NPM. : 21757064
Aspek-aspek Agama
Agama-agama seperti Yahudi, Kristen, dan Islam memberikan penekanan yang kuat
pada intelek dan hal-hal yang bersifat formal sehingga disebut agama-agama formal. Dalam
kebudayaan-kebudayaan lain, agama-agama formal mungkin tidak terlalu penting. Aspek-
aspek yang lebih diperhatikan adalah ritus, pengalaman keagamaan, dan komunitas. Anak-
anak belajar tentang agama dengan bertisipasi di dalam ritus-ritus keagamaan. Agama-agama
seperti itu seringkali disebut agama-agama informal. Sekalipun ada perbedaan antara agama
yang formal dan informal, namun agama-agama itu pada umumnya memiliki ciri-ciri berikut:
1. Kepercayaan Keagamaan
Pada umumnya setiap agama memiliki aspek kognitif. Agama membentuk
cara pandang seseorang tentang dunia. Cara pandang tersebut memengaruhi cara
pandang individu-individu dan pada gilirannya memengaruhi seseorang dalam
bertindak. Kepercayaan-kepercayaan agama bukanlah sesuatu yang sangat abstrak
dan tidak mempunyai relevansi dengan kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, orang-
orang sering menggunakan kepercayaan-kepercayaan keagamaan di dalam
Melakukan pilihan-pilihan dalam hidup, menafsir peristiwa
Atau kejadian-kejadian dan merencanakan tindakan-tindakan tertentu.
2. Ritus-Ritus Keagamaan
Ritus-ritus keagamaan terdiri dari tindakan-tindakan simbolis untuk
mengungkapkan makna-makna religius. Kalau kepercayaan-kepercayaan religius
merupakan ekspresi dari aspek kognitif dari agama yakni mengetahui dan percaya,
Maka ritus-ritus keagamaan merupakan perwujudan makna-makna keagamaan.
Kepercayaan-kepercayaan dan ritus-ritus mempunyai hubungan yang sangat erat.
Ritus-ritus merupakan salah satu bentuk ungkapan dari kepercayaan-kepercayaan.
3. Simbol-Simbol Keagamaan
Dalam arti yang paling sederhana simbol berarti segala sesuatu yang
mengandung arti tertentu yang dikenal oleh anggota-anggota suatu kelompok
masyarakat. Dengan kata lain, simbol mewakili sesuatu yang disimbolkan. Simbol
biasanya tidak mempunyai arti di dalam dirinya sendiri kalau arti itu tidak diberikan
oleh masyarakat pendukung. Hal itu berarti bahwa sesuatu yang dianggap sebagai
simbol mempunyai arti karena arti itu diberikan oleh masyarakat di mana simbol itu
hidup. Dengan demikian, simbol merupakan hasil konstruksi suatu masyarakat.
Simbol merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan beragama.
Hubungan dengan yang suci tidak dapat dilakukan tanpa simbol-simbol. Orang bisa
Berkomunikasi dengan yang suci hanya melalui simbol.
4. Pengalaman Keagamaan
Pengalaman keagamaan merujuk pada semua pengalaman subyektif individu
dalam berhubungan dengan yang suci itu. Walaupun pengalaman itu pada dasarnya
bersifat pribadi, para pemeluk berusaha untuk mengkomunikasikan pengalaman itu
melalui pengungkapan iman dan ritus-ritus. Ritus-ritus komunal atau ibadat bersama
diciptakan untuk pengalaman-pengalaman keagamaan itu. Doa, meditasi, menari, dan
menyanyi adalah sarana-sarana yang biasa digunakan untuk mengungkapkan
pengalaman keagamaan yang sangat pribadi itu. Pengalaman-pengalaman keagamaan,
sekalipun bersifat pribadi, tetapi tetap mempunyai elemen sosial karena elemen
tersebut mempengaruhi seseorang dalam menginterpretasi pengalaman personal
tersebut.
Pengalaman-pengalaman keagamaan yang bersifat Personal itu berbeda-beda
intensitasnya. Pengalaman-pengalaman keagamaan itu berbentuk rasa damai atau
kagum yang bersifat sesaat saja atau juga pengalaman mistik yang luar biasa. Isi dari
pengalaman religius itu juga berbeda-beda. Di dalamnya bisa terdapat pengalaman-
pengalaman yang menggembirakan seperti damai, harmonis, sukacita, dan rasa aman.
Tetapi di pihak lain, pengalaman-pengalaman keagamaan itu bisa menghasilkan teror,
ketakutan, dan kecemasan. Sementara itu, isi dari pengalaman keagamaan itu sangat
bergantung pada kepercayaan para pemeluk tentang apa yang dihadapi.
Masyarakat modern umumnya tidak mengakui kebenaran pengalaman-
pengalaman mistik seperti itu. Sekalipun ada pengalaman-pengalaman serupa itu,
namun masyarakat modern tidak terlalu gampang menerima pengalaman-pengalaman
itu sebagai sesuatu yang riil. Masyarakat modern pada umumnya menekankan
pentingnya pada pemikiran rasional dan obyektif-empiris, sedangkan pengalaman-
pengalaman religius adalah sesuatu yang sangat bersifat subyektif yang sulit diuji
kebenarannya dengan menggunakan pendekatan empiris-ilmiah.
5. Masyarakat Agama
Pengalaman keagamaan mungkin juga meliputi kesadaran akan keanggotaan
ke dalam kelompok pemeluk tertentu. Ritus-ritus atau upacara-upacara sering kali
mengingatkan individu akan keanggotaannya di dalam kelompok tersebut dan
menciptakan perasaan kebersamaan yang mendalam. Ritus-ritus menciptakan rasa
kekitaan di dalam kelompok sebagai satu komunitas dari pemeluk agama yang sama.
Melalui kelompok atau masyarakat pemeluk itu kepercayaan, ritus-ritus, pengalaman-
pengalaman dapat dilestarikan.