Anda di halaman 1dari 151

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Agama dan Islam


Agama dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan
peraturan. Kata agama berasal dari bahasa Sanskerta yang
berarti tidak kacau (Abdullah, 2004:2). Agama semakna
dengan kata “religion” (bahasa Inggris), “religie” (bahasa
Belanda), “religio” (bahasa Latin), yang berarti mengamati,
berkumpul/bersama, mengambil dan menghitung (Ahmadi,
1984:13).
Agama semakna juga dengan kata “ad-Din”(bahasa
Arab) yang berarti cara, adat kebiasaan, peraturan, undang-
undang, taat dan patuh, mengesakan Tuhan, pembalasan,
perhitungan, hari kiamat dan nasihat (Ali, 2007:25).
Menurut Harun Nasution bahwa agama adalah suatu
sistem kepercayaan dan tingka laku yang berasal dari suatu
kekuatan yang gaib.
Menurut Durkheim dalam buku Gambaran Pertama Bagi
Penghidupan Keagamaan bahwa agama adalah alam gaib yang
tidak dapat diketahui dan tidak dapat dipikirkan oleh akal
dan pikiran manusia; atau agama adalah suatu bagian dari
pengetahuan yang tidak dapat dicapai oleh ilmu pengetahuan
biasa dan tidak dapat diperoleh dengan pikiran saja.
Menurut al-Syahrastani dalam buku Al-Milal wa al-
Nihal berpendapat bahwa agama adalah ketaatan dan
kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai
pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat)
(Abdulah, 2004:5).

1
Menurut Cicero (sarjana Romawi) bahwa religi berarti
mengamati terus menerus tanda-tanda dari pada hubungan
kedewaan. Servius (sarjana Romawi) bahwa religi berarti
suatu hubungan yang erat (ikatan) antara manusia dengan
maha manusia (Religion is the relationship bet ween human and
superman).
Menurut Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama
adalah hubungan yang tetap antara diri manusia dengan yang
bukan manusia yang bersifat suci dan supernatur, dan yang
bersifat berada dengan sendirinya dan yang mempunyai
kekuasaan absolut yang disebut Tuhan (Ahmadi, 1984:14).
Pengertian agama menurut berbagai agama: Agama
menurut agama Hindu ialah satya, arta, diksa, tapa, brahma dan
yajna. Satya berati kebenaran yang absolut. Arta adalah dharma
atau perundang-undangan yang mengatur hidup manusia.
Diksa ialah penyucian. Tapa adalah semua perbutan suci.
Brahma adalah do‟a atau mantra-mantra. Yajna adalah kurban.
Pengertian lain ialah dharma atau kebenaran abadi yang
mencakup seluruh jalan kehidupan manusia.
Jadi agama menurut agama Hindu ialah kepercayaan
hidup pada ajaran-ajaran suci yang diwahyukan oleh Sang
Hyang Widhi yang kekal abadi.
Agama menurut Buddha ialah suatu kepercayaan dan
persujudan atau pengakuan manusia akan adanya gaya
pengendalian yang istimewa dan terutama dari suatu manusia
yang harus ditaati dan pengaruh pemujaan tadi atas perilaku
manusia. Pengertian lain dari agama adalah suatu badan dari
pelajaran kesusilaan dan filsafat serta pengakuan berdasarkan
keyakinan terhadap pelajaran yang diakui baik yaitu ajaran
sang Buddha yang sangat mulia.

2
Dalam pengertian yang lain bahwa agama adalah cara
tertentu untuk pemujaan kepada para Dewa , Dewa Agung
yaitu adanya kekuatan gaya tak terlihat yang menguasai alam
semesta.
Agama menurut agama Kristen ialah segala bentuk
hubungan manusia dengan Yang Suci. Terhadap Yang Suci
ini manusia tergantung, takut karena sifatnya yang dahsyat
dan manusia tertarik karena sifat-sifatnya yang
mempesonakan (Abd. Manaf, 1993:2).
Agama menurut agama Islam ialah peraturan yang
mendorong jiwa untuk memegang aturan Tuhan dalam
mencapai kebaikan dunia dan akhirat (Abd. Manaf, 1994: 3).
Islam berasal dari kata: salam yang artinya selamat,
aman sentosa, sejahtera; yaitu aturan hidup yang dapat
menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat. Kata salam
terdapat dalam al-Qur‟an surat al-An‟am ayat 54; surat al-
A‟raf ayat 46; dan surat al-Nahl ayat 32.
Kata Islam juga berasal dari kata aslama yang artinya
menyerah atau masuk Islam, yaitu agama yang mengajarkan
penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat kepada
hukum Allah tanpa tawar menawar. Kata aslama terdapat
dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 112; surat Ali-Imran
ayat 20 dan 83; surat al-Nisa‟ ayat 125; dan surat al-An‟am
ayat 14.
Kata Islam juga berasal dari kata silmun yang artinya
keselamatan atau perdamaian. Kata silmun terdapat dalam
al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 128 dan surat Muhammad
ayat 35.
Kata Islam juga berasal dari kata sulamun yang artinya
tangga, kendaraan, yaitu peraturan yang dapat mengangkat

3
derajat kemanusiaan yang dapat mengantarkan orang kepada
kehidupan yang bahagia. (Abdullah, 2004:6).
Menurut Syaikh Mahmud Syaltut bahwa agama ialah
ajaran yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW. Dan
menugaskan untuk menyampaikan agama tersebut kepada
seluruh umat manusia dan mengajak mereka untuk
memeluknya.
Menurut Majelis Tarjih Muhammadiyah bahwa agama
Islam ialah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW;
agama yang diturunkan tersebut dalam sunnah shihah,
berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta
petunjuk kebaikan manusia.
Menurut M. Natsir bahwa agama Islam adalah agama
kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor-faktor
percaya kepada adanya Tuhan, sebagai sumber dari segala
hukum dan nilai-nilai hidup, percaya adanya wahyu, percaya
adanya hubungan antara Allah dengan manusia, percaya
bahwa matinya seseorang, hidup rohnya tak berakhir dan
percaya bahwa keridhaan Allah sebagai tujuan hidup.
Menurut A.Mukti Ali bahwa agama Islam adalah
agama kepercayaan adanya Allah dan hukum yang
diwahyukan kepada utusan-utusan-Nya untuk kebahagiaan
hidup manusia.
Menurut Endang Saefuddin Anshari bahwa agama
Islam adalah agama yang berupa wahyu yang diturunkan
oleh Allah kepada rasul-Nya untuk disampaikan kepada
umat manusia sepanjang masa (Abdullah, 2004:8).

4
B. Ciri-ciri Agama
Kriteria yang harus dimiliki oleh suatu agama yaitu:
1. Adanya sistem keyakinan/kepercayaan terhadap
Tuhan sebagai Zat Maha Pencipta dan Maha Suci.
2. Adanya sistem persembahan berisi peraturan tata cara
pelaksanaan ibadah/peribatan manusia terhadap
Tuhan yang telah diyakininya.
3. Adanya kitab suci yang menghimpun
hukum/peraturan ketetapan Tuhan sebagai pedoman
bagi para pemeluknya.
4. Adanya Rasul utusan Tuhan yang menyampaikan
ajaran Tuhan itu kepada manusia agar memenuhi
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (Ali,
2007:24).

C. Penggolongan Agama
Ditinjau dari asal atau sumbernya dibagi dua bagian
yaitu:
1. Agama Samawiyah ialah agama yang datangnya dari
Allah dalam wujud wahyu yang ciri pokoknya Tauhid
dan adanya Rasul yang ditugaskan untuk
menyampaikan kepada manusia. Yang tergolong
agama Samawiyah ini ialah agama Yahudi, Nasrani dan
Islam.
2. Agama Ardhiyah yaitu agama yang dibentuk oleh
budaya/kebudayaan manusia. Agama semacam ini
sering berpaham animisme dan dinamisme. Konsepsi
ajarannya selalu berubah-ubah menurut dan sesuai

5
dengan keinginan masyarakat pemeluknya. Yang
tergolong agama Ardhiyah ini adalah agama Hindu,
Buddha, Konghucu, Shinto dan lain-lain. Pendapat ini
dikemukakan oleh Prof. A. Syalaby Guru Besar IAIN
Yogyakarta.
Menurut Muhammad Abd. Karim al-Syahrastani
(1071-1143) dalam buku Al-Milal wa al-Nihal, agama
ada empat macam yaitu:
1. Agama Islam.
2. Agama Ahlul Kitab (agama Nasrani dan Yahudi).
3. Agama wahyu yaitu agama para Nabi dan Rasul.
4. Agama-agama berdasarkan atas pikiran-pikiran
bebas para ahli filsafat (ahli-ahli pikir) (T.Hasan Ali,
1971:30).

D. Asal Usul Agama


Ada perbedaan pendapat tentang asal mula
pertumbuhan keyakinan keagamaan di dalam sejarah.
1. Pendapat kalangan agamawi bahwa agama itu berasal
dari kodrat Maha pencipta, yang memberikan
bimbingannya kepada Manu Pertama, dan Manu Pertama
itu mewariskan kepada turunannya. Sebagiannya tetap
taat kepada bimbingannya dan sebagiannya beransur-
ansur menyangkal, lalu mengemukakan ajaran-ajaran
yang menyimpang sesuai dengan selera pada sesuatu
tahap masa. Tersebab itulah kodrat Maha Kuasa
Pencipta itu melahirkan pembaharu Agama pada suatu
saat. Manu itu sebuah kata Sankrit. Bahasa Arab
menyebutnya dengan Man. Agama Brahma

6
memanggilkan Manu Pertama itu dengan Shatarupa.
Agama Yahudi, Kristen dan Islam memanggilkan
Manu Pertama itu dengan Adam. Satu persatu agama
lainnya mempunyai panggilan-panggilan tersendiri
terhadap Manu Pertama itu.
2. Kalangan ilmiah yang menyerahkan sebagian waktunya
bagi penelitian masalah keagamaan, terutama para
sarjana kejiwaan, pada umumnya berpijak pada teori
Evolusi dari Charles Darwin (1809-1992) bahwa
segalanya berasal dari bentuk yang sederhana dan
secara beransur-ansur berkembang ke arah tingkatan-
tingkatan bentuk yang lebih tinggi. Dalam pada itu
fokus penelitian ditujukan terhadap kelompok-
kelompok primitif (Sou‟yb, 1983:16).

Menurut teori evolusi bahwa di dalam menghadapi


alam semesta ini, manusia menemui dan mengalami
peristiwa-peristiwa yang penuh rahasia dan kejadian-kejadian
yang dahsyat, sehingga timbul bermacam-macam pertanyaan;
seperti apa yang menggerakkan hidup, apa yang
menyebabkan mati dan apa sesungguhnya alam ini.
Pertanyaan-pertanyaan itu tidak kunjung terjawab secara
tuntas, karena itu menggelisahkan hati. Untuk memenuhi
keinginan mengetahui akan rahasia kegaiban dan kebenaran
semuanya itu, mereka menciptakan sebagai analisa dan
interpretasi-interpretasi yang tidak mempunyai landasan atau
hayalan-hayalan saja.
Akhirnya lahirlah mite sebagai bentuk kepercayaan
yang pertama, manifestasi dari rasa agama. Pengalaman-
pengalaman manusia tentang peristiwa alam yang dahsyat.

7
Seperti: topan, banjir, gunung meletus dan lain-lain; diakhiri
dengan kesimpulan adanya sesuatu yang gaib. Mereka
menafsirkan segala sesuatu digerakkan oleh tenaga gaib,
sehingga timbul kepercayaan ada tenaga gaib sakti yang
berkuasa dialam ini yang disebut dengan mana. Selanjutnya
menjadi agama dinamisme yaitu kepercayaan terhadap
mana yang bersifat gaib dan kudus yang dapat menjelma
menjadi manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan serta
benda-benda yang melahirkan kekhidmatan agama.
Kekuasaan mana menimbulkan tabu (pantang) yang dapat
mengakibatkan bahaya; maka oleh karena itu tenaga tersebut
harus diperlakukan secara istimewa.
Apabila mana diperlakukan secara pribadi, aktif dan
berkemauan, maka dinamisme akan meningkat menjadi
animisme. Kepercayaan animisme berasal dari kesadaran akan
adanya hidup karena jiwa. Jiwa menjadi bebas dan bergerak
semaunya dan menjadi makhluk halus, roh dan menempati
seluruh alam, masuk ke dalam tubuh hewan (binatang jadi-
jadian), bahkan masuk ke dalam tubuh manusia (kesurupan
atau kemasukan).
Mereka dihormati dan ditakuti dalam kehidupan
manusia, sehingga menjadi objek penghormatan, pemujaan
dan penyembahan dengan berbagai upacara, sesajen, mantera
dan lain-lain. Struktur sosial mereka disamakan dengan
manusia, ada kepala atau pemimpinnya. Agar mereka tidak
menggangu dan sebaliknya dapat menolong manusia,
diadakan pemujaan dan timbullah istilah dewa; seperti: dewa
laut, hujan, angin, gunung dan lain-lain.
Seterusnya pemikiran keagamaan ini berkembang dan
peristiwa-peristiwa dalam kehidupan ini ada yang

8
mengendalikannya dan menguasainya. Timbul pula
kepercayaan mereka yaitu adanya dewa perang, kekayaan,
kesuburan dan dewa perusak. Kepercayaan, penyembahan,
kultus dan ritus yang berifat sakral membentuk jenis agama
yang disebut polytheisme yaitu segala sesuatu di luar
jangkauan dan kekuasaan manusia diserahkan kepada dewa.
Dewa dijadikan sasaran kultus, ritus dan sesajen. Untuk
keperluan tertentu disembah pula dewa tertentu yang
dinyatakan dari dewa-dewa yang lain. Sikap ini disebut
dengan monotheisme. Akhirnya dari dewa-dewa yang
banyak muncullah beberapa dewa yang menonjol; seperti:
dalam agama Hindu ada tiga dewa yaitu Trimurti. Dan
akhirnya ada Tuhan Yang Esa. Ini adalah teori evolusi dari
agama polytheisme berkembang menjadi agama monotheisme
atau dari faham syirik menjadi paham Tauhid.
Menurut pendapat Syeikh Muhammad Abduh tentang
wahyu dan risalah yang diberikan kepada para Nabi dan
Rasul melalui proses evolusi. Rasul-rasul yang dahulu adalah
rasul nasional, diberi wahyu sesuai dengan otak masyarakat
dan zamannya, dibatasi oleh ruang dan waktu. Proses ini
berkembang ada rasul untuk kaumnya saja. Akhirnya wahyu
itu sempurna dalam risalah yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW. Dia adalah khatamun nabiyyin, nabi
universal untuk seluruh umat manusia sepanjang zaman.
Dan proses yang dimaksud hanyalah yang berkenaan dengan
syari‟at dan yang menyangkut dengan masalah keyakinan.
Menurut Prof. Dr. A. Mukti Ali MA, dalam buku Asal
Usul Agama memberikan pendapatnya bahwa:
a. Hipothesa evolusi, yang digunakan sebagai kunci
untuk mengartikan ide tentang Tuhan adalah tidak

9
dapat diterima. Evolusionisme tidak terdapat dalam
kamus pemikiran ide tentang Tuhan.
b. Akal mutlak dapat mencapai pengertian tentang
Ketuhanan Yang Esa, agamalah yang menunjukkan
dengan khusus siapa Tuhan Yang Esa itu ialah Allah
SWT. Dalam surat al-Ikhlas ayat 1 berbunyi:
‫َح ٌد‬
َ ‫اَّللُ أ‬
‫قُ ْل ُى َو ه‬
“Katakanlah Muhammad bahwa Tuhan ialah Allah Yang
Esa”.
c. Ide tentang Tuhan sejak dari dulu adalah monotheisme
(tauhid); dan polytheisme (syirik) adalah merupakan
penyelewengan dari monotheisme.
d. Adam adalah dengan revelasi (wahyu) dan bukan
dengan evolusi. Dengan ini maka jelaslah apa artinya
surat Ali-Imran ayat 19 berbunyi:
ِْ ِ‫اَّلل‬
ۗ ُ‫اْل ْس ََل م‬ ‫ه‬ ‫ين عِ نْ َد‬ ِ‫إِ هن ال ّد‬
َ
“Sebenarnya agama bagi Allah ialah Islam”.

Dalam surat Ali-Imran ayat 85 berbunyi:


‫اْل ْس ََل ِم دِ ينًا فَ لَ ْن يُ ْق بَ َل ِم نْ وُ َو ُى َو‬
ِْ ‫و َم ْن يَبْ تَ ِغ غَ يْ ر‬
َ َ
‫ين‬ ِ
‫ر‬ ِ ‫ِِف ْاْل ِخ رةِ ِم ن ا ْْل ا‬
‫س‬
َ َ َ َ
“ Dan barang siapa mencari agama selain Islam maka tidak
diterimalah dia, dan dia di akhirat kelak tergolong jumlah
orang-orang yang merugi”.

10
E. Berbagai Pendekatan dalam Memahami Agama
Cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam
suatu bidang ilmu yang digunakan dalam memahami agama.
1. Pendekatan Historis
Historis ialah asal usul, silsilah, kisah, riwayat dan
peristiwa-peristiwa. Historis merupakan suatu ilmu yang
didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek dan latar
belakang peristiwa tersebut. Pendekatan ini penting dan
dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu
sendiri turun dari situasi yang kongkret dan berkaitan dengan
kondisi sosial kemasyarakatan. Melalui pendekatan ini orang
diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan
dengan penerapan suatu peristiwa.
2. Pendekatan Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang
mempelajari struktur sosial, proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial dan masalah-masalah sosial.
Sosiologi adalah ilmu masyarakat yang mempelajari
perkembangan dan prinsip-prinsip organisasi sosial.
Umumnya tingkah laku kelompok sebagai perbedaan dari
tingkah laku individu dan kelompok. Termasuk dalam ilmu
ini adalah komoditas, penelitian tentang kejahatan, keluarga,
sosiologi industri, lembaga, hubungan antar kelompok,
sosiologi pedesaan, sosiologi kota dan sosiologi agama.
Selanjutnya sosiologi digunakan sebagai salah satu
pendekatan memahami agama, karena banyak kajian agama
yang dapat dipahami secara profesional.

11
3. Pendekatan Teologis- Normatif
Pendekatan ini adalah upaya memahami agama dengan
menggunakan empiris dari suatu keagamaan dianggap
sebagai yang paling benar. Pendekatan ini menekankan
bentuk formal simbol-simbol keagamaan, mengklaim sebagai
agama yang paling benar, yang lainnya salah sehingga
memandang bahwa paham orang lain itu keliru, kafir dan
sesat. Pendekatan ini menggunakan kerangka ilmu
pengetahuan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa
wujud empiris dari keagamaan dianggap sebagai yang paling
benar dibandingkan dengan yang lain. Pendekatan ini dalam
memahami agama cenderung bersikap tertutup, tidak ada
dialog yang saling menyalahkan dan mengkafirkan, yang pada
akhirnya terjadi pembagian-pembagian umat, tidak ada kerja
sama dan terlihat adanya kepedulian sosial. Pendekatan ini
juga erat kaitannya dengan ajaran pokok dari Tuhan yang di
dalamnya belum terdapat penularan pemikiran manusia.
Dalam pendekatan ini, agama dilihat sebagai suatu kebenaran
mutlak dari Tuhan, tidak ada keraguan sedikitpun dan
tampak bersikap ideal. Dalam kaitan ini agama tampil prima
dengan seperangkat cirinya yang khas.
4. Pendekatan Sosial Budaya
Budaya adalah pikiran dan akal budi. Kebudayaan
adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sebagai
hasil pemikiran dan akal budi daya. Kebudayaan adalah
kesadaran nilai-nilai dalam kesemestaannya, yang tingkat
terendah mengandung makna suatu kesadaran intuitif dari
indentitas nilai dan urutan tingkat yang sesungguhnya dari
setiap nilai, serta kewajiban seseorang untuk mengejar dan

12
mewujudkan nilai-nilai itu dan kenyataan nilai yang tidak
mungkin.
Kebudayaan dapat pula digunakan untuk memahami
agama yang terdapat pada data dan empirisnya atau agama
yang tampil dalam bentuk formal di masyarakat. Agama yang
tampil dalam bentuk tersebut berkaitan dengan kebudayaan
yang berkembang di masyarakat tempat agama tersebut
berkembang. Melalui pemahaman terhadap kebudayaan
tersebut dapat mengambil ajaran agama.
5. Pendekatan Antropologi
Antropologi adalah ilmu tentang manusia khususnya
tentang asal usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat dan
kepercayaan pada masa lampau. Antropologi ialah ilmu
pengetahuan tentang manusia mengenai asalnya,
perkembangannya, jenis bangsanya dan kebudayaannya.
Antropologi juga berarti salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang mengkaji masalah manusia dan budayanya, dan ilmu ini
bertujuan untuk memperoleh suatu pemahaman totalitas
manusia sebagai makhluk hidup, baik dimasa lampau
maupun di masa sekarang.
Pendekatan antropologi dalam memahami agama
dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam memahami
agama dengan melihat wujud praktik keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui
pendekatan agama sangat akrab dan dekat dengan masalah-
masalah yang dihadapi oleh manusia, berupaya menjelaskan
dan memberikan jawabannya. Melalui pendekatan
antropologi terlihat dengan jelas hubungan agama dengan
berbagai masalah kehidupan manusia.

13
6. Pendekatan Psikologi
Psikologi ialah ilmu jiwa yang menyelidiki tentang
keadaan jiwa orang berdasarkan cara berpikir, bertindak serta
berprilaku. Dalam ajaran agama banyak dijumpai istilah-
istilah yang menggambarkan sikap batin seseorang, misalnya
sifat beriman dan bertakwa kepada Allah, sebagai orang saleh
yang berbuat baik dan jujur. Semua itu adalah gejala-gejala
kejiwaan yang berkaitan dengan agama. Dengan ilmu ini
orang dapat mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati,
dipahami dan diamalkan seseorang. Dapat juga digunakan
sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa
seseorang sesuai dengan tingkat usianya. Dengan ilmu ini
dapat menemukan cara yang tepat dan cocok untuk
menanamkannya (Abdullah, 2006:59-70).

F. Hubungan Manusia dengan Agama


Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam
kehidupan ini di luar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia
mengalami kesulitan hidup, musibah dan berbagai bencana.
Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang
serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu.
Ini dialami oleh semua manusia. Naluri ini membuktikan
bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang
Khaliqnya.
Pada manusia primitif, kondisi ini menimbulkan
kepercayaan animisme dan dinamisme. Perbuatan yang
merupakan bentuk penghormatan pada Tuhannya berupa:
sesajen, pantangan (tabu) dan upacara sesembahan, ruatan,
korban dan lain-lain. Manusia secara insting dan naluriah

14
akan berbuat semacam itu sebagai ungkapan jiwanya yang
pada fithrahnya adalah suci, bertuhan dan mengakui
kebenaran (Abdullah, 2004:37).
Pada awalnya, perkembangan dan pertumbuhan agama
pada diri seseorang itu dilatar belakangi antara lain oleh
beberapa sebab:
1. Agama adalah produk dari rasa takut
2. Agama adalah produk dari kebodohan
3. Agama adalah dambaan dari manusia akan keteraturan
(Murtadha Mutahari yang dikutip oleh Abdullah Ali,
2007:31).

Kebutuhan manusia terhadap agama dapat disebabkan


beberapa faktor:
1. Faktor kondisi manusia
Manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur
jasmani dan rohani. Untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kedua unsur tersebut harus mendapat
perhatian khusus dan seimbang. Unsur jasmani
menumbuhkan pemenuhan yang bersifat fisik jasmaniah.
Kebutuhan tersebut adalah makan, minum, bekerja, istirahat,
olah raga dan lain-lain. Unsur rahani membutuhkan
pemenuhan yang bersifat psikis (mental) ruhaniah.
Kebutuhan tersebut adalah pendidikan agama, budi perkerti,
kepuasan, kasih sayang dan lain-lain.
Kedua hubungan tersebut sangat erat dalam usaha
menciptakan hidup bahagia. Oleh sebab itu untuk memenuhi
kebutuhan agar hidup harmonis, sejahtera, bahagia, Tuhan
memberikan bimbingan kepada manusia untuk beragama.

15
Seperti firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 201
yang berbunyi:
‫ول َربهنَا آتِنَا ِِف الدُّنْ يَا َح َس نَةً َوِِف‬ُ ‫َو ِم نْ ُه ْم َم ْن يَ ُق‬
ِ‫اب النهار‬ ‫ذ‬َ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ِ‫ْاْل ِخ رةِ ح س ن ةً وق‬
َ َ َ َ ََ َ َ
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.
2. Faktor status manusia
Ditinjau dari sudut jasmani, manusia diciptakan Tuhan
sangat sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk-
makhluk yang lain. Allah menciptakan manusia lengkap
dengan berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan akal
dan pikiran, kemuliaan dan berbagai kelebihan lainnya.
Firman Allah surat al-Tin ayat 4:
‫َح َس ِن تَ ْق ِو ٍي‬ ِ ْ ‫لَ َق ْد َخ لَ ْق نَا‬
ْ ‫اْل نْ َس ا َن ِِف أ‬
“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia bentuk
yang sangat sempurna”.
3. Faktor struktur dasar kepribadian manusia
Dalam psikologi bahwa ada lima macam dorongan
keinginan manusia untuk berbuat dan mewujudkan
keinginannya yaitu: dorongan jasmani (psikis), emosional
(perasaan), sosial bergaul (bermasyarakat), mental (beragama
dan bermoral) dan tanggung jawab manusia.
Ada tiga alasan dalam faktor ini yaitu:
a. Fithrah manusia
Agama adalah kebutuhan fithrah manusia. Fithrah
menjadi latar belakang manusia perlu beragama. Ketika

16
Tuhan menyeru untuk beragama, maka seruan tersebut
amat sejalan dengan fithrah manusia. Firman Allah
surat al-Rum ayat 30:
‫اَّللِ ا له ِِت فَطَ َر‬
‫ت ه‬ ِ ۚ ‫ك لِل ّدِ ي ِن َح نِي ًف ا‬ ِ
َ ‫ف طْ َر‬ َ ‫فَأَق ْم َو ْج َه‬
‫ين الْ َق يِّ ُم‬ ِ‫اَّللِ ۚ ذَ لِك ال ّد‬ ‫هاس عَ لَيْ َه ا ۚ ََل تَ بْ دِ يلَ ِْلَلْ ِق‬
ُ َ ‫ه‬ َ ‫الن‬
ِ ‫َولَكِ هن أَ ْك ثَ َر الن‬
‫هاس ََل يَ ْع لَ ُم و َن‬
“Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,
tetaplah atas fithrah Allah yang telah menciptakan manusia
dengan fithrah itu. Tidak ada perubahan pada fithrah Allah.
Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.
b. Adanya nafsu
Al-Nafs diciptakan oleh Allah dalam keadaan
sempurna untuk berfungsi menampung dan
mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan.
Firman Allah surat Yunus ayat 53:
‫َح ٌّق ُى َو ۖ قُ ْل إِي َو َرِّّب إِنهوُ ََلَ ٌّق ۖ َو َم ا‬
َ‫ك أ‬َ َ‫َويَ ْس تَ نْ بِئُون‬
‫ين‬ِ
‫ز‬ ِ ‫أَنْ ت م ِِب ع‬
‫ج‬
َ ُْ ْ ُ
“Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Untuk
menjaga kesucian nafsu ini manusia harus selalu mendekatkan
diri pada Tuhan dengan bimbingan agama”.
c. Tantangan manusia

17
Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi
tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari
luar. Dari dalam berupa godaan hawa nafsu dan
syaithan. Dari luar upaya manusia untuk
memalingkan manusia dari Tuhan. Firman Allah
surat al-Anfal ayat 36:
ِ ِ‫ص ُّد وا عَ ْن َس ب‬
‫يل‬ ‫ي‬ِ‫إِ هن الهذِ ين َك َف روا ي نْ ِف قُ و َن أَم وا ََل م ل‬
ُ َ ُْ َ ْ ُ ُ َ
ۗ ‫اَّللِ ۚ فَ َس يُ نْ فِ ُق ونَ َه ا ُثُه تَ ُك و ُن عَ لَيْ ِه ْم َح ْس َرةً ُثُه يُغْ لَبُو َن‬
‫ه‬
‫ين َك َف ُروا إِ َل َج َه نهمَ ُُيْ َش ُرو َن‬ ِ‫والهذ‬
َ َ
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu, menafkahkan harta
mereka untuk menghalangi orang dari jalan Allah”.
(Abdullah,2004:39-44).

18
BAB II
AAGAMA MESIR KUNO

1. Pengertian
Pada sekitar tahun 4000 sm bangsa Mesir telah
memiliki kebudayaan yang tinggi. Kebudayaan Mesir kuno
merupakan sumber kebudayaan yang menyebar ke seluruh
dunia.
Kebudayaan rohani bangsa Mesir adalah berupa agama
yang menjadi pendorong timbulnya kebudayaan materiil
yang tinggi. Farao (Fir‟aun atau raja-raja) serta rakyatnya dari
zaman ke zaman terikat oleh tradisi-tradisi agama mereka
yang kuat. Fir‟aun bersama pendeta-pendetanya berwenang
mengadakan perubahan-perubahan tentang pandangan
hidup rakyatnya sesuai dengan situasi dan kondisi serta
kebutuhan pada masa itu.
Hal ini terjadi karena bangsa Mesir menganggap bahwa
Farao (Fir‟aun) adalah keturunan dewa-dewa, bahkan
dianggap dewa. Agama menjadi filsafat hidup bangsa dalam
segala lapangan kehidupannya. Agama di saat itu menjadi
agama negara. Dengan kata lain bahwa negara Mesir kuno
merupakan negara theokrasi yang pemerintahannya bersistem
monorkhi (kerajaan); oleh karena itu dalam negara tersebut
sering terjadi pemaksaan dengan kekerasan terhadap
rakyatnya untuk menjalankan agama dan untuk melakukan
pemujaan kepada Farao sebagai dewa (Arifin,1998:10).

19
2. Ajaran Kepercayaan
a. Sistem kepercayaan Mesir Kuno adalah polytheisme dan
yang memegang peranan di dalam menentukan
keagamaan rakyat adalah Farao-Farao dan pendeta-
pendeta. Sehingga sering terjadi pemaksaan untuk
menjalankan perintah-perintah agama itu terhadap
rakyatnya.
b. Di samping polytheisme terdapat juga sistem
monotheisme, ajaran Farao Achnaton yang memuja dewa
Aton. Sedang dewa-dewa lainnya dipandang sebagai
suatu kepalsuan ciptaan pendeta belaka. Tradisi
kependetaan dihapus untuk sementara waktu.
c. Baik paham polytheisme maupun monotheisme Mesir
Kuno ini adalah masih bersifat „alamiah (natural) dan
materialistik, karena keduanya memperdewakan
benda-benda alam. Jadi pahamnya belum sampai
ketingkat abstrak atau metafisik.
d. Agama-agama yang berdasarkan tingkat pemikiran
sedemikian itu lebih tepat disebut kebudayaan
manusia atau filsafat ruhaniah bangsa itu sendiri.
e. Monotheisme Achnaton baru pada tarap oer-monotheisme
(paham ketuhanan pada tingkat permulaan) atau
dapat dianggap sebagai puncak perkembangan
evolusioner kepercayaan manusia kepada hal-hal gaib.
f. Monotheisme yang dapat mencapai kebenaran objektif
tertinggi mesti harus berdasarkan wahyu baik wahyu
itu langsung maupun tidak langsung; ataupun melalui
proses pemikiran dari manusia itu sendiri lebih
dahulu kemudian Allah menunjukkan jalannya yang
benar seperti halnya Nabi Ibrahim as dalam proses

20
mencari Tuhan yang benar (al-Qur‟an surat al-An‟am
ayat 74-79).
g. Baik polytheisme atau monotheisme bangsa Mesir kuno
tidak lain adalah termasuk agama ardhiyah atau
wadh’iyah yaitu agama ciptaan manusia sendiri melalui
kreasi budayanya. Agama menurut Islam adalah
undang-undang Ketuhanan yang memimpin orang-
orang berakal dalam usahanya mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat (Arifin,1998:14-15).

3. Ajaran tentang Pemujaan


a. Pemujaan kepada Raja dan Mummi.
Raja-raja Mesir yang bergelar Fir‟aun itu dianggap
sebagai keturunan para dewa, maka raja itupun
mereka puja, baik ketika masih hidup maupun setelah
mati. Mereka percaya bahwa arwah para raja itu masih
berada di sekitar jenazah selama belum rusak, untuk
membantu anaknya yang sedang berkuasa. Itulah
sebabnya jenazah itu diawetkan menjadi mummi yang
tahan sampai beribu-ribu tahun lamanya. Sedangkan
mummi-mimmi itu merekapun puja.
b. Pemujaan kepada patung berhala.
Di tempat-tempat pemujaan terhadap dewa-dewa
yang banyak jumlahnya, di tempat itu terdapat pula
berbagai macam patung-patung berhala. Mereka
percaya bahwa dewa-dewa itu bersemayam dalam
patung-patung itu. Ada patung yang berbentuk
hewan, manusia, seperti: Spinx (Abul Haul). Semua
mereka puja dan sembah.

21
c. Pemujaan kepada binatang.
Para dewa sering turun ke bumi dan kadang-kadang
menjelma dalam bentuk binatang. Misalnya dewa
Horus menjelma menjadi burung rajawali. Ptah (dewa
cahaya) menjelma dalam bentuk lembu. Itulah
sebabnya binatang-binatang itu disembah. Lama-lama
jumlah binatang yang dipuja itu bertambah; seperti:
kucing, buaya dan lain-lain. Tetapi yang paling
terkenal ialah lembu yang disebut Apis. Apabila Apis
itu mati maka diadakan upacara besar-besaran;
demikian pula dalam penggantian Apis yang baru
yang mereka anggap suci.
d. Pemujaan kepada kekuatan alam.
Negeri Mesir yang panas dan jarang hujan, sedang
matahari bersinar sepanjang hari dan tidak berawan.
Kalau tidak karena sungai Nil, negeri ini tidak lebih
terdiri dari gurun sahara belaka. Oleh karena itu orang
Mesir memuja matahari dan sungai Nil sebagai dewa
alam. Kemudian dewa-dewa itu semakin banyak;
misalnya: dewa langit, bumi, angin, udara, kesuburan,
kemarau dan sebagainya. Tetapi yang dianggap dewa
tertinggi ialah dewa matahari. Dan dibeberapa daerah
dewa ini mempunyai nama berbeda-beda; kadang-
kadang disebut Ra, Amon, Hur dan sebagainya
(Ahmadi,1984:38).

4. Pokok-pokok Ajaran
Agama Mesir kuno percaya terhadap hidup
sesudah mati. Bila manusia mati, maka masuk ke dalam

22
perut bumi dan dihadapkan di muka pengadilan yang
beranggotakan 42 hakim, yang diketuai oleh Osiris. Tiap-
tiap amal manusia ditimbang lalu disiram dengan air
hidup, kemudian ia melanjutkan perjalanan ke surga.
Setelah ia membaca mantera, maka terbukalah pintu
surga dan roh-roh jahat itupun menjauh.
Di surga itu kekuatan dan pengetahuan manusia
selalu bertambah, akhirnya dia sampai ketingkat
kebahagiaan yang sebenar-benarnya, dimana dewa
matahari bertahta disampingnya. Jiwanya makin bersifat
dewa dan akhirnya iapun menjadi dewa.
Jika timbangan hatinya ringan (amal buruk), maka
ia harus kembali ke dunia dengan menjelma, masuk ke
dalam badan orang gila atau masuk neraka, dimana
disiksa oleh setan-setan.
Selain itu ada kepercayaan bahwa orang mati itu
hanya sebagai orang tidur. Ia tetap hidup pada alam yang
dikuasai oleh dewa kematian. Apabila badannya rusak,
maka rohnya harus menjelma ke dunia. Itulah orang
Mesir kuno selalu menjaga baik-baik tubuh orang mati,
supaya tidak rusak (dijadikan mummi). Mayat orang biasa
dikubur dalam batu yang ada ditepi pegunungan,
sedangkan mayat raja-raja di kubur di dalam ahram,
dilengkapi dengan perkakas rumah tangga, perhiasan,
senjata dan lain sebagainya (Ahmadi,1984:39).

23
24
BAB III
AGAMA MAJUSI

1. Pengertian.
Agama Majusi adalah agama yang lahir di negeri Persia
dan pada umumnya dianut oleh suku bangsa Arya. Agama
ini mengajarkan kepercayaan adanya dua Tuhan yang Maha
Kuasa, yaitu Tuhan Cahaya dan Tuhan Gelap. Tuhan Cahaya
mereka namai Ahuramazda yaitu Tuhan kebaikan dan Tuhan
Gelap itu mereka namai Ahriman yaitu Tuhan kejahatan.
Kepercayaan ini timbul karena memperhatikan dua hal
yang selalu beredar di dalam alam; senang dan susah, suka
dan duka, sehat dan sakit, lahir dan mati, bangun dan runtuh,
terang dan gelap dan sebagainya.
Segala macam kebaikan dan nikmat yang terjadi didunia
adalah dari Tuhan Cahaya (Ahuramazda). Maka kepadanyalah
mereka menghadapkan sembah dan pemujaaan. Segala
kejahatan dan malapetaka berasal dari Tuhan Gelap atau
Tuhan Kejahatan (Ahriman).
Orang Majusi menggunakan api menjadi lambang
dari Tuhan Cahaya (Ahuramazda). Api itu mereka nyalakan
dalam kuil-kuil yang khusus tempat mereka beribadah.
Sampai sekarang ada api kuil sembahan yang belum mereka
padamkan sudah lebih seribu tahun lamanya; seperti: di
Bombay; karena setiap saat dijaga dan diberi kayu api oleh
pendeta-pendeta yang khusus menjaga api itu
(Hakim,1993:21).
Agama Majusi juga dinamakan agama Zarathustra di
Azerbeijan pada tahun 523 sm di zaman pemerintahan

25
maharaja Darius I, beliau berdiam di negeri Baikh.
Zarathustra dianggap sebagai Nabi.

2. Ajaran tentang Kepercayaan.


Ajaran kepercayaan Zoroaster mempercayai adanya
dua Tuhan: Tuhan kebaikan dan Tuhan kejahatan. Zoroaster
mempercayai Tuhan yang muthlak maha kuasa hanya satu
yaitu Ahuramazda. Sedangkan Tuhan Ahriman diakui adanya,
memang ia roh jahat; ia tidak mutlak berkuasa, sebab
akhirnya ia akan dikalahkan dan dihukum oleh Ahuramazda
(Hakim, 1993:22).
Zoroaster mengajarkan kepercayaan kepada akhirat;
manusia mengalami dua kehidupan; kehidupan yang pertama
yaitu kehidupan di dunia dan kehidupan yang kedua adalah
kehidupan di akhirat. Nasib kehidupan di akhirat tergantung
dengan amal ketika hidup di dunia.
Pada waktu manusia meninggal, rohnya sudah
merasakan bahagia atau celaka, menurut amal perbuatannya.
Semua amal manusia dihitung dan akan melintasi jembatan
yang amat halus, yang terletak di atas neraka. Bagi orang
yang beriman dan beramal saleh akan melintasi jembatan itu
dengan amat mudah dan cepat; sedangkan orang kafir dan
jahat akan merasakan jalan itu amat halus dari pada rambut
dan sukar untuk dilalui dan akhirnya ia akan jatuh ke dalam
neraka jahanam, menjadi pengikut Ahriman dalam siksa
neraka (Hakim, 1993:22-23).

26
3. Ajaran tentang Pemujaan.
Agama Zoroaster mengenal beberapa pemujaan yaitu:
a. Pemujaan kepada dewa Mithra yaitu dewa matahari;
dewa Varuna yaitu dewa laut; dewa Hauma yaitu
dewa Soma (nama tumbuh-tumbuhan).
b. Adanya kasta yaitu kasta Kepala negara dan
pendeta, kasta militer dan kasta petani atau
penggarap tanah. Masing-masing kasta memiliki
dewa sendiri-sendiri dan tentunya mereka
mempunyai banyak dewa. Walaupun ajaran
Zarathustra berdasarkan monotheisme yang
menyembah satu dewa Ahuramazda; namun masih
bersifat pantheisme dan megisme yaitu kepercayaan
terhadap kesatuan dewa dengan alam semesta yang
menjelma dalam pribadi magi yaitu pendeta
tertinggi. Tetapi Zarathustra mengangkat
Ahuramazda pada kedudukan yang tinggi di antara
para dewa yang ada dalam agama Persia kuno, yang
dikenal dengan agama Magisme.
c. Ajaran Zarathustra membenarkan adanya makhluk-
makhluk suci membantu perjuangannya. Kemudian
makhluk-makhluk ini diubah menjadi konsep
kedewataan yang dihubungkan dengan penciptaan
alam yang terdiri dari enam tingkat penciptaan
benda-benda alam yaitu:
1. Asha Vahista ialah dewa tata tertib dan
kebenaran yang indah digambarkan sebagai
dewa yang menguasai api.
2. Vohu Manah yaitu dewa hati nurani baik atau God
mind, digambarkan sebagai sapi jantan.

27
3. Keshatra Vairya yaitu dewa yang mencintai dan
menguasai logam-logam.
4. Spenta Armaity yaitu dewa kebaktian yang maha
pengasih yang menguasai bumi dan tanah.
5. Haurvatat dan Amertat yaitu dewa kebulatan dan
kekekalan yang mengusai air dan tumbuh-
tumbuhan (Arifin,1998:20).
Setelah Islam masuk ke Persia 636-637 M, maka
lumpuhlah agama Zarathustra; sebagian dari pemeluk
agama ini melarikan diri ke India dan menetap di
Bombay; orang-orang India menyebut mereka sebagai
orang Persee.

4. Pokok-pokok Ajaran.
a. Zoroaster menganjurkan agar pengikutnya berusaha
menolong Tuhan kebaikan mengalahkan kejahatan
dengan melakukan: kemurnian pikiran, perkataan dan
perbuatan yang baik; kebersihan hati yang pemurah
dan dermawan; pengasih kepada binatang terutama
hewan yang berguna; melakukan pekerjaan yang
bermanfaat; menolong kepada sesama manusia,
terutama orang-orang membutuhkan, memberikan
pendidikan dan pengajaran yang baik.
Inti ajaran Zoroaster ialah Huhata (pikiran yang baik),
Hakhata (perkataan yang baik) dan Huharsta
(perbuatan yang baik).
b. Zoroaster mengajarkan bahwa empat jenis unsur
alam adalah suci, yaitu air, udara, tanah dan api.

28
Kesucian api adalah lambang dari pada Tuhan. Ke
dalam air yang sedang mengalir tidak boleh melempar
najis; ke dalam tanah tidak boleh menguburkan mayat
maupun bangkai. Semua mayat dan bangkai itu
dipandang najis dalam agama Majusi atau Zoroaster.
Oleh karena itu mayat tidak boleh dibakar, tidak
boleh dihanyutkan, tidak boleh dikuburkan dan tidak
boleh diletakkan dilapangan terbuka; mereka buatkan
menara besar tinggi dan tidak beratap. Mayat-mayat
itu mereka letakkan berjejer dalam gedung itu;
kemudian mayat itu dimakan burung rajawali atau
gagak. Menara itu mereka namai gedung kesunyian.
Jika orang-orang Majusi meninggal di daerah yang
tidak terdapat gedung kesunyian, maka mayatnya di
kubur tetapi sebelumnya dililit dengan lilin yang tebal,
agar mayat itu tidak menyentuh tanah agar tanah tidak
menjadi kotor. Ajaran-ajaran agama Majusi terkumpul
dalam kitab suci Avesta dalam bahasa Persia kuno
(bahasa Pahlawy) dan kitab ini juga digunakan untuk
melaksanakan tatacara sembahyang, nyanyian-
nyanyian, upacara-upacara berkurban dan undang-
undang agama dan undang-undang sipil (Hakim,
1993:24) dan (Ahmadi, 1977:65).
c. Orang yang berdosa harus bertobat dan mencucikan
diri. Bertobat ialah membaca mantera-mantera,
berjanji tidak melakukan kesalahan dan menutup
dengan amalan yang baik. Mencuci diri dengan
membaca mantera-mantera dan menjalankan upacara
yang hanya boleh dilakukan oleh para pendeta
(Ahmadi, 1977:66).

29
30
BAB IV
AGAMA SHINTO

1. Pengertian
Shinto adalah kata majemuk dari pada Shin dan To; arti
kata Shin adalah roh dan To adalah jalan. Jadi Shinto
mempunyai arti jalannya roh; baik roh-roh orang yang telah
meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata To adalah
berdekatan dengan arti kata Tao dari Tiongkok dalam
Taoisme yang bearti jalannya dewa atau jalannya bumi dan
langit. Sedangkan Shin atau Shen juga identik dengan kata Yin
dalam Taoisme, yang bearti gelap, basah, negatif. Lawan dari
kata Yang. Dengan melihat dengan hubungan nama Shinto
ini, maka kemungkinan besar Shintoisme dipenuhi paham-
paham keagamaan yang berasal dari Tiongkok
(Arifin,1997:47).

2. Ajaran tentang Kepercayaan


Menurut istilah Shinto, roh-roh itu disebut Kami. Di
antara Kami yang disembah ialah benda alam atau kekuatan
alam; misalnya: matahari, bulan, petir dan kilat, sungai,
gunung, telaga, dan pohonpun dianggap mempunyai roh
atau Kami yang harus disembah. Kami lainnya tidak kurang
pentingnya dari Kami-Kami alamiah. Nenek moyang dari tiap-
tiap suku menjadi Kami yang terutama bagi suku itu. Sedikit
demi sedikit nenek moyang dari suku yang menjadi raja
dianggap menjadi Kami dari seluruh bangsa Jepang.

31
Di samping itu tiap-tiap keluarga menyembah roh
nenek moyangnya sendiri yang dianggap sebagai Kami
pelindung bagi rumah tangga (Bakri,1986:101).

3. Ajaran tentang Penyembahan


1. Umat agama ini wajib menyembah roh yang disebut
dengan Kami. Kami tersebut ada yang berasal dari
orang yang telah meninggal dunia dan ada juga yang
berasal dari benda-benda alam. Yang berasal dari
orang yang telah meninggal, misalnya:
a. Kami dari para leluhur tiap-tiap suku (biasanya
Kami ini dipunyai oleh anggota dari tiap-tiap suku
tersebut).
b. Kami dari para pahlawan
c. Kami dari nenek moyang tiap keluarga sendiri
(biasanya dianggap sebagai pelindung rumah
tangga).
Sedangkan Kami yang lain berasal dari benda-
benda alam dan kekuatan alam, misalnya: Kami
dari matahari, bulan, kilat, sungai, gunung, pohon
dan sebagainya.
2. Umat agama Shinto juga menyembah dewa-dewa
yang kurang lebih berjumlah 800 dewa. Dewa yang
utama adalah Amterasu Omi Kami (dewa matahari),
juga dewa pelindung dan pertanian.
Di dalam penyembahan terhadap Kami biasanya
dipimpin oleh pendeta-pendeta. Dan pada saat
memimpin upacara, mereka berpakaian khusus. Dua
kali sehari pendeta-pendeta tersebut menyajikan

32
sajian di dalam kuil, dengan membaca mantera-
mantera dan pujian-pujian (Ahmadi,1977:6).

4. Pokok-pokok Ajaran
Pokok-pokok ajaran agama Shinto adalah:
a. Api dianggap suci, sebagai lambang kesucian dewa-
dewa. Dipelihara oleh suku Nakomi, suatu suku yang
mulia dan berkuasa.
b. Jiwa dianggap suci; jiwa yang suci memaksa seseorang
untuk mengakui kesalahan-kesalahan yang telah
dilakukannya. Orang yang bersalah harus
menghukum dirinya sendiri.
c. Kebersihan hati; setiap orang harus memelihara
dirinya dan segala kotoran supaya tetap bersih, sebab
dewa-dewa tidak mau menghampiri orang-orang yang
berjiwa kotor.
d. Memelihara pergaulan; orang-orang jahat jangan
didekati, sebab kejahatan itu timbulnya dari jiwa yang
jahat pula. Dan orang berusaha menjauhkan diri dari
pancaran jiwa dan roh jahat tersebut.
e. Kerusakan jiwa itu karena hantu dan setan. Dia
memasuki jiwa manusia melalui suara yang jahat.
Karena orang harus berusaha agar jiwanya jangan
dimasuki setan dan jauh dari perkataan-perkataan
yang keji dan kotor. Selanjutnya tiap orang harus
tulus dan berbudi luhur. Apabila ia mati supaya dapat
dimasukkan ke dalam golongan Kami atau roh-roh
yang baik (Ahmadi, 1977: 9).

33
34
BAB V
AGAMA KONG HU CU

1. Pengertian
Agama ini lebih tepat disebut filsafat, akan tetapi
karena sudah merupakan kepercayaan sehingga sudah
dianggap sebagai agama. Agama ini timbul dari pelajaran
seorang filosuf Tionghoa yang termasyhur bernama Confusius
(Kong Fu Tse).
Hidup tahun 551- 479 sm; dan diberi nama Tse; Kong
adalah nama keluarga dan Fu Tse berati ahli filsafat. Kong Fu
Tse sendiri sebenarnya bukan pencipta agama Kong Hu Cu,
melainkan orang yang memperbaiki dan memperbaharui
agama ini. Agama ini lebih tepat merupakan pandangan
dunia filsafat negara yang berdasarkan etika keagamaan yang
berasal dari permulaan zaman Tsyou yang peodal (1050 SM)
dan baru dijadikan agama negara di bawah dinasti Han (206
SM- 221 SM) (Ahmadi, 1984: 56).

2. Ajaran tentang Kepercayaan


a. Agama ini mengajarkan untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia, kesejahteraan negara dan hidup.
b. Sesuatu yang dimuliakan dan dipuja ialah alam
(termasuk roh-roh, dewa-dewa, gunung, sungai-
sungai dan angin), leluhur (termasuk kebaktian
terhadap bangsawan, bapak, saudara laki-laki, suami
dan teman-teman), langit (ahli-ahli sejarah agama

35
menganggap bahwa dewa langit adalah yang tertua).
Alam dimuliakan, karena dapat memberikan
kesejahteraan hidup manusia; alam adalah tempat
menambah hasil dalam usaha-usaha yang lain.
Demikan pula leluhur dan langit juga dihormati dan
dipuja, karena dapat memberikan bantuan dalam
mencapai kesejahteraan (Ahmadi,1984: 58).

3. Ajaran tentang Penyembahan


a. Raja dan pembesar memimpin pengorbanan hewan
dan selamatan pada hari-hari penting kerajaan atau
hari-hari pertanian (musim-musim gandum dan
musim panen).
b. Penguburan jenazah dilakukan dengan upacara besar-
besaran, pakaian tertentu dan dengan acara-acara
kebaktian tertentu pula.
c. Korban-korban diadakan untuk kepentingan
golongan, kaum dan keluarga, tetapi tidak dilakukan
oleh perorangan.
d. Perbuatan-perbuatan ibadat ditentukan oleh
hubungan kemasyarakatan yang ada, yaitu secara
peodal. Apa yang dilakukan raja dan pembesar serta
rakyat umum diatur dalam suatu buku (kode)
tertentu; hal yang dianggap sudah diketahui oleh
semua orang Tionghoa. Orang yang paling hafal isi
buku tersebut mendapatkan kehormatan orang arif
atau orang yang terhormat. Yang pada agama lain
disebut imam, pendeta atau pedanda, merekalah yang
memimpin upacara atau penasehat yang menentukan

36
jalannya upacara yang dilakukan oleh anggota
keluarga.
e. Peribadatan Budhisme di Tingkok dianggap tidak
bertentangan dengan ajaran Kung, tetapi malahan
dianggap menguatkan ( Bakri,1986:98).
f. Agama Kong Hu Cu juga memuja alam. Cara
pemujaan antara lain mengadakan perayaan dengan
berbagai rite-rite dan pesta-pesta untuk menambah
hasil pertanian. Di tempat-tempat tertentu dipandang
suci, karena tampak adanya tanda-tanda kedewataan,
diadakan tari-tarian sebagai rite-rite pembaharuan
alam. Seluruh alam, air dianggap didiami oleh jin-jin
dan roh-roh.
g. Hormat kepada leluhur. Kuburan-kuburan leluhur
banyak dijumpai di tanah milik keluarga. Arwah
mereka meminta pemujaan. Kultus terhadap orang
yang sudah mati itu selalu merupakan bagian penting
dari upacara pemujaan dalam rumah maupun dalam
kultus resmi negara.
h. Pemujaan terhadap langit. Ahli-ahli agama tertentu
menyatakan bahwa dewa langitlah dewa yang paling
tua. Dewa ini mempunyai akhlak yang luhur
namanya adalah Tien artinya langit. Di dalam
pemujaan sering disebut Syangti yang bearti raja yang
di atas; ia dipandang sebagai seorang Kaisar yang
bertahta di langit. Ia tidak mendapat pemujaan
tersendiri, tetapi kekuasaannya tidak terbatas. Yang
khusus bagi sikap kerohanian lama bangsa Tionghoa
ialah ketiadaan hasrat hendak menguasai alam
dengan pikiran dan perbuatan. Mereka lebih ingin

37
hidup dalam keselarasan dengan susunan dunia,
dimana manusia saling menghormati tempat dan
kedudukannya. Alam pikiran Tionghoa tidak
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang jauh,
mengenai latar belakang filsafat kehidupan, tetapi
mempersoalkan masalah tempat manusia yang tepat
di dunia ini dipandang dari sudut etika
(Ahmadi,1984:60).

4. Pokok-pokok Ajaran
a. Tiap-tiap manusia itu asalnya baik; dia mempunyai
sifat seperti sifat yang dimiliki oleh langit (sifat
samawi). Sifat ini dinamakan dalam bahasa
Tionghoa: Sing. Maka dari itu semua manusia
mempunyai sifat samawi tersebut; karena pada asal
mulanya segala manusia itu adalah sama.
b. Tiap-tiap manusia terhadap manusia lain adalah saudara.
Maka wajib menolong sesama manusia, dan menjaga
agar sifat-sifat samawi (Sing) mereka tetap suci.
c. Negarapun harus berdasarkan sifat samawi manusia
itu, baik raja, menterinya, serta pejabat-pejabat
negara yang lain harus memelihara kesucian sifat-sifat
samawi mereka. Sebab dengan menjaga sifat tersebut
akan terhindar dari perbuatan jahat dan keji.
d. Bukan kecakapan dan kecerdikan atau keahlian
seseorang yang menjadi ukuran untuk patut menjabat
pegawai pemerintah, melainkan jiwanya yaitu
kemurnian Sing nya, yang dalam keadaannya suci

38
murni akan bertindak seperti juga tindakan langit
(Ahmadi,1984:6).
e. Setiap manusia harus memiliki Yen, yang
mengandung pengertian bahwa setiap insan harus
terdapat dalam dirinya kebaikan, budi pekerti, cinta
dan kemanusiaan.
f. Bila seseorang telah memiliki Yen, maka Chung Tzu
muncul sebagai watak ideal padanya. Chung Tzu
dipandang sebagai lambang bagi orang bijaksana
yang percaya terhadap dirinya sendiri dan
mempunyai rasa tanggung jawab.
g. Bila seseorang telah memiliki dalam dirinya Yen dan
Chung Tzu, maka di telah mempunyai ikatan dengan
Li. Kata Li mengandung dua macam pengertian
yaitu:
1. Peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah yang
menjaga keseimbangan dalam hidup manusia,
adalah suatu cara atau jalan segala sesuatu yang
harus dilalui oleh siapapun.
2. Ritual (upacara) dalam sepanjang hidup manusia.

39
40
BAB VI
AGAMA TAO

1. Pengertian.
Kata Tao secara harfiah berarti jalan setapak atau
jalan. Namun ada tiga makna di dalam memahami Tao ini :
Yang pertama, Tao adalah jalan dari kenyataan terakhir, ia
tidak dapat ditangkap karena ia melampaui jangkauan
panca indra.
Tao dalam arti yang pertama ini, dapat diketahui tetapi
melalui kesadaran mistik yang tidak dapat diterjemahkan ke
dalam kata- kata. Yang kedua, bermakna jalan alam semesta,
sebagai kaidah, irama dan kekuatan pendorong dalam
seluruh alam, dan asas piñata yang berada di belakang semua
yang ada. Ia mengambil wujud fana dan member tahu segala
sesuatu. Sedangkan makna yang ketiga, jalan bagai mana
seharusnya manusia menata hidupnya, agar selaras dengan
cara bekerja alam semesta ini (Smith, 1985 : 234).
Tao nama yang diambil dari huruf Cina yang artinya
jalan. Tao adalah kekuatan utama di alam semesta, yang
terdapat dalam semua benda, namun lebih besar dari semua
benda, terdapat di dalam inti segala benda di surga dan bumi,
kekal abadi dan tidak dapat berubah. Namun sejak lahir
Taoisme, Tao telah hadir untuk menunjukkan jalan spiritual.
Taoisme mengambil unsur- unsur tidak hanya dari tradisi
Tao kuno tetapi juga dari Buddhisme dan Konfusianisme
(Keene, 2006: 172).

41
2. Ajaran tentang Kepercayaan.
Dua kekuatan Yin (prinsip peminin) dan Yang (prinsip
maskulin), menimbulkan energi kehidupan melalui interaksi
satu sama lain. Yang satu tidak mungkin ada tanpa kehadiran
yang lain. Tidak mungkin ada kegelapan tanpa terang, tidak
ada gerakan tanpa ketenangan atau tidak ada kecantikan
tanpa keburukan. Ketegangan yang dinamis antara Yin dan
yang menciptakan tiga hal- surga, bumi dan manusia. Surga
dan bumi adalah bidang- bidang spiritual dan fisik,
sedangkan manusia menjaga keseimbangan keduanya.
Keseimbangan ini dapat terganggu oleh kekeliruan manusia
dan para penganut Tao mencari pengampunan atas
terjadinya kekeliruan ini dengan berdoa dan memberikan
persembahan.
Seluruh kehidupan menjadi mungkin karena adanya
Ch‟i- energi kehidupan atau napas- dari alam semesta. Napas
ini ada di dalam setiap manusia dan segala sesuatu dari lahir
sampai mati, maka jika napas itu habis berhentilah
kehidupan. Bermacam- macam latihan pernapasan dan yoga
digunakan oleh pengikut Tao untuk menjaga Ch‟i mereka
dalam usaha mereka untuk mendapatkan keabadian. Hanya
dengan menjalankan kehidupan yang seimbang, aliran Ch‟i
yang tetap dapat dipertahankan di dalam tubuh (Keene,
2006: 173).
Agama ini percaya kepada roh- roh dan benda – benda
halus (syetan) dan amulet. Selain itu Biksu- Biksunya
mendakwahkan bahwa mereka dapat mendatangakan roh-
roh orang yang sudah meninggal dan bicara dengan mereka
(Mahyuddin, 1983: 23).

42
3. Ajaran tentang Penyembahan.
Sebelum Komunis berkuasa di Cina pada tahun 1949,
hampir setiap rumah tangga di Cina memiliki dewa- dewi
mereka sendiri. Mekipun Komunis melenyapkan sebagian
besar cara hidup takhyul, cara hidup ini kembali lagi pada
tahun 1970-an ketika kuil- kuil (Kelenteng) dibuka kemabali
dan patung- patung dipasang lagi. Meskipun dewa- dewi
yang termasyhur dalam agama Taoisme modern melindungi
masalah- masalah yang lebih praktis, seperti kesehatan,
kekayaan dan kelahiran anak (Keene, 2006: 173).

4. Pokok- pokok Ajaran.


Perayaan- perayaan tahunan adalah hal yang penting
dalam agama Tao karena dapat mewujudkan pembaharuan
alam secara terus menerus. Perayaan pembaharuan ini
dirayakan dalam sepanjang tahun, tetapi terutama sekali
dilakukan selama musim dingin. Sebagian besar perayaan
Tao juga merayakan kelahiran seorang dewa atau makhluk
surgawi (Keene, 2006: 173).
Perkawinan bagi agama ini merupakan hal yang suci
(mulia) yang harus dilaksanakan oleh setiap orang, tetapi
mereka kurang menghargai anak perempuan sehingga
apabila lahir seorang anak perempuan, ia akan
menggantungkan alat pintal di pintu rumah, sedangkan bila
anak laki- laki yang lahir, maka ia akan menyambutnya
dengan pakaian- pakaian yang paling baik dan akan
menggantungkan panah dan busur di atas pintu
(Mahyudddin, 1983 : 23).

43
44
BAB VII
AGAMA BAHA’I

1. Pengertian.
Sayyid Ali Muhammad (1819- 1850), penganut Islam
Shi‟ih, mengaku sebagai nabi pertama setelah Muhammad. Ia
menyebut dirinya Bab, pintu gerbang menuju Allah. Pada
tahun 1948, orang- orang Babi- penganut Bab- mulai dikenal,
dan memproklamirkan kebebasan dari agama Islam serta
mulai berjuang melawan pemerintah Persia. Bab dituduh
membuat rencana rahasia untuk melawan Shah Persia dan
dihukum mati pada tahun 1850 (Keene, 2006: 178).

2. Ajaran tentang Kepercayaan.


Orang Baha‟i percaya bahwa Allah yang transenden
dan tak dapat diketahui oleh pikiran manusia, telah mengutus
banyak nabi untuk memberikan pencerahan kepada manusia.
Masing- masing nabi – termasuk Khrisna, Buddha, Kristus,
dan Muhammad- telah mendirikan satu agama dunia.
Namun demikian, ajaran mereka telah digantikan oleh wahyu
tertulis dari Baha‟ullah dan anaknya serta penggantinya.
Abdul Baha.

3. Ajaran tentang Penyembahan.


Doa adalah hal vital dalam kepercayaan Baha‟i dan
harus dijalankan setiap hari, biasanya di rumah. Kumpulan

45
doa telah diwarisi Baha‟ullah dan Abdul Baha. Ada tiga doa
wajib, salah satunya harus dijalankan setiap hari. Ketika
berdoa, semua orang harus menghadap ke arah makam
Baha‟ullah di Acre, Israel.
Ada hukum ketat yang mengatur tingkah laku dalam
kepercayaan Baha‟i, yang didasarkan pada kitab I Aqdas,
kitab undang- undang yang diberikan oleh Baha‟ullah. Bulan
puasa Ala (2-21) Maret adalah wajib. Minum obat terlarang
dan alkohol dilarang keras, begitu juga dengan seks pranikah
dan berzinah. Perkawinan bernilai luhur (Keene, 2006: 179).

4. Pokok – pokok Ajaran.


Inti ajaran Baha‟i adalah kepercayaan bahwa manusia
harus mencapai kematangan dengan cara menolak bentuk
tatanan dunia apapun yang bergantung pada sejumlah bangsa
dan agama. Dunia dapat dan harus menjadi benar jika
dipersatukan oleh wawasan spiritual Baha‟ullah (Keene,
2006: 179).

46
BAB VIII
AGAMA SHABIAH

1. Pengertian.
Shabiah dari kata shaba‟a atau shaba artinya
membelok atau melepaskan diri dari ikatan. Orang –orang
yang menganut shabiah dinamai shabiin, karena mereka
membelok dari jalan yang ditunjukkan oleh para Nabi.
Aliran Shabiah mengajarkan kepercayaan kepada roh-
roh (rohaniah). Yang dimaksud dengan kata- kata roh ada
dua macam yaitu:
a. Ruh, yaitu suatu golongan makhluk Tuhan yang
tertinggi, yang juga maha suci zat dan sifatnya, mereka
tidak tampak dan tak dapat diraba, tidak dapat
dijangkau dengan panca indra, lepas dari sifat- sifat
dan pengaruh benda, tidak terikat oleh pengaruh ruang
dan waktu.
b. Rauh, artinya kesentosaan, keadilan, kebahagiaan,
rahmat dan nikmat. Rauh adalah sifat dari pada roh.
Dan rauh juga sebagai haluan dan tujuan dari cita- cita
tertinggi penganut Shabiah ( Hakim, 1993: 32).

2. Ajaran tentang Kepercayaan.


Orang- orang Shabiah mengakui bahwa alam ini ada,
karena diciptakan oleh Tuhan, Tuhan Maha Pandai, Maha
bijaksana, Maha Suci dari pengaruh dan sifat- sifat alam.
Tetapi kita wajib mengetahui- kata mereka- bahwa kita tidak

47
dapat langsung menghadap ke hadhirat Tuhan Yang Maha
Suci, Maha besar dan Maha Tinggi itu, kecuali dengan
perantaraan orang- orang yang amat dekat kepada-Nya, yaitu
roh- roh yang suci pula, yang juga bersih dari pengaruh jisim
dan benda, bebas dari pada ikatan ruang dan waktu. Dan
memang roh- roh itu dijadikan Tuhan untuk selalu bertugas
memuji Tuhan, tidak pernah mendurhakai apa yang
dititahkan Allah kepada mereka, bahkan mereka selalu taat
kepada Tuhan.
Orang- orang Shabiah tidak mempercayai Nabi- Nabi
dan Rasul- Rasul. Karena para Nabi dan Rasul itu sama
dengan kita dan tidak ada kelebihannya dengan kita, maka
kita tidak wajib mentaati mereka. Dan sumber ajaran ini
adalah dari „Adzimun dan Hurmus ( Nabi Syits dan Idris)
(Hakim, 1993: 34).

3. Ajaran tentang Penyembahan.


Adapun ajaran- ajaran agama ini ialah :
a. Menahan nafsu,
b. Berdoa,
c. Mendirikan sembahyang,
d. Mengeluarkan harta (infaq dan derma),
e. Berpuasa,
f. Berkurban,
g. Membersihkan badan dan memakai wangi- wangian
(dupa stanggi), menyan,
h. Memakai azimat (Hakim, 1993: 33).

48
4. Kesimpulan.
Shabiah ada dua golongan yaitu golongan yang
beriman kepada Allah, dalam beribadat mereka tidak
memakai perantara. Dan yang kedua golongan yang
mengakui adanya Allah, tetapi dalam penyembahannya
memakai wasilah (perantara). Yang dijadikan wasilah ialah
arwah- arwah (malaikat).
Roh- roh perantara itu ada dua macam yaitu ada roh-
roh yang bertahta di bintang- bintang, terutama pada mata
hari dan bulan; dan ada roh- roh nenek moyang, yang
mereka mengenal kita manusia, dan kita mengenalnya.
Mereka mengenal hakikat kita, tetapi kita tidak mengenal
hakikat mereka.
Golongan pemuja roh atau malaikat yang bertahta di
bintang, akhirnya muncul menjadi penyembah matahari,
bulan dan bintang. Sedangkan golongan penyembah roh
nenek moyang, akhirnya muncul menjadi pemuja kubur dan
berhala. Golongan penyembah Tuhan, tetapi tidak percaya
kepada Nabi- nabi, akhirnya mereka membelok menjadi
penganut filsafat, bahkan ada yang menjadi dahriyin dan
mulhid (tidak percaya kepada Tuhan). Pendirian mereka
beribadat memakai wasilah, akhirnya menjadi musyrik,
mereka berpendapat bahwa “ kami menyembah roh, berhala
dan sebagainya, hanyalah agar mendekatkan diri kepada
Allah”. Agama Shabi‟in ini berkembang di negeri Kaldan.
Lawan dari agama ini adalah agama yang hanif yang
berkeyakinan tauhid dan iman kepada para Nabi seperti
pengikut Nabi Ibrahim. as (Hakim, 1993: 87).

49
50
BAB IX
AGAMA HINDU

1. Pengertian.
Agama Hindu disebut juga dengan nama agama
Brahma, agama Weda atau agama Dharma. Nama Hindu
dinisbahkan dengan asal agama tersebut di daerah Sapta
Sindhu (tujuh daerah penting di sekitar sungai Indus) di India
Utara. Agama Hindu tidak mempunyai nabi. Agama ini
dikoleksi oleh kaum Brahmana golongan ada pendapat
bahwa kata Brahman atau Brahmana, berasal dari akar kata
Abraham ( nama nabi Ibrahim), sehingga kaum Brahmana
disebut juga kaum pengikut nabi Ibrahim. Dengan kata lain
bahwa agama Hindu itu berasal dari ajaran Ibrahim;
alasannya dalam kitab Weda juga ada ajaran tentang keesaan
Tuhan; tetapi teori ini belum menemukan bukti-bukti yang
kuat.
Yang jelas agama Hindu merupakan pencampuran
antara kepercayaan dan agama yang dibawa oleh bangsa Aria
(yang masuk ke India dari Iran kira-kira 1500 sm). Dengan
kepercayaan dan agama dari bangsa Dravida (bangsa asli di
India), hingga timbullah menjadi bentuk agama Hindu yang
sekarang ini. Unsur Hindu dari bangsa Aria ialah kitab-kitab
Weda, sedangkan unsur Hindu yang berasal dari bangsa
Dravida ialah ajaran memuliakan penjelmaan roh, dewa dan
hantu-hantu. Setelah kedatangan bangsa Aria di India, maka
timbullah suatu percampuran segala-galanya antara kedua
bangsa (ras) tersebut, sehingga timbul suatu bentuk agama
baru yaitu agama Hindu (Bakri,1986:41).

51
2. Ajaran tentang Kepercayaan.
Ajaran kepercayaaam dalam agama Hindu yang dikenal
dengan nama Pancasradha yaitu:
a. Atman; bearti nafas, jiwa dan pribadi. Atman adalah
pusat segala fungsi jasmani dan rohani manusia.
Penglihatan, pendengaran dan sebagainya satu persatu
meninggalkan tubuh untuk mengetahui siapa dari
fungsi-fungsi hidup itu yang terpenting. Akhirnya
diketahui bahwa yang terpenting adalah nafas, atman.
Dengan ini dijelaskan bahwa Atman adalah hakikat
manusia yang sebenarnya.
b. Brahman; sebagai yang menyebabkan segala gerakkan
dan perubahan Brahman menjadi semacam jiwa alam
semesta. Brahman adalah yang tertinggi. Dia adalah
cahaya, dia di luar pemikiran. Dia lebih pandai dari
yang terpandai. Dia bertempat pada padma hati segala
wujud. Mata tidak mampu memandang melihatnya,
indra tidak mampu mencapai-Nya. Dia digapai bukan
dengan kekerasan dan bukannya dengan upacara
korban. Jika tidak dengan sikap memilih dan menilik-
nilik, hati menjadi murni, maka dalam meditasi jiwa
yang universal menjadi nyata.
c. Samsara; kehidupan bukan saja berakhir dengan
kematian, tetapi kematian pun akan berakhir dengan
kehidupan. Artinya, yang hidup akan mati dan yang
mati akan hidup lagi, demikian seterusnya. Tinggi
rendahnya kehidupan yang kemudian tergantung pada
karman. Perbuatan baik yang lebih banyak dari pada
perbuatan buruk akan mengakibatkan karman yang

52
baik sehingga kehidupan baru itupun akan lebih baik
dari pada kehidupan sebelumnya.
Samsara adalah perputaran kelahiran kembali. Hanya
manusia yang telah mencapai atman yang mulia dan
yang tahu akan maya saja yang dapat mengatasi hukum
karma dan mencapai moksha. Orang semacam ini akan
terlepas dari keterikatannya dengan proses ulang
kelahiran kembali atau samsara. Untuk dapat lepas dari
samsara itu harus menghancurkan dan menumpas
keinginan-keinginannya, yaitu dengan mengetahui
bahwa Atman dan Brahman sehingga dapat sampai
pada pengetahuan yang sejati (jnana). Barang siapa
mencapai tingkatan ini ia akan mencapai moksha, yaitu
kelepasan dan sadar bahwa segala sesuatu adalah satu.
Ia akan mencapai kesatuan dengan Brahma dan berhak
disebut sebagai Jiwanmuka.
d. Karma; segala sesuatu tunduk dan takluk terhadap
karma, baik manusia, binatang maupun tumbuh-
tumbuhan. Karma meliputi kehidupan dahulu,
sekarang dan yang akan datang. Karma berarti
kehidupan sebelumnya. Karma ini berakar pada ajaran
arta dalam agama Weda Purba, pada agama Brahmana,
yang memusatkan perhatian pada korban, atau
mempunyai arti yang sama dengan korban atau yajna.
Tiap-tiap upacara korban membawa berkahnya sendiri.
Karena itu dapatlah dikatakan bahwa ajaran tentang
arta dan yajna ini memberi isyarat ajaran tentang
Karma. Atau kalau dikaitkan dengan ajaran tentang
kelahiran kembali maka kelahiran kembali itu
ditentukan oleh keseimbangan relatif yang ditentukan

53
oleh amal perbuatan baik atau buruk pada masa-masa
sebelumnya. Orang akan menjadi baik atau buruk
hanyalah karena karmanya sendiri.
Hubungan ajaran Karma dengan ajaran tentang
penjelmaan atau perpindahan jiwa merupakan hal yang
penting dalam ajaran Upanishad. Vamadewa telah
mengembangkan ajaran ini. Manusia harus
menanggung akibat perbuatan atau karmanya. Setelah
ia mati, pengetahuan dan amal perbuatannya akan
membimbing dia. Barang siapa yang berbuat baik, ia
akan dilahirkan kembali sebagai manusia baik dan
sebaliknya, barang siapa berbuat jahat ia akan
dilahirkan kembali berulang kali di dunia supaya
perbuatan-perbuatan jahatnya dapat tertebus. Hanya
Atman yang mulia dan tinggi yang sudah tahu akan
maya saja yang mampu mengatasi hukum karma dan
mencapai kebebasan serta lepas dari samsara.
e. Moksa; kebahagiaan yang sejati dan abadi yang dapat
dirasakan manusia ialah apabila ia telah terbebas dari
hukum karma dan samsara, dimana Atman akan
bersatu kembali dengan Brahman. Keadaan ini disebut
moksha dan inilah yang diidam-idamkan semua umat
Hindu. Dalam usaha mencapai moksha ini, jalan yang
harus ditempuh dengan melaksanakan Yoga.
Yoga dalam pengertiannya yang sederhana adalah
usaha mendisiplinkan diri. Yoga terdiri dari empat
macam dan tiap orang boleh memilih beberapa di
antara yang empat itu sesuai dengan bakat dan
kemampuan masing-masing yaitu:

54
1. Bhakti Yoga; dengan sujud bakti, dengan cara cinta
yang mendalam kepada Tuhan.
2. Karma Yoga; dengan melakukan kewajiban-
kewajiban dan perbuatan-perbuatan baik, dengan
ikhlas tanpa pamrih.
3. Jnana Yoga; dengan jalan pengetahuan atau filsafat,
tetapi yang dimaksud semula ialah pengetahuan
yang berdasarkan intitusi.
4. Raja Yoga; dengan jalan mistik, yang terdiri dari
beberapa tahap yang disebut dengan Astangga Yoga.
Ini merupakan jalan yang paling sulit yang hanya
cocok bagi orang yang berbakat untuk menjalankan
tapa (Abd. Manaf,1994: 16-20).

Sistem ketuhanan Hindu mendekati paham


materialism yang bersifat naturalis, karena disandarkan
pada peristiwa dan kejadian alam, sehingga hampir
segala gejala dan gerak amaliah merupakan menifestasi
dari lambang kekuatan. Tidaklah mengherankan
apabila kepercayaan terhadap kekuatan yang majemuk
itu, menggiring ketuhanan Hindu ke arah polytheisme
yang memuja banyak dewa.
Di antara sekian banyak dewa yang dipuji sebagai
sumber segala kekuatan, hakikatnya terkoordinasi
dalam ketuhanan Trimurti, yaitu:
a. Brahmana; dewa yang dianggap sebagai pencipta
alam, yang telah mewujudkan ala mini dengan
segala isinya. Dalam mengendalikan kekuasaanya,
dewa Brahmana didampingi dewi yang sakti yaitu
dewi Saraswati (dewi kesenian dan pengetahuan);

55
juga memiliki kendaraan khusus yaitu hewan unggas
yang disebut Hangsa.
b. Wisynu; dianggap dewa pemeliharaan alam dengan
kekuasaan mengendalikan umat manusia,
memelihara ketertiban, serta mewujudkan
kedamaian. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewa
Wisynu juga didampingi oleh dewi sakti yang
disebut dewi Sri (dewi kebahagiaan). Kendaraan
khusus untuk Wisynu dilambangkan dengan burung
Rajawali atau Garuda.
c. Syiwa; dianggap sebagai dewa perusak alam yang
kekuasaannya berhubungan dengan kejahatan
manusia. Timbulnya peperangan, pembunuhan dan
sebagainya. Perlambang sedang berperannya
kekuasaan Syiwa pun didampingi dewi sakti yang
disebut dewi Durga (dewi kematian). Kendaraan
khusus untuk Syiwa dilambangkan dengan lembu
jantan yang disebut Nandi (Ali, 2007:161).
Wujud ketuhanan Hindu yang polytheisme akan nampak
jelas dengan memperhatikan pemujaan terhadap
bermacam-macam dewa sesuai dengan gerak alam.
Penguasaan matahari oleh Dewa Surya, langit dan
lautan oleh dewa Waruna, hujan dan perang untuk dewa
Indra, atau angin topan untuk dewa Maruta dan bumi
oleh dewa Pertiwi. Secara inkarnasi, dewa-dewa yang
bersemayam di kayangan berlokasi di Gunung
Mahameru, dalam peranannya menyelamatkan
kehidupan, sebagai raja yang berkuasa. Dalam
hubungan ini, Wisynu di India dan Airlangga sebagai
penjelmaan Wisynu di Indonesia (Ali, 2007:162).

56
3. Ajaran tentang Penyembahan.
Agama Hindu mengajarkan tentang pengorbanan
hewan-hewan tertentu dan memberikan sajian-sajian tertentu
berupa makanan bagi para dewa dan arwah nenek moyang.
Adapun hewan-hewan yang dikorbankan ialah lembu,
kambing, kerbau dan kuda, sesuai dengan derajat korban
masing-masing. Korban hewan yang paling tinggi nilainya
adalah lembu. Dahulu kala, korban hewan yang paling tinggi
nilainya adalah korban manusia. Sejak pemerintahan raja-raja
Islam dan penjajahan Inggeris, pengorbanan manusia
dilarang dilakukan. Hewan yang dikorbankan, diuruskan
pemnotongannya oleh para pendeta untuk dewa-dewa
tertentu, lalu sebagian dagingnya (kepala atau badannya)
disajikan untuk para dewa, sedangkan daging lebihnya boleh
dimakan oleh khalayak ramai (Bakri, 1986:48).
Menurut ajaran Hindu ada dua macam korban:
a. Korban umum, yang diurus bersama oleh sebuah desa
atau negeri.
b. Korban khusus keluarga, yang diurus oleh satu
keluarga tertentu yang punya niat atau nazar
pengorbanan untuk suatu dewa tertentu.
Korban umum sering memerlukan biaya yang amat
besar; misalnya: pengorbanan untuk dewi Durga di candi-
candi tertentu, membutuhkan beribu-ribu kambing atau
lembu. Dahulu, korban untuk dewi tersebut dicarikan
seorang muda laki-laki atau wanita yang belum pernah
melakukan hubungan seksual. Korban khusus yang
dilakukan oleh keluarga dapat dilakukan setiap hari atau
beberapa kali dalam satu minggu. Korban ini ditujukan

57
untuk dewa tertentu atau hantu yang ditakuti atau untuk
arwah nenek moyang yang teringat berdasarkan mimpi atau
lainnya.
Yang bertanggung jawab atas korban keluarga adalah
kepala rumah tangga atau keturunan tertua, semacam datuk
di Sumatera Barat atau tuha-tuha di daerah Komering
(Palembang). Termasuk dalam upacara korban keluarga ini,
misalnya upacara ketika memberi nama bayi, ketika
melubangi kuping anak wanita, perkawinan dan penguburan
mayat sebelum dibakar (upacara pembakaran mayat masuk
pengertian korban umum, karena biasanya dilakukan
bersama-sama penduduk desa). Para pendeta dalam
melaksanakan korban-korban ini, baik korban umum atau
korban khusus (korban keluarga), biasanya mendapatkan
upah yang layak berupa uang atau sebagian dari hewan yang
dikorbankan.
Adapun pelaksanakan korban itu, di dalam agama
Hindu terdapat dua macam, yaitu:
a. Korban tetap (dilakukan dengan waktu yang rutin);
misalnya: tiap pagi dan sore, setiap bulan baru atau
bulan purnama (oleh keluarga tertentu).
b. Korban berkala; yang dilakukan hanya jika ada
hajat/keperluan bersama; misalnya: waktu upacara
penolakan penyakit (korban umum), upacara
perkawinan, kelahiran atau kematian (korban
keluarga).
Seluruh kehidupan penganut agama Hindu terlibat
dalam upacara-upacara tersebut, sehingga para pendeta
praktis merupakan petugas profesional yang eksistensinya
bukan hanya berdasarkan kepercayaan agama, tetapi sudah

58
menjadi semacam keharusan yang melengkapi pembagian
kerja masyarakat beragama Hindu secara pragmatis
(Bakri,1986:48-49).

4. Pokok-pokok Ajaran
a. Tentang korban dan sajian, sebagai persembahan
kepada para dewa atau penghormatan terhadap arwah
nenek moyang yang telah meninggal. Korban umum
dilakukan dalam bentuk kebersamaan antara
masyarakat setempat, biasanya dalam menghadapi
musibah, upacara pembakaran mayat dan lain-lain.
Korban dilakukan khusus oleh keluarga tertentu
dalam hubungannya dengan peristiwa perkawinan,
kelahiran dan kematian.
b. Tentang roh disebutkan adanya roh umum yang
bersifat universal, yaitu Brahman sebagai Tuhan
penguasa alam semesta dan roh umum yang telah
terkurung dalam tubuh atau benda yang disebut
Atman.
c. Prihal karma, bahwa perbuatan manusia di dunia akan
selalu berhubungan dengan hukum kausalitas dimana
perbuatan baik akan menimbulkan akibat baik, dan
perbuatan jahat akan mengakibatkan timbulnya
kejahatan.
d. Bahwa proses kehidupan manusia, tidak terlepas dari
kesengsaraan (samsara) dimana manusia lahir, hidup,
berbuat, mati, lahir lagi dan seterusnya. Semuanya

59
akan terus berputar dan tak pernah berhenti,
malainkan dengan jalan kelepasan.
e. Tentang kelepasan atau disebut Moksa, merupakan
jalan menghindari kesengsaraan dengan cara
membebaskan diri dari godaan keinginan yang
melekat dalam tubuh manusia (Ali:2007:162-163).

Pokok-pokok ajaran menurut beberapa aliran:


1. Aliran Wedanta atau disebut juga utara Mimamsa,
dipelopori oleh pendeta Badrayana yang termaktub
dalam buku Wedanta Sutra dan Brahmasutra. Penganut
terkenal dari aliran ini adalah pendeta Ramanuya
(akhir abad 11 M). Aliran ini berisi:
a. Bahwa sumber utama dan titik akhir dari segala
sesuatu adalah Brahman yang bersifat azali.
b. Bahwa hakikat manusia adalah penjelmaan
Brahman dalam wujud yang terbatas yang disebut
Atman, terdiri dari Purusa dan Prakerti ( rohani dan
jasmani) yang bersifat sementara.
c. Kelepasan dilakukan dengan menghilangkan
keterbatasan Brahman dalam situasi Atman
melalui pengetahuan serta kesadaran diri terhadap
kenyataan yang alami.
2. Aliran Samkhya; disponsori oleh Pendeta Kapila
(sekitar abad ke 8 SM) bersamaan lahirnya Upanisyad.
Aliran ini berisi:
a. Bahwa sumber segala sesuatu adalah dua zat yang
kekal, yaitu Purusa (roh) dan Prakerti (benda). Di
dalam Prakerti terdapat tiga guna sebagai daya
kekuatan, yaitu Sattawa (daya terang yang

60
membawa kesadaran). Rajasa (daya penggerak atau
motivator untuk melakukan aktivitas), serta daya
putus asa yang membawa kemalasan.
b. Bahwa persekutuan antara Purusa dan Prakerti
akan melahirkan situasi mahat yang dapat
menimbulkan ahamkara. Dari hubungan keduanya
timbul pengamatan, perbuatan dan budi.
c. Bahwa kelepasan dilakukan dengan cara
mengembalikan Purusa kepada kepribadiannya
semula, melalui pengetahuan praktis (yoga).
3. Aliran Yoga, sebagai kelanjutan operasional dari
aliran samkhya, dipelopori oleh pendeta Patanjali
(sekitar tahun 450 M). Aliran ini menyatakan: bahwa
jalan kelepasan diperoleh tergantung pada diri
manusia sendiri dalam usahanya melepaskan diri dari
segala keinginan pada barang-barang yang tampak,
sehingga tidak berminat sama sekali pada hal-hal
duniawi (warigaya).
Ada delapan tingkat yang harus dilalui untuk
mencapai kelepasan yang terdapat dalam aliran ini
yaitu:
a) Ahimsa (jangan membenci, mencuri, berbuat
mesum dan sebagainya).
b) Membersihkan diri lahir batin semata-mata hanya
untuk berbakti pada Tuhan.
c) Penguasaan nafas hidup.
d) Penguasaan gerak-gerik tubuh.
e) Perenungan diri sendiri.
f) Perenungan barang yang diamati.
g) Mematikan rangsangan dari luar.

61
h) Penghapusan identitas pribadi.
Dari persiapan yang bersifat etis, fisis, imaginatif, dan
samadh, dimaksudkan untuk mencapai tujuan akhir
dari manusia, yaitu berpisahnya pengaruh Prakerti
dalam Purusa dengan Tuhan sebagai titik sasaran
renungan. Dari sini dapat dimengerti bahwa
kelepasan Yoga bukan dalam bentuk persekutuan
Tuhan seperti Wedanta, bukan pula pengingkaran
terhadap peranan Tuhan seperti : Samkhya,
melainkan Tuhan diwujudkan secara simbolis dan
bersifat pasif (Ali, 2007:163-167).
4. Agama Sikh; dikategorikan sebagai gerakan
pembaharuan dalam agama Hindu, yang ditimbulkan
akibat pengaruh masuknya agama Islam (abad 12) dan
agama Kristen (abad-18) ke India. Di bawah
pimpinan Kabir dan Nanak, gerakan Sikh
berkembang di India dengan inti ajaran sebagai
berikut:
a) Bahwa Tuhan adalah zat yang disembah oleh
penganut sebuah agama; oleh karena itu,
penyembahan terhadap banyak dewa merupakan
kesalahan.
b) Kelepasan diperoleh dengan iman dan bakti serta
persekutuan dengan Tuhan di dalam kasih.
c) Perbedaan kasta tidak dibenarkan. Gerakan ini
berpedoman pada kitab suci tersendiri yang
disebut Adi Granth.
5. Agama Brahma Samaj; merupakan gerakan
pembaharuan agama Hindu sebagai reaksi dari
pengaruh agama Kristen di India. Didirikan oleh Ram

62
Mohan Roy (1772-1833) seorang Hindu yang
berpendidikan Barat. Brahma Samaj yang bearti
persekutuan masyarakat Brahman, melaksanakan
kebaktiannya setiap hari Sabtu, semacam misa minggu
yang dilakukan umat Kristen. Acara kebaktian
dilaksanakan dengan membaca ayat Weda,
menafsirkan Upanisyad, berkotbah dalam bahasa
Benggala dan menyanyikan lagu-lagu Hindu yang
diiringi music. Beberapa inti ajaran dari gerakan ini
adalah sebagai berikut:
a) Bahwa Weda merupakan satu-satunya kitab suci
sebagai dasar iman.
b) Tuhan adalah zat yang berpribadi dan tidak pernah
meniti, Maha Mendengar dan mengabulkan doa.
c) Menyembah Tuhan harus dilakukan secara rohani.
d) Jalan kelepasan untuk memperoleh keselamatan
dilakukan dengan cara tobat serta menghentikan
perbuatan dosa (Ali,2007:165-166).

Sebagai gerakan agama Hindu yang moderat,


Brahma Samaj banyak dianut oleh masyarakat India,
dimana kegiatannya diperluas sampai kebidang social
kemasyarakatan. Dari gerakan ini, lahir aliran Arya
Samaj yang dipimpin oleh Swami Dayanad Saraswati
dan Ram Krisna Mission yang dipimpin oleh Sri
Rama Krisna.
Selain kitab Weda, agama Hindu juga sangat
menghargai hasil kesusasteraan yang termaktub dalam
kitab Ramayana dan Mahabarata, dimana keduanya
menungkapkan perihal nilai perjuangan menegakkan

63
kebenaran. Ramayana adalah hasil karya Walmiki
yang mengemukakan peranan Rama dan Sinta dalam
menghadapi keangkamurkaan Rahwana; sedangkan
Mahabarata hasil tulisan Wiyasa menampilkan
peranan Pandawa melawan kejahatan Kurawa
(Ali,2007:166).
Ajaran lain dalam agama Hindu ialah adanya
Kasta; yaitu kasta Brahmana (pendeta), Ksatria
(Pemegang tampuk pemerintahan), Waisya (pekerja)
dan Sudra (rakyat biasa).
Selain ajaran kasta juga ada ajaran yang disebut
dengan Asrama; yaitu tingkatan hidup. Sebelum
memasuki keempat tingkatan hidup itu, setiap orang
harus lebih dahulu melakukan upacara Upanayana,
yaitu upacara menjadikan seseorang anak menjadi
dwija dan resmi sebagai anggota kasta dan siap
memasuki tingkatan hidup yang pertama, yaitu
sebagai Brahmacarin; anak tadi akan meninggalkan
rumah orang tuanya dan menetap sebagai siswa di
kediaman seorang guru untuk mempelajari kitab Veda
dan pengetahuan keagamaan lainnya. Ia harus tunduk
kepada gurunya dan isteri guru, patuh melaksanakan
segala perintahnya dan harus mencari makan sendiri
dengan cara minta-minta. Sebagai imbalannya ia akan
menerima pelajaran dari guru terutama tentang
dharma dan kitab suci. Kalau pelajaran sudah selesai,
anak segera pulang dan kawin.
Mulailah ia memasuki tingkat kedua; Grhasta,
yang dimulai dengan perkawinan, dengan upacara
tertentu yaitu; kedua mempelai melangkah sebanyak

64
tujuh langkah kea rah timur laut sambil diperciki air
suci, sambil memegang tangan isterinya; suami
mengucapkan mantera-mantera kemudian membawa
api suci yang harus tetap dipeliharanya di rumah.
Setelah itu mulailah kehidupan sebagai suami isteri. Ia
menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab
mendidik anak-anaknya dan melaksanakan kewajiban
terhadap para dewa dengan menjalankan sesaji dan
upacara korban. Ia juga harus melaksanakan
kewajibannya yang berhubungan dengan
kemasyarakatan.
Tingkatan ketiga ialah Vanaprastha (kehidupan
di hutan: vana/hutan). Tingkatan ini adalah tingkatan
yang harus ditempuh apabila seseorang sudah
mencapai usia lanjut. Segala kewajibannya sebagai
kepala keluarga diserahkannya kepada anak laki-laki.
Adakalanya ia masuk hutan bersama isterinya supaya
dapat memberikan ketenangan dan keheningan
berpikir dalam upayanya mencapai kesempurnaan
hidup. Segala ikatan duniawi harus dilepaskannya
untuk sepenuhnya mengabdikan diri secara
keagamaan. Tingkatan terakhir atau keempat, ialah
Sanyasin; yaitu tingkat pertapa yang telah lepas dari
kehidupan dunia. Sekalipun ia masih hidup di dunia
ini namun ia sama sekali telah melepaskan diri dari
permasalahan dunia sehingga terbuka kesempatan
untuk mencapai moksha (Abd. Manaf,1993:14-15).
5. Perkembangan Dewasa ini
Ada lebih 800 juta umat Hindu di dunia dewasa
ini dan komunitas Hindu yang cukup besar ada di

65
lebih dari 160 negara. Satu di antara enam Negara di
dunia modern ini adalah orang Hindu. Rumah
spiritual Hinduisme adalah India, dimana 85 persen
dari seluruh umat Hindu , sekitar 650 juta orang
tinggal di sana.
Ada beberapa gerakan reformasi Hindu pada
abad ke- 19 dan ke- 20 yang menentang system kasta
dan bentuk- bentuk tekanan lain di India. Refoemis
yang paling terkenal ialah mahatma Gandhi, yang
memimpin India dalam kampnye spiritual untuk
kelompok yang hina dina, kasta paling rendah, yang
telah mereduksi jutaan orang Hindu pada
kemelaratan.
Sekarang komunitas Hindu yang besar dapat
dijumpai di India Barat dan Afrika, juga di Sri Langka,
Guyana, Fiji dan Bali. Sekitar 800.000 umat Hindu
tinggal di Amerika Serikat. Di Negara ini banyak kuil,
termasuk kuil Shiva- Vishnu di Livermore, California,
dimana ada usaha yang dilakukan untuk menyediakan
fasilitas yang berguna bagi bermacam- macam
keturunan Hindu yang dijumpai di Negara ini. Sebuah
perkumpulan pendeta berusaha mendapatkan
kebutuhan- kebutuhan spiritual dari orang- orang
Hindu setempat.. Komunitas – komunitas Hindu
yang kecil juga dapat dijumpai di seluruh Eropa
dengan komunitas terbesar yang berada di luar
Britania, yaitu di belanda dengan 160.000 penganut
(Keene, 2006 :36).
Komunitas Hindu terbesar di luar India adalah
di Britania, di mana ada lebih dari 1.200.000 orang.

66
Sejak akhir tahun 1960-an, orang- orang Hindu
datang ke negara ini terutama melalui Pakistan,
Bangladesh, Sri Langka, Indonesia, Guyana, India
Barat, Singapura, Malaysia dan Uganda. Mereka telah
beusaha menjaga identitas budaya dan religious
mereka dengan menggunakan kuil- kuil mereka
sebagai jaminan bahwa bahasa- bahasa Gujarat, Hindi
dan Punjab terus digunakan.
Umat Hindu percaya bahwa agama, tradisi
kebudayaan dan bahasa saling berhubungan erat dan
tak dapat dipisahkan- kehilangan bahasa berarti akan
membawa akibat hilangnya agama dan tradisi
kebudayaan dengan segera. Komunitas Hindu
dilayani oleh lebih dari 160 kuil. Kuil yang paling
spektakuler dibuka di Neasden London, pada tanggal
20 Agustus 1995. Bangunan ini, dengan kubah,
puncak, dan pilar berukir, dibangun menurut
pengajaran- pengajaran kitab suci Hindu Kuno,
memberikan wawasan baru bagi umat Hindu Britania
dan seluruh Eropa (Keene, 2006: 36).

67
68
BAB X
AGAMA HINDU BALI

1. Pengertian
Agama Hindu Bali merupakan perpaduan antara
Hindu Buddha dan adat istiadat masyarakat Bali sendiri,
dimana pengaruh Hindu tampak pada upacara pembakaran
mayat, pembagian kasta, dan lain-lain. Sedangkan pengaruh
Buddha dapat dilihat terutama sekali pada kesukaan
masyarakat Bali terhadap hal-hal ghaib (kebathinan).
Dasar kehidupan masyarakat Bali asli, sudah
bersifat agamis, sehingga kehadiran Hindu dan Buddha
cukup mendapat tempat tersendiri untuk dapat berkembang
lebih maju. Para pemangku adat (Bali) dan penanda (Hindu)
adalah tokoh agama yang diakui kepemimpinannya, karena
kehidupan masyarakat Bali tidak terlepas dari peraturan-
peraturan keagamaan, semacam keselamatan, pemujaan dan
sebagainya (Ali,2007:175).

2. Ajaran tentang Kepercayaan.


Agama Hindu Bali sangat mempercayai peranan dewa-
dewa yang disimbolkan dalam wujud patung-patung disetiap
pura, sekaligus dengan tempat pemujaannya, bahkan sampai
kerumah-rumah sekalipun. Sebagai dewa tertinggi yang
menguasai langit dan bumi serta sumber kehidupan, adalah
Sang Hyang Titah atau disebut juga Sang Hyang Widhi
(Widiwasa) (Ali,2007:175).

69
Agama Hindu Bali merupakan sinkritisme antara paham
animisme setempat dengan agama Hindu di India dan antara
Siwaisme dan Budhisme yang telah mengalami proses
rohaniah typis Jawa. Prinsip-prinsip agama Hindu- agama
Budha tetap dipertahankan dalam agama ini, sehingga dewa-
dewa yang dipujanyapun berpusat pada Trimurti atau Trisakti
yaitu Brahma, Wisnu dan Siwa (Arifin,1998:88).
Di samping itu masih ada dewa-dewa yang dipuja
secara onsidentil, misalnya: dewa Ganesha sebagai lambang
ilmu pengetahuan, dewa Kama dan Ratih sebagai lambang
dewa cinta kasih; dewa Bregu sebagai dewa sabung ayam;
dewa Skanda sebagai dewa perang; dewa Kuwera sebagai dewa
kekayaan dan Bayu sebagai dewa angin dan sebagainya.
Dewa yang menjadi titik pusat pemujaan dalam agama
Hindu Dharma ialah Siwa. Dewa inilah yang sangat ditakuti
oleh mereka karena dapat menghancurkan jalan hidup
manusia serta alam sekitarnya. Dan dewa ini pula bilamana
banyak dilalaikan orang akan dapat menimbulkan
kemarahannya, sehingga dapat merusak manusia serta alam
pulau Bali khususnya. Di samping membahayakan hidup,
dewa tersebut juga memberikan kesuburan tanah Bali. Jadi ia
dipandang sebagai tokoh dewa yang memiliki kekuatan yang
berlawanan dalam satu pribadi. Kekuatan tersebut tergambar
dalam penjelmaan-penjelmaan yang tiga macam bentuknya
yaitu sebagai Mahakal atau Rudra, sebagai Mahaguru dan
sebagai Mahadewa (Arifin,1998:88-89).
Konsepsi ketuhanan dalam kepercayaan Hindu Bali
atau Hindu Dharma bukan polytheisme (paham banyak
Tuhan), akan tetapi sebaliknya agama tersebut adalah
monotheisme (paham Tuhan Esa). Petunjuk kepercayaan

70
monotheisme itu berdasarkan kitab. Wedha yang berbunyi”
Ekam Eva Adwitiyam Brahman” yang artinya: hanya satu tiada
duanya yaitu Braham (Sang Hyang Widhi). Uga disebut
dalam Wedha sanggraha sebagai berikut: Eka Narayanad na
dwitya’sti kaccit” yang berarti hanya satu Tuhan sama sekali
tidak ada duanya.
Meskipun Tuhan hanya satu, akan tetapi dapat
dimanifestasikan dalam bermacam-macam nama menurut
sifat-sifat kekuasaan yang ada pada-Nya. Bila dilihat dari
fungsinya Sang Hyang Widhi itu dapat disebut dengan nama
utama dalam Trisakti yaitu Brahma sebagai sebutan Sang
hyang Widhi dalam fungsinya sebagai pencipta alam. Wisnu
sebagai sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai
pelindung; sedang Siwa adalah sebutan Sang Hyang Widhi
dalam fungsinya sebagai pelebur dunia beserta isinya.
Dalilnya adalah ”Ekam sat wiprah bahuda wadantii” yang
artinya hanya satu Sang Hyang Widhi, hanya orang yang bijak
sana saja menyebutkan dengan banyak nama.
Semboyan adalah “Bhineka Tunggal Ika, tan hana
Dharma mengrwa” yang artinya bahwa berbeda-beda tetapi
satu, tidak ada dharma yang dua” (Arifin,1998:92).
Kepercayaan mutlak hindu Dharma adalah disebut
Panca Sradha, aritnya Panca adalah lima; dan Sradha adalah
kepercayaan. Pancasradha sama dengan rukun iman Hindu,
yaitu terdiri dari lima keimanan sebagai berikut :
a. Percaya kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan Y.M.E).
b. Percaya adanya agama (roh leluhur)
c. Pecanya hokum karma pahala (sebab akibat)
d. Percaya adanya samsara (punarbhawa/ menjelma
berkali-kali)

71
e. Percaya adanya moksha (kelepasan dari samsara).
Dalam upacara do‟a dan upacara agama senantiasa
dimulai dengan kata suci ”OM”, yang berasal dari A ; simbol
Brahma; U adalah simbol Wisnu; dan M adalah simbol Siwa;
lalu diucapkan dengan suara “AUM” atau “OM”. Oleh
karena itu ucapan salam Hindu berbunyi “OM
SWASTYASTU” (semoga selamat atasmu), maka
jawabannya adalah kata-kata”SHANTI, SHANTI,
SHANTI, OM” (damai,damai, damai, semoga). Demikian
juga ucapan “OM AWIGNAMASTU; OM DIRGHYUR
ASTU” : semoga tak ada halangan dan semoga panjang
umur (Arifin,1998:92-93).

3. Ajaran tentang Penyembahan.


Dalam upacara pemujaan dewa-dewa Hindu Bali
terdapat beberapa macam yajnya (kurban). Di samping
yajnya kecil dalam tiap keluarga dan dalam proses
perkembangan hidupnya. Adapun keluarga bersar untuk
menjaga alam semesta ini agar tidak hancur, maka terdapat
yajnya sebagai berikut.
Butta Yajnya yaitu kurban-kurban kepada makhluk halus/
dewa penjaga alam, yang mendiami 11 penjuru angin. Butta
Yajnya tersebut dilakukan dalam tiga macam bentuk upacara
korban ialah:
a. Tawur Agung yaitu korban yang dilaksanakan dalam
satu tahun sekali.
b. Tawur Eka Dasa Rudra yaitu upacara korban yang
diadakan setiap 10 tahun sekali.

72
c. Tawur Eka Dasa Rudra yaitu upacara korban yang
diadakan setiap 100 tahun sekali (Arifin,1998:89).
Adapun upacara yang paling utama ialah: Tawur Agung
Eka Dasa Rudra, karena upacara ini merupakan usaha
mencari keselamatan hidup disamping pengakuan dosa-dosa
manusia selam 100 tahun. Arti kata upacara tawur ini ialah:
a. Tawur bearti pembayaran, penebusan atau
pembersihan.
b. Agung berarti besar-bersaran. Eka Dasa: seratus,
Rudra adalah mahkluk halus/ penjaga mata angin/
alam. Rudra adalah manifestari dari Siwa dalam Kroda
(Kemarahan). Tempat upacara dilakukan disebut pusat
kuil pemujaan Hindu Dharma di Lereng Gunung
Agung (tempat bersemayam dewa-dewa Hindu) yang
bernama Pura Besakih.
Tujuan dari upacara Tawur tersebut menurut
kepercayaan Hindu ini ialah untuk mengadakan introspeksi
terhadap segala perbuatan rakyat Bali yang dalam tingkah
laku sehari-hari lepas dari kesalahan dan noda-noda hidup;
disamping itu ditimbullah pengharapan prospeksi untuk
memperoleh keselamatan hidup di bawah perlindungan dewa
Siwa (Sang Hyang Widiwasa) (Arifin,1998:89-90).

4. Pokok-pokok Ajaran.
a. Segala upacara dan gerak keagamaan Bali
mengandung maksud berhubungan dengan dewa dan
para lelembut (makhluk halus).

73
b. Sebelum berhubungan dengan para dewa, seseorang
harus bersuci terlebih dahulu menggunakan tanah, api
dan air; dimana masing-masing mempunyai peranan
menghilangkan penyakit menular, membakar serta
membersihkan. Berhubungan dengan penggunaan air
ini, maka Agama Hindu Bali juga kadang disebut
Agama Tirta.
c. Ada tiga macam keselamatan yang dapat
menghubungkan dengan para dewa, serta dua macam
pemujaan. Upacara keselamatan dengan sesajian dan
pemujaan inilah yang merupakan identitas agama
Hindu Bali. Upacara keselamatan dan pemujaan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Karyamanusa yaitu upacara yang dilakukan untuk
keselamatan hidup manusia sejak lahir hingga
meninggal; misalnya:
a. Selamatan Gendongan, dilaksanakan ketika
kandungan berusia enam bulan.
b. Selamatan Mapagare, sewaktu kelahiran.
c. Selamatan Ngatoni atau Saklapanan, ketika usia
42 hari.
d. Selamatan Hagagelan, dilakukan ketika
menyelenggarakan pertunangan.
e. Selamatan Ngahulat, dilaksanakan karena
mencuri anak gadis.
f. Selamatan pernikahan.
2. Pitrayatnya, yaitu selamatan ketika ada orang yang
meninggal.

74
3. Dewayatnya, yaitu selamatan yang
dipersembahkan kepada para dewa sehubungan
dengan berdirinya sebuah pura.
4. Manusatnya, yaitu selamatan member makanan
dan pakaian serta harta benda dan lainnya kepada
khalayak ramai (semacam sedekah sosial) dengan
upacara.
5. Bhutayatnya, seperti juga manusatnya, hanya
ditambah sajian makanan kepala setan, buta kala
dan lain-lain.
d. Pembakaran mayat bagi orang Hindu Bali dilakukan
setelah jenazahnya dikubur atau disimpan beberapa
hari untuk menunggu hari baik. Biasanya, mayat
pendeta dari golongan Brahmana tidak boleh dikubur,
melainkan harus disegerakan pembakarannya.
Upacara ini mengandung makna tersendiri, dimana
seseorang yang meninggal terlebih dahulu disucikan
dengan tanah (kuburan), kemudian diberi pertolongan
dengan api (pembakaran), selanjutnya dihilangkan
penyakit menular (melemparkan abunya ke laut).
e. Upacara selamatan atau pemujaan dilakukan orang
Hindu Bali di sebuah pura (sebagai lambang
persatuan penunggal).
1. Pura Sangah, Pamaraja, Kawitan, atau Hibu untuk
persatuan sanak family dan saudara.
2. Balai Agung, Puseh atau Dalem untuk persatuan
penduduk satu desa.
3. Cubak, Masketi atau Emapalan, untuk persatuan
penduduk sepengairan.

75
4. Sadahyangan, Penataran atau Besakih untuk
persatuan masyarakat satu praja (negeri) (Ali,
2007:176-178).

76
BAB XI
AGAMA SIKH

1. Pengertian
Agama Sikh didirikan oleh Guru Nanak, yang
menghormati agama Hindu dan Islam tetapi percaya bahwa
kedua agama itu mengaburkan kebenaran tentang Allah.
Agama Sikh lebih menekankan hubungan pribadi dengan
Allah. Nanak dilahirkan pada tahun 1469 di Talwindi,
sekarang Nankana Sahib, di Pakistan. Ia berasal dari latar
belakang keluarga Hindu (Keene,2006: 148).

2. Ajaran Kepercayaan
Tujuan akhir agama ini adalah kembalinya jiwa
manusia dalam persatuannya dengan Allah. Tujuan ini
dapat didekati dengan kegiatan spiritual dan disiplin diri,
tetapi pada akhirnya hanya dapat diperoleh karena anugrah
Tuhan.
Allah tidak dapat dipahami, tidak punya bentuk, dan
sulit untuk diterangkan. Demikian juga halnya bahwa
Allah tidak dapat mengambil wujud manusia. Dan kata
Allah yang diucapkan oleh para guru dan khsusnya guru
Granth Sahib, yang dimaksudkan adalah kehadiran Tuhan
di dunia, khususnya dalam jiwa manusia yang terdalam
(Keene, 2006: 154).

77
3. Ajaran Penyembahan.
Pada hari minggu umat Sikh di Gurdwara untuk
menyentuh tiang bendera dan anak tangga sebelum mereka
menyentuh dahinya dengan angan yang sama. Ibadat di
Gurdwara bias berlangsung beberapa jam dan ibadat itu
memberikan kesempatan untuk membaca dan meenungkan
kitan suci Guru granath Sahib, walaupun boleh memiliki
kitab suci di rumah (Keene, 2006: 160).

4. Pokok- pokok Ajaran.


- Sikh sangat menekankan hubungan pribadi manusia
dengan Allah melalui pengaktifan kembali kekuatan
batin akan cahaya kehidupan Allah yang ada dalam
jiwa setiap manusia. Setiap orang harus berusaha
menemukan Allah untuk diri mereka sendiri- karena
tidak ada pendeta di dalam agama Sikh yang dapat
bertindak sebagai perantara.
- Ajaran tentang Langar, dimana semua orang
menhantap makanan yang sama secara bersama-
sama. Ini symbol bahwa semua manusia adalah
sederajat. Kitab suci Sikh menyatakan kebenaran puji-
pujian dari orang- orang suci Hindu dan Islam.
- Orang harus selalu menempatkan nama Allah di
dalam hati dan pikiran mereka. Orang- orang Sikh
melakukannya dengan cara mengulang- ulang
menyebut nama Allah, pagi dan malam. Jika orang
terus menerus melakukan meditasi tentang Nam,
mereka menghadirkan Allah kedalam hidup mereka.

78
- Agama ini memegang teguh kepercayaan reinkarnasi
dan karma. Hanya dengan melakukan meditasi dalam
nama Allah, dan dengan melayani orang lain,
pembebasan dari lingkaran kelahiran, kehidupan dan
kematian dapat dicapai. Karma yang baik berarti
kelahiran kembali sebagai manusia, tetapi karma yang
buruk membawa kelahiran kembali kepada binatang.
Untuk memusatkan seluruh keberadaan seseorang
dalam Allah, ia harus menajdi seorang gurmukh dan
menempatkan dirinya pada jalan rahmat llah. Inilah
satu- satunya cara untuk menghindari reinkarnasi
supaa dapat menuju ke pembebasan dan pencerahan.
Tempat pembebasan itu adalah nirvana, bersatunya
kembali jiwa dalam siasana sukacita bersama Allah,
dan hal ini dapat didekati dengan cara mengumpulkan
orang- orang beriman lainnya, menyanyikan puji-
pujian, dan berdoa (Keene, 2006: 154- 155).

5. Perkembangan dewasa ini.


Pada tahun 1947, Punjab, tanah air Sikh, dipecah dan
2.600.000 orang Sikh pindah ke India dari daerah- daerah
bagian Punjab yang dikuasai Pakistan. Walau 80 persen dari
orang- orang Sikh masih tinggal di Punjab mereka mulai
melihat agama mereka sebagai agama dunia, bukan hanya
sekedar agama local. Banyak orang Sikh yang meningglkan
tanah air mereka untuk tinggal di Amerika Serikat dan
komunitas mereka sekarang berjumlah kurang lebih 350.000
jiwa. Meskipun agama missioner tidak biasanya menjadi cirri
khas komunitas Amerika, ternyata ada sejumlah orang Sikh

79
kulit putih. Orang yang berpindah agama ini telah
menggunakan pakaian dan gaya hidup orang Punjab dan
memebiarkan anak-anak mereka dididik secara Sikh.
Kaun laki- lakiSikh datang ke Inggeris untuk mencari
pekerjaan, meningglkan anak istrinya sampai mereka dapat
berdiri sendiri. Palinh banyak mereka rtinggal di kota- kota
besar dan sekitarnya. Komunitas yang besar terbentuk di
London, Birmingham, Leicester, dan Yorkshire barat. Untuk
memenuhi kebutuhan spiritual dan sosial dari komunitas ini
maka lebih 250 gurdwara telah didirikan. Walaupun
gurdwara Sikh yang pertama di Inggeris didirikan pada tahun
1911, masuknya orang- orang Sikh secara besar- besaran ke
Inggeris pada gtahu 1950-an dan awal 1960-an. Sekarang
jumlah komunitas Sikh ada sekitar 500.000 orang.
Komunitas ini terus menerus menghadapi banyak
masalah. Banyak orang Sikh telah membuang unsur- unsur
cara hidup tradisional yang merupakan ciri khas mereka,
seperti rambut panjang, serban dan jenggot. Konflik-
konflik antar generasi telah timbul, terutama mengenai
aturan tradisi perkawinan. Perbedaan- perbedaan relegius
telah menyebar, misalnya masalah ibadat di gurdwara harus
terus di tiadakan dalam bahasa Punjab atau dengan bahasa
yang digunakan oleh peserta ibadat. Jelas bahwa semakin
sedikit orang- orang Sikh di luar Punjab yang mempelajari
bahasa nenek moyang mereka dan ini mengakibatkan
kurangnya penghormatan yang diberikan kepada Guru
Granth Sahib (Keene, 2006: 167).

80
BAB XII
AGAMA BUDDHA

1. Pengertian.
Agama Buddha adalah agama yang diajarkan oleh
seorang putra raja Sudhodana (Kerajaan Sakya) yang
bernama Sidharta Gautama; yang hidup 563-483 SM yang
menemukan kesadaran dan keinsyapan dari dalam dirinya
sendiri, tatkala dia berada di bawah pohon bodhi, sebab itu
dia digelari sang Buddha Gautama. Dan dengan penuh
keyakinan ia telah menerima wahyu Tuhan untuk
disampaikan kepada manusia.
Berdasarkan latar belakang historisnya, agama Buddha
lebih identik disebut ajaran filsafat, karena ajaran-ajarannya
yang bersifat etis tentang kelepasan. Keyakinan yang tinggi
nilai-nilai moral atau bathin (saddha) serta ajaran tentang sila,
menunjukkan identitas agama Buddha yang filosofis
(Ali,2007:168).

2. Ajaran tentang Kepercayaan.


Ajaran kepercayaan dalam agama Buddha disebut
dengan Tri Ratna (tiga rangkaian Ratna mutu manikam).
Kesaksian ini berbentuk credo (syahadat) yang berbunyi
sebagai berikut:
a. Budham Saranam gacchami : Saya mencari
perlindungan kepada Sang Budha.

81
b. Dharman Saranam gacchami : Saya mencari
perlindungan kepada Dharma (hukum-hukum agama).
c. Sangham Saranam gacchami : Saya mencari
perlindungan kepada Sangha (orde pendeta).
Jadi dalam kesaksian tersebut, nampak adanya sikap
penyerahan diri kepada Buddha, kepada Dharma (hukum-
hukum yang diberikan oleh Buddha) dan kepada Sangha
yaitu golongan pendeta yang hidupnya memelihara
kelangsungan upacara agama yang pada umumnya tinggal di
biara-biara (Arifin 1998:96-97).
Ajaran kepercayaan dalam agama Buddha juga
mengajarkan tentang Panca Saddha (lima keyakinan Buddha),
yaitu:
a. Keyakinan terhadap adanya sanghyang Adi Buddha.
b. Keyakinan terhadap adanya para Bodhisatwa dan para
Buddha.
c. Keyakinan terhadap adanya hukum-hukum
kesunyataan.
d. Keyakinan terhadap Kitab Suci.
e. Keyakinan terhadap Nirvana (Nibbana) sebagai tujuan
akhir dari kehidupan penganut agama Buddha.
Secara keseluruhan, ajaran Buddha tersimpul dalam
ungkapan Triaksara Om Ah Hum diucapkan setiap kebaktian,
mengandung arti Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, dan Namo
Sanghyang (Ali,2007:173).
Kepercayaan adanya Tuhan dalam agama Buddha ialah
mengakui Brahma sebagai Tuhan yang menciptakan, yang
bersifat kasih sayang kepada semua makhluknya.

82
Ahli-ahli sejarah Agama memasukkan agama Buddha ini
termasuk agama yang menuhankan Tuhan yang satu
(monotheisme); hanya agama ini tidak menjelaskan tentang
dasar-dasar bagaimana cara beriman kepada Tuhan dalam
agama ini (Hakim,1985:166).

3. Ajaran tentang Penyembahan.


Kebaktian dalam agama Buddha dilaksanakan
dengan maksud bersujud dan penghormatan terhadap Sang
Hyang Adi Buddha sebagai Tuhan, para Buddha dan para
Bodhisatwa yang bersamayam di surga Tusita. Salah seorang
Bodhisatwa yang terlahir ke bumi adalah Sidharta Gautama,
yang telah mendapat penerangan sempurna atau kesadaran
agung (mencapai Budhi). Umat Buddha melaksanakan
kebaktiannya di Vihara atau Cetiya dimana didalamnya
terdapat para Bikhu/Bikhuni Samanera/Samaneri yang
tergabung di dalam Sangha, sebagai pimpinan upacara
kebaktian.
Upacara kebaktian dilakukan dengan cara:
a. Memanjatkan paritta-paritta (semacam doa pujaan
untuk Sang Buddha) yang terdiri dari:
1) Vandana, berisi pujian dan pujaan,
2) Trisana, permohonan perlindungan,
3) Karaniya Mettah Suta, berisi cinta kasih,
4) Mengadakan meditasi (Ehavana) dengan jalan
Samadhi guna menumbuhkan perasaan cinta kasih
serta membersihkan pikiran dan bathin,
5) Menyanyikan Vihara Gita yang disebut Namaskara,
6) Mendengarkan khutbah pendeta agama Buddha.

83
Kebaktian dilakukan dihadapan patung Buddha
sebagai objek pemujaan pada waktu sembahyang di altar
Vihara atau Cetiya. Penghormatan terhadap patung Buddha
dimaksudkan untuk menghormati sifat-sifat luhur dari Sang
Buddha sebagai manusia Maha Bijaksana, Maha Suci, Maha
Sempurna, Maha Sadar; dialah yang menjadi Guru Bathin
umat manusia dan para dewa (Ali,2007:171-172).

4. Pokok-pokok Ajaran.
Inti pokok ajaran Buddha ialah terkandung dalam
empat kenyataan yang dikenal dengan istilah Kesunyataan
Mulia:
a. Bahwa hidup manusia tidak luput dari penderitaan,
baik kelahiran, penyakit, usia tua maupun kematian.
b. Penderitaan itu lahir karena adanya keinginan.
c. Maka untuk menghilangkan penderitaan, seseorang
harus melenyapkan keinginan, agar mencapai
kebahagiaan (nirwana).
d. Guna melenyapkan keinginan serta mencapai Nirwana,
seseorang harus menempuh Delapan Jalan Utama
(tengah) :
1) Berpengertian yang benar,
2) Berpikir yang benar,
3) Berkata yang benar,
4) Berbuat yang benar,
5) Bermata pencaharian yang benar,
6) Berusaha yang benar,
7) Memperhatikan hal-hal yang benar,
8) Memusatkan pikiran yang benar (Ali,2007:168).

84
Secara ringkas dapat ditegaskan bahwa keempat teori
kesunyataan (Aryasaccani) terdiri dari:
1) Dukha (penderitaan),
2) Samudaya (faktor penyebab timbulnya penderitaan),
3) Nirodha (peredam),
4) Marga (jalan yang ditempuh untuk kelepasan).
Selain itu ada beberapa ajaran filsafat Buddha yang
patut diperhatikan , antara lain tentang:
1) Anitya (kefanaan alam), bahwa tidak ada satupun di
dunia ini yang bersifat kekal abadi,
2) Atman (ketiadaan jiwa), bahwa sesungguhnya manusia
tidak berjiwa dalam arti tidak memiliki pribadi yang
tetap,
3) Karma (kelahiran kembali), bukan dalam wujud jiwa
dan badan, melainkan dalam watak dan sifat,
4) Nirwana (keselamatan atau kelepasan) yang diperoleh
dengan memadamkan keinginan,
5) Sangha, yakni jemaat persekutuan para rahib dimana
masyarakat budhist dapat digolongkan yang terdiri dari
para Biksu (para rahib) dan upasaka (kaum awam).
Melalui kehidupan sebagai rahib itulah dapat tercapai
kelepasan sesuai dengan ajaran dasasila:
1) Tidak boleh membunuh
2) Tidak boleh mencuri
3) Tidak boleh berdusta
4) Tidak boleh minum minuman keras
5) Tidak boleh berbuat mesum
6) Tidak boleh makan sebelum waktunya
7) Tidak boleh mengunjungi pesta (tarian/nyanyian)

85
8) Tidak boleh bersolek
9) Tidak boleh tidur di atas kasur
10)Tidak boleh menerima hadiah (Ali,2007:169-170).
Dari kesepuluh larangan tersebut, hanya lima pertama
yang berlaku khusus bagi kaum upasaka, dan seluruhnya
untuk para rahib. Dengan dasasila tersebut, para rahib
berusaha mengendalikan keinginnan serta nafsunya, sehingga
mereka hidup dalam kemiskinan, membujang dan ahimsa
(tanpa kekerasan). Kehidupan meminta-minta atau
mengemis hanya untuk sesuap makanan, bagi para rahib
merupakan kehormatan, karena dengan demikian kaum
upasaka memperoleh kesempatan berbuat kebajikan melalui
pemberian kepada para rahib.
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan delapan jalan
kebenaran serta pantangan terhadap dasasila, umat Buddha
dapat digolongkan menjadi empat tingkatan, yakni sebagai
berikut:
1) Tingkat Srotapana, bearti pertobatan bagi mereka yang
baru masuk Buddha.
2) Tingkat Sakragamin, bearti bebas dari keraguan bagi
mereka yang akan lahir kembali.
3) Tingkat Anagamin, bearti kelepasan bagi mereka yang
tidak akan lahir kembali.
4) Tingkat Arhat, bearti bebas dari segala keinginan bagi
mereka yang telah mencapai kesadaran sempurna
(Nirwana) ( Ali,2007:170-171).
Pokok-pokok ajaran dalam agama Buddha menurut
beberapa aliran:

86
a. Hinayana, yang bearti kendaraan kecil, disebut juga
mazhab Therawada (semacam golongan ajaran asli
Buddha Gautama); beberapa pendapatnya yang
penting antara lain:
1) Bahwa manusia Buddha yang berasal dari
Bodhissatwa di surga, telah beberapa kali turun
kedunia secara periodik selama masa yang lama,
untuk mengejar manusia mencapai Nirwana melalui
jalan kelepasan. Sidharta Gautama (Sakyamuni)
adalah salah satu wujudnya yang sedang berperan
beberapa periode hingga sekarang.
2) Bahwa segala sesuatu bersifat fana, yaitu hanya
untuk sementara (dharma). Dharma itu merupakan
kenyataan atau realitas yang pendek sebagai akibat
dari sebab (kausalitas).
3) Tujuan hidup adalah mencapai Nirwana dan cita-
cita tertinggi menjadi Arhat.
b. Mayahana, bearti kendaraan besar, disebut juga
Madhayamika (sebagai aliran pembaharu bagi aliran
yang banyak menyimpang dari ajaran Buddha).
1) Bahwa di samping Buddha-Buddha di dunia
terdapat juga Buddha Surga, bahkan Buddha dunia
itu pada hakikatnya adalah bayangan dari Buddha
surga.
2) Asal dari segala sesuatu adalah Adi Buddha, yang
secara emanasi telah melahirkan dirinya menjadi
Lima Dhayani Buddha (Buddha Surga), yang
masing-masing melahirkan Lima Manusyi Buddha
(Buddha yang benar-benar hidup sebagai manusia)
salah satu diantaranya adalah Sidharta Gautama.

87
3) Cita-cita tertinggi adalah mencapai Nirwana dengan
menjalani peranan Budhisatwa.
c. Yogacara, semacam aliran Yoga-Hinduisme, yang
didirikan oleh pendeta Asanga dan Wasubandhu. Aliran
ini menekankan ajarannya pada pikiran atau cita.
Dimana yang ada sesungguhnya hanyalah khayalan yang
terdapat dalam pikiran sendiri, dunia ini pun hanyalah
suatu impian yang tidak memiliki kenyataan, karena itu
kelepasan diperoleh dengan menjauhi dunia materi,
serta mengarahkan pikiran ke dalam diri sendiri.
d. Mantranaya, aliran yang sangat mementingkan formalitas
pengucapan mantera, sampai kepada huruf, kata-kata dan
pengaturan nafas. Mantra itu dapat memberikan suatu
yang diinginkan, sehingga pengaruh mantera juga dapat
member kelepasan (Ali,2007:173-175).

5. Perkembangan dewasa ini.


Selama abad ke- 20, umat Buddha menderita
penganiyaan dan tekanan di berbagai belahan dunia.
Sementara itu, ditempat lain, Buddhisme terus berkembang.
Sejak awal tahun 1970-an, Buddhisme telah mendapatkan
pijakan kaki di banyak Negara Barat, terutama Inggeris dan
Amerika Serikat.
Dalam usia 1.500 tahun pertama sejak keberadaannya,
Buddhisme berkembang dengan pesat di mana Burma
(sekarang Myanmar), Sri Langka, Thailand, Cina, Jepang dan
Korea memeluk agama ini. Kemudian agama ini tergelincir
dalam suatu masa sepi hanya karena kejadian kecil sampai

88
abad ke- 20 mulai. Sekarang, Buddhisme bangun dan mulai
tumbuh kembali di banyak tempat.
Di Timur, selama abad ke- 20, banyak Negara; Buddha
dalam pengawasan komunis dan agama ini mendapat
tekanan. Ada lebih dari 6.000 biara di Tibet sebelum Cina
menyerbunya pada tahun 1950-an, tetapi setelah itu banyak
dari antara biara- biara itu yang telah dihancurkan. Sekitar
100.000 umat Budddha Tibet diperkirakan telah melarikan
diri ke India, dan di Tibet Buddhisme masih berjuang
mempertahankan kehidupannhya. Hampir seluruh kuil
Buddha di Cina ditutup atau dihancurkan selama revolusi
kebudayaan (1966-1976). Pada tahun 1977, kuil- kuil
diizinkan untuk dibuka kembali dan sejak tahun 1980
pendidikan rahib- rahib diizinkan kembali. Buddhisme
tumbuh di cina kembali, khususnya di Cina bagian utara, dan
mendapatkan pengikut yang besar di antara anak- anak muda
yang tertarik dengan filsafatnya. Di tempat lain, Buddhisme
masih berjuang. Di Sri langka, Buddhisme agama terbesar.
Sementara itu, di Thailand dan Buthan, Buddha menjadi
agama Negara. Agama ini sedang melakukan
perkembangannya ke Indonesia, Singapura, dan Korea
selatan, sedangkan minoritas umat Buddha India sedanga
melakukan perkembangan. Di India pada tahun- tahun
terakhir ini beberapa juta orang Hindu dari kasta paria
masuk agama Buddha (Keene,2006:85).
Dalam 30 tahun terakhir ini, Buddhisme berkembang
di Negara- Negara barat, seiring dengan perkembangan yang
cukup besar di daerah daerah Buddha di seluruh dunia.
Praktik- praktik meditasi dalam Theravada, Zen, dan Buddha
Tibet memberikan alternative yang menarik kepada banyak

89
orang mengenai sifat materialism. Juga ada ordo- ordo baru
yang sedang tumbuh, seperti saudara- saudara dari Ordo
Umat Buddha Barat (Friends of the Western Buddhist
Order), yang menggunakan ajaran Buddha tradisional dengan
maksud Agar ajaran itu lebih menarik bagi orang Barat.
Menurut buku petunjuk Buddha, dewasa ini ada sekitar lebih
dari 270 kelompok umat Buddha dan dengan pusat- pusatnya
berada di Inggeris dan Irlandia yang memberikan pengajaran
tentang bagaimana melakukan meditasi dan cara- cara hidup
seorang Buddha (Keene, 2006: 85).

90
BAB XIII
AGAMA YAHUDI

1. Pengertian.
Agama Yahudi berasal dari pembawanya seorang rasul
Allah: Musa as. Beliau lahir 1570 sm dan wafat 1450 sm.
Yahudi adalah nama yang dinasabkan kepada Yahuda, salah
seorang anak nabi Ya‟qub yang mula-mula menetap di
Kan‟an di daerah Palestina; dan beliau mempunyai putra 12
orang yaitu seorang diantaranya bernama Yahuda. Agama
Yahudi yang sekarang dianut oleh bangsa Yahudi atau
bangsa Israel, yaitu mereka keturunan dari nabi Ya‟qub.
Mereka berpaham monotheis, artinya bertuhan kepada Allah
Yang Maha Esa dan berkitab suci Perjanjian Lama. Jumlah
penganutnya di seluruh dunia kurang lebih 15 juta orang
(Ahmadi,1973:11).

2. Ajaran tentang Kepercayaan.


a. Agama orang Yahudi tersebar di Mesir dan Syam,
dimana mereka banyak mengambil adat kebiasaan
keberhalaan suku-suku bangsa. Dengan kedatangan
nabi Musa as, kepercayaan mereka lebih maju dan
bangsa Israel di selamatkan oleh Allah dari
penghambaan dan perbudakkan di Mesir menuju Tur
Sina; dan nabi Musa berhasil menjadikan bangsa itu
bersatu dalam akidah yang benar dan akhlak yang
mulia. Nabi Musa mengajak meninggalkan

91
penyembahan terhadap berhala dan mengajak untuk
menyembah Allah Yang Maha Esa pencipta langit
dan bumi serta isinya.
b. Perkembangan kepercayaan dalam agama ini dari
ajaran nabi Musa as, oleh beberapa suku bangsa
sesudahnya telah diubah menjadi kepercayaan syirik
dengan mengadakan korban-korban yang tidak
memakai nama Allah, dan suku-suku bangsa ini telah
menyelewengkan akidahnya dan kembali menyembah
berhala (Mahmud Yunus yang di kutip oleh Aliuddin
Mahyuddin, 1983:26).

3. Ajaran tentang Penyembahan.


a. Shalat dan do‟a.
Shalat dan do‟a dilakukan tiga kali sehari. Pertama
pada waktu pagi kira-kira jam tiga malam. Caranya
dengan menengadahkan ke atas dan ke dua tangannya
ditadahkan. Yang kedua dan yang ketiga dilakukan
pada siang hari dan sore hari, masing-masing dengan
cara yang sama.
b. Puasa; diwajibkan pada hari pengampunan besar.
Selain dari puasa dilakukan dengan sukarela. Orang
Yahudi terutama golongan Farisi biasanya dengan
sukarela pada hari senin dan kmais.
c. Qurban; qurban pengampunan atau qurban dosa
dilakukan oleh para imam pada hari pengampunan
besar. Umpamanya qurban kesalahan yaitu dilakukan
setelah berbuat kesalahan; misalnya: mencuri, berzina,
disamping bertobat kepada Allah.

92
Qurban kebaktian yaitu qurban untuk menunjukkan
rasa syukur kepada Tuhan, selagi beroleh kenikmatan
dan kebahagiaan. Qurban penyucian yaitu qurban
untuk menyucikan najis seseorang, misalnya habis
memegang mayat, habis melahirkan dan sebagainya.
d. Berkhitan; anak laki-laki wajib dikhitankan pada hari
yang ke delapan dari usia anak itu.
e. Paskah; artinya berlaku tanpa diganggu. Upacara ini
mula-mula dilakukan oleh nabi Musa as. Untuk
menyatakan syukur kepada Tuhan karena ke luar dari
negeri Mesir dengan selamat. Pada upacara ini
diadakan perjamuan dengan menyembelih kambing.
Sampai sekarang Paskah ini masih menjadi upacara
penting bagi orang Yahudi.
f. Pantekosta; artinya hari yang ke lima puluh, sesudah
berlakunya hari Paskah, yaitu suatu upacara susulan
untuk mensyukuri nikmat Tuhan dengan
menghidangkan roti hasil panenan tahun ini.
Di samping hal-hal yang bersifat ibadat dan upacara-
upacara agama masih terdapat juga syari‟at dan peraturan-
peraturan yang berhubungan dengan masyarakat (muamalat)
di antaranya:
a. Polygami diperbolehkan asal menurut ketentuan-
ketentuan.
b. Orang berzinah dihukum bunuh.
c. Perceraian diperbolehkan jika keadaan mendesak.
d. Anak-anak perempuan boleh kawin dengan laki-laki
dari suku bapaknya.
e. Dilarang kawin dengan wanita-wanita kafir.

93
f. Hukuman mati dilakukan dengan pelemparan batu dan
sebagainya ( Ahmadi, 1984:112).

Pokok-pokok Ajaran.
Ajaran pokok agama Yahudi terkenal dengan sepuluh
perintah suci yang diterima oleh nabi Musa as di bukit Sinai
(Tursina) yaitu:
a. Tiada Tuhan melainkan Allah
b. Jangan menyembah berhala
c. Jangan menyebut Allah dengan sia-sia
d. Agar mensucikan hari sabtu
e. Agar menghormati ibu bapak
f. Jangan membunuh
g. Jangan berzina
h. Jangan mencuri
i. Jangan bersaksi dusta
j. Jangan mengingini istri orang lain (Bakri, 1986:110).

5. Perkembangan Dewasa ini.


Komunitas – komunitas Yahudi kecil ada dihampir
setiap Negara di dunia ini. Pada wal abad ke-20 ada dua
komunitas besar bangsa Yahudi di dunia, yaitu di eropa
Timur, khusunya Polandia dan Rusia, dan Amerika Serikat.
Pada waktu perang dunia ke dua bangsa Yahudi di eropa
Timur dibinasakan oleh Nazi yang menduduki hongaria,
Polandia,, Czekoslovakia, dan Negara- Negara Baltik
Kematian enam juta orang yahudi baik laki- laki, perempuan,
maupun anak- anak mendesak dunia bahwa suatu negara
Yahudi memang dibutuhkan. Berdirinya Negara Israel pada

94
tahun1948 berarti bahwa bangsa Yahudi akhirnya memiliki
rumah sendiri. Pada tahun 2000, ada 4.700.000 bangsa
Yahudi yang tinggal di sana (Keene, 2006: 64).
Komunitas yahudi yang paling besar (5.900.000) masih
dijumpai di Amerika Serikat. Komunita sini sangat
berpengaruh pada urusan- urusan Amerika Serikat, terutama
dalam hal bisnis dan politik. Pada waktu yang sama
komunitas yahudi Amerika mengalami masalah yang sama
dengan yang dialami oleh komunitas Yahudi di tempat lain.
Sinogoga kurang berpengaruh jika dibandingkan dengan 50
persen kurang sedikit dri bangs a yahudi sekarang ini yang
bergabung dengan salah satu tempat ibadat. Semakin banyak
orang Yahudi Amerika telah menajdi bagian dari budaya
sekuler denga perkawinan campur meningkat tajam. Pada
tahun 1950-an tujuh persen kurangsedikit dari bangsa yahudi
menikah di luar iamn mereka. Tetapi sekarag angkanya sudah
di atas 40 persen dan masih bias meningkatlagi. Anak yang
lahir dari kawin campur kurang dari separuh yang tetap
beriman Yahudi sehingga masa depan komunitas ini
nampaknya menjadi suram (Keene, 2006: 65).
Konflik yang terjadi di antara bangsa Arab tetangganya
sudah berlangsung lama, dan tampaknya belum bias
terselesaikan. Bangsa Yahudi dari Afrika Utara dan dari
Negara- Negara Arab telah berimigrasi ke Israel dalam
jumlah besar, dan Negara itu sduah menjadi negara
berpenduduk campuran dari bangsa Ashkenazim- Yahudi
Eropa Timur, yang banyak diantaranya merupakan
keturunana orang Yahudi yang selamat dari Holokaust- dan
Sphardim – orang Yahudi dari dari kekaisaran Islam kuno.
Orang Yahudi dalam jumlah besar dari Yemen dan Flashas,

95
Ethiopia, disambut baik di Israel setelah perang sipil pecah
di tanah air mereka. Selama perang dingin, kelompok-
kelompok kecil Yahudi diizinkan meninggalkan Rusia untuk
berimigran ke Israel, tetapi setelah kekaisaran Rusia runtuh,
golongan kecil ini menjadi besar sekali. Komunitas Yahudi
yang besar juga dapat dijumpai di tempat lain. Komunitas
Yahudi di Negara Inggeris berjumlah sekitar 300.000,
sedangkan 95.000 di Afrika Selatan, 356.000 di Kanada dan
225.000 di Argentina (Keene,2006: 65).

96
BAB XIV
AGAMA KRISTEN KATOLIK

1. Pengertian.
Kata Nasrani artinya orang yang dibangsakan kepada
negeri Nazaret. Yang dimaksud dengan nama ini ialah Nabi
Isa as, yang berasal dari Nazaret (Nashirah). Orang-orang
Nasrani artinya orang yang mengikuti pengajaran dari Nabi
Isa yang lahir di Nazaret. Agama yang dibawa oleh beliau
disebut orang nashara, sebenarnya baliau tidaklah membawa
agama baru, hanya beliau melanjutkan agama yang dibawa
oleh Nabi Musa as, yang pokok hukumnya diterangkan
dalam Taurat.
Masehi berasal dari kata Masih yang artinya menurut
bahasa Ibrani, sama juga dengan arti dalam bahasa Arab,
yaitu yang diurapi atau disiram kepalanya. Hal ini karena
Nabi Isa as, sebelum menjadi nabi telah dimandikan dan
disiram kepalanya oleh nabi Yahya; yang disebut oleh orang
Kristen Yahya Pembabtis.
Adapun kata Kristen berasal dari Christus (bahasa
Latin) yang bearti juru selamat atau penebus. Timbulnya
nama ini setelah munculnya paham trinitas (paham bertuhan
satu beroknum tiga atau paham Tuhan tiga tapi dalam satu
kesatuan). Christus adalah gelar dari Isa (Yesus); dan orang
yang beriman kepada Yesus Kristus ini dinamakan Kristen
(Hakim,1993:92-93).

97
2. Ajaran tentang Kepercayaan.
Menurut istilah gereja Katolik, credo bearti pengakuan
iman Kristen yang dirumuskan dalam bentuk urutan 12 pasal
kepercayaan. Sebagai suatu pengakuan, maka credo juga
dikenal dengan istilah Sahabat Para Rasul atau dalam bahasa
latin dikenal dengan istilah apostolicum. Apostolicum (kata
Yunani “apostolos”/tasul) atau pengakuan iman rasuli menurut
perkataannya yang pertama dalam bahasa Latin, maka
pengkuan itu disebut juga credo (aku percaya). Nama lain
yang lazim dipergunakan ialah Dua Belas Pasal kepercayaan
Kristen. Pengakuan ini tidak dibuat oleh para rasul dan
tidaklah disusun sekaligus di dalam sebuah rapat gereja,
tetapi telah tumbuh secara bertahap (Ali,2007:135).
Adapun credo terdiri dari dua kepercayaan yaitu:
a. Aku percaya akan Allah, Bapak yang Maha Kuasa,
Pencipta langit dan bumi.
b. Dan akan Yesus Kristus, Putranya yang tunggal,
Tuhan kita.
c. Yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh
Perawan Maria.
d. Yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius
Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan.
e. Yang turun ketempat penantian dan, pada hari ketiga
bangkit dari antara orang mati.
f. Yang naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah Bapa
yang Maha Kuasa.
g. Dari situ Ia akan datang mengadili orang hidup dan
mati.
h. Aku percaya Roh Kudus.
i. Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus.

98
j. Pengampunan dosa.
k. Kebangkitan badan.
l. Kehidupan kekal, Amin (Ali,2007:136)
Dari dasar-dasar kepercayaan tersebut, dapat dipelajari
bagaimana dogma ketuhanan Kristen, yang tersimpul dalam
Trinitas (Tri Tunggal) hasil rumusan gereja dalam konsili
Nicea tahun 381 Masehi.
Hal itu menjelaskan bahwa Allah yang Maha Kuasa itu
mempunyai tiga pengata diri, yakni sebagai Allah Bapa, Putra
dan Roh Kudus. Allah Bapa dalam pengertian pengakuan
iman ini adalah Bapa dari pada Yesus Kristus, dimana antara
keduanya satu juga. Allah Bapa itu tidak lain Yesus Kristus
sendiri yang mengata diri sebagai manusia, sedangkan Yesus
Kristus juga tidak lain Allah yang mengata diri sebagai Tuhan
Bapa; sesuai dengan bunyi Perjanjian Baru Johannes pasal
10:30 “Aku dan Bapa adalah satu”.
Mengingat latar belakang historisnya, paham Trinitas
tidak bisa dipisahkan dari pengaruh ajaran Paulus sebagai
Figur yang banyak memberikan inspirasi bagi gereja dalam
melahirkan dogma-dogma ketuhanan. Segala surat-surat
Paulus dan ayat-ayat dari injil-injil Paulinitis (Yahya, Lukas,
Markus) yang sangat menggiring pada ketuhanan Nabi Isa itu,
merupakan bahan utama bagi ulama-ulama patristik Kristen
dalam pembahasan mereka sehingga dirumuskannya dengan
resmi konsepsi Trinitas pada tahun 381 Masehi (Hasbullah
Bakry, yang dikutip oleh Abdullah Ali, 2007:136-137).
Adapun Roh Kudus sebagai bagian dari Tri Tunggal,
merupakan wujud rohani Allah Bapa yang secara inkarnasi
masuk ke dalam tubuh Maria, untuk kemudian lahir menjadi
manusia Yesus. Kelahiran Yesus melalui perawan Maria,

99
dimaksudkan untuk membawa misi pengampunan dosa dan
keselamatan manusia dengan pengorbanan putranya yang
tunggal itu di tiang salib sebagai penebus dosa. Atas dasar
inilah, maka sesungguhnya inti iman Kristen terletak pada
kepercayaannya terhadap penyaliban diri Yesus, dimana
setelah wafat, Yesus kemudian bangkit dari kuburnya, dan
kembali naik ke surge ke tempat asal mula Dia datang,
berada di singgasana-Nya dengan kedudukkan sebagai Allah
Bapa.
Dari rangkaian pengertian sebagaimana dikemukakan
di atas, dapatlah dipahami maksud Trinitas sebagai dogma
ketuhanan dalam Katolik, yakni:
a. Allah Bapa, dalam fungsinya sebagai Tuhan pencipta
dan pemelihara.
b. Putra, dalam fungsinya sebagai Tuhan yang menjadi
manusia Yesus Kristus.
c. Roh Kudus, dalam fungsinya sebagai Tuhan
penghubung antara Bapa dengan Putra, berada dalam
diri manusia (Ali, 2007:137-138).

3. Ajaran tentang Penyembahan.


Secara tradisional, upacara abadah gereja Katolik
tercakup dalam tujuh Sakramen yang pada garis besarnya
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Upacara kebaktian rutin, yakni kebaktian pada hari
minggu di gereja (disebut liturgi) dan kebaktian atau
sembahyang pribadi di rumah (disebut Devasi).
b. Upacara incidental, yakni kebaktian yang diadakan
sewaktu-waktu menurut kebutuhan dan keadaan.

100
Di antara upacara ibadah rutin adalah doa Rosaria tau
yang dikenal dengan istilah doa jalan Salib, karena ibadah ini
dimaksudkan sebagai penghormatan Yesus di tiang salib.
Adapun upacara ibadah yang bersifat incidental, secara
umum tersirat dalam tujuh Sakramen gereja Khatolik yaitu
sebagai berikut:
1) Sakramen permandian, dengan istilah lain disebut juga
Pembabtisan, untuk orang yang masuk agama Katolik.
2) Sakramen Penguatan Kudus, dengan istilah lain
disebut Krisma, sebagai upacara penguatan rohani.
3) Sakramen Maha Kudus, atau dikenal dengan nama
Sakramen Ekaristi, yakni upacara perjamuan suci
sebagai inti ibadah gereja, karena merupakan realisasi
perjamuan yang pernah dilakukan Yesus. Sakramen
Ekaristi diwujudkan oleh gerka Katolik dalam bentuk
misa suci, dengan tiga bagian terpenting yaitu:
a) Persembahan roti dan air anggur (offertorium).
b) Pengubahan roti dan air anggur (konsekrasi).
c) Penyambutan tubuh dan darah Kristus (komuni).
4) Sakramen Pengakuan Dosa, dalam istilah gereja
disebut Confessi, merupakan sakramen pengampunan
segala dosa yang diperbuat setelah menerima
permandian kudus.
5) Sakramen perminyakan Kudus, yakni sakramen untuk
orang sakit, agar jiwa mereka kuat dan suci.
6) Sakramen Imamat Kudus, yaitu upacara pemberian
kusa pada mereka yang dipanggil Tuhan untuk menjadi
Imam, karena itu disebut juga pentahbisan.

101
7) Sakramen perkawinan, ialah sakramen pemberian
rahmat Tuhan kepada mereka yang menikah secara
Katolik.
Sesuai dengan pengertian bahwa sakramen ialah
upacara-upacara dan doa-doa yang diadakan oleh Kristus
untuk memberikan rahmat, yang dilambangkan dengan
upacara-upacara dan doa-doa tadi, maka pelaksanaan
sakramen dipimpin oleh Pastor atau Uskup selaku imam
gereja, yang dianggap wakil Tuhan, dengan pembacaan doa-
doa diringi nyanyian gereja (Ali, 2007:134-135).

4. Pokok-pokok Ajaran.
Sepuluh perintah Allah merupakan inti ajaran Tuhan
yang pernah diterima Musa di bukit Sinai, yang termaktub
dalam al-Kitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Dengan demikian jelaslah bahwa perintah ini berisi firman
Allah sendiri, yang pada prinsipnya mempunyai kesamaan,
karena bersumber pada wahyu Allah dalam ajaran samawi,
sejak diturunkannya Taurat kepada nabi Musa.
Adapun rumusan sepuluh perintah Allah yang biasa di
kenal dengan istilah Ten Commadement, menurut gereja
Katolik adalah sebagai berikut: “Aku Allah Tuhanmu”
a. Jangan memuja berhala berbaktilah kepada-Ku saja,
dan cintailah aku lebih dari segala sesuatu.
b. Jangan menyebut nama Allah, Tuhanmu tidak dengan
hormat.
c. Kuduskanlah hari Tuhan.
d. Hormatilah ibu bapakmu.

102
e. Jangan membunuh.
f. Jangan berbuat cabul.
g. Jangan mencuri.
h. Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu manusia
secara tak adil.
i. Jangan ingin berbuat cabul.
j. Jangan ingin akan milik sesamamu manusia secara tak
adil ( Ali,2007:138-139).
Selain sepuluh perintah Allah tersebut, gereja Katolik
mengenal pula lima perintah gereja yang terdiri dari:
a. Rayakan hari-hari yang disamakan dengan hari minggu.
b. Hadapi misa Kudus pada hari-hari minggu dan pada
hari-hari pesta yang diwajibkan dan janganlah
melakukan pekerjaan yang dilarang.
c. Jangan makan daging pada hari pantang dan
berpuasalah pada hari puasa.
d. Akuikalah dosamu sekurang-kurangnya setahun sekali.
e. Sambutlah tubuh Kristus diwaktu Paskah (Ali,
2007:139).
Adapun ajaran tentang Hari Raya Gereja adalah:
a. Hari Raya Paskah, yaitu hari raya kebangkitan, yang
diadakan antara bulan Maret dan April, berdasarkan
terangnya bulan musim semi di Roma.
b. Hari Raya Natal, yaitu hari raya kelahiran Yesus pada
tanggal 25 Desember; biasanya diselenggarakan pada
malam hari, berdasarkan kepercayaan bahwa Yesus
lahir pada waktu malam.
c. Hari Rayaa Adven, yaitu masa persiapan sebelum
upacara Natal selama empat minggu, dimana selama

103
itu dianjurkan bagi umat Katolik untuk hidup
sederhana.
d. Pesta Pantekosta, yaitu hari raya turunnya Roh Kudus
yang dirayakan 50 hari setelah Paskah, dengan upacara
ekaristi yang tidak terikat waktunya.
e. Hari Raya Yesus naik ke surga, diadakan 40 hari
sesudah Paskah.
f. Hari Raya Maria diangkat ke surge, 15 Agustus.
g. Hari Raya Santo Yoseph, peringatan kaum buruh
dengan Santo Yoseph sebagai perlindungan diperingati
tanggal 29 Maret dan 1 Mei.
h. Hari Raya semua para suci, yaitu peringatan untuk
menghormati semua orang yang masuk surge, sambil
meminta perantaraan mereka untuk manusia yang
masih berjuang di dunia.
i. Hari Raya peringatan para jiwa yang di api penyuci
yakni mendoakan mereka yang sudah meninggal.
j. Hari Raya Hati Anak Kudus, peringatan terhadap cinta
kasih Tuhan Yesus. Dirayakan pada hari jum‟at
pertama setiap bulan.
k. Hari Raya Maria tak bernoda asal, penghormatan
terhadap Bunda Maria, selaku manusia tak berdosa,
biasa diperingati pada tanggal 8 Desember
(Ali,2007:141-142).

104
BAB XV
AGAMA KRISTEN PROTESTAN

1. Pengertian.
Agama Kristen Protestan ialah agama Kristen yang
memprotes tradisi dan kekuasaan gereja yang tidak terbatas,
yang mengarah pada kesesatan.
Secara Historis, lahirnya Protestan karena
ketidakpuasan terhadap tradisi tahun 1500 atau permulaan
abad XVI, dimana gereja Katolik di bawah pimpinan Paus
Leo X yang berkedudukan di Italia menganjurkan Uskup
Besar Albrecht dari Mainz, Jerman untuk memperdagangkan
surat penghapusan dosa secara besar-besaran.
Dengan motivasi mencari keuntungan materi
sebanyak-banyaknya, untuk pembayaran kepada Paus serta
pembangunan gedung Gereja Santo Petrus di Roma; maka
syarat indulgensia dalam sakramen pengakuan dosa
berdasarkan penyesalan yang sungguh-sungguh tidak lagi
diperhatikan.
Memperhatikan tradisi gereja yang mengarah pada
kesesatan itu, seorang Kristen yang kritis dan berani di
Jerman yaitu Martinus Luther (Calvin di Francis),
menyampaikan protes tertulis pada tanggal 31 Oktober 1517
berisi dalil-dalil al-Kitab dalam bahasa Latin perihal
penghapusan dosa. Sehari kemudian yaitu 1 Nopember
orang banyak membaca publikasi protes yang ditempel di
pintu gereja Wintenburg itu, kemudian tersebarlah dalil-dalil
Luther secara meluas dalam waktu yang singkat. Disinilah
Luther dikenal sebagai pembaharu gereja, yang selanjutnya

105
berkembang menjadi ajaran Protestan atau disebut juga
Reformasi (Ali, 2007:141).

2. Ajaran tentang Kepercayaan.


Ada beberapa perbedaan yang mendasar antara
Katolik dan Protestan tentang iman dan penyembahan
berhala; Iman, menurut Protestan bukan hanya sekedar
masalah kepercayaan yang diterima begitu saja, tanpa perlu
adanya bukti. Iman membutuhkan gerak seluruh diri, baik
pikiran, kehendak dan perasaan dalam satu kesatuan. Iman
harus diikuti dengan perbuatan baik. Dan perbuatan baik
merupakan pelengkap iman, tetapi seseorang benar-benar
beriman, perbuatan baik dengan sendirinya akan mengalir
dalam dirinya. Seperti kata Paulus “iman tanpa perbuatan
tidak ada gunanya”.
Penyembahan pada berhala bertentangan dengan
perintah Tuhan yang pertama “jangan menyembah berhala”.
Padahal dalam gereja Rum Katolik, Yesus Maria dipatungkan
bearti ada penyembahan berhala (Abd. Manaf,1993:101).
Dalam hubungannya dengan dogma ketuhanan,
masing-masing sekte dalam Protestan mempunyai
intrepretasi sendiri, yang secara sederhana dapat disebutkan
sebagai berikur:
a. Gereja Pentakosta, berpendapat bahwa Tuhan Yesus
akan memerintah dunia selama 100 tahun, sebelum ia
datang lagi untuk kedua kalinya, melalui permandian
roh, maka jemaat akan memperoleh Roh Suci sebagai
bagian tubuh Kristus yang satu itu, sehingga jemaat
mempunyai bagian pula dalam roh Allah.

106
b. Gereja Advent, berpendapat bahwa ketuhanan Yesus
diproklamasikan justru pada hari Sabbat, sesuai Lukas
pasal 6 ayat 5: “Anak manusia itulah Tuhan, atas hari
Sabbat juga”.
c. Saksi Yehovah, berpendapat bahwa Allah yang
memerintah dunia ini tidak lain yang bernama
Yehovah yang tunggal, yang tidak rela melihat
kerajaanya diperintah oleh setan-setan dalam wujud
organisasi gereja, negara dan politiknya. Untuk
menyelamatkan dunia itulah, Yehovah mengutus
Yesus sebagai nabi dan Allah, guna mengembalikan
kerajaannya yang kekal.
d. Christian Science, berpendapat bahwa Allah adalah
roh, hanya roh itulah yang benar-benar ada dan kekal.
Tidak ada yang namanya materi, karena selain dari
padanya hanyalah ekpresi dari Allah.
e. Mormonisme, berpendapat bahwa Allah adalah
manusia super yang dapat menjelma secara badaniah,
memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dari pada
manusia biasa. Kemungkinan manusia lain juga akan
dapat menjadi Tuhan dengan kekuatan yang
dimilikinya, termasuk orang yang sudah meninggal,
maka mormonisme dikenal sebagai penganut
polytheisme (Ali, 2007:145-146).

3. Ajaran tentang Penyembahan.


Tentang sakramen, yang diakui sesuai dengan
Perjanjian Baru hanya dua, yaitu hanya Sakramen

107
Permandian dan Sakramen Perjamuan Suci (Ekaristi); lihat
Matius 28:19-20 dan Markus 14:22-24 (Ali,2007:143).
Kaum Protestan menganggap bahwa dalam perjamuan
suci, roti dan anggur itu benar-benar terjadi dari tubuh dan
darah Karistus. Hak antara orang biasa (awam) dengan imam
dalam perjamuan suci, bagi Protestan sama, tetapi gereja
Katolik membedakan menurut tingkatannya (Abd.
Manaf,1993:102).
Tegasnya, ibadah menurut Protestan bearti melayani
firman Allah dan Sakramen mengabdi kepada Allah dengan
iman dan tobat, doa dan kasih sayang terhadap sesama dalam
Roh Kudus.

4. Pokok-pokok Ajaran.
Ada beberapa perbedaan ajaran Katolik dengan ajaran
Protestan yaitu:
a. Protestan tidak mengorganisasikan Klerus (pejabat-
pejabat gereja yang tunduk pada satu imam tertinggi),
seperti gereja Katolik.
b. Kaum Protestan tidak melarang imam-imamnya
kawin, sedangkan katolik melarangnya. (Abd.
Manaf,1993:102).
c. Tentang Trinitas, bahwa hakikat keesaan Tuhan
bukanlah dalam arti biologis, melainkan dalam
pengertian idealis. Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus
adalah tiga diri yang terpisah, namun mempunyai
fungsi serta tugas yang sama (esa), sebutan Bapa dan
Putra dipahami dalam arti kiasan.

108
d. Tentang dogma, yang melahirkan tradisi gereja
Katolik, sesuai hasil konsili Trento tahun 1545 bahwa
tradisi gereja mempunyai kedudukan yang sama
dengan al-Kitab.
Menurut Protestan, firman Allah harus diakui sebagai
kekuasaan tertinggi di atas gereja, sehingga dogma
dalam Protestan bearti pandangan yang kritis terhadap
gereja.
e. Tentang penghapusan dosa, berada dalam tanggungan
sendiri, tidak ada hak bagi imam gereja untuk
menghapuskan dosa manusia, begitu pula tidak ada
hak bagi orang-orang suci untuk menjadi perantara
dengan Tuhan selain Yesus Kristus sendiri. Tugas
gereja semata-mata menyebarkan atau menyampaikan
berita pengampunan dosa kepada segenap umat
manusia, bahwa keselamatan ada pada Tuhan Yesus.
f. Tentang dogma Transubstansiasi, bahwa kehadiran
Yesus Kristus dalam upacara Perjamuan Suci adalah
berupa rohani (Roh Kudus) bukan dalam wujud benda
(roti dan anggur), ungkapan Yesus bahwa dirinya roti
yang hidup adalah ungkapan kiasan bukan ungkapan
yang sebenarnya.
Oleh karena itu korban misa (mezbah) dalam Sakramen
Ekaristi, bukanlah perjamuan suci seperti yang dilakukan
Yesus sesuai Perjanjian Baru. Ekaristi adalah perjamuan
makan, bukan pengorbanan yang ditandai dengan darah dan
daging Yesus (Ali,2007:142-143).
Ada beberapa pokok-pokok ajaran ditinjau dari
beberapa aliran dalam agama Kristen Protestan, yang
disebabkan karena sudah menjadi kelaziman bahwa suatu

109
kebenaran tidak ada yang mutlak, karena perbedaan
interpretasi yang melahirkan beberapa sekte:
a. Gerakan Pentakosta, bahwa keselamatan seseorang
bukan semata-mata karena sebuah anugerah yang
diterima sebagai kepercayaan, melainkan juga harus
menerima permandian Roh, melalui tanda-tanda
penglihatan serta pemberian lidah asing dalam bentuk
informasi.
b. Seventh Day Adventists, bahwa keselamatan seseorang
bukan hanya terletak pada anugerah, melainkan juga
pada kesediaan mengganti hari minggu dengan
perayaan di hari sabtu.
c. Saksi Yehovah, bahwa untuk mendapatkan kerajaan
Allah, seseorang harus menggabungkan diri dengan
saksi Yehovah serta menjauhkan diri dari kegiatan-
kegiatan politik, komersil dan Negara.
d. Chiristian Science, bahwa untuk memperoleh
keselamatan dan anugerah, seseorang harus sampai
pada tarap pemikiran tentang kematian, penyakit dan
materi sebagai imajinasi (khayalan) belaka.
e. Sekte Normon, bahwa seseorang yang menginginkan
kemuliaan surga, harus memenuhi empat hukum Injil,
yaitu : Iman, azab, pembabtisan dan penumpangan
tangan (Ali, 2007:145).

5. Perkembangan Kristianitas Dewasa ini.


Selama berabad- abad Gereja Kristen telah terbagi
menjadi Gereja- geraja Timur dan Barat secara luas dan satu
sama lain tidak saling tergantung. Di beberapa bagian

110
belahan dunia, Gereja berkembang dengan pesat sedangkan
di tempat- tempat lain tetap statis dan menurun. Dari seluruh
agama dewasa ini, agama Kristen mempunyai mempunyai
anggota jemaat yang paling banyak dan secara geografis
tersebar paling luas. Namun demikian, agama Kristen terbagi-
bagi ke dalam banyak cabang dan sekte jika dibandingkan
dengan agama- agama lain. Walaupun ada usaha yang
setengah- setengah dalam abad ke- 20 untuk membawa
gereja- gereja yang besar supaya bias hidup berdampingan,
sama sekali masih tetap terpisah ke dalam bagian- bagian
lama, Gereja Timur dan Barat. Banyak bentuk gereja Kristen
Ortodoks lebih berpengaruh di negara- negara Timur Dekat
dan Eropa Timur, sedangkan Katolik dan Protestan
berpengaruh di tempat- tempat lain (Keene, 2006: 118).
Gereja Kristen di seluruh dunia mempunyai banyak
bentuk seperti ilustrasi berikut ini:
- Kehadiran gereja di Amerika Serikat paling banyak
adalah 40 persen. Sekitar 25 persen penduduk Amerika
adalah katolik, dengan setengahnya hadir di gereja
beberapa kali dalam sebulan. Namun demikian jumlah
pator katolik turun drastic- turun kira- kira 50 persen
antara tahun 1966 sampai 2000- terutama karena
menjadi pastor memerlukan hidup salibat.
Pertumbuhan yang paling luar biasa akhir- akhir ini di
Amerika Utara ialah kelompok Protestan evangelis.
- Umat Kristen di benua Afrika sekarang lebih banyak
dibanding dengan umat Islam. Pada tahun- tahun
terakhir ini, gereja eviskopal yang karismatis telah
didirikan dan berhasil tumbuh. Sejumlah gereja yang

111
independen berubah tetapi teologi mereka tidak selalu
menjadi salah satu dari teologi pokok Kristen.
- Walaupun secara tradisional Korea Selatan adalah
negara Buddhis dan Konfusianis, gereja Kristen
tumbuh di sana dengan 10 persen dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan ini bukan karena pekerjaan para
missionaris Kristen, melainkan gerakan murni dari
bawah dari rakyat Korea.
- Teologi pembebasan, salah satu gerakan gereja paling
controversial abad ke- 20, melihat agama Kristen
sebagai suatu gerekan revolusioner yang tumbuh
karena kebutuhan umat dan usaha mempelajari ajaran
Yesus. Peranan gereja yang benar dapat dipercayai,
adalah suatu identifikasi politis dengan kaum miskin.
Teologi pembebasan telah menjadi pekerjaan Katolik
Roma dan kurang begitu meluas, pendeta di Amerika
Selatan- juga di Afrika dan Asia. Juga, di Amerika
Selatan, beberapa bentuk Kristen Evangelis telah
mengayunkan langkah besar. Pada tahun 1990-an,
umpamanya di Rio De Janeiro saja ada lima gereja
Evangelis dibangun dalam waktu satu minggu (Keene,
2006: 119).

