (Puskesmas Sumberlawang,
2010).

1.2. Rumusan Masalah
Selama ini perhatian terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat rendah bila
dibandingkan terhadap negara-negara lain, terutama negara maju. Padahal belajar dari
pengalaman negara maju, konsep pembangunan sumber daya manusia (SDM) justru
dimulai sejak usia dini. Perkembangan anak usia dini mencakup aspek gizi, kesehatan, dan
pendidikan. Kecerdasan kognitif merupakan komponen penting dalam perkembangan anak
karena mencerminkan kematangan berfikir. Sehingga dengan dilakukannya penelitian ini
diharapkan akan menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait untuk menekankan kemajuan
perkembangan anak usia dini juga dengan menitikberatkan pada optimalisasi aspek gizi
dari segi makanan. Sejak tahun 2003, pemerintah dan swasta menggencarkan
pembangunan sekolah-sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), akan tetapi
pengoptimalan perkembangan kecerdasan kognitif anak masih ditekankan melalui alat-alat
permainan edukatif (APE). Sehingga diharapkan hasil dari penelitian ini akan menjadi
masukan bagi pemerintah dalam pelaksaanaan PAUD untuk selalu memantau status gizi
anak-anak yang masih dalam masa golden age period. Berdasarkan latar belakang diatas,
maka peneliti ingin mengetahui apakah ada peran status gizi terhadap perkembangan
kognitif anak pada masa golden age period yang dianalisis melalui hubungan antara
keduanya.


12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dan perwujudan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi dapat diartikan sebagai keadaan kesehatan individu-
individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik, energi dan zat-zat gizi lain
yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri.
Secara umum, status gizi dapat dikatakan sebagai fungsi kesenjangan gizi, yaitu selisih antara
konsumsi zat gizi dengan kebutuhan zat gizi tersebut. (Supariasa, et al, 2002).
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan
kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat. Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi
kurang, baik dan lebih (Almatsier S, 2002).
Penilaian status gizi dalam penelitian ini menggunakan cara antropometri. Antropometri
gizi berhubungan dengan berbagai pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:
umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar pinggul, dan lemak di bawah kulit. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini
adalah umur, BB, dan TB. Umur merupakan faktor penting dalam penentuan status gizi, karena
kesalahan penentuan umur akan mengakibatkan kesalahan interprestasi status gizi. Hasil
pengukuran BB dan TB yang akurat akan menjadi tidak berarti bila tidak disertai penentuan
umur yang tepat (Supariasa, et al 2002).
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB). BB/U bermanfaat untuk menggambarkan status gizi seseorang pada saat ini,
TB/U memberikan gambaran status gizi masa lalu, BB/TB merupakan indikator yang baik untuk
menilai status gizi saat ini (Supariasa et al, 2002). Perkembangan kognitif terkait dengan
13

perkembangan otak yang berjalan lama, sehingga yang dipilih untuk parameter status gizi adalah
TB/U.

2.2 Kecerdasan Kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan
memecahkan masalah. Menurut Bloom (1956) dalam Santrock JW, 2002 tujuan domain kognitif
terdiri atas enam bagian :
a. Pengetahuan (knowledge)
Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang
sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan
mengingat keterangan dengan benar.
b. Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di
atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
c. Penerapan (application)
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah
dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada
pemahaman.
d. Analisis (analysis)
Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen
atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian
yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih
dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi
daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
e. Sintesa (evaluation)
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen
sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn
tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih
tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
14

f. Evaluasi (evaluation)
Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk
tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.

Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan
menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran.
Perkembangan dasar kognitif pada anak meliputi mengenal klasifikasi sederhana, mulai
menunjukkan pemahaman tentang konsep bilangan, mulai menunjukkan pemahaman tentang
geometri, dapat mengenal konsep ruang dan posisi, dapat mengenal konsep ukuran, dapat
mengenal konsep waktu, dapat memecahkan masalah sederhana, dapat mengenal pola sederhana
(Santrock JW, 2002). Dari perkembangan dasar yang harus dimiliki seorang anak, maka dibuat
beberapa indikator perkembangan kognitif untuk anak usia 3 tahun. Indikator merupakan hasil
yang lebih spesifik dan terukur dalam satu perkembangan dasar. Apabila serangkaian indikator
dalam satu perkembangan dasar sudah tercapai, berarti target perkembangan dasar tersebut sudah
terpenuhi (Dina R, 2006).

2.3 Golden Age Period
Masa golden age period merupakan sebutan para pendidik untuk awal masa kanak-kanak
yang berlangsung dari usia 0-3 tahun. Masa ini oleh orangtua disebut juga sebagai usia yang
problematis, menyulitkan atau usia bermain, sedangkan ahli psikologi menyebutnya sebagai
prakelompok, penjelajah atau usia bertanya. Perkembangan fisik selama awal masa kanak-kanak
berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa bayi. Awal masa kanak-
kanak merupakan masa pertumbuhan yang relatif seimbang antara peningkatan berat badan dan
tinggi badan (Hurlock 1998).
Menurut UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, anak usia dini (anak
prasekolah) adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun. Anak prasekolah adalah
kelompok anak yang berad5a dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik.
Artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosio emosional,
bahasa dan komunikasi yang cepat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang
sedang dilalui oleh anak tersebut. Berdasarkan keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan
15

perkembangannya, anak prasekolah dibagi menjadi empat tahap yaitu usia 0-12 bulan, masa
todler (1-3 tahun), masa prasekolah (3-6 tahun) dan masa kelas awal SD usia 6-8 tahun
(Depdiknas 2004a).
Menurut Santrock (1997), selama masa ini, anak-anak belajar untuk menjadi dirinya
sendiri, mengembangkan kemampuan untuk memasuki usia sekolah dan menggunakan sebagian
waktunya untuk bermain dengan teman sepermainan. Pada usia prasekolah, kepentingan untuk
bersosialisasi dan persiapan menuju masa sekolah lebih besar. Selain itu pola bermain dengan
teman sebaya dan perhatian untuk saling memberi lebih terlihat (Evans et al, 2000).
Menurut Piaget, pada masa prasekolah, anak mulai menggambarkan dunia dengan kata-
kata, bayang-bayang dan berbagai gambar. Saat ini konsep yang stabil dibentuk, egosentrisme
mulai menguat dan kemudian melemah, serta kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat gaib
mulai terbangun (Santrock, 1997). Berdasarkan penemuan para pakar pendidikan dan ahli
dibidang perkembangan otak dikatakan bahwa prasekolah merupakan masa emas yang sangat
berpengaruh pada kepribadian anak selanjutnya. Pada masa tersebut, perkembangan jaringan sel-
sel otak berlangsung sangat cepat. Sebesar 80% kecerdasan IQ, EQ dan SQ ditentukan selama
kurun usia dini.
Optimalisasi perkembangan tersebut dimungkinkan apabila adanya lingkungan yang
kondusif dan berkelanjutan dalam memberikan rangsangan fisik, kognitif, pembentukan perilaku
yang mencukupi kebutuhan perkembangan anak (Mustafa & Nuraini, 2004). Para psikolog anak
mengatakan bahwa tahun-tahun prasekolah adalah masa yang paling penting dari seluruh
tahapan perkembangan. Masa ini adalah periode diletakkannya dasar struktur perilaku kompleks
yang dibangun sepanjang kehidupan anak (Hurlock 1998).








16

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian
3.1.1 Tujuan Umum
Menganalisis peran status gizi terhadap kecerdasan kognitif pada masa golden age
period dengan menganalisis ada tidaknya hubungan antara status gizi dan
kecerdasan kognitif.
3.1.2 Tujuan Khusus
3.1.2.1 Mendeskripsikan status gizi subjek
3.1.2.2 Mendeskripsikan kecerdasan kognitif subjek
3.1.2.3 Menganalisis hubungan antara status gizi dan kecerdasan kognitif

3.2 Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan pihak-pihak yang terkait bisa mendapat
manfaat, diantaranya :
3.2.1 Mahasiswa
Menjadi dasar untuk melakukan tugas akhir yang berhubungan dengan kesehatan
dan pendidikan anak usia dini.
3.2.2 Fakultas
Menambah referensi sebagai dasar penelitian mahasiswa, pengabdian masyarakat,
serta penelitian yang terkait dengan kesehatan anak.
3.2.3 Universitas
Menambah khasanah pustaka dan menjadi dasar untuk program selanjutnya seperti
rancang bangun yang bisa dilakukan untuk memantau kesehatan dan pendidikan
anak.
3.2.4 Pemerintah setempat
Menjadi dasar penyusunan dan pelaksanaan program-program untuk meningkatkan
kesehatan anak dan pendidikan anak usia dini.

