Anda di halaman 1dari 14

TEORI ASAL-USUL AGAMA

Disampaikan pada Perkuliahan Pengantar Studi Agama


Oleh: Thiyas Tono Taufiq
Prodi Sudi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Humaniora
UIN Walisongo Semarang, Kamis 16 September 2021
PENGANTAR
“Agama adalah sesuatu yang menjembatani hubungan seseorang
dengan sesuatu yang diyakininya sebagai sebuah kebenaran sejati
atau Tuhan.” (Zazuli: 2018)
Menurut KBBI, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergulatan antara
manusia serta antara manusia dengan lingkungannya.
Inti pokok dari semua agama adalah kepercayaan tentang adanya
Tuhan, sedangkan persepsi manusia tentang Tuhan dengan segala
konsekuensinya beranekaragam, maka agama-agama yang dianut
manusia di dunia ini pun bermacam-macam pula. Mulai dari Islam,
Protestan, Katolik, Yahudi, Hindu, Buddha, Konfusianisme, hingga
agama-agama yang berkembang di belahan dunia. Baik agama-
agama besar maupun agama-agama lokal.
TEORI ASAL-USUL AGAMA/RELIGI
“Masalah asal mula dan inti dari suatu unsur universal
seperti religi atau agama, mengapa manusia percaya
kepada suatu kekuatan yang dianggap lebih tinggi
daripadanya, dan masalah mengapakah manusia
melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang
beraneka warna untuk mencari hubungan dengan
kekuatan-kekuatan tadi, telah menjadi objek perhatian
para ahli pikir sejak lama.”
1. TEORI JIWA (RUH)
“Teori Jiwa”, pada mulanya berasal dari seorang sarjana antropologi Inggris,
Edward Bunet Tylor, dan diajukan dalam kitabnya yang terkenal berjudul Primitive
Cultures (1873). Menurut Tylor, asal mula agama adalah kesadaran manusia akan
faham jiwa.
Ia mengatakan bahwa asal mula religi adalah bersamaan dengan adanya
kesadaran pada manusia akan adanya roh atau jiwa. Mereka memahami
adanya mimpi dan kematian, yang mengantarkan mereka sampai pada
pengertian bahwa kedua peristiwa itu, mimpi dan kematian adalah bentuk
pemisahan antara roh dan tubuh kasar.
Sifat abstrak dari jiwa tadi menimbulkan keyakinan di antara manusia bahwa jiwa
dapat hidup langsung, lepas dari tubuh jasmani. Pada waktu hidup, jiwa masih
tersangkut kepada tubuh jasmani, dan hanya dapat meninggalkan tubuh waktu
manusia tidur dan waktu manusia jatuh pingsan. Karena pada suatu saat serupa itu
kekuatan hidup pergi melayang, maka tubuh berada di dalam keadaan yang
lemah. Tetapi kata E.B. Tylor, walaupun melayang, hubungan jiwa dengan jasmani
pada saat-saat seperti tidur atau pingsan, tetap ada. Hanya pada waktu seorang
makhluk manusia mati, jiwa melayang terlepas, dan terputuslah hubungan dengan
tubuh jasmani untuk selama-lamanya
TEORI JIWA (E.B TYLOR: 1873)
Jiwanya
Tubuh Mati dilepas oleh Roh/Spirit
Tubuh

Menempati Kayu,
Sungai, Lautan,
Hutan, Bangunan ANIMISME
Rumah Tua,
Kuburan dan
Tempat Lain
2. TEORI BATAS AKAL
James G. Frazer, dalam bukunya The Golden Bouch : a study in Magic and
Religion (1880) volume I : manusia memecahkan persoalan-persoalan
hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya. Akan tetapi, akal dan
sistem pengetahuan ada batasnya. Teori batas akal ialah suatu teori yang
menyatakan bahwa terjadinya agama disebabkan manusia mengalami
gejala yang tidak dapat diterangkan oleh akalnya. Semakin meluasnya
perkembangan ilmu dan tekhnologi, makin maju kebudayaaan manusia
maka makin luas batas akal.
Menurut Frazer memang ada suatu perbedaan yang besar di antara magic
dan religion. Magic adalah segala sistem perbuatan dan sikap manusia
untuk mencapai suatu maksud dengan menguasai dan mempergunakan
kekuatan dan hukum-hukum gaib yang ada di dalam alam. Sebaliknya,
religion adalah segala sistem perbuatan manusia untuk mencapai suatu
maksud dengan cara menyandarkan diri kepada kemauan dan kekuasaan
makhluk-makhluk halus seperti ruh, dewa dsb., yang menempati alam.
(Kahmad, 2000)
3. TEORI KRISIS DALAM HIDUP INDIVIDU
Pandangan ini berasal antara lain dari sarjana-sarjana seperti M.
Crawley dalam bukunya Tree of Life (1905), dan diuraikan secara luas
oleh A. Van Gennep dalam bukunya yang terkenal, Rites de Passages
(1909). Menurut sarjana-sarjana tersebut, dalam jangka waktu
hidupnya manusia mengalami banyak krisis yang menjadi obyek
perhatiannya, dan yang sering amat menakutinya.
Betapapun bahagianya hidup orang, ia selalu harus ingat akan
kemungkinan-kemungkinan timbulnya krisis dalam hidupnya. Krisis-krisis
itu yang terutama berupa bencana-bencana sakit dan maut, tak dapat
dikuasainya dengan segala kepandaian, kekuasaan, atau kekayaan
harta benda yang mungkin dimilikinya. Dalam jangka waktu hidup
manusia, ada berbagai masa di mana kemungkinan adanya sakit dan
maut itu besar sekali, yaitu misalnya pada masa kanak-kanak, masa
peralihan dari usia muda ke dewasa, masa hamil, masa kelahiran, dan
akhirnya maut.
4. TEORI KEKUATAN LUAR BISA
“Teori Kekuatan Luar Biasa”, terutama diajukan oleh sarjana antropologi
bangsa Inggris, R.R. Marett dalam bukunya The Threshold of Religion
(1909). Sarjana ini mulai menguraikan teorinya dengan suatu kecaman
terhadap anggapan-anggapan Tylor mengenai timbulnya kesadaran
manusia terhadap jiwa.
Menurut Marett kesadaran tersebut adalah hal yang bersifat terlampau
kompleks bagi pikiran makhluk manusia yang baru ada pada tingkat-
tingkat permulaan dari kehidupannya di muka bumi ini.
Sebagai lanjutan dari kecamannya terhadap teori animisme Tylor itu, maka
Marett mengajukan sebuah anggapan baru. Katanya, pangkal dari segala
kelakuan keagamaan ditimbulkan karena suatu perasaan rendah terhadap
gejalagejala dan peristiwa-peristiwa yang dianggap sebagai biasa di
dalam kehidupan manusia. Alam tempat gejala-gejala dan peristiwa-
peristiwa itu berasal, dan yang dianggap oleh manusia dahulu sebagai
tempat adanya kekuatan-kekuatan yang melebihi kekuatan-kekuatan yang
telah dikenal manusia di dalam alam sekelilingnya, disebut Supernatural.
5. TEORI SENTIMEN KEMASYARAKATAN
“Teori Sentimen Kemasyarakatan”, berasal dari seorang sarjana ilmu
filsafat dan sosiologi bangsa Perancis bernama E. Durkheim, dan
diuraikan olehnya dalam bukunya Les Formes Elementaires de la Vie
Religieuse (1912).
Durkheim yang juga menjadi amat terkenal dalam kalangan ilmu
antropologi budaya, pada pangkalnya mempunyai suatu celaan
terhadap Tylor, serupa dengan celaan Marett. Ia beranggapan
bahwa alam pikiran manusia pada masa permulaan perkembangan
kebudayaannya itu belum dapat menyadari suatu faham abstrak
“jiwa”, sebagai suatu substansi yang berbeda dari jasmani.
Durkheim juga berpendirian bahwa manusia pada masa itu belum
dapat menyadari faham abstrak yang lain seperti perubahan dari
jiwa menjadi ruh apabila jiwa itu telah terlepas dari jasmani yang
mati.
6. TEORI WAHYU (FIRMAN) TUHAN
“Teori Firman Tuhan”, pada mulanya berasal dari seorang
sarjana antropologi bangsa Austria bernama W. Schmidt.
Sebelum Schmidt sebenarnya ada sarjana lain yang
pernah mengajukan juga pendirian tersebut. Sarjana lain
ini adalah seorang ahli kesusasteraan bangsa Inggris
bernama A. Lang.
Sebagai ahli kesusasteraan, Lang telah banyak membaca
tentang kesusasteraan rakyat dari banyak suku bangsa di
dunia. Di dalam dongengdongeng itu, Lang sering
mendapatkan adanya seorang tokoh dewa yang oleh
suku-suku bangsa bersangkutan dianggap dewa tertinggi,
pencipta seluruh alam semesta serta isinya, dan penjaga
ketertiban alam dan kesusilaan.
LANJUTAN…
W. Schmidt, pakar antropologi Austria, mengolah lebih lanjut simpulan
Lang tersebut. Sebagai seorang pendeta agama Katholik, beliau
percaya bahwa agama berasal dari titah Tuhan yang diturunkan
pada awal keberadaan manusia di bumi. Karena itu, adanya tanda-
tanda kepercayaan pada dewa pencipta, memperkuat anggapannya
mengenai adanya titah Tuhan asli dan bersih. Kepercayaan ini telah
dimiliki suku bangsa yang hidup ketika tingkat kebudayaan manusia
masih sangat rendah, dan ketika kebudayaan manusia makin
meningkat makin kabur kepercayaan asli tersebut digantikan dengan
pemujaan pada makhluk halus, ruh, dewa, dan sebagainya.
KATEGORI-KATEGORI DALAM AGAMA
Suatu sistem kepercayaan bisa dikategorikan sebagai agama
apabila memiliki beberapa unsur yang di antaranya adalah:
1.Kepercayaan atau keyakinan, yaitu suatu prinsip yang
dianggap sebagai sesuatu kebenaran
2.Simbol-simbol yang menjadi identitas agama yang dianutnya
3.Praktik atau ritual keagamaan yang meliputi hubungan
vertical antara manusia dengan Tuhanya (God) dan hubungan
horizontal antara umat yang seagama atau yang beragama
lain
4.Pengalaman keagamaan, yaitu berbagai bentuk pengalaman
keagamaan peribadi yang dialami oleh penganutnya
5.Umat beragama, yakni komunitas penganut dari tiap agama
LANJUTAN…
Sebagian ahli juga membagi agama menjadi tiga kategori:
1.Agama-Agama Mayor (Besar) yang mengacu pada agama yang
bersifat trankultural atau internasional (agama-agama besar dunia)-
(ex: Islam, Hindu, Buddha, Kristen, Yahudi, etc.)
2.Agama lokal/Pribumi yang mengacu pada kelompok agama yang
lebih kecil yang terdapat budaya atau kelompok masyarakat tertentu
(ex: Kaharingan, Sunda Wiwitan, Parmalim, etc.)
3.Gerakan-Gerakan Keagamaan Baru (New Age Movement) yang
mengacu pada jenis agama baru yang dikembangakan pada zaman
modern ini (yang biasanya adalah merupakan aliran baru yang
terinspirasi dari berbagai agama besar yang sudah terlebih dahulu
ada. (ex: Freenmansory, Western Astrology, The Theosophical Society,
etc.)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai