Anda di halaman 1dari 10

NAMA : SEPTIANA DWI AMALIA

NPM : 23 02 3 1 0246

KELAS : INFORMATIKA E 23

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata kepada Allah
agama semua nabi, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, agama yang
menjadi petunjuk manusia, mengatur hubungan antara manusia dengan Rabbnya
dan manusia dengan lingkungannya. Agama rahmah bagi semesta alam, dan
merupakan satu-satunya agama yang diridhoi Allah, agama yang sempurna.1
Dengan beragama Islam, setiap muslim memiliki landasan tauhidullah, dan
menjalankan peran dalam hidup berupa ibadah (pengabdian vertical) dan khilafah
(pengabdian horizontal) dan bertujuan meraih ridha dan karunia Allah. Islam yang
mulia dan utama akan menjadi kenyataan dalam kehidupan duniawi, apabila
benar-benar diimani, dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh muslimin
secara totalitas (Kaffah).2 (QS. Al-Fath : 29, al-Baqarah : 208).
Dengan pengamalan Islam sepenuh hati dan sungguh-sungguh, akan
melahirkan manusia yang memiliki kepribadian muslim, kepribadian mu’min,
kepribadian muhsin dan muttaqin. Setiap muslim yang memiliki kepribadian
tersebut dituntut untuk memiliki aqidah berdasarkan Al-Tauhid Al-Khalis (tauhid
yang bersih) dan istiqomah terhindar dari kemusyrikan, bid’ah dan khurafat.
Memiliki cara berfikir bayani (paham yang komitmen terhadap nash al-Qur’an
dan alhadits), burhani (rasional,logis dan ilmiah) dan irfani (Ketajaman hati nurani
stabilitas emosi, dan kekuatan spiritual intuisi), yang selanjutnya berimplikasi
pada ucapan pikiran dan tindakan yang mencerminkan akhlak karimah dan
rahmatan lil alamin.
Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata kepada Allah
agama semua nabi, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, agama yang
menjadi petunjuk manusia, mengatur hubungan antara manusia dengan Rabbnya
dan manusia dengan lingkungannya. Agama rahmah bagi semesta alam, dan
merupakan satu-satunya agama yang diridhoi Allah, agama yang sempurna.1
Dengan beragama Islam, setiap muslim memiliki landasan tauhidullah, dan
menjalankan peran dalam hidup berupa ibadah (pengabdian vertical) dan khilafah
(pengabdian horizontal) dan bertujuan meraih ridha dan karunia Allah. Islam yang
mulia dan utama akan menjadi kenyataan dalam kehidupan duniawi, apabila
benar-benar diimani, dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh muslimin
secara totalitas (Kaffah).2 (QS. Al-Fath : 29, al-Baqarah : 208). Dengan
pengamalan Islam sepenuh hati dan sungguh-sungguh, akan melahirkan manusia
yang memiliki kepribadian muslim, kepribadian mu’min, kepribadian muhsin dan
muttaqin. Setiap muslim yang memiliki kepribadian tersebut dituntut untuk
memiliki aqidah berdasarkan Al-Tauhid Al-Khalis (tauhid yang bersih) dan
istiqomah terhindar dari kemusyrikan, bid’ah dan khurafat. Memiliki cara berfikir
bayani (paham yang komitmen terhadap nash al-Qur’an dan alhadits), burhani
(rasional,logis dan ilmiah) dan irfani (Ketajaman hati nurani stabilitas emosi, dan
kekuatan spiritual intuisi), yang selanjutnya berimplikasi pada ucapan pikiran dan
tindakan yang mencerminkan akhlak karimah dan rahmatan lil alamin.
B. RUMUSAN MASALAH
Diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi secara lebih detail
dalam memahami apa saja
1. Di era saat ini banyak sekali ditemukan umat Islam yang melakukan tindakan
kekerasan atau anarkhis dengan mengatasnamakan Islam. Coba analisis masalah
tersebut disertai dengan pendapat anda serta Kontribusi apa yang bisa anda
berikan untuk menanggulangi tidakan tersebut
C. TUJUAN MASALAH
Untuk mengetahui analisis tentang kekerasan dalam islam
Mengetahui tentang islam
D. MANFAAT
Diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi secara lebih detail dalam
memahami apa saja tentang masalah yang melibatkan islam

BAB II
PEMBAHASAN
A. DASAR TEORI
1.Pengertian Agama
Agama didefinisikan dengan perasaan, tindakan, dan pengalaman individu-
individu dalam kesepiannya, sepanjang mereka melihat dirinya berhadapan daam
hubungan dengan apa yang dianggapnya sebagai Tuhan. (James, 1902:32).
Agama adalah sistem kepercayaan pada kuasa Illahi atau di atas manusia, dan
praktik atau pemujaan atau ritual lainnya yang diarahkan kepada kuasa tersebut.
(Argyle dan Beit-Hallahmi, 1975:1). Agama adalah lembaga yang terdiri dari
interaksi yang terpola secara kultural dengan wujud di atas manusia yang
diasumsikan secara kultural pula. (Spiro,1966:96)1
Di samping definisi-definisi tentang agama di atas, Harun Nasution merumuskan
ke dalam beberapa definisi yaitu,
A. Pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus di
penuhi.
B. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang
menguasai manusia
C. Mengikat pada diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan
pada suatu sumber yang berada di luar manusia dan yang mempengaruhi
perbuatan manusia.
D. Kepercayaan terhadap suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu.
E. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan ghaib.
F. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber
dari hal ghaib.
G. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan takut
terhadap kekuatan misterius yang terdapat di alam sekitar.
H. Merupakan ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
seorang utusan.

2. Teori-teori Asal-usul Agama


A Teori Jiwa
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ”Reader in
Anthropology” yang bernama E.B Tylor yang merupakan guru besar di
Universitas Oxford. Sebagai teoritis dalam bidang agama, pandangannya banyak
dipengaruhi oleh alam pemikiran yang berkembang di masanya. Ia menjelaskan
mengenai asal-usul kepercayaan pada jiwa, bahwa manusia primitif dihadapkan
pada masalah perbedaan antara orang hidup dan mati dan mempertanyakan
sebabnya. Pada saat yang sama, manusia primitif juga heran karena bertemu
dengan ruh orang yang sudah mati. Berdasarkan kedua hal tersebut, manusia
primitif mempostulasikan adanya jiwa yang dapat meninggalkan badan ketika
orang tidur atau transe, atau pergi selamanya setelah orang meninggal dunia.
Tylor juga melihat adanya hubungan antara kata-kata untuk “Jiwa” (soul) dan
“nafas” (breath) yang terdapat dalam berbagai bahasa, juga di dalam budaya yang
dipercaya manusia memiliki banyak jiwa. Dari jiwa manusia, Tylor berlanjut ke
jiwa binatang dan makhluk-makhluk lainnya. Menurutnya, suku primitif belum
mengenal pembedaan psikis yang tegas antara manusa dan binatang. Dalam
“psikilogi primitif”, binatang tumbuh- tumbuhan dan benda alam lainnya juga
dianggap memiliki jiwa seperti manusia.
Mengenai kesatuan jiwa dalam manusia, Tylor beranggapan bahwa di
seluruh dunia banyak hal yang dilakukan atau dikatakan manusia dalam waktu
dan tempat yang berbeda, yang betul-betul serupa satu sama lain. Meskipun
mungkin benar bahwa beberapa persamaan ini berasal dari “deviasi” suatu suku
yang behasil mengajarkan ide-ide yang baik pada suku-suku lain namun sering
terjadi adalah bahwa suku yang berbeda-beda menemukan ide-ide yang sama dan
mendapatkan adat kebiasaan yang sama secara sendiri- sendiri. Dengan kata lain,
kesamaan itu bersifat kebetulan, mereka merupakan kesamaan fundamentalis dari
jiwa manusia.
B Teori Batas Akal
Teori ini berkembang dan diperkenalkan oleh James George Frazer (1854-
1951), sahabat dekat W. R Smith, adalah sarjana Barat lain yang juga
mempelajari totemisme. Minat utamanya adalah ilmu klasik. Menurut Frazer,
“ilmu tentang manusia membutuhkan bantuan dari mana-mana saja jika hendak
dilakukan secara sungguh-sungguh. Karena itu di tahun 1887, diterbitkan pamflet
berjudul Questions of the Manners, customs, religion, superstitions etc. of
uncivilized or semi- civilized Peoples, yang disebarluaskan ke seluruh dunia.
Jawaban- jawabannya dijadikan sebagai dasar antropologis yang dibuat Frazer.
Dari The Golden Bough dapat diambil tiga hal, pertama, definisi kerja magi,
kedua, masalah raja ilahi, ketiga, konsep dewa atau dewi tumbuhan yang mati
kemudian hidup kembali. Frazer membedakan dua macam pemikiran yang
mendasari magi. Pertama, prinsip “serupa menghasilkan serupa”,kedua, begitu
benda-benda “berhubungan satu samalain” maka dari jawak tertentu akan tetap
demikian setelah kontak fisik tersebut diputus. Yang pertama disebut
homeopathic atau immitative magic (seperti memercikkan air supaya terjadi
hujan), dan yang kedua disebut contagius magic (seperti menggunakan bagian-
bagian tertentu badan manusia, rambut, kuku dan sebagainya). Jika sebuah magi
ditunjukkan kepada yang buruk, maka disebut dengan “magi hitam”, dan
sebaliknya. Frazer juga membuat teori tentang agama dan magi. Agama
didefinisikannya sebagai a propitiation of conciliation of powers superior to man
which are believe to direct and control the course of nature and of human life,
suatu pemujaan atau perdamaian dengan kekuatan-kekuatan yang mengatasi
manusia. Manusia berusaha memanipulasi lingkungan dengan mempergunakan
magi, tetapi kemudian manusia kembali pada “agama” ketika ia tahu bahwa
manipulasi tersebut tidak mungkin dilakukan. Karena magi dan agama berbeda,
magi berasal dari kausalitas, sementara agama berasal dari pada kepercayaan akan
kekuatan-kekuatan yang menguasainya. Frazer mengakui bahwa keduanya sering
kali terjalin erat. Tetapi menurutnya, “magic is older than religion in the history
of humanity”, magi lebih tua daripada agama dalam sejarah kemanusiaan.
Dimana- mana, abad agama selalu didahului oleh abad magi.
C. Teori Krisis dalam Hidup Individu
Teori ini dikemukakan oleh M. Crawley dalam bukunya Tree of Life dan
A. Van Gennep dalam bukunya Rites de Passages. Menurut sarjana-sarjana
tersebut, dalam jangka waktu hidupnya manusia mengalami banyak krisis yang
menjadi objek hidupnya. Betapapun bahagianya hidup orang, ia selalu ingat akan
kemungkinan- kemungkinan timbulnya krisis, terutama bencana-bencana sakit
dan maut yang tidak dapat dihalangi kedatangannya dengan kekayaan, harta, ilmu
dan kekuatan dirinya. Dalam hal ini, dalam menghadapi krisis dalam hidupnya,
manusia membutuhkan keteguhan iman dan menguatkan dirinya, yang berupa
upacara-upacara yang merupakan pangkal agama dan bentuk-bentuk agama yang
tertua.
E Teori Sentimen Kemasyarakatan
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Emile Durkheim yang
dikemukakan dalam bukunya Les Formes Elementaries de la Vie Religiense
(1912). Fokus sosiologi agama Durkheim adalah fungsi yang dimainkan agama
dalam menjembatani ketegangan individu dan dalam menghasilkan solidaritas
sosial, menjaga kelangsungan hidup masyarakat ketika dihadapkan pada
tantangan yang mengancam kelangsungan hidup baik dari suku lain, orang-orang
luar maupun dalam dan dari bencana alam. Agama juga mensakralkan kekuatan
yang tergabung dalam suatu suku, oleh karena itu agama adalah sebagai
keteraturan sosial yang mengikat suatu masyarakat dengan tujuan sosial dan nilai
yang sama
F Teori Wahyu
Teori ini diperkenalkan oleh Andrew Lang (1844-1912). Pertama- tama
perhatian Lang tertuju pada difusi bahan-bahan mitologis yang jauh melampaui
batas-batas Indo-Eropa seperti yang dibahas oleh Max Muller. Menurut Lang,
mite bersifat rasional dan irrasional yang membutuhkan penjelasan lebih
mendalam. Tahun-tahun akhir kehidupan Lang dihabiskan untuk mempelajari
masalah dewa-dewa tertinggi dan fenomena psikis yang ditulis dalam bukunya
The Making of Religion (1898). Lang menjelaskan bahwa suku-suku primitive
memiliki konsep tentang suatu wujud tertinggi, pengatur dan pencipta illahi,
pemikiran ini sama sekali tidak berasal dari sumber lain.
Lang menghadapi kritik dan ia membela pendapatnya dengan semangat,
tidak banyak sarjana yang mengikutinya dan diantara yang sedikit itu adalah
Wilhelm Schmidt, yang di tahun kematian Lang (1912) menerbitkan bukunya Der
Ursprung der Gottesi dee. Sepuluh tahun sebelum itu, 1902, di Swedia, Nathan
Soderblom, guru besar Universitas Upsala, menulis “The science of religion
shares with every other science the fate of being force constantly to revise itself. It
is not improbable that Lang’s discoveries will bring about a considerable
upheaval in certain branches of the history of religion” ilmu agama berbagai
dengan ilmu pengetahuan lainnya, nasibnya dipaksa harus selalu memperbaiki
diri. Bukannya mungkin penemuan-penemuan Lang akan membawa kemajuan
3. Analisis
1 Kekerasan Mengatasnamakan Agama Dimulai dengan aksi pengeboman
disejumlah tempat di tanah air secara masif. Sebuah aksi yang telah dirancang
dengan sistematis, dilakukan secara profesional, dan didukung pendanaan yang
sangat besar. Setidaknya ada beberapa penyebab ideologi kekerasan dan
terorisme. adanya beberapa ajaran dalam agama yang disalah pahami. Dalam
Islam ada ajaran jihad dan mati syahid, yang dianggap membenarkan aksi-aksi
keras teroris. Padahal, jihad dan mati syahid tidak seperti yang mereka pahami.
Jihad adalah prinsip perjuangan suci yang tidak selalu berarti perang fisik.
Perintah perang fisik dalam jihad. memiliki aturan dan mekanisme baku amat
ketat dan tertentu, seperti tidak boleh membunuh anak-anak dan perempuan, tidak
boleh merusak rumah ibadah dan fasilitas umum termasuk Kantor pemerintah.
Begitu juga dengan konsep mati syahid. Ajaran ini merupakan penghormatan
puncak dari Tuhan kepada mereka yang menegakkan Ajaran-Nya dengan cara-
cara luhur, bukan dengan cara kekerasan hina seperti bom bunuh diri.
Penting untuk menyadari bahwa terorisme bukan hanya merupakan suatu
bentuk kekerasan, tetapi juga merupakan metode dan misi politik yang
menggunakan kekerasan, kekerasan yang dilakukan hanya merupakan alat untuk
mewujudkan atau mengimplementasikan misi, target atau tujuan. Suatu kegiatan
besar dengan berani mengorbankan nyawa dan menimbulkan problem ketakutan
dimasyarakat tentulah mempunyai target besar dan spesifik. Dari sudut bentuk
kejahatannya yang sangat terorganisir menunjukan kalau ada misi yang hendak
diwujudkan.11 Akhirnya muncul beberapa spekulasi-spekulasi tentang agama
islam sebagai agama yang keras, ekstrim, terorisme, penghancur, jahat, tidak
memiliki nilai-nilai keberagaman dan lain sebagainya. Hal-hal inilah yang
menjadikan masyarakat menilai terhadap suatu yang dilihatnya, padahal islam
adalah agama yang damai, karena agama islam belum tentu muslimnya, pada
syariatnya islam. Ulama sebagai pewaris para Nabi memiliki peran dan tanggung-
jawab besar dalam membimbing umat untuk tetap istiqomah, menjalankan nilai-
nilai Islam yang benar sebagaimana diajarkan oleh Rasullullah SAW. Karena itu,
ulama harus bersikap tegas, arif, dan bijaksana terhadap setiap penyimpangan,
baik terkait dengan aqidah maupun syariah Islam. Ketidak tegasan sikap akan
menimbulkan penyimpangan terhadap aqidah dan syariah semakin marak dan
meluas. Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah para ulamaulama dan
cendekiawan muslim harus mengambil peran aktif dalam menjaga nilai-nilai
Islam dan melindungi umat dari setiap paham dan aliran yang menyimpang. Di
antaranya dengan menetapkan pedoman untuk menyikapi suatu kelompok aliran
tersebut sesat atau tidak berdasarkan analisa, kajian, dan dalil-dalil yang bisa
dipertanggung jawabkan. Penetapan ini akan menjadi pedoman bagi umat Islam
dalam suatu paham sehingga bisa menyikapi dengan benar.
2. Kekerasan Mengatasnamakan Agama Sesuai Dengan Unsur Penyalahgunaan
Agama dalam Pasal 156a KUHP
Pasal 156a KUHP telah menyebutkan adanya unsur kejahatan, yaitu unsur
penyalahgunaan agama. Kekerasan yang dilakukan oleh kelompok orang dinilai
telah memenuhi unsur penyalahgunaan agama, karena semua agama apapun
mengajarkan tentang kebajikan dan kebaikan didalamnya, tidak mengajarkan
tentang kekerasan disertai pengrusakan dan lain-lain. Ibnu qayyim menjelaskan
bahwa Tujuan Hukum Islam adalah untuk mewujudkan kemashlahatan hamba
dunia dan akhirat. Menurutnya, seluruh hukum itu mengandung keadilan, rahmat,
kemashlahatan dan Hikmah, jika keluar dari keempat nilai yang dikandungnya,
maka hukum tersebut tidak dapat dinamakan Hukum Islam
Pandangan Ajaran Islam Tentang Perbuatan Kekerasan
Islam dan Perdamaian Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera,
penyerahan diri, taat, dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama
islam agama yang menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan
kehidupan umat manusia. Islam bersifat universal dan rahmat bagi seluruh alam
rahmatan lil alamin. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya dan kedudukan manusia di hadapan Tuhan, tetapi juga memberikan
tuntunan bagaimana manusia berhubungan dengan sesamanya dan bagaimana
kedudukan manusia di tengah-tengah alam Dan tidaklah kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi alam semesta
Agama islam mengajarkan perdamaian karena Islam dalam menyiarkan
agama menggunakan cara bil hikmah (bijaksana), tutur kata yang santun, dan
menggunakan cara berdebat yang dilandasi saling hormat-menghormati,
berdakwah dengan sikap kasar hanya melahirkan empati, sikap emosional hanya
mengundang kebencian. Sebaliknya sikap kasih sayang mampu membuat lunak
hati yang keras, menarik simpati orang lain, dan membuat nyaman mereka berada
di dekat kita
Dalam Al-quran disebutkan:
maka disebabkan rahmat dari allahlah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu, lalu apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada
allah, sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada
Ayat diatas mengabadikan tentang keberhasilan dakwah Rasulullah SAW
dalam membangun tatanan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, tentram,
aman, demokratis dan terbuka, karena Rasulullah menjadikan kelmbutan dan
kasih sayang sebagai panglima dalam membangun tatanan masyarakat. Karena
kelembutan membimbing pada keadilan, ketika jiwa itu tenang, hati akan tentram
kedamaian menjadi bingkai hubungan antar insan, hidup benar-benar tertata rapi,
tidak ada cekcok ataupun pertengkaran. Dalam sebuah barang siapa yang jauh dari
sikap lembut, ia jauh dari kebaikan jika kelembutan ada dalam sesuatu, niscaya ia
akan menjadi penghias. Jika tercabut maka akan membuat sesuatu tersebut
tercabik-cabik
Pandangan Agama Islam Mungkar Disertai Kekerasan Kekerasan yang
dilakukan oleh sekelompok masyarakat atau organisasi yang mangatasnamakan
agama dengan tujuan untuk menegakkan kebenaran, kekerasan yang dimaksud
adalah berupa pengrusakan, teror, aksi brutal. dengan tujuan untuk mungkar
adalah tidak sesuai dengan agama islam dan dapat dikatakan penyalahgunaan
agama Aksi kekerasan tersebut banyak melanggar hak asasi, Selain hak-hak
perorangan yang dilanggar juga hak-hak masyarakat dalam kehidupan bernegara
yang dilanggar. Konsep hakhak insani dalam Islam juga bisa dirujuk pada konsep
Imam Al-Ghazali dan ushul fiqh yang biasa disebut dengan alqulya al-
maqashodul khamsah, yaitu lima hak-hak dasar universal, atau dalam Hukum
islam maqasidul ahkam (lima tujuan hukum) antara lain :
1. Berhubungan dengan perlindungan jiwa dan tubuh ( hifzul nafs).
2. Berhubungan dengan perlindungan akal ( hifzul aqal).
3. Berhubungan dengan perlindungan atas agama dan keyakinan (hifzuddin).
4. Berhubungan dengan perlindungan atas harta benda (hifzul mal).
5. Berhubungan dengan perlindungan kehormatan dan keturunan (hifzul aid dan
wan nassar).
4. Penutup
Agama adalah lembaga yang terdiri dari interaksi yang terpola secara
kultural dengan wujud di atas manusia yang diasumsikan secara kultural pula.
Agama menyebabkan adanya peraturan terikat kehidupan manusia sehingga ia
tunduk akan kewajiban yang tertuang dalam batas agama. Teori-teori tentang
kemunculan agama seperti teori jiwa, teori batas akal, teori kekuatan luar biasa,
teori krisis, teori sentimen masyarakat dan teori wahyu Tuhan.
Kemunculan agama di dunia beserta teori-teori yang masih menjadi
pertanyaan, diperlukan adanya keteguhan dan berpegang teguh dengan agama
yang dianutnya agar terciptanya kehidupan yang baik dan damai.
Selanjutnya keterkaitan teori-teori munculnya agama akan berkaitan
dengan sejarah, kitab suci, konteks ketuhanan, doktrin, hari dan adat, kosmologi
dan ekspresi modern agama di dunia mengenai konsep dan teori agama-agama di
dunia yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2017. Filsafat Agama : Wisata Pemikiran dan Kepercayaan


Manusia.
Djam’annuri. 2003. Studi Agama-agama : Sejarah dan Pemikiran. Yogyakarta
Pustaka Rihlah
L. Pals, Daniel. 2001. Seven Theories of Religion, Yogyakarta : Qalam

Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Agama : Sebuah Pengantar.

www.digilib.uinsby.ac.id, Teori Asal-Usul Agama

https://eprint.ums.ac.id/20726/26/01

Abdul wahid, Sunardi, Muhammad Imam Sidik, Kejahatan Terorisme-Prespektif

Agama, HAM, dan Hukum, PT. Refika Aditama, Bandung, Cet Pertama 2004

Afdlal, Awaniirewati dkk, Islam Dan Radikalisme Di Indonesia, LIPI Press

jakarta, 2005.

Anda mungkin juga menyukai