17

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis peran status gizi terhadap
kecerdasan kognitif pada masa golden age period.



Gambar 4.1. Alur Penelitian
4.2 Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat


Gambar 4.2. Kerangka Konsep
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah anak pada masa golden age period. Subjek dalam
penelitian ini adalah anak pada masa golden age period di Desa Pendem Kabupaten Sragen
yang dipilih dengan kriteria inklusi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
random sampling.
Kriteria inklusi :
a. Anak dengan usia 0-3 tahun
b. Ibu/ pengasuh bersedia menjadi subjek penelitian
Kriteria eksklusi :
a. Menderita penyakit kronis atau infeksi
b. Memiliki gangguan keterbelakangan mental
c. Pindah alamat yang sulit dijangkau oleh peneliti
Jumlah sampel dihitung dengan rumus perhitungan sampel untuk penelitian dengan desain
cross sectional (Murti B, 2006).
PERIJINAN PENGAMBILAN
DATA
PENGOLAHAN
DATA
PENYUSUNAN
LAPORAN
Status Gizi
Kecerdasan Kognitif
18

n = Z
2
PQ
d
2
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal
= tingkat kemaknaan (0,05)
Z = 1,96
P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari (20 %)
Q = 1 P
d = presisi yang diinginkan (10 %)
Berdasarkan rumus diatas diperoleh sampel sebesar 31,36 yang dibulatkan menjadi 32.
Untuk mengantisipasi terjadinya drop out maka ditambahkan n + 10% yang dibulatkan
menjadi 37 anak.
4.4 Hipotesis
Ada hubungan antara status gizi dengan kecerdasan kognitif.
4.5 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi Operasional Instrumen Hasil Ukur Skala
Status gizi Suatu keseimbangan antara
yang dikonsumsi dengan
keadaan fisik tubuh yang
dilihat dari perhitungan
umur, berat badan, dan
tinggi badan
Timbangan
digital, microtoa
z-score berat
badan menurut
umur (BB/U)
z-score tinggi
badan menurut
umur (TB/U)
Interval
Kecerdasan
kognitif
Salah satu komponen
perkembangan anak usia
dini yang merupakan
gambaran kemampuan otak
untuk berfikir
Indikator
perkembangan
kognitif standar
pendidikan anak
usia dini 2007
Nilai kecerdasan
kognitif
Interval

4.6 Pengolahan data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for Social
Science (SPSS) dengan derajat kepercayaan 95 % ( = 0,05).
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan dengan memasukkan data dalam tabel distribusi
frekuensi untuk mendeskripsikan data identitas subyek, berat badan, tinggi badan,
19

kecerdasan kognitif. Variabel numerik disajukan dalam bentuk rerata, standar deviasi, nilai
maksimum dan nilai minimum. Data kategorik disajikan dalam bentuk proporsi atau
persentase.
Status gizi dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut (Riskesdas, 2007):
1) Kategori Sangat Pendek Z-score < -3,0
2) Kategori Pendek Z-score -3,0 s/d Z-score <-2,0
3) Kategori Normal Z-score -2,0
Kecerdasan kognitif dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut (Depdiknas, 2010):
1) Kurang : < 60 %
2) Sedang : 60 80 %
3) Baik : > 80 %
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menguji hubungan antara status gizi dengan
kecerdasan kognitif. Uji normalitas menggunakan uji kenormalan Saphiro wilk. Apabila
data berdistribusi normal, uji hubungan yang digunakan yaitu pearson product moment.
Apabila data berdistribusi tidak normal, uji hubungan yang digunakan yaitu chi square.















20

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden
Jumlah subyek dalam penelitian ini berjumlah 37 anak yang terdiri dari 51,4% laki-laki
dan 48,6% perempuan. Data ini sebanding dengan data Puskesmas setempat yang menyebutkan
bahwa jumlah kelahiran laki-laki lebih banyak daripada kelahiran perempuan. Menurut Hurlock
(1998), jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan seseorang.

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik subyek penelitian

Variabel Jumlah Rerata SD
N %
Jenis kelamin Laki-laki 19 51,4
Perempuan 18 48,6
Z-score BB/U Kurang 11 29,7
2,54 0,5
Baik 26 70,3

Z-score TB/U Pendek 17 45,9
2,70 0,5
Normal 20 54,1
Perkembangan Kurang 31 83,8 45,01 13,2
kognitif Sedang 6 16,2
Umur anak 26,6 4,7
Umur ibu 32,1 6,3
Pekerjaan ayah petani 4 10,8
buruh 10 27
sopir 8 21,6
pedagang/
wiraswasta
14 37,8
karyawan 1 2,7

Umur orangtua terutama ibu yang relatif masih muda, cenderung memiliki sedikit sekali
pengetahuan tentang gizi dan pengalaman dalam mengasuh anak. Umumnya mereka mengasuh
anak berdasarkan pengalaman orangtuanya dahulu. Ibu yang masih berusia muda cenderung
untuk mendahulukan kepentingannya sendiri, sehingga waktu pengasuhan menjadi sangat
singkat dan tidak menyenangkan. Sebaliknya pada ibu yang lebih berumur cenderung akan
menerima dengan senang hati tugasnya sebagai ibu, sehingga akan mempengaruhi pula terhadap
21

kuantitas dan kualitas pengasuhan anak (Hurlock 1998). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
rerata umur ibu adalah usi 32 tahun, sehingga ibu sudah menyadari perannya sebagai ibu yang
memiliki anak dan wajib untuk mengasuhnya dengan baik.
Sebagian besar ayah responden memiliki pekerjaan sebagai pedagang/ wiraswasta
(37,8%). Setelah melakukan wawancara lebih lanjut, pedagang yang dimaksud adalah pedagang
di pasar seperti sayur-sayuran dan gerabah, sedangkan wiraswasta yang dimaksud adalah
serabutan. Menurut Harper et al. (1985), pekerjaan atau mata pencaharian berperan penting
dalam kehidupan sosial ekonomi dan akan terkait dengan faktor-faktor lain seperti kesehatan.
Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga yang miskin paling rawan terhadap kekurangan
gizi diantara seluruh anggota keluargadan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh
oleh kekurangan pangan.

5.2 Status Gizi
Berdasarkan tabel 5.1. sebagian besar responden memiliki status gizi baik menurut indeks
BB/U (70,3%) yang ditunjukkan dengan rerata z-score BB/U sebesar dan juga sebagian besar
memiliki tinggi badan yang normal berdasakan indeks TB/U (54,1%). Banyak hal yang
mempengaruhi status gizi seorang anak, adapun gambarnya bisa dilihat pada bagan dibawah ini.

Gambar 5.1. Bagan penyebab masalah gizi (Supariasa, 2001)
22

Dari gambar diatas bisa dijelaskan bahwa akar permasalahan gizi dimanapun tempatnya adalah
krisis ekonomi dan politik. Apabila dilihat dari lingkup negara, memang kemungkinan banyak
masalah gizi di Indonesia karena keadaan ekonomi dan politiknya belum stabil, tetapi yang
berperan langsung terhadap status gizi adalah konsumsi zat gizi dan penyakit infeksi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian responden berada dalm status gizi yang baik,
sehingga bisa dikatakan bahwa konsumsi zat gizi mereka baik dan tidak sedang menderita
penyakit infeksi apapun pada saat pengambilan data berlangsung.
Indeks penentuan status gizi yang digunakan pada penelitian ini adalah z-score BB/U dan
TB/U. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Dimana z-score BB/U digunakan untuk
melihat status gizi saat ini, karena indeks ini memiliki kelebihan mudah dan lebih cepat
dimengerti masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut sehingga lebih sering
dikenal sebagai current nutritional status, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan. Akan tetapi memiliki kekurangan
yaitu tidak bisa menilai status gizi masa lalu . Sedangkan untuk mengetahui apakah ada peran
status gizi terhadap kecerdasan kognitif, diperlukan indeks status gizi yang dapat menilai status
giozi masa lalu. Sehingga indeks TB/U yang memiliki kelebihan yaitu baik untuk menilai status
gizi masa lalu digunakan dalam menentukan apakah ada peran status gizi secara statistik
terhadap kecerdasan kognitif. Hal ini disebabkan karena perubahan tinggi badan tidaklah
fluktuatif seperti berat badan, sehingga sama dengan pertumbuhan dan perkembangan otak yang
tidak berlangsung dalam jangka pendek. (Gibson, 2005).

5.3 Kecerdasan Kognitif
Berdasarkan tabel 1, sebagian besar responden memiliki kecerdasan kognitif dalam
kategori kurang (83,8%) yang ditunjukkan dengan rerata z-score 45,0113,2. Banyak
kemungkinan yang dapat menyebabkan anak-anak ini tidak memiliki kecerdasan kognitif yang
baik. Setiap anak berhak mendapat asuh, asih dan asah. Adapun arti asuh dalah kebutuhan fisik
berupa sandang, pangan, dan tempat tinggal. Asih adalah kasih sayang, sedangkan asah adalah
stimulasi. Ketiga hal ini yang sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak
termasuk kecerdasan kognitif. Sedangkan yang menjadi faktor utama dalam perkembangan
kognitif adalah stimulasi/ asah. Tanpa menstimulasi dan memantau anak untuk terus berkembang
23

dengan baik, tugas perkembangan kecerdasan kognitif pada usianya tidak akan terpenuhi,
(contohnya lampiran 3). Dan ke depan perlu pendidikan kesehatan khususnya yang berisi
pengetahuan tentang apa saja yang menjadi tugas perkembangan anak untuk usia periode emas.
Menurut Hurlock (1998), kecerdasan pada anak-anak dipengaruhi oleh sejumlah faktor
seperti kemampuan bawaan, suasana emosional, apakah seseorang didorong untuk melakukan
kemampuan intelektual, apakah seseorang mempunyai dorongan intelektual yang kuat dan
apakah seseorang mempunyai kesempatan untuk mengalami dan belajar. Setiap anak yang lahir
ke dunia bagaikan tabula rasa atau kertas putih. Bagaimana kertas ini menjadi lebih bermutu,
tergantung pada apa isi dari kertas tersebut. arti lebih dalam lagi adalah, tergantung pola asuh
yang diberikan oleh orang tua/ pengasuh anak. kualitas kertas pun juga berbeda.

Gambar 5.2 Pertumbuhan Otak (Santrock, 2002)
Pertumbuhan otak anak pada masa golden age period sangat cepat. Hal ini bisa dilihat dari
pertambahan sel-sel otak (gambar 5.2) pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang
saling terkait sehingga perlu dioptimalkan segala sesuatu yang dibutuhkan agar dapat mencapai
periode emas yang maksimal.

5.4 Hubungan antara status gizi dengan kecerdasan kognitif
Uji normalitas data menggunakan saphiro wilk menunjukkan bahwa data status gizi (z-
score TB/U) dan perkembangan kognitif berada dalam distribusi tidak normal dengan nilai p
masing-masing 0,001 dan 0,000001 (output pada lampiran). Oleh karena itu uji korelasi
keduanya menggunakan fisher exact yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi
24

(TB/U) dengan perkembangan kognitif (p=0,022). Uji fisher exact digunakan karena ada cell
dalam tabulasi silang yang nilainya < 20% (tabel 3).
Tabel 5.2. Tabulasi silang antara perkembangan kognitif dengan status gizi

status gizi Tb/U
Total

pendek normal
kategori perkembangan
kognitif
kurang 17 14 31
sedang 0 6 6
Total 17 20 37

Hasil cross tabulation di atas menunjukkan bahwa sebagian besar anak dengan kategori
perkembangan kurang terdapat pada anak dengan status gizi TB/U pendek. Hal ini sesuai dengan
hasil uji fisher exact yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status
gizi dengan perkembangan kognitif anak. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang
dilakukan Primadi, 2005 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara perkembangan bayi
usia (koreksi) 7-10 bulan yang dilahirkan kurang bulan-berat lahir rendah-sesuai masa kehamilan
dengan pertumbuhan yang terfokus pada berat badan. Bayi kurang bulan-berat lahir rendah-
sesuai masa kehamilan menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibanding bayi cukup bulan-
sesuai masa kehamilan tetapi perkembangannya lebih buruk.
Perkembangan kognitif adalah kemampuan berpikir dan konsentrasi, memecahkan
persoalan serta pemahaman konsep tentang bentuk, warna, benda, dan waktu. Dari
perkembangan dasar yang harus dimiliki seorang anak, maka dibuat beberapa indikator
perkembangan kognitif untuk anak usia 3 tahun. Indikator merupakan hasil yang lebih spesifik
dan terukur dalam satu perkembangan dasar. Apabila serangkaian indikator dalam satu
perkembangan dasar sudah tercapai, berarti target perkembangan dasar tersebut sudah terpenuhi
(Dina R, 2006).
Perkembangan kognitif anak bersifat holistik, artinya terdiri dari berbagai dimensi yang
saling berhubungan. Pada masa prasekolah, perkembangan tidak dapat dipisahkan dari aspek
kesehatan, gizi, pendidikan, sosial, emosional dan spiritual. Ketika salah satu dari aspek tersebut
mengalami kesalahan atau kekurangan akan memberikan dampak pada aspek yang lain.
Misalnya kekurangan gizi, status kesehatan yang rendah dan tidak optimalnya perhatian yang
25

diberikan kepada anak akan menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan kognitif,
motorik, sosial dan emosional (Evans JL, et al, 2000).
Pemberian stimulasi dalam keluarga berkaitan erat dengan harapan orangtua terhadap
pertumbuhan anak dan tugas perkembangan yang dibebankan kepada anak. Rangsangan yang
diperoleh anak dari orang tua dapat mendorong pekembangan potensi yang diwarisi. Ketika anak
bertambah besar, mereka memerlukan rangsangan lingkungan untuk menyiapkannya dan
responsif secara fisik dan mental. Semakin sering mereka diajak bercakap-cakap, semakin cepat
dan baik kemampuan mereka berbicara dan semakin luas kosakatanya (Hastuti D, 2009).
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia.
Menurut Azwar (2004), kurang gizi berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia.
Kurang gizi akan mengakibatkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan
kecerdasan, menurunkan produktivitas serta meningkatkan kesakitan dan kematian.
Diketahuinya masalah gangguan pertumbuhan lebih dini akan segera diintervensi agar tidak
menjadi lebih berat, sehingga jatuh pada status gizi buruk (Atmarita & Fallah 2004).
















26

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
6.1.1 Status gizi anak berdasarkan indeks BB/U berada dalam kategori baik yaitu
70,3%
6.1.2 Status gizi anak berdasarkan indeks TB/U berada dalam kategori normal yaitu
54,1%
6.1.3 Perkembangan kognitif anak sebagian besar dalam kategori kurang yaitu sebesar
83,8%
6.1.4 Status gizi berperan dalam perkembangan kognitif anak (p=0,022)

6.2 Saran
6.2.1 Perlu dioptimalkan fungsi meja penyuluhan di Posyandu untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak.
6.2.2 Perlu pengembangan media-media penyuluhan yang lebih atraktif agar
masyarakat bersemangat untuk meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan
khususnya pertumbuhan dan perkembangan.
6.2.3 Perlu dibentuk adanya peer educator agar materi kesehatan lebih mudah diterima
dan diaplikasikan










27

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S, 2001, Ilmu gizi dasar. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Atmarita, Fallah TS. 2004, Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: LIPI.
Azwar A. 1998, Pengantar Epidemiologi. Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Dina R, 2006, Status gizi dan perkembangan anak di Taman Pendidikan Karakter Semai Benih
Bangsa Sutera Alam, Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Bogor. Tesis. Program Studi
Gizi Masyarakat dan Sumber Daya keluarga, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Evans JL, et al, 2000, Early Childhood Counts. Washington DC: The World Bank.
Gibson SR, 2005, Principles of Nutrition Assesment. New York: Oxford University Press.
Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1986. Pangan Gizi dan Pertanian. Suhardjo, penerjemah; Jakarta:
UI Press. Terjemahan dari: Food, Nutrition and Agriculture.
Hastuti D, 2009, Stimulasi psikososial pada anak kelompok bermain dan pengaruhnya pada
perkembangan motorik, kognitif, social emosi, dan moral/ karakter anak. Jur. Ilm. Kel. dan
Kons, p : 41-56.
Hurlock EB, 1998, Perkembangan Anak. Tjandrasa MM Terjemahan dari: Child Development,
Zarkasih M, Penerjemah; Dharma A, editor. Erlangga, Jakarta.
Kusumadi A, 2003, Status gizi dan perkembangan kognitif anak sekolah dasar di daerah endemis
malaria (Studi kasus di Kabupaten Sumba Timur Nusa Tenggara Timur). Tesis, Pendidikan
Dokter Spesialis I, Universitas Diponegoro, Semarang.
Murti B, 2006, Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang
Kesehatan. UGM Press. Yogyakarta.
Primadi, Aris ; Anggraini, 2005, Hubungan antara pertumbuhan berat badan bayi dengan
perkembangan motorik usia 7-10 bulan. Majalah Kedokteran Bandung ,vol 37, no.4, hal 151-
156,.
Pudjianto DJ, Kristiani, 2006, Kemiskinan, kondisi geografis dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan kejadian kekurangan energy protein (KEP) pada balita di Kabupaten
Sragen. KMPK, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Puskesmas Sumberlawang, 2009. Laporan Tahunan Program Gizi 2009. Sumberlawang.
Santrock JW, 2002. Life-span development (Perkembangan masa hidup). Edisi kelima. PT.
Erlangga, Jakarta, p.221-228.
28

Satoto, 1990, Pertumbuhan dan perkembangan anak, pengamatan anak umur 0-18 bulan di
Kecamatan Mlonggo, KabupatenJepara, Jawa Tengah. Disertasi, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Supariasa, et al, 2002. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta, p.38-62.





















29

Lampiran 1
PENELITIAN

PERAN STATUS GIZI TERHADAP KECRDASAN KOGNITIF PADA
MASA GOLDEN AGE PERIOD


INFORMED CONSENT

Nomor Responden:





Kuesioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan judul
diatas meliputi berat badan, tinggi badan, dan kecerdasan kognitif anak. Selain itu juga identitas
ibu sebagai responden penelitian.

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
Vilda Ana Veria Setyawati dari Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Semarang, Januari 2012
Responden


(..................................)

30

Lampiran 2
KUESIONER PENGUMPULAN DATA DASAR

PERAN STATUS GIZI TERHADAP KECRDASAN KOGNITIF PADA
MASA GOLDEN AGE PERIOD
Tanggal wawancara/ pengukuran :
Kode subjek :

Alamat :
DATA ANAK
1 Nama anak
2 Jenis kelamin Laki-laki / perempuan
3 Tanggal lahir
4 Umur tahun bulan
5 Anak ke
6 Berat badan (kg)
7 Tinggi badan (cm)

DATA RESPONDEN
1 Nama Ibu
2 Umur Ibu Tahun
3 Pekerjaan











31

Lampiran 3

INSTRUMEN PENGUKURAN KECERDASAN KOGNITIF

No Umur Indikator Ya Tidak
1 0-1 tahun Melihat wajah orang dan benda-benda terdekat
2 Mengamati anggota tubuhnya sendiri (tangan, kaki, jari kaki,
jari tangan)

3 Mengamati benda di sekitarnya
4 Mengamati gerakan benda
5 Mencari benda yang disembunyikan
6 Mengikuti suara dan gerakan yang dikenalnya
7 Menyentuh dan memasukkan benda ke mulutnya
8 Membanting atau mengetuk-ngetuk benda ke meja atau lantai
9 1-2 tahun Menunjuk bentuk benda-benda sederhan
10 Menyebut nama benda-benda sederhana
11 Menyebutkan posisi benda (jauh-dekat, atas-bawah)
12 Membedakan ukuran benda (besar-kecil)
13 Menunjuk minimal 4 anggota tubuh
14 Menyebutkan minimal 4 anggota tubuh
15 Mengamati apa yang terjadi jika benda dijatuhkan
16 Mulai banyak bertanya
17 Mulai dapat menemukan benda yang disembunyikan
18 Menanggapi ketika dibacakan buku yang dikenalnya
19 Menolak terhadap sesuatu yang tidak diinginkan
20 2-3 tahun Menyebutkan benda-benda di sekitar
21 Menyebutkan berbagai bentuk benda
22 Membedakan warna yang dikenalnya
23 Membedakan ukuran benda (besar-kecil)
24 Membedakan rasa dan bau
25 Membedakan konsep buka-tutup. depan-belakang, keluar-
masuk

26 Menyusun benda ke atas dan ke samping
27 Memasang puzzel 3 keping
28 Membilang 1-5 (tanpa mengenal konsep)
29 Mengenal konsep 1-2
30 Membedakan banyak-sedikit, sama- tidak sama
31 Membedakan bunyi bunyian
32 Mulai dapat menggunakan alat untuk memperoleh sesuatu
yang berada di luar jangkauannya (Contoh: meraih benda
dengan menggunakan alat bantu)

34 Membangun balok dan merobohkannya
35 Menyodok, menjatuhkan, mendorong, menarik, dan meremas
benda untuk melihat apa yang akan terjadi

36 Mulai dapat menempatkan benda pada tempat tempat yang
sesuai (Contoh: Membuang sampah di tempat sampah,
menyimpan mainan ditempatnya, dll.)

32

Lampiran 4 Output Pengolahan Data Statistik

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Umur 37 18 34 26.62 4.751
BB 37 8.3 14.0 10.708 1.5831
TB 37 73.5 101.0 85.478 7.3810
BB_U 37 -2.76 1.31 -1.3084 1.02952
BB_TB 37 -2.98 1.65 -1.0905 1.01174
TB_U 37 -2.93 1.98 -1.0011 1.63909
Per_Kog_1 37 27.8 77.8 45.041 13.2814
Umur_ibu 37 23 48 32.14 6.325
Valid N (listwise) 37

Statistics

Jen_Kel Pek_ayah status gizi Tb/U status gizi BB/U
kategori
perkembangan
kognitif
N Valid 37 37 37 37 37
Missing 0 0 0 0 0

Jen_Kel
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 19 51.4 51.4 51.4
Perempuan 18 48.6 48.6 100.0
Total 37 100.0 100.0

Pek_ayah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid petani 4 10.8 10.8 10.8
buruh 10 27.0 27.0 37.8
sopir 8 21.6 21.6 59.5
pedagang/wiraswasta 14 37.8 37.8 97.3
karyawan 1 2.7 2.7 100.0
Total 37 100.0 100.0

status gizi Tb/U
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid pendek 17 45.9 45.9 45.9
normal 20 54.1 54.1 100.0
Total 37 100.0 100.0

status gizi BB/U
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 11 29.7 29.7 29.7
Baik 26 70.3 70.3 100.0
Total 37 100.0 100.0


33


kategori perkembangan kognitif
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurang 31 83.8 83.8 83.8
sedang 6 16.2 16.2 100.0
Total 37 100.0 100.0

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TB_U .188 37 .002 .861 37 .000
Per_Kog_1 .192 37 .001 .875 37 .001
a. Lilliefors Significance Correction

kategori perkembangan kognitif * status gizi Tb/U Crosstabulation
Count
status gizi Tb/U
Total pendek normal
kategori perkembangan kognitif kurang 17 14 31
sedang 0 6 6
Total 17 20 37

Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.087
a
1 .014
Continuity Correction
b
4.079 1 .043
Likelihood Ratio 8.365 1 .004
Fisher's Exact Test .022 .017
Linear-by-Linear Association 5.923 1 .015
N of Valid Cases 37
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.76.
b. Computed only for a 2x2 table

Correlations
TB_U Per_Kog_1
Spearman's rho TB_U Correlation Coefficient 1.000 .513
**

Sig. (2-tailed) . .001
N 37 37
Per_Kog_1 Correlation Coefficient .513
**
1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 37 37
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai