Anda di halaman 1dari 11

KECEMASAN PADA DEWASA TUA (LANSIA)

DALAM MENGHADAPI KEMATIAN

Widia Sri Ardias, Putri Intan Purwari


widiasri@uinib.ac.id; putripurwari@gmail.com
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Abstract: This study aims to look at the relationship between religiosity and death in older
adults. The subject selection technique was done by purposive sampling consisting of 48 elderly
adults. This study uses a non experimental quantitative approach. Hypothesis testing is done
through the Pearson product moment correlation statistical test using the SPSS application. This
study proves that there is a negative linear relationship between religiosity and anxiety of death in
older adults. this proves that religious older adults have lower anxiety in the face of death. On the
other hand, older adults with a low religious level proved to be more anxious in facing death.

Keywords: Religiosity, death anxiety, old adults

A. PENDAHULUAN menyebutkan religiusitas sebagai


Religiusitas adalah kepercayaan, fenomena keberagamaan3. Religiusitas
perasaan dan praktik yang erat kaitannya merupakan hal yang subjektif,
dengan agama. Pengertian religiusitas pengalaman pribadi dan sangat sulit untuk
berdasarkan dimensi-dimensi yang mendefinisikan dengan pendekatan ilmu
dikemukakan oleh Glock dan Stark adalah pengetahuan apapun4. Menurut Glock dan
seberapa jauh pengetahuan, seberapa Stark (dalam Shpard, 2013) religiusitas
kokoh keyakinan, seberapa tekun adalah cara-cara individu
pelaksanaan ibadah dan seberapa dalam mengekspresikan kepentingan agama dan
penghayatan agama yang dianut keyakinannya5. Agama merupakan dasar
seseorang1. Religiusitas didefinisikan bagi praktik religiusitas, sehingga individu
sebagai perasaan dan kesadaran akan yang religius akan senantiasa bertindak
hubungan dan ikatan kembali dengan berdasarkan ajaran-ajaran dalam sistem
Allah SWT2. kepercayaannya. Seseorang yang lemah
Religiusitas berasal dari kata latin religiusitasnya akan merasa cemas dan
yaitu, religiusita dan pertama kali muncul
di Inggris pada abad ke-15 yang berarti
kepercayaan atau agama. Ancok, 3
D., & Suroso, F.N. Ancok, (2001).
Psikologi islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
1 4
D. & Suroso, F. N. Ancok, 2005. Chamberlain, T.J., & Hall, C.A. (2000).
Psikologi Islami: Solusi Islam Atas Problem- Realized religion. Radnor: Templetin Foundation
Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Press.
2 5
Ghufron dan Risnawati (2010). Teori- Shepard, J.M. (2013). Sociology.
teori psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group. Belmont: Wadsworth Cengange Learning.
Widia Sri Ardias, Putri Intan Purwari, Kecemasan Pada Dewasa Tua (Lansia)

takut dalam menghadapi kematian begitu (dalam Firestone & Catlett)10 menjelaskan
juga sebaliknya. kecemasan terhadap kematian dan
Bahwa kecemasan terhadap ketakutan terhadap kematian memiliki arti
kematian dapat dihubungkan dengan yang hampir sama yaitu ketakutan dan
seseorang yang takut kesepian atau berada kekhawatiran yang ekstrim, kegelisahan
dalam lingkungan terbatas. Ketakutan yang berlebihan, dan berbagai macam
terhadap kematian bisa disebabkan karena ketakutan datangnya kematian. Jadi,
kematian sangat misterius, kehidupan kecemasan terhadap kematian adalah
setelah kematian yang dipersepsikan suatu emosi mengenai kematian yang
buruk atau memikirkan keadaan sanak kompleks yang mana diantarannya
saudara yang akan ditinggalkan6. ketakutan pemikiran akan kesepian yang
Religiusitas dapat dihubungkan dengan datang, rasa hampa, hilangnya suatu objek
kecemasan seseorang menghadapi yang disayangi serta perubahan keadaan
kematian7. Kecemasan merupakan fisik dan psikologis yang semakin
ketidakmampuan pengendalian memburuk, dan proses kematian sehingga
kemampuan pikiran buruk yang berulang- ia takut akan datangnya kematian.
ulang dan kecenderungan berfikir bahwa Lebih lanjut dijelaskan oleh
keadaan semakin memburuk. Tampler Maskawaih bahwa kecemasan
menyatakan bahwa kecemasan terjadi menghadapi kematian melekat pada orang
ketika seseorang memikirkan kematian. yang tidak mengetahui apa hakikat mati
Kecemasan terhadap kematian atau orang yang menyangka bahwa
adalah sebuah fenomena kompleks yang setelah jasmaninya rusak maka dirinya
mewakili banyak pemikiran dan emosi juga akan hilang atau orang yang mengira
mengenai ketakutan kematian, kerusakan bahwa alam ini akan terus lestari
fisik dan mental, perasaan kesepian, sedangkan dirinya musnah11. Kecemasan
kesedihan akibat kehilangan diri sendiri, terhadap kematian merupakan suatu
kemarahan yang ekstrim, dan putus asa kondisi emosional tidak menyenangkan
terhadap situasi yang tidak bisa dikontrol8. yang dialami oleh seseorang secara
Kecemasan terhadap kematian adalah subjektif ketika mulai memikirkan
perasaan takut pada sesuatu yang akan mengenai kematian yang akan dihadapi.
terjadi, khawatir, ketakutan yang Kematian menurut Islam adalah
dihubungkan dengan kematian atau kepastian. Hanya Allah yang mengetahui
sekarat (proses kematian)9. Neimeyer waktu dan caranya. Oleh sebab itu,
manusia diharapkan senantiasa
mempersiapkan diri dalam menghadapi
6
Hidayat, K. (2013). Psikologi kematian. kematian tersebut dengan bertaqwa
Jakarta: Noura Books. kepada Allah dan berbuat kebaikan
7
Wen, Y. (2010). Religiosity and Death
sepanjang hidupnya. Seperti firman Allah
Anxiety. The Journal of Human Resource and
Adult Learning, Vol. 6 (2): 31-37. dalam surat Ali-Imran 185 berikut ini:
8
Firestone, R., Catlett, J. (2009). Beyond
10
death anxiety. New York: Springer. Firestone, R., Catlett, J., Op.Cit.
9 11
Newfield, S.A., Hinz, M.D., Tilley, D.S., Wijayanti Ari, Lailatushifah Fatmah Siti
Sridaromont, K.L., & Maramba, P.J. (2007). Noor. 2012. Keberagamaan Hidup Dan
Nursing diagnosis adult, child, women’s, mental Kecemasan Terhadap Kematian Terhadap
health, gerontic, and home health considerations. Kematian Pada Orang Dengan Diabetes Meletus.
Philadelphia: F.A. Davis Company. Jurnal Insight Volume 10, No 1, Februari 2012.

61
‫ور ُك ْم يَ ْو َم‬ َ ‫ت َو ِإ َّو َما ت ُ َو َّف ْونَ أ ُ ُج‬
ِ ‫ُك ُّل وَ ْف ٍس ذَآئِ َقةُ ْال َم ْو‬ perhatian yang lebih baik dari pemerintah,
َ َ َ َ َّ ْ
َ‫ار َوأد ِْخ َل ال َجىة فقدْ فاز‬ ُ ِ ‫ْال ِقيَا َم ِة فَ َم ْه ُزحْ ِس َح َع ِه الى‬
َّ sektor swasta, organisasi non pemerintah,
ِ ‫ع ْالغُ ُر‬
‫ور‬ ُ ‫َو َما ْال َحيَاة ُ الدُّ ْويَا ِإالَّ َمتَا‬ pragtisi kesehatan masyarakat pada
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan umumnya, mengingat bahwa
merasakan mati. Dan sesungguhnya permasalahan yang dihadapi oleh mereka
pada hari kiamat sajalah yang berusia lanjut pada banyak hal yang
disempurnakan pahalamu. berbeda dengan yang dihadapi pada
Barangsiapa dijauhkan dari neraka kelompok usia yang lebih muda12.
dan dimasukkan ke dalam surga, maka Beberapa ahli perkembangan
sungguh ia telah beruntung. membedakan antara orang tua muda atau
Kehidupan dunia itu tidak lain usia tua (usia 65 samai 74 tahun) dan
hanyalah kesenangan yang orang tua yang tua atau usia tua akhir (75
memperdayakan“ (Ali-Imran: 185). tahun atau lebih)13.
Kastenbaum14 menjelaskan
Kekuasaan Allah meliputi segala beberapa bentuk kehilangan yang diderita
sesuatu. Dia telah menetapkan kematian oleh individu yang meninggal dunia, yaitu
atas diri manusia. Sehingga bagaimanapun kehilangan pengalaman, kehilangan hak
manusia berupaya menghindar darinya, atas tubuh, kehilangan interaksi dengan
kematian itu tetap akan mengejarnya. orang-orang yang dikasihi dan masih
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: menggantungkan hidupnya kepada
individu, kehilangan kesempatan untuk
َ ‫أَ ْيىَ َما تَ ُكووُوا يُد ِْرك ُّك ُم ْال َم ْوتُ َولَ ْو ُكىت ُ ْم فِي ب ُُروجٍ ُم‬
‫شيَّدَ ٍة‬ mewujudkan mimpi dan keinginan diri.
Artinya: Dimana saja kamu berada, Comte, dkk15 dan Florian16, dkk17
kematian akan mendapatkan
kamu, kendatipun kamu di 12
dalam benteng yang tinggi lagi Harimurti. K. (2011). Perawatan usia
lanjut di rumah. Komisi Nasional Lanjut Usia.
kokoh (An Nisa’:78). Diunduh 12 Mei 2019, dari
www.komnaslansia.or.id/modules
13
Seseorang yang religius dan Santrock, J.W. 2002. Life Span
memahami esensi ajaran agama tentunya Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:
sangat paham akan makna ayat-ayat di Erlangga.
14
Kastenbaum, R. (Ed.). (2003).
atas, sehingga mempersiapkan kematian Macmillan encyclopedia of death and dying. New
bagi manusia pada dasarnya adalah suatu York: The Gale Group.
15
kewajiban yang tidak bisa dielakan lagi. Conte, H. R. , Weiner, M. B. , &
Pada lansia, kewajiban ini semakin terasa Plutchik, R. 1982. Measuring Death Anxiety:
dekat mengingat usia mereka semakin Conceptual, Personality and Factor Analysis
Aspects. Journal of Personality and Social
lanjut dan resiko akan kematian semakin Psychology.
besar bila dibandingkan dengan kelompok 16
Florian, V. & Kravets, S. 1983. Fear of
umur lainnya. Personal Death: Atribution, Structure and Relation
Populasi lanjut usia di Indonesia to Religion Belief. Journal of Personality and
semangkin meningkat, baik jumlah Social Psychology.
17
Florian, V. & Kravets, S. 1983. Fear of
obsolutnya maupun proposisinya. Personal Death: Atribution, Structure and Relation
Peningkatan ini tentu membutuhkan to Religion Belief. Journal of Personality and
Social Psychology.
Widia Sri Ardias, Putri Intan Purwari, Kecemasan Pada Dewasa Tua (Lansia)

