Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses utama perkembangan anak merupakan hal yang saling

berkaitan antara proses biologis, proses sosio-emosional dan proses

kognitif. Ketiga hal tersebut akan saling berpengaruh satu sama lain dan

sepanjang perjalanan hidup manusia. Selama proses perkembangan tidak

tertutup kemungkinan anak menghadapi berbagai masalah yang akan

menghambat proses perkembangan selanjutnya. Perkembangan tersebut

mencakup perkembangan perilaku sosial, bahasa, kognitif, fisik / motorik

(motorik kasar dan motorik halus). 1

Pada beberapa aspek perkembangan seperti kognitif, fisik, motorik,

dan psikososial seorang anak berkembang secara pesat dari 50% menjadi

80% pada saat prasekolah.2 Salah satu aspek penting pada proses

perkembangan anak pada usia prasekolah adalah perkembangan motorik,

karena perkembangan motorik merupakan awal kecerdasan dan emosi

sosial anak.3

Anak pada masa 3-5 tahun sebenarnya memiliki potensi yang besar

untuk segera berkembang, potensi tersebut akan berkembang apabila

diberikan layanan berupa kesempatan melakukan kegiatan motorik yang

dilatih atau digunakan sesuai dengan perkembangan anak tersebut. Besar

kecilnya naluri bergerak bagi anak-anak tidak selalu sama. Dorongan

bergerak tidak dapat diajarkan, tetapi merupakan pembawaan masing-

1
2

masing. Guru hanya dapat memberikan kesempatan dan mengarahkan

dorongan bergerak itu melalui pemberian permainan yang menarik

perhatian mereka, maka guru dapat menyalurkan dorongan bergerak tadi

ke arah yang bermanfaat. Perhatian anak untuk tertarik pada suatu

permainan dapat dipengaruhi oleh guru, lingkungan hidupnya yaitu kakak

atau orang tuanya, atau anggota keluarga yang lebih tua. Dapat diartikan

bahwa manusia dapat dipengaruhi selain oleh pembawaannya juga

dipengaruhi oleh dunia sekelilingnya. 4

Ada empat parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai

perkembangan anak balita yaitu: Perilaku sosial yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah

selesai bermain berinteraksi dengan lingkungan), kemampuan bahasa

(memberikan respon terhadap suara, berbicara, melakukan perintah, dan

lain-lain), perkembangan motorik halus, (kemampuan untuk menggambar,

memegang sesuatu benda dan lain-lain), kemampuan motorik kasar

(kemampuan untuk duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan lain-

lain). Pemantauan perkembangan anak berguna untuk menemukan

penyimpangan/hambatan perkembangan anak sejak dini, sehingga upaya

pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta upaya

pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin

pada masa-masa kritis tumbuh kembang anak.5

Apabila dibandingkan dengan Negara-negara barat, maka

perkembangan motorik pada anak Indonesia tergolong rendah. Di


3

Amerika, anak mulai berjalan pada umur 11,4-12,4 bulan, dan anak-anak

di Eropa antara 12,4-13,6 bulan. Sedangkan di Indonesia adalah 14,2

bulan. Informasi yang cukup untuk menerangkan perbedaan tersebut belum

ada, namun besar kemungkinan bahwa faktor gizi, pola asuh dan stimulasi

ikut berperan.6

Menurut UNICEF tahun 2011 didapat data masih tingginya angka

kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita

khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3

juta anak mengalami gangguan. Balita di Indonesia Sekitar 16% di

laporkan mengalami gangguan perkembangan berupa gangguan

kecerdasan akibat gangguan perkembangan otak, gangguan pendengaran

dan gangguan motorik .6 Pada tahun 2010 gangguan pertumbuhan dan

perkembangan pada anak di Indonesia mencapai 35,7% dan tergolong

dalam masalah kesehatan masyarakat yang tinggi menurut acuan WHO

karena masih diatas 30%.7

Hasil penelitian perkembangan motorik pada anak dibawah umur

lima tahun mengemukakan kelambatan perkembangan motorik sebanyak

49%, akibat pengetahuan ibu kurang baik dan terjadi di negara

berkembang. Keterlambatan perkembangan motorik sebanyak 50% di

Asia, di Afrika sebanyak 30%, dan 20% terjadi pada anak-anak di Amerika

Latin.8

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016, mengemukakan jumlah

balita 0-2 tahun di Indonesia sebanyak 14.333.515 jiwa, sementara balita


4

dengan interval umur 1- 4 tahun berjumlah 19.189.866 jiwa. Sekitar 16%

dari anak usia dibawah lima tahun (balita) di Indonesia mengalami

gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat. Sekitar

5–10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan namun

penyebab keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan

pasti, dan diperkirakan sekitar 1–3% khusus pada anak dibawah usia 5

tahun di Indonesia mengalami keterlambatan perkembangan umum yang

meliputi perkembangan motorik, bahasa, sosio–emosional, dan kognitif.9

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desi

Aryana R, tahun 2009 di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 7 Semarang dengan

judul hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan

perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia 4-5 tahun di TK

Aisyiyah Bustanul Athfal 7 Semarang di dapatkan adanya hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan motorik kasar dan motorik halus.

Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas Kesehatan Aceh

(Dinkes Aceh) didapatkan jumlah balita yang berumur 0-59 bulan

berjumlah 459.598 jiwa. Sementara jumlah balita 0-2 tahun berjumlah

220.371 balita, sedangkang jumlah balita yang berumur 2-5 tahun

berjumlah 239,277 balita. Di kota Banda Aceh di dapatkan keseluruhan

balita berjumlah 27.246 balita dan di Kabupaten Aceh Besar keseluruhan

balita berjumlah 36.387 balita.10


5

Berdasarkan pengambilan data awal yang dilakukan oleh peniliti di

Puskesmas Kuta Baro balita yang berumur 0-4 tahun berjumlah 2.002

jiwa, dan yang berumur 3-5 tahun berjumlah 1.281 jiwa.11

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa ibu-ibu di seupeu,

peneliti mendapatkan data bahwa 7 dari 10 ibu yang mempunyai anak usia

prasekolah kurang mengetahui tentang perkembangan motorik kasar anak,

dan 3 dari 10 ibu pernah mendengar tentang perkembangan anak, maka

oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “ faktor-

faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap perkembangan

motorik kasar pada anak usia prasekolah di puskesmas kuta baro Aceh

Besar”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka penulis membuat

rumusan masalah sebagai berikut “faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan ibu terhadap perkembangan motorik kasar pada anak usia

prasekolah di wilayah kerja puskesmas kuta baro Aceh Besar 2018”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui “Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang

perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah di puskesmas

kuta baro Aceh Besar 2018”.


6

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengatahui pendidikan ibu dengan pengetahuan ibu tentang

perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di Puskesmas

Kuta Baro Aceh Besar Tahun 2018.

b. Untuk mengetahui pekerjaan ibu dengan pengetahuan ibu tentang

perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di Puskesmas

Kuta Baro Aceh Besar Tahun 2018.

c. Untuk mengetahui umur ibu keluarga dengan pengetahuan ibu

tentang perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah di

Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar Tahun 2018.

d. Untuk mengetahui lingkungan dengan pengetahuan ibu tentang

perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah di

Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian

khususnya perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah..

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai bahan

pertimbangan bagi mahasiswa lain yang akan melaksanakan penelitian

tentang perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah


7

3. Bagi Orang Tua

Sebagai bahan informasi dan pengetahuan ibu dalam menstimulasi

dan perdoman dalam tahap perkembangan motorik kasar pada anak

usia prasekolah

4. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan informasi dan dokumentasi tentang perkembangan

motorik kasar pada anak usia prasekolah

5. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan

penelitian-penelitian yang serupa dengan variable yang berbeda

dengan jumlah yang lebih besar dan dapat lebih menyempurnakannya.

Anda mungkin juga menyukai