Anda di halaman 1dari 13

Diabetes Militus

0.00 / 5 5

1/5

2/5

3/5

4/5

5/5

0 votes, 0.00 avg. rating (0% score)


KONSEP DASAR MEDIK
1. Definisi
Diabetes Militus adalah suatu penyakit kronik yang kompleks, yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dan berkembangnya
komplikasi makrovaskular dan neurologi (Perawatan Medical Bedah, Barbara C,
Long 1989).
2. Anatomi Fisiologi
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar glukosa
dalam darah, antara 70 110 mg/dl. Jika darah kelebihan glukosa maka akan
disimpan dalam hati dan sel-sel otak dengan bantuan insulin. Selama keadaan
puasa kadar gula dalam darah dipertahankan maka glukosa akan dilepaskan
(glikogenolisis) dan glukosa yang baru dibentuk dari asam amino, laktat dan
gliserol yang berasal dari trigliserida (glukoneogenesis). Normalisasi glukosa
darah diatur oleh hormon-hormon.
Ada lima hormon yang terlibat dalam regulasi kadar darah, yaitu hormon-hormon
pankreas, insulin merupakan satu-satunya hormon yang menurunkan glukosa
dalam darah dan empat lainnya (glukagon, growth hormon, epinephrin dan
glukokortikoid) semuanya meningkatkan kadar gula dalam darah. Insulin dan
glukagon diproduksi dalam pankreas. Insulin disekresi oleh sel Beta pankreas
sedangkan hormon glukagon diproduksi oleh sel Alfa.
Insulin dan fungsinya :
Insulin akan mengendalikan kadar glukosa yang akan membantu tubuh dalam
menggunakan glukosa dan lemak dimana apabila keadaan gula darah meningkat
sel Beta langerhans pankreas akan mengeluarkan hormon insulin yang berfungsi :
Memacu glukosa masuk ke sel.
Menghentikan pemecahan glikogen menjadi glukosa.
Memacu enzim yang merubah glukosa menjadi glikogen dan lemak.
Kerja glukagon :

Hormon glukagon bekerja atau mempunyai fungsi sebaliknya dimana jika glukosa
dalam darah turun, maka sel alfa langerhans pankreas akan mengeluarkan hormon
glukagon yang berfungsi dalam :
Meningkatkan glikogen menjadi glukosa.
Meningkatkan proses glikoneogenesis
3. Etiologi
Kelainan fungsi/jumlah sel beta yang bersifat genetik, penyebab genetik ini
sering terjadi baik pada DM tipe 1 dan tipe 2.
Faktor lingkungan
Lingkungan dapat menyebabkan atau mengubah integritas dan fungsi sel beta
pada individu yang rentan. Faktor-faktor tersebut :
a. Agen yang menyebabkan infeksi seperti virus, Cocksackie dan virus penyakit
gondok.
b. Diit, pemasukan kalori, karbohidrat dan gula yang diproduksi secara
berlebihan.
c. Obesitas.
d. Kehamilan.
Gangguan sistem imun, gangguan sistem ini dapat dilakukan oleh
a. Auto imunitas disertai pembentukan sel-sel anti body pankreas yang akan
menyebabkan kerusakan sel-sel pankreas insulin.
b. Peningkatan kepekaan terhadap kerusakan sel beta oleh virus.
Penyakit kelainan dari beberapa kelenjar endokrin misalnya :
a. Kelenjar pankreas : tempat pembuatan insulin.
b. Kelenjar hypopisis : memproduksi hormon yang merangsang kerja pankreas.
c. Kelenjar adrenal : membantu metabolisme karbohidrat mengeluarkan glukosa
dari hari yang kerjanya lebih aktif jika dalam keadaan stress.
d. Kelenjar tyroid : menghasilkan hormon yang membantu proses metabolisme.
Dari etiologi yang ada di atas pada penyakit DM pada type I dan type II belum
diketahui secara pasti dan dari beberapa kasus yang terjadi kemungkinan
penyebabnya adalah :
Type I (IDDM) 10-15% dari kasus :
Faktor genetik.
Kerusakan sel beta pankreas.
Infeksi virus.
Auto imun.
Type II (NIDDM) 80% kasus :
Faktor genetik.
Obesitas
Kurang aktif.
Faktor lingkungan.
Pengaruh obat-obatan (diuretik, anti conuulsan, dll).
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin asupan glukosa (produksi glukosa)
yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati
dan otot proses ini disebut glikogenesis untuk mencegah hyperglikemia (kadar
glukosa darah lebih dari 110 mg/dl jika terjadi kekurangan insulin karena produksi

terganggu atau tidak diproduksi kemungkinan terjadi karena :


Kekurangan produksi insulin oleh sel Beta
Reseptor insulin pada sel kurang berfungsi.
Defisiensi insulin akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk dalam sel
melalui siklus krebs dan akan mengakibatkan sel akan mengoksidasi lemak dan
protein dari jaringan adiposa. Karena pemecahan jaringan menyebabkan
kehabisan persediaan makanan protein dan lemak, maka tubuh akan menjadi
kurus dan pemecahan ini menghasilkan zat sisa berupa urea dan keton sehingga
menimbulkan ketoasidosis. Glukosa dalam darah meningkat jumlahnya sehingga
terjadi Hyperglikemi yang berakibat tekanan osmotik meningkat dan menarik
cairan intrasel dalam darah. Apabila kadar gula darah tinggi melebihi 180 mg/dl
akan mengganggu ambang batas dari ginjal sehingga terjadi glikosuria. Tekanan
osmotik gula dalam darah akan menghambat reabsorbsi di tubulus yang
mengakibatkan polyuri akibatnya sel kekurangan cairan maka terjadi dehidrasi
dan timbul polydipsia atau banyak minum.
5. Klasifikasi Diabetes Militus
a. Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Militus (IDDM)
Pada tipe I insulin endogen kurang jumlahnya karena tidak berfungsinya sel beta
yang memproduksi insulin, kurang berfungsinya reseptor insulin dan gangguan
jalannya glykolisis yang akan menghasilkan energi untuk tubuh. Dengan demikian
sel-sel dalam keadaan kekurangan/kelaparan, sementara dalam darah kelebihan
glukosa.
Bagian tubuh yang mengalami kekurangan menjadi krisis dan mulai mensekresi
beberapa hormon (glucagon, ephinefrin, norephinefrin, growth hormon dan
cortisol). Hormon-hormon ini mencoba menciptakan/menjaga hemeostasis tubuh
dengan mempercepat tersedianya glukosa melalui penggunaan sumber-sumber
energi alternatif seperti dalam proses ini; Kekurangan insulin terjadi penurunan
glikogenesis peningkatan glikogenesis penurunan glukoneogenesis
penurunan glikolisis peningkatan lipolisis.
IDDM didiagnosa bila kadar gula puasa > 140 g/dl. Bila lebih dari 200 mg/dl
biasanya ada zat keton dalam darah dan urine. Adanya glukosa dalam darah
(hiperglikemi) menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan eletrolit yang pada
akhirnya menimbulkan 3 gejala klasik (three polys) : polyuria, polydipsia dan
polyphagia.
b. Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Militus (NIDDM)
Pada NIDDM sel beta pankreas kurang mampu mensintesa dan melepaskan
insulin. Jumlah yang disekresi tidak sebanding dengan jumlah yang dibutuhkan.
Situasi ini meungkin menyebabkan produksi insulin menurun, kelebihan
pemasukan karbohidrat atau peningkatan glukosa hepatic.
Klien dengan tipe ini sering berespon lebih baik dari oral agent untuk merangsang
pankreas untuk meningkatkan sintesis dan pelepasan insulin. Klien lain dengan
NIDDM mungkin mempunyai darah normal lebih tinggi dari level insulin yang
menandakan gejala diabet. NIDDM mengalami kerusakan dasar tersendiri yang
dipengaruhi oleh beberapa aspek dari proses tersebut yang menekan insulin pada
reseptor membran sel. Masalah yang menyebabkan kerusakan dapat berhubungan
dengan defisiensi jumlah atau aktivitas reseptor.

Beberapa individu membuat auto anti bodi atau reseptor insulin, pada saat anti
bodi dibangkitkan melawan selaput sel reseptor insulin pasien akan mempunyai
tingkat insulin dalam darah yang berlebihan dengan peningkatan glukosa darah.
Dalam situasi ini walaupun insulin mencukupi tetapi sel reseptor insulin ditutup.
Dengan jumlah insulin yang sesuai dengan kebutuhan dari luar mungkin
membantu situasi ini.
6. Komplikasi
a. Komplikasi akut
1. IDDM
Hypoglikemi
Gejala : berkeringat, gemetar, sakit kepala, palpitasi.
Diabetik ketoasidosis : kadar insulin sangat menurun, pasien menderita
hiperglikemi, glukosuria, penurunan lipogenesis dan peningkatan oksidasi asam
lemak disertai pembentukan keton.
2. NIDDM
Hypoglikemi
Diabatik ketoasidosis
Hiperosmolar Hiperglikemi: non ketotik koma (KHHN)
b. Komplikasi vaskular Jangka Panjang
1. Mikroangiopati. Lesi spesifik diabetik yang menyerang kapiler dan artenol
retina (retinapati diabetik), glomenilus ginjal (nefropati diabetik).
2. Makroangiopati arterosklerosis penyumpatan vaskular menyerang
extremitas ganggren, arteri koronari, aorta angina, MCI
7. Tanda dan Gejala
a. Awal :
Poli uri
Poli dipsi
Poli phagia
b. Lanjut :
Penurunan berat badan yang cepat
Cepat lelah
Pruritus
Pendangan kabur
Nyeri pada extremitas
Kesemutan
8. Test Diagnostik
Glukosa darah meningkat 200-100 mg/dl atau lebih.
Asam plasma positive secara mencolok.
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolitas serum meningkat biasanya kurang dari 330 mosm/l.
Elektrolit : Natrium : mungkin normal, menurun atau meningkat.
Kalium : normal atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun.
Fosfor : lebih sering menurun.
Hb dan Ht meningkat karena diuresis dan dehidrasi.

AGD biasanya pH rendah penurunan pada HCO3 kompensasi alkolisis


respiration.
Trombosit darah mungkin meningkat leukositas, hemokonsentrasi merupakan
respon stress.
Kadar insulin pada tipe I sedikit atau tidak ada, tipe ke 2 normal atau meningkat.
Urine : gula dan setor positif, berat jenis osmolalitas meungkin meningkat.
Gangguan vaskularisasi, katarak.
EKG disritmia karena ketidakseimbangan kalium.
9. Pengobatan
Pengobatan diabetes ada 3 faktor :
c. Diit
Tujuannya : mencegah obesitas, mengendalikan kadar gula, menetapkan diit yang
seimbang dan cukup.
Pedoman-pedoman diit :
Harus memenuhi kebutuhan kalori untuk aktivitas orang dewasa.
Asupan kalori sesuai dengan berat badan dan kondisi pasien.
Konsisten dalam waktu dan distribusi kalori, protein karbohidrat lemak, pada
setiap makanan.
Perencanaan diit yang diberikan harus melihat pribadi pasien, gaya hidup,
aktivitas obat-obatan hypoglikemi.
d. Aktivitas latihan
Fungsi latihan :
Menurunkan kadar gula darah akibat metabolisme darah yang meningkat.
Menurunkan dan mempertahankan berat badan dalam keadaan seimbang.
Komponen latihan :
Fitness, kelenturan otot, aerobic.
Pedoman program latihan bagi penderita DM :
Jenis latihan, tahapan latihan, den frekuensi latihan.
e. Insulin
Insulin diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (pada tipe 1) dan
untuk mengobati pasien DM pada tipe 2 yang tidak dapat mencapai kadar gula
darah yang diharapkan dengan cara lain-lain.
Hal yang penting pada pemberian insulin :
Waktu on set, puncak dan durasi kerja insulin.
Aviabilitas makanan atau glukosa yang adequat saat insulin bekerja.
Memonitor kadar gula darah dalam pasien.
Memonitor tanda-tanda hipoglikemi pada pasien.
Bagian integral dari pengelolaan DM adalah mendidik pasien sehingga memiliki
rasa tanggung jawab dan tubuh akan perawatan diri.
Insulin merupakan agen hipoglikemi fisiologis yang diberikan menurunkan
infeksi selain insulin ada juga obat anti diabetik oral berupa tablet.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan :
Tipe I :
Riwayat keluarga

Kehilangan BB
Umur di bawah 30 tahun
Gejala-gejala akut.
Tipe II :
Riwayat keluarga
Kemungkinan obesitas
Umur di atas 30 tahun
Gejala yang muncul bertahap.
b. Pola Nutrisi Metabolik
Tipe I :
Rasa haus meningkat.
Rasa lapar meningkat.
Kadang-kadang mual.
Muntah.
Kehilangan BB.
Keringat berlebihan.
Kulit basah, pruritus.
Tipe II :
Dapat ditemukan rasa haus dan lapar.
Riwayat diet (tinggi kalori, tinggi protein).
Peningkatan BB.
Penyembuhan luka lama.
c. Pola Eliminasi
Tipe I :
Poliuria.
Dapat terjadi konstipasi dan diare.
Glukosuria.
Tipe II :
Dapat muncul keluhan poliuria.
Dapat terjadi juga konstipasi/diare.
Glukosuria.
Pemakaian obat-obatan.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Tipe I :
Keluhan tiba-tiba lemas.
Atropi otot.
Tipe II :
Keluhan secara bertahap lemas dan cepat lelah.
Riwayat latihan fisik tidak teratur.
e. Pola Tidur dan Istirahat
Tipe I :
Gangguan tidur karena nocturia.
Tipe II :
Nocturia, menguap setelah makan.
f. Pola Persepsi dan Kognitif
Tipe I :
Bisa muncul keluhan pusing atau hipotensi orthostatik.

Pruritis.
Tipe II :
Mengeluh gatal, akut, UTI/vaginitas.
Penyembuhan luka lama.
Penglihatan kabur (myopia).
Kram otot, nyeri abdomen.
Ekstremitas: kesemutan, nyeri dan kram.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Mekanisme koping tidak efektif.
Gangguan harga diri.
Gangguan peran.
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama.
Mencari hubungan dengan sesama klien DM.
Hubungan suami-istri.
i. Pola Reproduksi dan Seksualitas.
Libido menurun.
Impotensi
Pemeriksaan fisik
Kardiovaskular : Tachicardia
Postural hipotensi
Synkope
Pulmonary : Pernafasan kusmaul jika ada ketoasidosis.
Gastrointestinal : Perut tegang.
Bising usus berkurang.
Integumen : Luka lama sembuh.
Infeksi kulit.
Kulit kering, hangat, merah.
Neurologis : Mudah tersinggung, bingung.
Genito Urinario : Cairan vagina.
Infeksi vagina.
Iritasi perineum.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hyperglikemia berhubungan dengan tidak adekuatnya insulin (tipe I) dan
insulin yang resisten (tipe II).
b. Potensial/aktual kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan osmotik
diuresis (penyebab hiperglikemi).
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake peroral, kekurangan insulin.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan glukosa (karbohidrat) peroral berlebihan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan adanya diagnosa yang kompleks dan
proses penyakit kronik.
f. Kelemahan tubuh berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi,
perubahan kimiawi dalam tubuh yakni insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan
tubuh karena hipermetabolik atau infeksi.

g. Tidak toleransi beraktivitas yang berhubungan dengan immobilisasi dan


kelemahan fisik.
h. Perubahan persepsi sensori yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
glukosa/insulin dan elektrolit.
i. Potensial/aktual terjadi perlukaan dan infeksi yang berhubungan dengan
tingginya kadar gula darah, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.
3. Rencana Tindakan
1. Hyperglikemi berhubungan dengan tidak adekuatnya insulin (type I ) dan
insulin type II).
Hasil yang diharapkan :
Mencegah atau meminimalkan komplikasi saat tindakan pengobatan atau
mengontrol metabolisme glukosa.
Rencana tindakan :
a. Berikan insulin (IV, IM, SC) atau hipoglikosa oral.
R/ : Insulin akan mengikat pada sel yang akan menyebabkan menurunnya
glukoneogenesis.
b. Beri dan pertahankan pemberian cairan melalui IV biasanya normal NaCl 0,9%.
Kaji membran mukosa yang kering, turgor kulit, nyeri abdomen dan tanda
dehidrasi.
R/ : Hiperglikemi akan menyebabkan dehidrasi karena hiperosmolar. Air ditarik
dari sel ke sistem vaskuler yang kemudian menjadi urine untuk memelihara
hemeostasis. Cairan NaCl sebagai cairan yang baik untuk mencegah elevasi lebih
lanjut dari gula darah untuk mengganti sodium pada ketoasidosis. Pencatatan
intake output cairan yang akurat merupakan hal yang penting untuk memantau
fungsi ginjal.
c. Monitor tingkat glukosa, kadar aceton dalam urine dan catat BD urine setiap
hari.
R/ : Pemeriksaan tingkat glukosa yang sering dilakukan sangat penting untuk
memonitor respon pasien secara individu.
d. Amati tanda/gejala hipo/hiperglikemi: pucat, bingung, banyak keringat, sakit
kepala.
R/ : Reaksi insulin dapat terjadi secara tiba-tiba. Jika pada saat didiagnosa pasien
tidak sadar akan adanya tanda dan gejala, tidak terawat, mungkin reaksi dari
hypoglikemi tersebut akan berakibat fatal
2. Potensial/aktual kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan osmotik
diuresis (penyebab hiperglikemi).
Hasil yang diharapkan :
Tanda vital stabil dan dalam batas normal pasien.
Intake output cairan seimbang.
Kulit lembab dengan turgor baik.
Gula elektrolit darah dalam batas normal.
Kapilari refill baik, nadi perifer tertatur.
Tidak ada ekspresi lelah atau lemah.
Rencana tindakan :
a. Kaji riwayat pasien yang berhubungan dengan lamanya/intensitas muntah,
urinari yang berlebihan.
R/ : Membantu menilai seluruh kekurangan volume dan gejala-gejala.
b. Monitor tanda-tanda vital, perhatikan perubahan tekanan darah ostostatik.

R/ : Hipovolemi dapat ditunjukkan dengan hipotensi dan tachycardia.


c. Observasi suhu, warna/kelembaban kulit.
R/ : Demam dengan kulit kering menunjukkan dehidrasi.
d. Kaji nadi perifer, kapilari refill, turgor kulit, dan membran mukosa.
R/ : Indikator dari tingkat dehidrasi dan kecukupan volume sirkulasi.
e. Monitor intake dan output, perhatikan penurunan jumlah urine.
R/ : Memberikan penilaian yang kontinue mengenai kebutuhan pengganti volume,
fungsi ginjal dan keefektifan terapi.
f. Ukur berat badan setiap hari.
R/ : Menilai status cairan/kecukupan cairan saat ini.
g. Beri cairan 2500 ml/hari bila memungkinkan.
R/ : Demam dengan kulit kering menunjukkan dehidrasi.
h. Beri lingkungan yang nyaman.
R/ : Hidrasi panas yang dapat mengurangi cairan.
i. Kaji perubahan mental dan sensori.
R/ : Perubahan mental disebabkan glukosa yang tinggi atau rendah, elektrolit yang
tidak normal, asidosis, penurunan perfusi serebral atau hipoksia.
j. Kaji keluhan mual, muntah, nyeri abdomen dan ketegangan perut.
R/ : Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah gerakan gaster yang sering
menyebabkan muntah dan mengurangi cairan dan elektrolit.
k. Amati kelemahan, edema, peningkatan berat badan, nadi, distensi vaskuler.
R/ : Pergantian cairan yang cepat menyebabkan overload dan kegagalan jantung.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake peroral, kekurangan insulin.
Hasil yang diharapkan :
Berat badan pasien dalam batas normal atau naik.
Memantau gula dalam darah dan urine secara mandiri.
Memilih menu sesuai anjuran ahli gizi.
Menentukan jenis makanan selingan dan memakannya hanya jika dibutuhkan
sebelum latihan.
Rencana tindakan :
a. Kaji pola makan pasien dan program diet yang dilaksanakan.
R/ : Menentukan tindakan selanjutnya.
b. Timbang berat badan pasien tiap 4 hari.
R/ : Mengetahui jumlah nutrisi yang masuk.
c. Beri lingkungan yang nyaman saat pasien makan.
R/ : Lingkungan yang nyaman dapat memberi support untuk kenyamanan pasien.
d. Kaji dan catat keluhan pasien (mual danmuntah).
R/ : Untuk mengetahui tingkat nafsu makan pasien.
e. Kolaborasi dengan petugas diet.
R/ : Diet yang sesuai dapat untuk mencegah terjadinya hyperglikemia dan
hypoglikemia.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi.
R/ : Mempercepat proses penyembuhan.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan
glukosa (karbohidrat) peroral berlebihan.
Hasil yang diharapkan :
Memilih makanan dan makanan selingan yang sesuai anjuran ahli gizi.

Mengungkapkan pemahamannya tentang hubungan antara obesitas dan diabetes.


Memantau gula darah sesuai jadwal.
Memelihara pencatatan pemasukan diet dan tingkat aktivitas.
Dapat mendemonstrasikan adanya perubahan gaya hidup.
Rencana tindakan :
a. Kaji status dasar nutrisi: tinggi badan, berat badan dan tingkat aktivitas.
R/ : Untuk mengetahui jumlah kebutuhan kalori yang dibutuhkan.
b. Jelaskan pada pasien tentang hubungan penambahan berat badan dnegan
penyakitnya (Diabetes Militus).
R/ : Meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan.
c. Kolaborasi dengan petugas diet.
R/ : Diet yang sesuai dapat mencegah komplikasi.
d. Monitor kadar glukosa dalam darah sebelum pemberian glukosa.
R/ : Mengetahui pemberian terapi yang tepat.
e. Kaji status intake makanan : bila mengalami kesulitan makan memodifikasi
pemberikan makan (glukosa) ke dalam tubuh (IV).
R/ : Mengetahui dan mempertahankan kecukupan glukosa dalam tubuh.
f. Kaji adanya gangguan aktivitas rutin dan latihan yang sudah diprogram.
R/ : Mengetahui tingkat proses penyakit.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan adanya diagnosa yang kompleks dan
proses penyakit kronik.
Hasil yang diharapkan :
Dapat menjelaskan kembali tentang penyakit, komplikasi dan pencegahannya.
Memulai rencana diet dengan ahli diet.
Dapat mendemonstrasikan cara pemantauan gula darah dan penyuntikan insulin.
Rencana tindakan :
a. Ajarkan pengelolaan meliputi arti insulin atau pengobatan secara oral bila
terjadi hypoglikemi. Demonstrasikan teknik menyuntik, catat perputaran lokasi
injeksi. Faktor pengobatan lain : diet dan latihan, pasien dan keluarga mengenal
tanda-tanda hypoglikemia, ajarkan gejala-gejala yang ada libatkan keluarga.
R/ : Pasien mengerti pentingnya perawatan diabetes militus di rumah. Observasi
teknik menyuntik dan perputaran letak penyuntikan untuk mencegah terjadinya
scar jaringan. Kebutuhan pengobatan akan bertambah bila terjadi infeksi dan
pemasukan kalori yang berlebihan.
b. Koordinir peran serta pasien dan keluarga dalam rencana pengobatan dan diet.
Perhatikan jika pasien kelebihan berat badan.
R/ : Peran serta pasien dan keluarga dalam rencana diet dapat membantu
pelaksanaan di rumah.
c. Ajarkan cara memeriksa kadar glukosa dalam urine dan darah. Perhatikan
pasien dalam melakukan cara tersebut.
R/ : Keberhasilan management di rumah akan meningkatkan kamauan pasien
untuk bisa memonitor diri sendiri.
d. Utamakan pentingnya kesinambungan aktivitas dan latihan sehari-hari.
R/ : Latihan akan merangsang metabolisme karbohidrat menolong dan mengontrol
untuk pencegahan dan memperkecil komplikasi.
6. Kelemahan tubuh berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi,
perubahan kimiawi dalam tubuh yakni insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan
tubuh karena hipermetabolik atau infeksi..

Hasil yang diharapkan :


Pasien menunjukkan peningkatan energi.
Menunjukkan kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas.
Rencana tindakan :
a. Diskusikan dengan pasien tentang kebutuhan aktivitas. Rencanakan dengan
pasien dan identifikasi aktivitas yang kurang menimbulkan kelelahan.
R/ : Penjelasan dapat menjadi motivasi untuk mengembangkan aktivitas yang
sesuai karena pasien merasa lemah pada permulaan.
b. Tentukan aktivitas dengan periode istirahat atau ada waktu untuk tidur.
R/ : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
c. Monitor nadi, pernafasan, tekanan darah sebelum dan sesudah latihan/aktivitas.
R/ : Indikasi toleransi tingkat fisiologi.
d. Diskusikan cara menghemat energi bila mandi, bekerja, berjalan, dan lain-lain.
R/ : Pasien dapat menyelesaikan dengan lebih mengurangi eneri yang dikeluarkan.
e. Libatkan pasien dalam aktivitas bila toleransi.
R/ : Mengembangkan rasa percaya diri sesuai kemampuan yang ditoleransi.
f. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaannya tentang hospitalisasi dan
penyakitnya secara umum.
R/ : Mengidentifikasi dan fasilitasi pemecahan masalah.
g. Nyatakan perasaan pasien secara normal.
R/ : Mengenal reaksi pasien secara normal dapat membantu untuk menyelesaikan
masalah.
h. Dorong pasien untuk membuat keputusan tentang perawatan, ambulasi, waktu
untuk aktivitas.
R/ : Komunikasi bersama pasien tentang pengontrolan dapat mengurangi
perawatan yang berlebihan.
7. Tidak toleransi beraktivitas yang berhubungan dengan immobilisasi dan
kelemahan fisik.
Hasil yang diharapkan :
Aktivitas kembali normal.
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi.
Rencana tindakan :
a. Bantu pasien pergerakan ROM 2 4 jam sehari.
R/ : Mencegah kekakuan otot.
b. Rubah posisi tiap 2 jam.
R/ : Kelancaran vaskularisasi dan mencegah kerusakan kulit.
c. Dorong pasien untuk latihan aktif dan sediakan alat bantu bila mungkin.
R/ : Alat bantu memudahkan pergerakan dan pergantian posisi.
d. Anjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
R/ : Memonitor tingkat aktivitas.
e. Pantau respon fisiologis terhadap tingkat aktivitas seperti tekanan darah,
pernafasan, HR.
R/ : Untuk perbandingan dengan nilai normal.
f. Beri dukungan/dorongan emosional.
R/ : Membantu memperbaiki konsep diri dan memotivasi untuk melakukan
kegiatan harian.
g. Libatkan pasien dalam perawatan.

R/ : Pengambilan keputusan untuk pemulihan.


h. Ajarkan cara perawatan diri yang dapat dilakukan secara maksimal.
R/ : Mendorong pasien untuk tidak terus bergantung pada orang lain.
i. Bantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi, hygiene dan eliminasi
R/ : Memenuhi kebutuhan dasar.
8. Perubahan persepsi sensori yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
glukosa/insulin dan elektrolit.
Hasil yang diharapkan :
Terpeliharanya status mental.
Mengenali dan mengamati kerusakan sensori.
Rencana tindakan :
a. Monitor tanda vital dan status mental.
R/ : Sebagai dasar untuk perbandingan dari nilai yang abnormal, seperti suhu yang
tinggi mempengaruhi mental.
b. Tanyakan kepada pasien nama, kebutuhan, tempat, orang, waktu. Berikan
penjelasan singkat, bicara secara perlahan dan ucapan biasa.
R/ : Mengurangi kebingungan dan bantu pasien untuk mengadakan kontak yang
realita.
c. Rencanakan waktu perawatan untuk tidak mengganggu waktu istirahat.
R/ : Peningkatan waktu istirahat, mengurangi kelelahan dan dapat mengarahkan
perhatian.
d. Bantu pasien dalam rutinitas yang dimungkinkan. Ajak pasien untuk partisipasi
dalam aktivitas keseharian bila dimungkinkan.
R/ : Membantu pasien dalam melihat realita dan mengarahkan orientasi pada
lingkungan.
e. Hindari pasien dari injury (restrain), bila kesadarannya terganggu atau menurun.
R/ : Pasien disorientasi cenderung injury, khususnya pada malam hari dan indikasi
untuk memberi tindakan pencegahan.
f. Kaji kejelasan penglihatan atau visual.
R/ : Edema retina, perdarahan, katarak, atau paralisis dari otot ekstraokuler dapat
menentukan terapi untuk memperbaiki kerusakan penglihatan atau peningkatan
perawatan yang diberikan.
g. Kaji keluhan dari paresthesia, nyeri dan rasa kebal atau hilang rasa.
R/ : Neuropathy peripheral, khususnya pada kaki atau paha, muncul kegelisahan
yang hebat, disorientasi, sensari peragaan dapat menjadi resiko injuri dan
perbandingan.
h. Sediakan kasur angin, kompres hangat tangan dan kaki, hindari dari pemaparan
yang sangat dingin atau panas atau gunakan selimut hangat.
R/ : Berkurangnya kegelisahan dan potensial injuri.
i. Bantu pasien untuk ambulasi atau pergantian posisi.
R/ : Meningkatkan keselamatan pasien, khususnya bila pasien dalam keadaan
syok.
9. Potensial/aktual terjadi perlukaan dan infeksi yang berhubungan dengan
tingginya kadar gula darah, penurunan fungsi lekosit elektrolit, perubahan
sirkulasi.
Hasil yang diharapkan :
Kulit utuh.
Tidak terjadi infeksi pada kulit.

Tidak ada keluhan gatal dan kesemutan/baal.


Rencana tindakan :
a. Observasi tanda-tanda infeksi, pengeringan luka, pus, urine keruh, sputum.
R/ : Pasien mungkin mengalami infeksi, keadaan ketoasidosis, infeksi
nosokomial.
b. Anjurkan selalu cuci tangan yang bersih baik staf maupun pasien.
R/ : Mengurangi resiko saling kontaminasi.
c. Gunakan teknik aseptik untuk prosedur injeksi, perawatan dan pemberian obat.
R/ : Untuk meminimalkan resiko infeksi.
d. Observasi keadaan kulit (gatal, rasa baal).
R/ : Mengetahui keadaan kulit dan tindakan selanjutnya.
e. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk kulit, bila gatal cukup dengan
mengusap/massage yang halus.
R/ : Garukan dapat menimbulkan luka.
f. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian dari bahan katun.
R/ : Bahan katun memberi rasa sejuk dan menyerap keringat.
g. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan tubuh dengan cara mandi dua kali
sehari, gunakan sabun dan air hanya.
R/ : Melancarkan sirkulasi.
h. Beri lotion pada kulit.
R/ : Mengurangi kekeringan pada kulit dan memberikan kelembaban.

Anda mungkin juga menyukai