kecemasan kematian memiliki tujuh 2014, Ernawati dan Sandy Sudarji 2013,
aspek, yaitu (1) cemas akan kehilangan Dian Ferenika, Sakti Kaloeti dan Sri
pemenuhan diri, (2) cemas akan Hartati 2017 dan Ananda Ruthnoftali,
kehilangan jati diri, (3) cemas akan Yulius Yusak Ranimpi dan M. Aziz
kehilangan identitas sosial, (4) cemas akan Anwar 2017, menyatakan bahwa dua
ditinggal oleh keluarga dan sahabat, (5) variabel ini terkait secara linear negatif.
cemas akan misteri kematian, (6) cemas Religiusitas disimpulkan dapat
akan hukuman di akhir jaman, (7) cemas memberikan bantuan moral kepada lanjut
akan penderitaan18. usia dalam menghadapi krisis mental yaitu
Sejalan dengan hal tersebut Florian kecemasan dalam menghadapi kematian
dan Mikulincer mengajukan tiga atau tutup usia.
komponen kecemasan terhadap kematian Sementara ada beberapa penelitian
yaitu: lain yang menyatakan bahwa tidak ada
a. Komponen intrapersonal: hubungannya antara religiusitas dengan
berhubungan dengan pengaruh kecemasan kematian. Seperti penelitian
yang ditimbulkan terhadap tubuh Fauziah Syarifatu Huriah 2016, Yuliana
dan pikiran: seperti kecemasan 2015, Wahyu Wicaksono dan Sito
akan pemenuhan kebutuhan, tujuan meyanto 2003, Ari Wijayanti dan Siti Nur
pribadi. Fatmah Lailatulstifa 2012, dan Retno Fuju
b. Komponen interpersonal: Astuti 2018. Penelitian Fauziah Syarifatul
berhubungan dengan efek Hiriah 2016 lah yang tidak ada hubungan
kecemasan terhadap hubungan nya karena melihat hubungan religiusitas
interpersonal individu. itu dalam pandangan makna
c. Komponen transpersonal: hal ini kehidupannya.
berhubungan dengan diri Berbagai penelitian terkait
transendental, kecemasan yang fenomena ini sering diteliti di daerah lain
akan hukuman di akhirat serta (diluar Sumatera Barat). Padahal
situasi yang harus dijalani setelah prokontra seputar keterkaitan dua variabel
meninggal (kehidupan setelah ini masih menarik untuk diteliti terutama
kematian). dalam setting masyarakat Sumatera Barat
Ada banyak penelitian yang yang terkenal religius. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat keterkaitan melihat hubungan antara religiusitas
anatara religiusitas dengan kecemasan dengan kecemasan kematian pada dewasa
akan kematian. Namun hasil penelitian tua.
tersebut masih belum konsisten untuk
menyimbulkan fenomena ini. Penelitian B. LANDASAN TEORI
dari Zida Nusrotina 2017, Muhammad A. Defenisi kecemasan kematian
Fakhrurrozi 2008, Via Keteluniati 2017, Menurut Tampler kecemasan
Siti Muthoharoh dan Fitri Adriani 2014, terhadap kematian merupakan suatu
Kurniasih Ayu Archentari dan Siswati , kondisi emosional tidak menyenangkan
Aris Pamungkas, Sri Wiyanti dan Rin yang dialami oleh seseorang secara
Widya Agustin, Fitri Efi Nurdinulloh subjektif ketika mulai memikirkan
mengenai kematian yang akan dihadapi19.
18
Wijayanti Ari, Lailatushifah Fatmah Siti
19
Noor., Op.Cit. Ibid.

63
Dalam pemahaman ini, Comte, menjadi 5 fase: diataranya penolakan dan
dkk (1982) dan Florian, dkk (1984) isolasi, kemrahan, tawar-menawar depresi
kecemasan kematian memiliki tujuh dan penerimaan.
aspek, yaitu (1) cemas akan kehilangan a. Penolakan dan isolasi, merupakan fase
pemenuhan diri, (2) cemas akan pertama yang diusulkan Kubler-Ross di
kehilangan jati diri, (3) cemas akan mana orang menolak bahwa kematian
kehilangan identitas sosial, (4) cemas akan benar-benar ada, Namun penolakan
ditinggal oleh keluarga dan sahabat, (5) biasannya pertahanan diri yang bersifat
cemas akan misteri kematian, (6) cemas sementara dan kemudian akan
akan hukuman di akhir jaman, (7) cemas digantikan dengan rasa penerimaan
akan penderitaan20. yang meningkat saat seseorang
Kecemasan menghadapi tutup usia dihadapkan pada beberapa hal seperti
disebabkan faktor-faktor lain yaitu seperti pertimbangan keuangan, urusan yang
faktor fisik, sebagai reaksi antara pikiran belum selesai dan kekhawatiran
dan tubuh yang bisa menimbulkan mengenai kehidupan anggota keluarga
kecemasan menghadapi tutup usia pada yang lain nantinya.
lanjut usia seperti kondisi kesehatan yakni b. Kemarahan merupakan fase kedua
lanjut usia yang sedang menderita dimana orang yang menjelang
penyakit tertentu yang bisa memicu kematian menyadari bahwa penolakan
kecemasan faktor psikologis yang tidak dapat lagi dipertehankan.
berkaitan dengan persepsi diri terhadap Penolakan sering memunculkan rasa
kematian, tingkat keterbukaan diri dengan marah, benci dan iri.
orang-orang sekitar lanjut usia, faktor c. Tawar menawar, merupakan fase
sosiokultutal yang berkaitan dengan ketiga menjelang kematian dimana
perubahan peranya di dalam keluarga seseorang mengembangkan harapan
maupun masyarakat, riwayat terjadinya bahwa kematian sewaktu-waktu dapat
kecemasan terkait dengan tutup usia, ditunda atau diundur.
perasaan negatif terhadap proses menjadi d. Depresi merupakan fase keempat
tua dan tutup usia hubungan yang tidak menjelang kematian di mana orang
harmonis dengan keluarga dan lingkungan yang sekarat akhirnya menerima
masyarakat, terbatasnya informasi terkait kematian. Pada titik ini, suatu periode
lanjut usia dan kesejehteraan lanjut usia, depresi atau persiapan berduka
kurangnya komunikasi, dan kurangnya mungkin muncul.
aktivitas sosial pada lansia21. e. Penerimaan merupakan fase kelima
Elizabeth Kubler-Ros22 (dalam menjelang kematian, dimana seseorang
santrock 2002) membagi perilaku dan mengembangkan rasa damai, menerima
proses berpikir seseorang yang sekarat takdir dan dalam beberapa hal ingin
ditinggal sendiri.
20
Ibid.
21
Pamungkas Aris, Dkk. Hubungan
Antara Religuisitas dan Dukunga Sosial dengan B. Defenisi Dewasa Tua
Kecemasan Menghadapi Tutup Usia Pada Lanjut
Usia Pada kKelurahan Jebres Surakarta. Jurnal Pada umumnya psikolog
Pamungkas,et.al. menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai
22
J.W. Santrock, Op.Cit.
Widia Sri Ardias, Putri Intan Purwari, Kecemasan Pada Dewasa Tua (Lansia)

dewasa awal masa dewasa dan paradigma teologis tertentu dan


berlangsung sampai sekitar usia 40-45 dan mengikuti kebenaran dokrin-dokrin
pertengahan masa dewasa berlangsung tersebut. Setiap agama
dari sekitar usia 40-45 sampai sekitar usia mempertahankan seperangkat
65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau kepercayaan dimana para penganut
masa tua berlangsung dari sekitar usia 65 diharapkan akan taat. Walaupun
tahun sampai meninggal. Sementara itu demikian, isi dan ruang lingkup
Erikson menyebutkan ciri-ciri masa tua keyakinan bervariasi tidak hanya di
atau lanjut usia merupakan masa akhir anatara agama-agama, tetapi sering
kehidupan seseorang, yang ditandai juga di antara tradisi-tradisi dalam
dengan perkembangan seseorang kearah agama yang sama.
itegritas ego ataupun putus asa23. 2. Dimensi Praktik agama mencakup
perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-
C. Defenisi Religuisitas hal yang dilakukan orang untuk
Religio adalah sikap kekhidmatan menunjukkan komitmen terhadap
dalam pemujaan. Sedangkan religiositas agama yang dianutnya. Praktik agama
dimaknakan sebagai pengabdian terhadap ini terdiri dari ritual dan ketaan ritual
agama, kesalehan. Religiositas adalah inti mengacu kepada seperangkat ritus,
kualitas hidup manusia, dan harus tindak keagamaan formal dan praktik-
dimaknakan sebagai rasa rindu, rasa ingin praktik suci yang dilakukan para
bersatu , rasa ingin berada dengan yang pemeluknya. Ketaatan dan ritual
abstrak. Sementara itu Nurcholish Majdid bagaikan ikan dengan air. Apabila
menyatakan , bahwa religiositas adalah aspek ritual sangat formal dan khas
tingkah laku yang sepenuhnya dibentuk publik, semua agama yang dikenal juga
oleh kepercayaan kepada ke gaiban atau mempunyai perangkat tindakan
alam gaib, yaitu kenyataan-kenyataan persembahan dan kontemplasi personal
yang supra empiris. yang relatif spontan, informal dan khas
Dalam Jalaluddin24 religiusitas ini pribadi sebagaimana yang dijelaskan
berhubungan dengan tingkah laku dalam Q.S.18: 110 yang berbunyi:
keagamaan. Bentuk tingkah laku yang
bersumber dari keyakinan beragama.
Karena itu religiositas menyangkut
banyak faktor, baik yang bersifat intern
maupun ekstern. Dalam pandangan Glock
dan Stark. Menurut keduanya riligiositas
memiliki lima dimensi sebagai berikut:
1. Dimensi keyakinan adalah berisi
pengharapan-pengharapan di mana
Artinya: Katakanlah, sesungguhnya aku
orang religius berpegang teguh pada
ini manusia biasa seperti kamu,
yang diwahyukan kepadaku:
23
Desmita. 2015. Psikologi "Bahwa Sesungguhnya Tuhan
Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. kamu itu adalah Tuhan yang
24
Jalaluddin. 2016. Psikologi Agama Esa". Barangsiapa mengharap
Memahami Perilaku dan Prinsip-Prinsip perjumpaan dengan Tuhannya,
Psikologi. Jakarta: PT Gaja Grafindo Persada.

65
Maka hendaklah ia kecemasan disusun berdasarkan aspek-
mengerjakan amal yang saleh aspek kecemasan kematian yang
dan janganlah ia dikemukakan oleh Comte, dkk (1982) dan
mempersekutukan seorangpun Florian, dkk25 (1984) yang memiliki tujuh
dalam beribadat kepada aspek, yaitu (1) cemas akan kehilangan
Tuhannya". pemenuhan diri, (2) cemas akan
kehilangan jati diri, (3) cemas akan
Dimensi ini ibarat batang dari kehilangan identitas sosial, (4) cemas akan
sebuah pohon. Kekuatan batang ditinggal oleh keluarga dan sahabat, (5)
merupakan hal yang tidak boleh diabaikan cemas akan misteri kematian, (6) cemas
dalam berdirinya sebuah pohon. Begitu akan hukuman di akhir jaman, (7) cemas
juga dengan ibadah dalam kehidupan akan penderitaan. Sementara skala
beragama seseorang. religiusitas disusun berdasarkan dimensi
3. Dimensi Ritualitas (Ritualistic yang dipaparkan oleh Glock dan Stark,
Dimention) yaitu tingkatan sejauh yang mana sebanyak 5 buah dimensi,
mana seseorang mengerjakan yaitu : (1) dimensi keyakinan, (2) dimensi
kewajiban-kewajiban ritual dalam praktik agama, (3) dimensi penghayatan,
agamanya. Misalnya (4) dimensi pengalaman, dan (5) dimensi
sholat,zakat,berpuasa,dan haji. pengetahuan agama26. Alat ukur diuji
4. Dimensi Pengalaman (experiential coba dan dinilai validitasnya dengan
dimention) yaitu perasaan-perasaan expert judgment dan reliabilitasnya diukur
atau pengalaman-pengalaman melalui uji alpha cronbach. Aitem direvisi
keagamaan yang pernah dialami dan sesuai dengan hasil uji coba untuk
dirasakan misalnya persaan dekat kemudian digunakan sebagai skala
dengan tuhan,merasa dilindungi penelitian.
tuhan,dan merasa doanya dikabulkan Hasil uji validitas pada variabel
tuhan. religiusitas (r) didapatkan hasil bahwa 38
5. Dimensi konsekkuensi (consequential butir pernyataan religiusitas, 33 aitem
Dimention) yaitu dimensi yang diukur dinyatakan valid atau >0,20. Sedangkan 5
sejauh mana prilaku seseorang aitem dinyatakan tidak valid atau <0,20,
domotivasi oleh ajaran agamanya dan aitem yang tidak valid tidak akan
didalam kehidupan sosial. Misalnya dimasukkan pada penelitian selanjutnya.
apakah dia menjenguk temannya yang Dengan demikian skala religiusitas dapat
sakit dan membantu teman yang dikatakan andal dan dapat digunakan
sedang mengalami kesusahan. sebagai instrumen penelitian karena telah
memenuhi persyaratan validitas dan
reliabilitasnya. Sedangkan Hasil uji
C. METODOLOGI PENELITIAN validitas pada variabel kecemasan
Penelitian ini menggunakan dua kematian (kk) didapatkan hasil bahwa 22
variabel yaitu variabel kecemasan sebagai
variabel terikat dan religiusitas sebagai 25
H. R. Conte, dan V. Florian, & Kravets,
variabel bebas. Data dikumpulkan melalui
S. Op.Cit.
skala psikologi yang terdiri dari skala 26
D. Ancok, & Suroso, F.N. (2001).
kecemasan dan skala religiusitas. Skala Psikologi islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widia Sri Ardias, Putri Intan Purwari, Kecemasan Pada Dewasa Tua (Lansia)

butir pernyataan religiusitas, 21 aitem satu variabel terhadap variabel lainnya


dinyatakan valid atau >0,20. Sedangkan 1 dengan menggunakan Stastistikal
aitem dinyatakan tidak valid atau <0,20, Program for Social Science (SPSS) versi
namun penulis menambahkan 1 aitem lagi 24. Data yang telah diperoleh diolah dan
menjadi 23 aitem dan aitem yang tidak dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian
valid tidak akan dimasukkan pada untuk melihat apakah ada hubungan
penelitian selanjutnya. Dengan demikian antara religiusitas dengan kecemasan
skala religiusitas dapat dikatakan andal kematian menggunakan teknik analisis
dan dapat digunakan sebagai instrumen korelasipearson (product moment
penelitian karena telah memenuhi pearson), yaitu analisis untuk mengukur
persyaratan validitas dan reliabilitasnya. keeratan hubungan secara linear antara
Pada penelitian ini, pengujian dua variabel yang mempunyai distribusi
reabilitas instrumen dengan menggunakan normal. Namun sebelumnya dilakukan uji
teknik alpha cron bach aplikasi SPPS normalitas data dengan kolmogorov
versi 24. Reliabilitas yang kurang dari 0,6 smirnov.
adalah kurang baik. Sedangkan 0,7 dapat
diterima dan diatas 0,8 adalah baik. D. HASIL PENELITIAN DAN
Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan PEMBAHASAN
rumus alpha dapat dilihat pada tabel
berikut : Kategori Subjek Berdasarkan Variabel
Reability Statistics Religiusitas yang Diteliti
Reliability Statistics Berdasarkan skala religiusitas yang
Cronbach's diberikan pada 48 subjek yang diteliti
Alpha N of Items sebanyak 35 orang memiliki tingkat
,815 33 religiusitas yang tinggi dan 13 orang
memiliki tingkat religiusitas yang rendah.
Reability Statistics Kecemasan Hasil ini menunjukan bahwa mayoritas
Kematian subjek memiliki tingkat religiusitas yang
tinggi. Sementara skala kecemasan
Reliability Statistics menunjukan bahwa 18 orang cemas
Cronbach's terhadap kematian dan 30 orang tidak
Alpha N of Items cemas terhadap kematian. Hasil ini secara
,811 23 umum menunjukan bahwa dewasa tua
memiliki tingkat kecemasan kematian
yang rendah.
Berdasarkan tabel diatas maka di
peroleh nilai r = 0,815 untuk religiusitas.
Analisis Data
Kemudian untuk kecemasan kematian
a. Uji Normalitas
didapatkan r = 0,811. Hasil tersebut
Berdasarkan pengolahan data
menunjukkan bahwa skala religiusitas dan
dengan menggunakan spss, maka
kecemasan kematian reliabel, sehingga
diperoleh hasil normalitas sebagai berikut.
dapat digunakan sebagai alat ukur.
Kriteria pengujiannya adalah signivikan>
Teknik analisis yang digunakan
0,05 maka data terdistribusi normal.
dalam penelitian ini adalah teknik analisis
Indeks kolmogorov smirnov dari table
korelasi sederhana, yaitu untuk hubungan
skala religiusitas adalah 0,815 dan

67
kecemasan kematian adalah 0,811 yang hubungan sosial27. Kecemasan yang
berarti besar dari 0,05. Jadi, dapat terjadi pada lansia diasumsikan lebih
disimpulkan bahwa data religiusitas dan kepada perasaan harus meninggalkan
data kevemasan kematian juga pasangan hidup dan keluarga. Penelitian
berdistribusi normal sehingga dapat yang dilakukan Larson, menunjukkan
dilakukan uji statistik selanjutnya yaitu uji bahwa lanjut usia yang lebih religius,
linearitas dan hipotesis. lebih tenang dan tabah dalam menghadapi
b. Uji Uji Hipotesis kematian. Meski dalam Alquran telah
Uji hipotesis dilakukan dengan diterangkan bahwa kematian tidak
menggunakan analisis kolerasi pearson memandang usia seperti ditegaskan Allah
digunakan untuk mengukur apakah ada dalam Surat Al-Ankabut Ayat 57:
hubungan yang erat diantara dua variable
tersebut dalam penelitian ini akan
mengukur bagaimana hubungan
religiusitas dengan kecemasan kematian
pada dewasa tua. Berdasarkan hasil
penelitian dengan menggunakan program Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan
SPSS, menunjukan bahwa nilai koefisien merasakan mati. Kemudian hanyalah
pearson corelation religiusitas dengan kepada Kami kamu dikembalikan”.
kecemasan kematian sebesar 0,8. Hasil ini
membuktikan bahwa tidak ada hubungan Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
antara religiusitas dengan kecemasan manusia pada rentang usia dewasa tua
kematian pada dewasa tua. memiliki kesadaran akan dekatnya
kematian kepada diri mereka. Kondisi
E. KESIMPULAN yang akhirnya berpotensi memunculkan
Bagi kalangan lanjut usia, kecemasan. Bila hal ini berlanjut maka
kematian seseorang lebih wajar fokus untuk mempersiapkan kematian
dibicarakan dibandingkan tahun-tahun dengan berbuat banyak kebaikkan bisa
sebelumnya. Pemikiran dan pembicaraan saja menjadi sulit untuk dilakukan. Hasil
mengenai kematian meningkat, ini membuktikan bahwa orang yang
perkembangan integritas pun meningkat religius bukan berarti memiliki kecemasan
melalui peninjauan hidup yang pisitif dan yang tinggi atau justru rendah akan
hal ini dapat membantu mereka untuk datangnya kematian. Penelitian ini
menerima kematian. Sebagian besar lansia menunjukan tidak ada hubungan antara
banyak mengatakan ia siap untuk religiusitas dengan kecemasan kematian,
menyongsong kematian dan sebagian namun belum tentu religiusitas yang
orang mengatakan bahwa kematian akan tinggi menyebabkan kecemasan kematian
menjadi suatu interpurasi yang yang tinggi juga. Tingginya religiusitas
menyedihkan kerena ia akan kehilangan tidak selalu menjadi faktor seseorang
partisipasinya dalam aktivitas dan menjadi cemas terhadap kematian atau

27
Santrock, J.W. 2002. Life Span
Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:
Erlangga.
Widia Sri Ardias, Putri Intan Purwari, Kecemasan Pada Dewasa Tua (Lansia)

bahkan rendahnya religiusitas juga tidak Fakhrurrozi Muhammad.2008. Hubungan


menjadikan salah seorang itu juga tidak Antara Religuisitas Dengan
cemas terhadap kematian. Semua mahluk Death Anxiety : Study Meta
hidup pasti akan merasakan kematian. Analisis. Jurnal Psikologika
Kecemasan pada taraf tertentu dibutuhkan vol.13 No. 25- Januari 2008.
agar manusia mampu mengevaluasi Firestone, R., Catlett, J. (2009). Beyond
tentang segala hal yang akan death anxiety. New York:
dilakukannya di dunia. Persiapan Springer.
kematian terkait dengan kewajiban Florian, V. & Kravets, S. 1983. Fear of
mengimplementasikan ajaran agama pada Personal Death: Atribution,
kehidupan sehari-hari. Structure and Relation to
Religion Belief. Journal of
DAFTAR KEPUSTAKAAN Personality and Social
Adriani Fitri, Muthoharoh Siti.2014. Psychology.
Hubungan antara Religuisitas Ghufron dan Risnawati (2010). Teori-
dengan Kecemasan Kematian teori psikologi. Jogjakarta: Ar-
pada Dewasa Tengah. Jurnal Ruzz Media Group.
Psikologi kepribadian dan Sosial Hidayat, K. (2013). Psikologi kematian.
Vol.03.01,April 2014. Jakarta: Noura Books.
Ancok, D. & Suroso, F. N. 2005. Huriyah Syarifatul Fauzia.2016. Pengaruh
Psikologi Islami: Solusi Islam Atas Religiusitas Terhadap Death
Problem- Problem Psikologi. Anxiety Dimediasi Pada Muslim
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dewasa Madya Di Kabupaten
Tasik Malaya. Jurnal Repository
Ancok, D., & Suroso, F.N. (2001). upi.edu.
Psikologi islami. Yogyakarta: Harimurti. K. (2011). Perawatan usia
Pustaka Pelajar. lanjut di rumah. Komisi Nasional
Archentri Ayu Kurniasih, Siswati. Lanjut Usia. Diunduh 12 Mei
Hubungan Antara Religuisitas 2019, dari
Dengan Kecemasan Terhadap www.komnaslansia.or.id/module
Kematian Pada Individu Fase s.
Dewasa Madya Di PT Tiga Kastenbaum, R. (Ed.). (2003). Macmillan
Serankai Group. encyclopedia of death and dying.
Chamberlain, T.J., & Hall, C.A. (2000). New York: The Gale Group.
Realized religion. Radnor: Jalaluddin. 2016. Psikologi Agama
Templetin Foundation Press. Memahami Perilaku dan Prinsip-
Conte, H. R. , Weiner, M. B. , & Plutchik, Prinsip Psikologi. Jakarta: PT
R. 1982. Measuring Death Gaja Grafindo Persada.
Anxiety: Conceptual, Personality Kateluniati Via. 2017. Religuisitas
and Factor Analysis Aspects. Sebagai Prediktor Kecemasan
Journal of Personality and Social Menghadapi Kematian Pada
Psychology. Penatua Dan Diakon Jemaat Gke
Desmita. 2015. Psikologi Perkembangan. Tamiang Layang.
Bandung: PT Remaja Lemming, D.A., Madde, K., & Marlan, S.
Rosdakarya. (Ed.). (2010). Encyclopedia of

69
psychology and religion. New
York: Springer.
Newfield, S.A., Hinz, M.D., Tilley, D.S.,
Sridaromont, K.L., & Maramba,
P.J. (2007). Nursing diagnosis
adult, child, women’s, mental
health, gerontic, and home health
considerations. Philadelphia: F.A.
Davis Company.
Pamungkas Aris, Dkk. Hubungan Antara
Religuisitas dan Dukunga Sosial
dengan Kecemasan Menghadapi
Tutup Usia Pada Lanjut Usia Pada
kKelurahan Jebres Surakarta.
Jurnal Pamungkas,et.al.
Santrock, J.W. 2002. Life Span
Development Perkembangan Masa
Hidup. Jakarta: Erlangga.
Shepard, J.M. (2013). Sociology.
Belmont: Wadsworth Cengange
Learning.
Wen, Y. (2010). Religiosity and Death
Anxiety. The Journal of Human
Resource and Adult Learning, Vol.
6 (2): 31-37.
Sudarji Shanty Ermawati. 2013.
Kecemasan Menghadapi Kematian
Pada Lanjut Usia. Jurnal
Psibernetika.
Wicaksono Wahyu. 2003. Ketakutan
Terhadap Kematian Ditinjau Dari
Kebijaksanaan Dan Orientasi
Religius Pada Periode Akhir Yang
Berstatus Mahasiswa. Jurnal
Psikologi.
Wijayanti Ari, Lailatushifah Fatmah Siti
Noor. 2012. Keberagamaan Hidup
Dan Kecemasan Terhadap
Kematian Terhadap Kematian
Pada Orang Dengan Diabetes
Meletus. Jurnal Insight Volume
10, No 1, Februari 2012.

Anda mungkin juga menyukai