Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN HOME VISITE

PUSKESMAS MODOPURO
KECAMATAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO
OKTOBER 2017

SKABIES

Disusun oleh :
Wahyuni Sofiatul Afidah, S.Ked
15710302

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami bisa menyelesaikan penyusunan “LAPORAN HOME VISIT
PUSKESMAS MODOPURO SCABIES”. Tugas praktek kerja lapangan ini
merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas dalam kepaniteraan
klinik di dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Dengan menyusun laporan ini, kami berharap dapat menambah
pengetahuan dan memperluas wawasan kami, serta berpikir maju dan kritis
dalam menghadapi segala permasalahan yang ada di masyarakat, khususnya
dalam bidang kesehatan.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak
yang membantu terwujudnya laporan ini di antaranya :
1. Prof. Dr. Sri Harmadji, dr., Sp.THT - KL (K), selaku rektor
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Prof. Soedarto, dr., DTM&H, Ph.D, Sp.Par (K), Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati Triyoga, dr., SKM, selaku Kepala Bagian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Atik Sri Wulandari, SKM., M.kes. Selaku dosen pembimbing klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
5. Angki Meilin Widi S, dr. Selaku Kepala Puskesmas Modopuro
Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto.
6. Nailul Maghiroh, dr. selaku dokter pembimbing di Puskesmas
Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Sidoarjo.
7. Seluruh Paramedis dan Non Medis yang telah banyak membantu kami
selama melaksanakan kepaniteraan klinik di Puskesmas Modopuro
Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto.

2
8. Para bidan desa, kader puskesmas serta perawat desa yang telah
banyak membantu kami selama melaksanakan kepaniteraan klinik di
Puskesmas Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto.
9. Semua pihak yang telah membantu terselesaikan laporan penelitian ini.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini sehingga


kritik dan saran sangat kami harapkan guna kesempurnaan laporan kinerja dalam
rangka praktek lapangan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak yang terlibat.

Modopuro, 25 Oktober 2017

Penyusun

3
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HOME VISIT SKABIES
PUSKESMAS MODOPURO, KECAMATAN MOJOSARI,
KABUPATEN MOJOKERTO

Laporan Home Visite ini sebagai salah satu persyaratan untuk dapat mengikuti
ujian profesi dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Oleh
Wahyuni Sofiatul Afidah

Menyetujui,

Menyetujui, Mengesahkan,
Dokter Pembimbing Puskesmas Modopuro Kepala Puskesmas Modopuro

Angky Meilin Widi Sumijayanti, dr. Angky Meilin Widi Sumijayanti, dr.
NIP: 19840501201412.2001 NIP: 19840501201412.2001

Mengesahkan,
Kepala Bagian Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Sub. Koordinator Kepanitaraan Klinik

Sukma Sahadewa, dr., S.H., M.H., M.Sos., M.Kes., CLA


NIK.10434-ET

1
LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA

Puskesmas Modopuro No. RM: -

Tanggal kunjungan pertama kali 23 Oktober 2017


Nama pembina keluarga pertama kali : Wahyuni Sofiatul.A., S.Ked

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga : Tn. H
Alamat lengkap : Leminggir, RT : 022/ RW : 006 Leminggir –
Mojosari, Kab. Mojokerto.
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel !. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


No Nama Keduduka L/ Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket
n dalam P Terakhir Klinik
keluarga (Y/T)
SLTA/Sede Diagnosis
1 Tn.H KK L 44 Wiraswasta Y
rajat skabies
SLTA/Sede Mengurus
2 Ny. N Istri P 42 T -
rajat Rumah Tangga
SLTA/Sede
3 Sdr. R Anak L 21 Mahasiswa T -
rajat
SLTP/Seder
4 Nn. S Anak P 16 Pelajar T -
rajat
Taman
5 An.S Anak L 6 Kanak- Pelajar T -
Kanak
Sumber : Data Primer, Oktober 2017

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.1-3
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang
bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies
sekitar 6% - 27% populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak
serta remaja. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi
skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara
lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual
yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
dermografik serta ekologik.4-6
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita scabies, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 44 tahun, dimana
penderita merupakan penderita scabies yang berada di wilayah Puskesmas
Modopuro, Kabupaten Mojokerto, dengan berbagai permasalahan yang
dihadapi. Pasien ini sudah pernah mendapat pengobatan ke tenaga
kesehatan setempat namun belum mengalami perbaikan yang berarti akibat
salah diagnosa. Kasus ini merupakan salah satu kasus yang sederhana
namun sering salah diagnosa. Oleh karena hal itulah kasus ini dianggap
penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya
untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan dan
bahan pembelajaran bersama dengan mempertimbangkan berbagai aspek
dalam individu, keluarga dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh kondisi pasien dengan kondisi sosial dan ekonomi,
pelayanan kesehatan dan lingkungan sekitar desa Leminggir, Kelurahan
Leminggir, Kabupaten Mojokerto ?

3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara kondisi pasien dengan kondisi sosial
dan ekonomi serta pelayanan kesehatan dan lingkungan sekitar desa
Leminggir, Kelurahan Leminggir, Kabupaten Mojokerto
2. Tujuan Khusus
Tujuan dalam penyusunan laporan ini antara lain:
a. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan anggota keluarga yang di
kunjungi sesuai dengan penyakit dan instrument yang ditetapkan oleh
Puskesmas Modopuro.
b. Mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR.
c. Mengidentifikasi faktor social ekonomi pasien melalui SCREEM.
d. Mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram.
e. Mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan.
f. Mengidentifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya.
g. Mengidentifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial dan ekonomi).
h. Sebagai salah satu tugas akhir kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.

D. MANFAAT
Manfaat dari kegiatan home visit yang dilakukan antara lain:
1. Bagi Dokter Muda
a. Sebagai pengalaman riil di lapangan melakukan proses pendataan
yang di analisis secara holistik tentang hubungan antara penyakit
dengan kebersihan individu dan lingkungan.
b. Mengetahui peran serta sarana pelayanan kesehatan pada
penatalaksaan penyakit di masyarakat.
c. Memupuk sikap peduli dan sikap menolong sebagai bekal menjadi
seorang dokter.

4
2. Bagi pasien dan keluarganya
a. Meningkatkan kepuasan dan juga mengedukasi pasien dan
keluarganya.
b. Meminimalisir angka kekambuhan penyakit dengan pemahaman
pengobatan yang baik.
3. Bagi Sarana Pelayanan Kesehatan
a. Menjamin terpenuhnya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.
b. Mencapai derajat hidup yang baik dan dapat maksimal di masyarakat.
c. Evaluasi dan pembelajaran tambahan terhadap kondisi penyakit yang
berdampak pada lingkungan di masyarakat.
4. Bagi Individu Tenaga Kesehatan
a. Lebih meningkatkan pemahaman terhadap kasus scabies.
b. Meningkatkan pemahaman holistik pada kondisi penyakit pada pasien.
c. Lebih meningkatkan hubungan baik dengan pasien.

5
BAB II
HASIL KUNJUNGAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SLTA/ Sederajat
Agama : Islam
Alamat : Leminggir, RT : 022/ RW : 006, Mojosari, Kab.
Mojokerto.
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 23 Oktober 2017

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Gatal-gatal disela-sela jari tangan
dan kaki.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Gatal-gatal disela-sela jari tangan dan kaki dirasakan kurang lebih sejak
5 bulan yang lalu. Awalnya gatal hanya dirasakan pada sela jari tangan kanan
dan kiri lalu setelahnya dirasakan juga pada perut, dada, selangkangan dan
kaki. Gatal dirasakan utamanya malam hari. Pada bagian yang gatal juga
timbul bercak – bercak kemerahan yang makin lama makin besar. Beberapa
bercak ada yang luka karena digaruk dan beberapa yang lain tidak. Pasien
hanya berobat di bidan desa sekitar, kemudian diberikan pengobatan selama 5
hari dan sempat sembuh tapi sekarang kambuh lagi yaitu pasien merasa gatal
hanya di tangan dan kaki sejak 1 minggu yang lalu. Pasien diberi obat salep
dan obat minum (pasien lupa nama obatnya). Sebelumnya di rumah terdapat
anak ke-2 pasien yang menderita sakit yang sama. Sekitar 6 bulan yang lalu,
anak pasien terkena sakit yang sama ketika pulang dari pondok dan anak
pasien sudah sembuh total.

6
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat mondok :-
- Riwayat Imunisasi : Lengkap
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat diabetes melitus : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa :
Anak yang ke-2 sakit serupa dan sekarang sudah sembuh.
- Riwayat sakit asma : disangkal
- Riwayat hipertensi : (+) pada ibu pasien
- Riwayat diabetes melitus : (+) pada ibu pasien
5. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok : (+)
- Riwayat Ayah/ibu merokok : disangkal
- Riwayat olah raga : Jarang
- Riwayat pengisian waktu luang dengan berdagang dan membuka
warung kopi hingga malam hari.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah seorang kepala keluarga yang mempunyai seorang
isteri dan 3 orang anak. Penderita tinggal di sebuah rumah sederhana yang
berpenghuni 5 orang (penderita,isteri,dan 3 orang anak). Penderita sudah
bekerja sebagai wiraswasta dengan membuka warung di sekitar rumahnya.
Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari penderita dengan total
penghasilan rata-rata perbulan Rp. 3.000.000,-
7. Riwayat Gizi.
Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali dengan nasi
sepiring, sayur, dan lauk pauk tahu-tempe kerupuk, dan kadang dengan
telur atau daging. Kesan status gizi cukup.

7
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Tampak baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6).
2. Tanda Vital dan Status Gizi
 Tanda Vital
Nadi : 90 x/menit, reguler, isi cukup, simetris
Pernafasan : 19 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Tensi : 120/80 mmHg
 Status gizi :
BB : 60 kg
TB : 165 cm
IMT : Status Gizi  Gizi Baik
3. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
4. Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah
dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan
mimik wajah/bells palsy (-)
- Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm),
reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman).
- Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), deformitas hidung (-).
- Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-).
- Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal
- Tenggorokan
Tonsil tidak membesar, pharing hiperemis (-)

8
5. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-).
6. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas :SIC II 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas :SIC II LPSD
batas kiri bawah :SIC V 1 cm lateral LMCS
batas kanan bawah :SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo: Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
7. Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P :timpani seluruh lapang perut
A :peristaltik (+) normal
8. Sistem Collumna Vertebralis
I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P :nyeri tekan (-)
P :NKCV (-)

9
9. Ektremitas: palmar eritema(-/-)
akral hangat oedem
+ + - -
+ + - -

10. Sistem genetalia: dalam batas normal


11. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik :
K 5 5 T N N RF 2 2 RP - -
5 5 N N 2 2 - -
12. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk :realistik
isi :waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
arus :koheren
Insight : baik
Status Dermatologi
L : Sela jari kanan dan kiri, dada, perut, selangkangan, penis
D : Tersebar
R : - Papula multipel dengan dasar hiperemia.
- Papula multipel dengan dasar hiperemia dan ekskoriasi pada sebagian
lesi.

10
D.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

11
E. RESUME
Seorang laki-laki dewasa 44 tahun dengan keluhan gatal-gatal disela-
sela jari tangan dan kaki dirasakan kurang lebih sejak 5 bulan yang lalu.
Awalnya gatal hanya dirasakan pada sela jari tangan kanan dan kiri lalu
setelahnya dirasakan juga pada perut, dada, selangkangan dan kaki. Gatal
dirasakan utamanya malam hari. Pada bagian yang gatal juga timbul bercak –
bercak kemerahan yang makin lama makin besar. Beberapa bercak ada yang
luka karena digaruk dan beberapa yang lain tidak. Pasien hanya berobat di
bidan desa sekitar, kemudian diberikan pengobatan selama 5 hari dan sempat
sembuh tapi sekarang kambuh lagi yaitu pasien merasa gatal hanya di tangan
dan kaki sejak 3 minggu yang lalu. Pasien diberi obat salep dan obat minum
(pasien lupa nama obatnya). Sebelumnya di rumah terdapat anak ke-2 pasien
yang menderita sakit yang sama. Sekitar 6 bulan yang lalu, anak pasien
terkena sakit yang sama ketika pulang dari pondok dan anak pasien sudah
sembuh total.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sehat,
compos mentis, status gizi kesan cukup. Tanda vital T:120/80 mmHg, N: 90
x/menit, Rr: 19 x/menit, S:36,50C, BB:60 kg, TB:165 cm, status gizi baik.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Pemeriksaan Dermatologi Regio manus
dextra et sinistra Papula multipel dengan dasar hiperemia. Dan pada
bagian regio pedis dextra et sinistra terdapat papula multipel dengan dasar
hiperemia dan ekskoriasi pada sebagian lesi.

F. PATIENT DISEASE CENTERED


1. Diagnosis Biofisik : Skabies dengan infeksi sekunder
2. Diagnosis Psikologis : Pasien sedikit malu karena selalu garuk-garuk saat
melayani konsumennya
3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya :
 Status ekonomi cukup.
 Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

12
G. PENATALAKSANAAN
a. Non Medika mentosa
1. Hindari menggaruk untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat
luka garukan yang terinfeksi.
2. Seluruh pakaian, sprei, sarung bantal, handuk yang di gunakan setelah
pemberian obat di rendam dengan air mendidih sebelum di cuci selama
± 15 – 30 menit.
3. Menyarankan keluarga yang kontak dengan pasien untuk menggunakan
cream yang sama diseluruh tubuh untuk memutus mata rantai
penularan.
4. Jika memiliki keluarga atau kerabat atau tentangga yang memiliki
keluhan gatal – gatal seperti pasien untuk disarankan berobat ke sarana
pelayanan kesehatan.
b. Medikamentosa
- Sistemik
Cetirizine tab 10 mg (2 x 1 tablet) setelah makan jika gatal.
Amoxicillin tablet 3 x ½ tablet setelah makan selama 7 hari.
- Topikal
Scabicide (Gameksan + As. Unducilanic) dioleskan seluruh tubuh
kecuali wajah dan telapak tangan selama 3 malam berturut – turut.

13
BAB III
IDENTIFIKASI BERBAGAI FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biofisik
Pasien memiliki 3 orang anak. Anak pertama laki-laki berusia 21
tahun, anak kedua perempuan berusia 16 tahun, dan anak ketiga laki-laki
berusia 6 tahun. Pasien saat ini tinggal bersama isteri dan ketiga anaknya
dirumahnya. Pagi terkadang siang pasien berangkat kerja ke warung kopi
milik sendir, sebelum berangkat ke warung pasien selalu mengantar anak
ketiganya yang masih sekolah dasar..

2. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarganya terutama dengan isteri dan
ketiga anaknya terjalin dengan pasien dengan baik.

3. Fungsi Sosio Spiritual


Pasien adalah warga yang cukup aktif di lingkungan RTnya. Dalam
kesehariannya pasien bergaul hanya dengan masyarakat di sekitarnya.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Untuk kebutuhan sehari – hari didapat dari pekerjaan yang
sekarang bekerja sebagai wiraswasta yaitu membuka warung kopi yang
cukup luas di daerah dekat rumahnya. Pasien merasa berkecukupan dan
selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Penghasilan yang
diperoleh kurang lebih Rp. 3.000.000 perbulan. Pendapatan tersebut
digunakan untuk membiayai kebutuhan kehidupan keluarganya yaitu isteri
dan ketiga anaknya yang masih menempuh pendidikan. Frekuensi makan
dua sampai tiga kali dalam sehari.

14
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Pasien termasuk orang yang mudah bergaul dengan tetangganya
dan orang sekitarnya dan sering menyelesaikan masalahnya secara
musyawarah dengan anak – anaknya.

B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu pertama kali
membicarakannya kepada isterinya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya
dan menjadi keluhannya. Baik keluhan tentang penyakitnya maupun tentang masalah
keluarga. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari baik saat
dirumah maupun saat bekerja di luar rumah. Dukungan dari keluarga dan petugas
kesehatan yang sering memberi penyuluhan kepada pasien, isteri dan anak-anaknya
cukup memberinya motivasi mengikuti pengobatan yang disarankan. Penderita dan
keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi aturan pengobatan
sampai sakitnya benar-benar sembuh sehingga tidak terjadi relaps atau kambuh
kembali. Hal ini menumbuhkan kepatuhan penderita dalam penggunaan obat dan
melakukan kebersihan tubuh.
PARTNERSHIP
Tn. H mengerti bahwa ia adalah salah satu anggota keluarga yang berhak
mendapat pengobatan dan penyembuhan atas dirinya. Selain itu isteri dan salah satu
anaknya rutin mengajak pasien untuk dapat melakukan pengobatan dengan baik
sehingga penyakit dapat diselesaikan dengan tuntas. Komunikasi antar anggota
keluarga masih berjalan dengan baik.
GROWTH
Tn. H paham bahwa ia harus bisa menghadapi penyakitnya walaupun kadang
menganggunya terutama dalam hal bekerja karena membuatnya kurang percaya diri
saat melayani konsumennya saat berjualan.
AFFECTION
Tn. H merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan isteri dan ketiga
anaknya sangat baik bahkan ketika dalam kondisi sakit. Keluarganya peduli dan
melakukan pengobatan pada pasien dengan baik dan paripurna. Bahkan pasien

15
merasa perhatian yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya, begitu
pula sebaliknya.
RESOLVE
Tn. H merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari
isteri dan ketiga anaknya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak karena pasien
harus bekerja diluar rumah dari pagi hingga malam. Tapi pasien selalu berusaha
meluangkan waktunya untuk anak-anaknya terutama hari minggu atau hari libur
karena disaat hari itulah pasien bisa banyak waktu dengan anak-anaknya.

APGAR Tn. H Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tida


/selalu -kadang k
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn H. bekerja sebagai wiraswasta yaitu membuka warung kopi


disekitar daerah rumahnya yang terkadang dibantu oleh anak laki-lakinya yg
pertama. Karena tempat kerjanya dekat dengan rumahnya membuat Tn.H
bisa sering menengok rumahnya saat tempat warungnya tidak terlalu
ramai. Ketika sampai di rumah Tn. H selalu menyediakan waktu untuk

16
isteri dan ketiga anaknya, sehingga tidak sulit untuk membagi waktu untuk
bersama-sama.

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. H adalah 9. Hal
ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Tn.H dan
isteri beserta anak-anaknya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu
dalam keluarga tersebut terjalin baik.

C. SCREEM Tn. H
SUMBER PATOLOGI KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
Sosial dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat +
cukup meskipun banyak keterbatasan.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini
dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
Cultural +
yang masih diikuti. Sering mengikuti acara bersifat
hajatan, sunatan, dll. Menggunakan bahasa jawa, tata
krama dan kesopanan.
Religius Pemahaman agama cukup dan penerapan ajaran agama
Agama menawarkan cukup, hal ini dapat dilihat dari penderita yang
pengalaman spiritual yang menjalankan sholat 5 waktu meskipun tidak tepat waktu.
+
baik untuk ketenangan Sebelum sakit ataupun saat sakit penderita kadang-
individu yang tidak kadang mengaji. Penderita cenderung bekerja diluar
didapatkan dari yang lain rumah
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah, untuk
kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, terkadang
Ekonomi mampu mencukupi kebutuhan sekunder meskipun tidak +
terpenuhi semuanya, diperlukan skala prioritas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup.
Pendidikan anggota keluarga cukup memadai. Tingkat
pendidikan pasien tamatan SLTA. Kemampuan untuk
Edukasi +
memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti
buku-buku, koran dan internet terbatas.

17
Cukup mampu membiayai pelayanan kesehatan yang
Medical
lebih baik. Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga
Pelayanan kesehatan
ini biasanya menggunakan Puskesmas dengan metode
puskesmas memberikan +
pembayaran KTP Mojokerto, bukan JKN atau asuransi
perhatian khusus terhadap
lainnya. Pasien dan keluarga rutin berobat ke Puskesmas
kasus penderita
karena mudah dijangkau dan letaknya dekat.

Keterangan: Berdasarkan tabel SCREEM dapat ditarik kesimpulan bahwa


tidak ada permasalahan yang signifikan pada keluarga penderita.

D. Genogram
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Tn.H
Alamat lengkap : Leminggir, RT : 022/ RW : 006 Leminggir – Mojosari,
Kab. Mojokerto.
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

18
Tn. H Ny. S
44 tahun 42 th
♂ ♀
Wiraswasta Ibu RT
Etnis Jawa Etnis Jawa

Diagram 1. Genogram Keluarga Tn.H


(Data Primer, 23 Oktober 2017)

Keterangan :
:Sdr. R
Tn. H Pasien
21 th
Nn.S Keterangan Simbol:
An. S
21 th 11 th
Ny. N :♂Ibu Pasien
Mahasiswa
♀ : Pasien ♂
Pelajar Pelajar
Etnis JawaPasien
Sdr. R : Anak Pertama Etnis Jawa : Meninggal
Etnis Jawa

Nn.S : Anak Kedua Pasien


An.S : Anak Ketiga Pasien : Laki - Laki
: Perempuan

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga


Hubungan antara Tn.H dengan isteri dan ketiga anaknya cukup baik.
Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar
anggota keluarga.
Penderita

Isteri
Ketiga Anak
Penderita
Penderita

Keterangan : : Hubungan baik

F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh isteri?
Jawab :
Mengobati secara mandiri dahulu, jika dalam waktu 3 hari tidak ada
perubahan maka di bawa ke Puskesmas.
2. Ketika isteri (ibu) bertindak seperti itu apa yang dilakukan anak-anaknya ?
Jawab :

19
Anak-Anak pasien mendukung apa yang dilakukan oleh ibunya. Karena
anak-anaknya mempercayai urusan ayahnya sehari-hari kepada ibu.
3. Jika penderita butuh di rawat inap atau mendapat pengobatan lebih lanjut
ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab : Salah satu saja. Namun terutama Isteri
4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan pasien adalah isteri
5. Selanjutnya siapa?
Jawab : Anak pertama penderita.
6. Siapa yang secara emosional jauh dari pasien?
Jawab :
Tidak ada
7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :
Isteri, karena terkadang keputusan di dalam keluarga diambil oleh isteri.
8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab :
Anak pertama penderita

G. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga


1. Faktor Perilaku Keluarga
Tn. H adalah seorang suami sekaligus kepala keluarga dari satu
orang isteri dan ketiga orang anaknya. Isteri pasien sebagai ibu rumah
tangga sehingga waktu untuk keluarga lebih banyak. Ketika menderita
penyakit ini baik isteri dan ketiga anaknya tidak pernah menghindar atau
mengucilkan penderita, malah sangat perhatian dan segera membawanya
untuk diperiksa ke bidan desa terdekat, kemudian ke puskesmas.

2. Faktor Non Perilaku


Dipandang dari segi ekonomi, Tn. H termasuk ekonomi menengah.
Karena sumber penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan

20
keluarganya dari hasil penjualan di warung kopinya yang cukup ramai.
Total semua penghasilan dirasa cukup, cukup untuk membeli makanan
sederhana sehari-hari, membayar pendidikan ketiga anaknya, bayar
tagihan listrik dan air, serta membeli air minum bersih.

3. Faktor Pelayanan Kesehatan


Pasien tinggal di Desa Leminggir, Kecamatan Mojosari,
Kabupaten Mojokerto yang merupakan wilayah Puskesmas Modopuro.
Desa Leminggir memiliki 1 orang bidan desa yang rutin mengadakan
kegiatan pengobatan dan pelayanan kepada masyarakat desa. Di desa ini
terdapat kader desa yang rutin melakukan motivasi dan kegiatan
penyuluhan tentang pola hidup bersih dan sehat setiap minggu kepada para
kader agar di sosialisasikan ke masyarakat. Puskesmas secara rutin
melakukan pemantauan melalui bidan desa untuk diketahui kondisi
kesehatan di desa tersebut. Sehingga selalu terpantau dengan baik dan
segera bisa mendapat intervensi jika diperlukan.

H. Identifikasi Lingkungan Rumah


1. Gambaran Lingkungan
Rumah Tn. H berada di desa Leminggir, Kecamatan Mojosari,
Kabupaten Mojokerto. rumahnya terletak pada ujung gang dengan
berdempetan dengan rumah tetangganya menghadap ke barat. Rumah ini
terdiri dari teras, ruang tamu yang cukup panjang, ruang keluarga skaligus
dipakai untuk tempat nonton TV sekaligus kadang digunakan sebagai
tempat tidur, 2 kamar tidur, dapur, dan 2 kamar mandi yaitu kamar mandi
dengan water closet (WC) jongkok dan satu kamar mandi tanpa WC.
Didapatkan 2 pintu keluar (pintu keluar depan dan pintu keluar belakang)
dan jendela. Jendela ada 5 buah, 1 di ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 buah
di tiap kamar tidurnya, 1 didapur, dan 1 buah diruangan kamar mandi,
semua jendela dibuka setiap hari dan ditutup pada sore hari. Di depan
rumah terdapat teras, dan di belakang rumah terdapat halaman belakang
yang terdapat sumur dan jemuran.Lantai rumah terbuat dari keramik.

21
Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng
yang ditutup langit-langit. Kamar menggunakan tempat tidur yang terbuat
dari kayu untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari batu bata
yang sudah dicat namun catnya sudah mulai memudar dan ada bagian
dinding tertentu yang sudah mulai rapuh. Perabotan rumah tangga cukup.
Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya pasien menggunakan mesin
pompa air yang di gabungkan dengan air sumur. Secara keseluruhan
kebersihan rumah kesan cukup.

2. Denah Rumah

B
Kamar Ruang
Tidur 1 Tamu

Ruang TV
T R.Keluarga
Dan R.TV

Kamar
Tidur 2

R.mesin
cuci Dapur

WC KM

Gambar 1. Denah Rumah

22
.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Daftar Masalah

1. Masalah aktif :
Skabies dengan infeksi sekunder

2. Faktor risiko :
a. Sistem imun tubuh
b. Lingkungan dengan hygiene sanitasi yang kurang
c. Hygienitas personal
d. Semua kelompok umur
e. Sosial ekonomi yang rendah

DIAGRAM PERMASALAHAN KESEHATAN PASIEN


Konsep H. L. Blum
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
engenai penyakit skabies dan pentingnya pengobatan secara tepat

dengan berbagai faktor risiko yang ada dalam kehidupan pasien).


tidak adekuat dan tuntas akibat tidak rutin pemakaian obat

Faktor Genetik
ngkungan Tempat Tinggal masih kurang sehat

Tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga pasien


Sosial ekonomi menengah

Keterbatasan pengadaan obat


Faktor Lingkungan

Pelayanan Kesehatan

Derajat 23
Kesehatan
Pasien
(H.L. Blum)
Kurangnya eduka

Pengobatan
Terkadang tidak rutin dan malas untuk memakai obat minum atau salep
Pemahaman ttg penyakit kurang
Kebersihan Individu Kurang dan Pengetahuan keluargadan Pasien Kurang

Faktor Perilaku

Menurut konsep BLUM, genetik tidak menjadi faktor yang berpengaruh


terhadap kondisi sakit pasien ini. Perilaku individu yang berpengaruh adalah pola
kebersihan pribadi dari pasien yang masih kurang. Pasien selalu diajarkan untuk
melakukan prilaku hidup bersih dengan mencuci tangan pakai sabun namun
pelaksanaannya sendiri kurang diamati. Sehingga tidak bisa dijamin pasien sudah
melaksanakan prilaku hidup yang bersih secara konsisten.
Dari segi lingkungan, lingkungan rumah sekitar sudah cukup bersih.
Pasien tinggal di area perumahan yang cukup bersih dan tertata rapi. Sistem
pembuangan sampah berjalan dengan baik. Sistem saluran air bersih juga berjalan
dengan baik. Kondisi lingkungan rumah sendiri pada dasarnya sudah cukup
bersih. Namun ketika melihatkamar pasien terlihat sprei yang digunakan agak
kotor dan terlihat lama tidak diganti untuk dicuci. Kasur yang digunakan juga
jarang di jemur. Hal ini dapat memudahkan berkembangbiaknya tungau Sarcoptes
scabiei yang menyebabkan penyakit scabies.
Dari segi sarana pelayanan kesehatan, pemberian pengobatan dengan
jumlah yang terbatas dan kurang menjadi salah satu penyebab scabies tidak
tertangani dengan tuntas. Disamping pola KIE yang kurang pada pemeriksa yang
menjadi penyebab hal ini. Perlunya pemberian obat dengan jumlah yang cukup
dan KIE yang baik diharap dapat menjadi faktor yang membantu tertanganinya
kasus scabies dan menghindari angka kambuhan penyakit ini.

B. PATIENT MANAGEMENT
1. Patient Centered Management

24
A). Dukungan Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada
dokternya, antara lain dengan cara :
a. Memberikan perhatian pada penderita tentang penyakit yang dihadapi
agar pasien dapat melakukan aktivitas teratur serta mengikuti gaya
hidup sehat.
b. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan
c. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran
dan kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdo’a dan memohon hanya
kepada Tuhan YME.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

B). Penentraman Hati


Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan yang dialami akibat penyakitnya. Faktor yang
penting adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk
dokter. Selain itu juga didukung dengan pola kebersihan individu dan
lingkungan yang benar. Diharapkan pasien bisa berpikir positif, tidak
berperasangka buruk terhadap penyakitnya, bisa beristirahat teratur dan
membangun semangat hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan
dan meningkatkan kualitas hidupnya.

C). Penjelasan, Basik Konseling dan Pendidikan bagi Pasien


Diberikan penjelasan tentang penyakit, hubunganya dengan faktor
risiko penularan, komplikasi dan pengobatan pada penderita dan keluarga.
Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan

25
melalui kunjungan rumah baik oleh dokter maupun oleh Yankes. Penderita
juga diberi penjelasan tentang pentingnya menjaga higienitas dan juga olah
raga yang teratur pentingnya pengobatan secara teratur.

D). Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri
Perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri pasien bahwa
ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaanya. Selain itu juga
ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan
dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, dan hal-hal yang perlu dihindari
serta yang perlu dilakukan.

E). Pengobatan
Medika mentosa dan non medika mentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.

F). Pencegahan dan Promosi Kesehatan


Banyak faktor dalam beberapa kasus skabies salah satunya kontak
langsung maupun tidak langsung dengan penderita yang terkena skabies
dan pola kebersihan atau higienitas baik individu dan lingkungan yang
kurang terjaga dengan baik, pencengahan yang bisa kita sarankan adalah
hindari kontak fisik dengan orang yang terkena dan mempebaiki pola
kebersihan atau higienitas baik individu dan lingkungan. Faktor personal
hygiene, sanitasi lingkungan dan terapi yang benar dan tepat adalah amat
penting dimana kutu pada skabies dapat ditangani agar tidak terjadi
komplikasi lebih lanjut dan menular pada individu lainnya
Promosi Kesehatan dengan memberikan edukasi kesehatan pada
masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan mengenai ciri, sebab,
gejala, pencegahan serta pengobatannya agar masyarakat mengenali gejala
penyakit penyakit skabies

2. Prevensi Bebas Penyakit Untuk Keluarga Lainnya

26
Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk bebas skabies adalah
sama dengan prevensi bebas skabies untuk penderita, namun dalam hal ini
diutamakan untuk menjaga kebersihan diri dan mencegah penularan. Misalnya
dengan cara sebagai berikut :
1. Bagi keluarga jangan terlalu dekat dengan anggota keluarga yang lain
(ayah, ibu dan kelurga lainnya), untuk tidak tidur dalam 1 tempat tidur
dengan penderita.
2. Tidak menggunakan handuk bersama-sama.
3. Istirahat yang cukup 6-8 sehari semalam.
4. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan
kebersihan lingkungan dan anggota keluarga yang serumah dengan penderita
agar tidak tertular infeksi skabies dari penderita.
Dari segi sarana pelayanan kesehatan, pemberian pengobatan dengan
jumlah yang terbatas dan kurang menjadi salah satu penyebab scabies tidak
tertangani dengan tuntas. Disamping pola KIE yang kurang pada pemeriksa yang
menjadi penyebab hal ini. Perlunya pemberian obat dengan jumlah yang cukup
dan KIE yang baik diharap dapat menjadi faktor yang membantu tertanganinya
kasus scabies dan menghindari angka kambuhan penyakit ini.

B. Intervensi dalam bentuk Giant Chart

Tabel 1. Skala Prioritas Permasalahan Utama


No Kegiatan M I V C P = M.I.V/C
1 Kebersihan Individu 5 4 5 2 7
Kurang
2 Pengetahuan Keluarga 5 4 4 4 4
dan Pasien Kurang
3 Lingkungan Tempat 4 2 4 3 4
Tinggal Kurang Sehat
4 Pengobatan tidak tuntas 5 4 5 2 7
dan adekuat akibat tidak
rutin minum obat

Keterangan :

27
P : Prioritas jalan keluar.
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain).
I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah.
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah.
C : Cost, Biaya yang diperlukan.

Berdasarkan hasil skoring ini maka diketahui bahwa kebersihan individu


dan pengobatan yang tidak tuntas dan adekuat menjadi permasalahan utama yang
akan di rencakanan untuk diselesaikan dalam Gant Chart berikut sebagai rencana
program peningkatan kebersihan individu dan pengobatan yang adekuat.

28
Tabel Rencana Pencarian ser ta Pencegahan Sumber Penularan serta Peningkatan Kebersihan Individu dan Pengobatan Adekuat
No Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Jadw Kebutuhan
kegiatan kegiatan pelaksanaan pelaksana al pelaksanaan
Penyuluha Terbentukny Dokter Selasa
Menjelaskan Pola
n Pola Pasien a pola piker 3 kali muda, ,
Hidup Bersih dan Rumah
1 Hidup dan dan budaya semingg bidan Kamis -
Sehat Pasien
Bersih dan keluarga individu u desa, ,
Sehat yang sehat kader desa Sabtu
Peragaan Memperagakan dan
Memahami Dokter
Langsung percontohan
Pasien pelaksanaan 2 kali muda, Senin - Alat peraga
Pola tindakan praktis Rumah
2 dan pola hidup semingg bidan dan - Contoh gambar
Hidup pola hidup bersih Pasien
keluarga bersih dan u desa, kamis - Poster
Bersih dan dan sehat
sehat kader desa
Sehat
Dokter - Obat
Pemberian Penderita 1. Pemberian obat muda, - Manual dan catatan
Rumah
4 Obat Pasien sembuh 1 kali 2. Penjelasan cara bidan Senin tata cara
Pasien
Tambahan paripurna penggunaan desa, penggunaan yang
kader desa baik dan benar

29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Skabies adalah salah satu penyakit menular di masyarakat yang
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya.1-3 Skabies ditemukan di semua negara dengan
prevalensi yang bervariasi. Faktor perilaku individu dan lingkungan seperti
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya merupakan faktor utama
penyebab terjadinya kasus ini. telah diketahui bahwa hubungan antara
faktor – faktor ini menyebabkan masih terdapatnya kasus scabies di
masyarakat. Pada kasus ini diketahui bahwa peningkatan kebersihan
individu dan pengobatan yang adekuat dan tuntas merupakan solusi atas
permasalahan yang ditemukan sehingga di lakukan perencanaan intervensi
berupa penyuluhan dan peragaan langsung pola hidup bersih dan sehat yang
disertai dengan pemberian pengobatan tambahan pada pasien. Dengan
dilaksanakan nya semua hal ini diharapkan pasien dapat sembuh paripurna
sekaligus memutus mata rantai penularan penyakit.

B. SARAN
1. Untuk masalah medis Tn. H dilakukan langkah-langkah :
 Promotif :
- Edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit dan
faktor penyebab penyakit. Perlu dijelaskan bahwa penyakit ini
merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh sejenis tungau,
adapun faktor yang menunjang perkembangan penyakit diantaranya
kebersihan diri dan lingkungan yang kurang.
- Edukasikan kepada pasien dan keluarganya bahwa penyakit ini
ditandai rasa gatal yang meningkat pada malam hari, menyerang
manusia secara berkelompok sehingga semua anggota keluarga harus
diobati secara serentak.

30
- Edukasikan kepada pasien dan keluarga tentang cara pemakaian
obat yang benar yakni digunakan malamhari selama minimal 8 jam,
di seluruh tubuh kecuali kepala dan telapak tangan. Jika kena air
oleskan lagi. Pengobatan ini rutin dilakukan selama 3 hari berturut –
turut.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa selama dalam
pengobatan diharapkan pasien membatasi aktivitas fisik sehingga
pengobatan berjalan efektif.
- Dengan memperhatikan cara pemakaian obat, menghilangkan faktor-
faktor penyebab, memutus rantai penularan dengan pengobatan
seluruh anggota keluarga secara serentak dan teman-teman pasien
yang juga menderita penyakit ini, penyakit ini dapat diberantas.

 Preventif :
- Menghindari pemakaian baju, handuk, sprei secara bersama-sama
anggota keluarga lain.
- Jangan menggaruk bintik-bintik pada tubuh yang ada karena akan
memperparah infeksi yang telah ada dan dapat menyebabkan
penyebaran ke bagian tubuh yang lain.
- Jaga kebersihan diri dan lingkungan rumah.
- Gunting kuku secara teratur karena bisa saja tungau menempel pada
kuku, dan untuk mencegah infeksi sekunder akibat garukan.
- Istirahat yang cukup
- Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang, perbanyak
mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.
- Mencuci bersih bahkan merebus handuk, sprei, pakaian, dan tirai
kemudian menjemurnya pada terik matahari hingga kering dan
menyetrikanya.
- Menjemur kasur dan sofa pada terik matahari.

31
 Kuratif :
- Sistemik
Cetirizine tab 10 mg (2 x 1 tablet) setelah makan jika gatal.
Amoxcicillin tablet 3 x ½ tablet setelah makan selama 7 hari.
- Topikal
Scabicide (Gameksan + As. Unducilanic) dioleskan seluruh tubuh
kecuali wajah dan telapak tangan.
 Rehabilitatif :
- Kontrol 1 minggu lagi ke Puskesmas, jika ada lesi baru obat topikal
dapat diulangi lagi dalam 7 hari kedepan setelah pengobatan
terakhir.
- Diingatkan pada pasien bahwa yang paling penting adalah
pemakaian obat yang benar, pemakaian salep premetrin yang benar,
cetirizine bila gatal, menjaga kebersihan diri dan lingkungan,
pengobatan dilakukan serentak untuk seluruh anggota keluarga.

2. Untuk masalah status gizi yang masuk kategori Gizi kurang, dilakukan
.langkah-langkah ;
 Promotif : edukasi penderita dan keluarga penderita mengenai pola
makan yang memenuhi gizi yang seimbang dan diberi pengarahan agar
dalam menyiapkan makanan sehari-hari selalu memperhatikan masalah
gizi makanannya, diusahakan yang sederhana tetapi mengandung gizi
yang cukup.
 Kuratif : mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kalori dan
protein untuk menjaga daya tahan tubuh. Konsumsi protein yang
mencukupi, seperti dari tempe, tahu dan daging-dagingan atau ikan.
3. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat
dilakukan langkah-langkah :
 Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka
jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga kebersihan
rumah dan lingkungan rumah.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Tabri F. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL,
Kurniati DD, editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2003.p.62-79.
2. Meinking T, Taplin D. Scabies, infestation. Dalam: Schachner LA, Hansen
RC, editor. Pediatric Dermatology, edisi ke-2. New York: Churchill
Livingstone Inc., 1995.1347-89.
3. Kramer WL, Mock DE. Scabies. Insect and pests. Available at:
http://www.Ianr.uw.edu/pubs/g_1295.htm. Diunduh pada 10 Maret 2006
4. Handoko RP. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 2002.
5. Bagian Kulit dan Kelamin. Pedoman pelayanan medis Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Perjan RSCM. Jakarta: Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, 2005.
6. Sungkar S. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia,
1995.

33
Rumah Pasien

34
Kegiatan Home Visit

35
36

Anda mungkin juga menyukai