112
BAB XVI
AGAMA ISLAM

1. Pengertian
Al-Islam adalah nama sebutan agama Allah. Sebutan
ini dapat berarti “selamat”, karena taat kepada Allah dan
Rasul-Nya; dapat juga berate “damai”, karena damai dengan
sesame mukminin; dapat juga berarti meningkatkan derajat
umat. Padadasarnya adalah kata ; salima (selamat); salami
(taat); silmi (damai); sullam (meningkatkan derajat); aslama,
yuslimu, islaman. Islaman (bentuk masdar), kemudian diberi
al, pada awal kata itu, maka berbunyi al-Islam adalah agama
yang diberi oleh Allah SWT sendiri namanya; sesuai dengan
firman Allah surat Ali Imran ayat 19:
ِ ْ ِ‫اَّلل‬
ۗ ُ‫اْل ْس ََل م‬ ‫ين عِ نْ َد ه‬ ِ‫إِ هن ال ّد‬
َ
“ Sungguh agama milik Allah ialah al-Islam”.
Sebutan bagi al-Islam ada beberapa macam; di antaranya
: dinullah; agama Allah: yaitu agama milik Allah (QS3:83);
kadang-kadang disebut: dinul-haq; yaitu agama haq yaitu
kebenarannya nyata dalam kehadirannya dan adanya (QS 61:9);
atau juga disebut : dinul-khalis; agama yang bersi dan murni
kemusyrikan dan khurafat, sehingga kebersihan dan
kemurnian ajarannya terpelihara selama-lamanya. Hal itu
terlihat dan terbukti sepanjang sejarah para nabi dan rasul-Nya,
serta para syuhada‟, dan sahlihin sepanjang masa. Dapat juga
disebut “ad-dinul Qayyim: agama yang tepat dan tetap tegak.
(QS 9:36, 30:30); karena al-Islam itu agama fithrah, maka

113
seluruh ajaran dan syari‟atnya selalu tepat (relevan) untuk
tercapainya derajat ummat yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah dan Rasul-Nya. Al-Islam juga fithrah Allah atau asal
kejadiannya sesuatu. QS 30:29,21:56,14:10 dan 9:36).
Maksudnya adalah karena alam semesta dijadikan dan diatur
oleh Allah dengan agama Allah atau dengan al-Islam, yaitu
fithrah Allah. Maka Allah menyatakan bahwa segala yang ada
di langit dan bumi, semuanya aslama, baik secara tidak sadar
(karhan) maupun sadar dan taat (tau’an) seperti dalam al-
Qur‟an. (QS 3:85). Keterangan ini menunjukkan pengertian
bahwa Allah menjadkan dan mengatur segala ciptaan-Nya
denga agama-Nya yaitu dengan al-Islam (Abd. Manaf,
1993:103-104).

2. Pokok-pokok Ajaran Tentang Kepercayaan,


Penyembahan dan Aliran.
Agama Islam merupakan kesatuan yang berwajah tiga,
yaitu iman, islam dan ihsan. Ketiganya merupakan kebulatan
yang utuh, sehingga tanpa salah satunya berarti keislaman
sesorang akan menjadi pincang, atau tidak sempurna. Apabila
ditampilkan sebagai segi tiga sama sisi, iman merupakan alas
dasarnya, islam dan ihsan merupakan kedua sisi tegaknya.
Ketiganya merupakan pokok-pokok ajaran Islam. Ketiga
pokok ajaran Islam itu mengacu kepada sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umat bin Khattab:
‫ما ىو اْلسَل م ان تشهد ان َل الو اَل هللا وان دمحما رسول هللا وتقيم‬
‫الصَله وتؤ تى الزكات وحتج البيت ان استطاع اليو سبيَل‬

114
“Islam itu adalah engkau mengakui dengan sesunggunya bawa
tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan
shalat, engkau mengeluarkan zakat, engkau menunaikan
ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu dalam
perjalanannya”.
‫ما ىو اَلميان ان تؤ من اب هلل ومَل ئكتو وكتبو ورسلو واب ليوم‬
‫اْل خر و اب لقدر خريه و شره‬
“Iman itu adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab - kitab-Nya, utusan – utusan-Nya dan
hari akhir, dan hendaknya engkau percaya kepada qadar baik
maupun yang buruk”.
‫ما ىو اَل حسان ان تعبد هللا كأ نك تراه فإ ن مل تكن تراه فإ‬
‫نو يراك‬
Artinya: Ihsan ialah hendaknya engkau menyembah
(berbakti) kepada Allah, seolah-olah engkau melihat-Nya,
dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesunggunya
Allah melihatmu (Abd. Manaf, 1994:120-121).

Beberapa pokok ajaran Islam yaitu:


a. Meyakini adanya Allah serta mengesakan-Nya.
Memikirkan kejadian alam menggunakan akal yang
sehat kembali kepada kejadian alam yang srba teratur
supaya dengan demikian dapat meyakini bahwa alam
semesta ini tentu pasti ada pencipta yang maka
Kuasa dan maha Tahu, tidak mempunyai sekutu.

115
b. Mengakui kebenaran risalah Muhammad SAW dalam
hal ini Islam mengambil dalil dengan mu‟jizat yang
mutawatir beritanya yang masi trus ada, yaitu al-
Qur‟an dan bukti bahwa Qur‟an adalah mu‟jizat
bahwa ia yang mewahyukanya adalah Allah Yang
Maha Esa dan bukan ciptaan manusia karena ia
dibawa oleh seorang manusia buta huruf.
c. Allah dalam menciptakan bangsa-bangsa dan alam
semesta mempunyai sunnah peraturan-peraturan
yang tak berubah-ubah dimana segala sesuatu
berjalan menurut jalan itu dan akan menimbulkan
akibat sesuai dengan jalan yang telah ditempuh.
d. Mencintai orang yang berbeda akidah. Islam tidak
menyuruh perpisahan antara ayah dan anak atau
antara ibu dan putrinya, tetapi Islam menyuru anak-
anak yang telah mukmin untuk terus mendampingi
orang tua yang musyrik secara baik di dunia.
e. Islam mementingkan dunia dan akhirat (Mahmud
Yunus, alih bahasa oleh Aliuddin
Mahyuddin,1983:47-48).
Pokok ajaran penting lainya ialah:
1) Tauhid dan menolak berhala-berhala dan patung-
patung sehingga dengan demikian tak terdapat antar
hamba dan Tuhan perantara.
2) Menegasakan adanya harikemudian dimana setiap
manusia akan diberi ganjaran sesuai dengan amal
perbuatannya.
3) Ibadah yang praktis yang memelihara hubungan
dengan Allah dan membimbing manusia kearah
kebajikan seperti: shalat, puasa, zakat dan haji.

116
4) Menepati janji dan tidak membenarkan
pelanggarannya.
5) Perintah untuk jihat perang, tetapi tidak
diperintahkan kecuali untuk membel Islam dan
mengamankan dakwah dari pada setiap hambatan-
hambatan yang menghalanginya.
6) Mendorong menyelidiki berbagai cabang ilmu
pengetahuan, seperti: ilmu jiwa, ilmu tumbuh-
tumbuhan, hewan, alam, kimia, kedokteran, falak,
sejarah, ilmu bumin dan lain-lain.
7) Mendorong manusia untuk sederhana (ekonomis)
dan berusaha untuk mencara rezeki.
8) Menerangkan syari‟at-syari‟at yang bersifat
kemasyarakatan; yang dibagi tiga bagian:
a. Rumah tangga dan susunannya dan aturannya,
seperti: perkawinan, memelihara hubungan
kekeluargaan dan perhatian terhadap urusan
warisan dan anak yatim.
b. Hubungan antara manusia, seperti: larangan
makan riba‟, dan mengambil harta orang lain
secara tidak syah, mencatat hutang piutang, sopan
santun memasuki rumah orang, melarang wanita
bersolek berlebih lebihan dan menyuru manusia
untuk saling menghormati.
c. Hal-hal yang bertalian dengan qisas dan rajam
(Mahmud Yunus, alih bahasa oleh Aliuddin
Mahyuddin,1983:49-50).
Ada beberapa aliran Kalam dalam Islam, diantaranya
ada yang moderat, ada yang extrim bahkan ada yang telah

117
begitu berlebih-lebihan; di antara contohnya ialah aliran
ahlus sunnah, mu‟tazilah dan syi‟ah.
1. Ahlus sunnah merupakan mayoritas dari kaum muslimin;
pengikut aliran ini terbagi tiga golongan yaitu:
a). Ahl, „athar; yang merupakan pengikut Imam Ahmad
bin Hambal. Pada umumnya dalam membahas hukum
mereka mengambil dalil-dalil dari al-Qur‟an dan
Hadits, tetapi adakalanya mereka mengambil dalil-dalil
akal (ratio), tetapi mereka tidak mentakwilkan
(menguraikan) hal-hal yang mutasyabihat (meragukan),
dan hanya menyerakan penafsirannya kepada Allah
SWT dengan hanya mengikuti para ulama terdahulu
(salaf) bahkan ada yang berpegang keras dengan lahir
dari pada suatu hukum sehingga mereka dinamakan al-
mujassama.
b). Asy‟ari dengan pimpinan Abu Hasan al-Asy‟ari
pengikut-pengikutnya dalam hukum-hukumnya
berpegang pada dalil-dalil ration serta dalil-dalil al-
Qur‟an dan menghindarkan sesuatu penafsir hal-hal
yang mutasyabihat.
c). Al-Maturidi dengan pimpinannya Imam Abu Mansur
al- Maturidi. Cara yang ditempu aliran ini dalam
menetapkan pokok-pokok akidah sama dengan cara al-
Asy‟ari. Dengan demikian, sebenarnya tidak terdapat
perbedaan yang bersar antara kedua kelompok itu dan
perbedaannya hanya pada soal-soal yang kecil.

2. Al-Mu‟tazilah; golongan ini merupakan suatu golongan


yang besar dalam kaum muslimin. Mereka berbeda
dengan ahlu sunnah dalam banyak masalah ketuhanan

118
(ilmu kalam) dengan imam mereka Wasil bin Atha‟.
Adapun perbedaan yang paling besar antara ahlu sunnah
dan mu‟tazilah adalah bahwa ahlu sunnah sangat kuat
berpegang pada nas-nas al-Qur‟an dan Hadits-hadits
yang shahih, disamping mempergunakan pedoman-
pedoman ratio; sedangkan Mu‟tazilah sangat
mementingkan pembahasan, pemikiran dan penafsiran
dalil-dalil al-Qur‟an. Hal ini sangat dipermudah karena
orang-orang mu‟tazilah banyak mengambil pelajaran dari
ilmu-ilmu Yunani dan falsafahnya.
3. Syi‟ah; kelompok ini mempunyai cabang-cabang yang
amat banyak , tetapi dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian:
a). Mayotitas, yaitu orang-orang yang menganggap Ali
sebagai orang yang berasal dari Tuhan dan
menyebutnya sebagai nabi. Golongan ini jelas-jelas
kafir.
b). Al-Rafidah, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa
Ali adalah Imam yang benar setelah Rasulullah SAW.
Demikian Nabi Muhammad telah mewariskan agar
Ali menjadi penggantinya, tetapi ia dihalangi untuk
memperoleh haknya. Pengikut-pengikut ini sangat
membenci Abu Bakar dan Umar. Ini sudah jelas
salah.
c). Al-Mufaddalah; ialah orang-orang yang meyakini
keutamaan Ali bin Abu Bakar dan Umar, kendati
demikian mereka mengakui kepemimpinan dan
keadilan kedua khalifah itu serta tidak lari dari
mereka. Hanya saja mereka berbeda dari mayoritas
kaum muslimin yang lebih mengutamakan Abu Bakar

119
dan Umar dari pada Ali. Tetapi al-Mufaddalah
tidaklah begitu extrim dibandingkan orang-orang
rafidah.
Disamping itu adapula kelompok Khawarij yaitu
kelompok yang memisahkan diri dari Khalifah Ali bin Abi
Thalib, ketika telah berlangsung perundingan Siffin dimana
Ali setuju untuk menerima usul pihak Mu‟awiyah untuk
bertahkim pada al-Qur‟an. Mereka berpendapat bahwa harus
ke luar dari mengikuti imam jika ia menyeleweng dari pada
sunnah.
Ada juga golongan-golongan lain yang dianggap ke
luar dari agama Islam, seperti: golongan Khawarij yang
berpendapat bahwa cukup salah satu, satu rakaat pada waktu
pagi atau satu rakaat pada waktu sore. Golongan ini adalah
dari ahlu sunnah yang berpendapat adakalanya orang-orang
saleh lebih utama dari pada nabi-nabi dan malaikat.
Demikian pula orang yang telah mengenal Allah seyakin-
yakinnya maka ia tidak memerlukan amal atau syari‟at. Ada
pula sebagian mereka yang mengatakan bahwa Tuhan
bersemayam di dalam makhluk ciptaan-Nya. Golongan ini
tidak mempunyai dalil-dalil kecuali suatu anggapan bahwa
mereka menerima ilham dari Allah SWT. Seluruh aliran-
aliran Islam sepakat bahwa mereka bukan termasuk dalam
agama Islam (Mahmud Yunus, alih bahasa oleh Aliuddin
Mahyuddin,1983:52-53).
Ada beberapa mazhab dalam bidang hukum Islam;
dan perbedaan itu adalah mengenai hokum-hukum umum,
bukan hukum-hukum syari‟at umum atau hal-hal yang telah
jelas dalilnya dalam al-Qur‟an; diantara mazhab-mazhab yang
terkenal ada emapat: 1. Hanafi, 2. Maliki, 3. Syafi‟i, 4.

120
Hambali. Dan mazhab-mazhab ahlu sunnah yang terkenal
ialah: a. Mazhab Imam Laith, b. Mazhab Imam al-Auzai, 3.
Mazhab Daud al-Zahiri, dimana ciri-cirinya antara lain
meniadakan qiyas dan hanya berpegang pada zahir ayat dan
hadits.
Syi‟ah mempunyai beberapa aliran yang paling terkenal
adalah:
a. Aliran Zaidiyyah yaitu pengikut Zaid bin Abi bin al-
Husein. Figh mereka diambil dari al-Qur‟an, sunnah
dan ijma‟. Pendapat-pendapat mereka hampir
bersamaan dengan ahli sunnah wal jama‟ah.
b. Aliran Imamiyah; dimana fighnya diambil dari al-
Qur‟an, sunnah dan fatwa-fatwa imam-imam mereka,
tetapi mereka tidak menganggap ijma‟ sebagai dalil
agama (Mahmud Yunus, alih bahasa oleh Aliuddin
Mahyuddin,1983:54).
Ahmadiyah; mereka merupakan pengikut Mirza
Ghulam Ahmad. Ia lahir di desa Qadian di daerah Punjab. Ia
terkenal berasal dari keturunan raja-raja yang tunduk pada
pemerintah inggeris. Ia bersemedi sperti kebiasaan orang
Hindu dinegerinya untuk merenungkan nasib muslim
bangsanya yang telah masuk agama Nasrani, karena
propaganda-propaganda missi Ktisten yang banyak tersebar
diseluruh negeri. Kemudian ia mendapat gagasan baru
mengenai Mahdi dan nabi Isa yang akan turun pada akhir
zaman dan ia kembali kenegerinya dengan mendakwakan
dirinya sebagai mahdi dan Isa al-Masih yang di tunggu-
tunggu. Ia mendakwakan dirinya bahwa Isa yang ditunggu-
tunggu adalah dirinya, sedangkan Dajjal yang disebut-sebut

121
adalah propagandis-propagandis Kristen yang telah menarik
kaum muslimin untuk masuk Kristen.
Mirza Ghulam Ahmad telah menafsirkan arti khatam
an-nabiyyin; penutup nabi-nabi yang terdapat dalam al-
Qur‟an surat al-Ahzab:4; bahwa yang dimaksud dengan al-
khathmiyah adalah khatmiyah majaziyah, artinya sebagai
kiasan atau khatim yang berarti cincin yang dibuat dari perak
atau emas, kemudian ia buktikan al-khatmiyah yang hakiki
ditakdirkan dalam alif yang keenam.
Mirza sangat menyanjung dirinya sendiri bahkan ia
menunjukkan kelebihannya dari nabi Muhammad SAW. Dan
mengakui bahwa Muhammad di bawah naungannya; ia
mempunyai hak dan ikhtiar yang sempurna untuk menerima
atau menolak hadits-hadits nabi yang tidak sesuai dengan
pendapatnya.
Pengiku-pengikut Mirza Ghulam Ahmad telah sepakat
selagi ia masih hidup bahwa ia adalah al-Masih yang telah
dijanjikan, imam Mahdi yang ditunggu-tunggu. Ketika ia
wafat pengikut-pengikutnya terpecah menjadi dua kelompok
besar yaitu Qadian dan Lahore.
Adapun Qadian adalah pengikut-pengikut yang
meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi dan rasul
dan bahwa Ia Isa al-Masih dan Imam Mahdi yang telah
dijanjikan kedatangannya; sedangakan Lahore adalah
kelompok yang meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad
hanya seorang reformer pembaharu besar. Mereka telah
menafsirkan kata-kata Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi
bahwa hal itu hanyalah sebagai seorang pembaharu, seperti:
nabi dan rasul. Kedua kelompok ini mempunyai muballigh-
muballigh yang pergi ke Eropa, Amerika dan Indonesia

122
untuk menyebarkan aliran-aliran Ahmadiyah pada khususnya
dan Islam pada umumnya (Mahmud Yunus, alih bahasa oleh
Aliuddin Mahyuddin,1983:57-58).

3. Perkembangan Dewasa ini.


Islam adalah agama yang paling cepat berkembang di
dunia modern ini. Karena perkembangannya, agama ini
menjadi lebih berpengaruh dalam urusan- urusan dunia
sehingga mendapatkan banyak pengikut. Pada abad- abad
terakhir, agama Islam telah berpengaruh dalam skala global.
Banyak dari Negara- Negara Dunia Ketiga yang baru muncul
pada abad ke- 20 ini adalah muslim. Beberapa diantaranya
merupakan pusat ekonomi dunia karena negara- negara ini
mengendalikan persendian- persendian yang penting, seperti
gas alam, minyak dan mineral (Keene, 2006: 144).
Agama Islam berkembang ke seluruh dunia. Sekarang
ada lebih dari satu milyar uamt Islam di Timur Tengah,
Afrika, India, Asia Tengah dan di bagian- bagian dunia
lainnya. Masyarakat Islam yang terbesar terdapat di
Indonesia, dimana ada 186 juta umat Islam merupakan 90
persen dari seluruh jumlah penduduk. Juga ada penduduk
pribumi yang jumlah besar di Eropa Timur- terutama di
Albania, Macedonia, dan negara- negara di bagian selatan
bekas negara USSR, masyarakat muslim yang jumlahnya
cukup besar juga dapat dijumapai di Eropa Barat, khususnya
di Italia, Jerman dan Belanda. Lima persen dari jumlah
penduduk Prancis adalah umat Islam. Deperkirakan bahwa
Islam tidak lama lagi akan menjadi agama terbesar kedua di
Amerika Serikat setelah agama Kristen. Enam puluh persen

123
umat Islam Amerika adalah kaum imigran dari Timur
Tengah dan 40 persen sisanya adalah dari orang- orang yang
berpindah agama- pada umumnya orang- orang Afrika-
Amerika. Sekarang agama Islam menjadi agama yang dianut
oleh mayoritas masyarakat di 30 negara di dunia. Di banyak
negara lain, seperti Nigeria, India, Filipina, dan Cina bagian
Barat Laut, umat Islam memiliki jumlah yang cukup berarti
dari seluruh penduduknya. Agama Islam merupakan agama
terbesar baik di beberapa negara kaya maupun beberapa
negara miskin di dunia- dengan Saudi Arabia di satu sisi dari
jajaran yang luas dan Sudan serta Bangladesh di sisi lain
(Keene, 2006: 145).

124
BAB XVII
MENGEMBANGKAN SIKAP TOLERANSI

1. Pengertian
Sikap toleransi adalah sikap terbuka dari seseorang
untuk mau menerima serta menghargai pendapat orang lain.
Sesuai dengan arti bahasa toleransi berarti kesabaran atau
toleransi berarti akan bersikap sabar saat menghadapi
perbedaan pendapat, atau membiarkan orang lain
melaksanakan ibadah agama sesuai dengan kepercayaan dan
keyakinannya masing-masing.
Perbedaan pendapat sesunggunya akan merupakan
rahmat, apabila setiap orang menyadari bahwa hasil
pemikiran manusia bagaimanapun hebatnya, belum
merupakan final dari suatu ilmu pengetahuan. Karena
masing-masing orang mempunyai latar belakang yang
berbeda, tarap berpikir yang relatif tidak sama, serta
lingkungan sekitar yang mempengaruhinya, maka bersar
kemungkinan perbedaan pendapat akan terjadi. Perbedaan
pendapat di antara manusia itu memberikan suatu indikasi
bahwa manusia hidup dengan dinamis, berpikir kritis dan
kreatif, untuk selalu mencari dan meneliti hakikat kebenaran
dari sesuatu.
Hakikat kebenaran menurut ilmu pengetahuan
merupakan sesuatu yang belum final, karena secara ilmiah
tidak ada kebenaran hasil penemuan manusia yang mutlak
benarnya. Mengingat kebenaran bersifat sementara, ia selalu
berkembang dengan berkelanjutan. Kebenaran yang
ditemukan oleh seseorang bagaimanapun telitinya, belum

125
tentu dianggap benar oleh hasil penemuan lain, baik berbeda
masa penemuan atau mungkin perbedaan latar belakang
pandangannya.
Sehubungan dengan itu, manusia yang berpegang pada
suatu kebenaran, tidak semestinya bersikap fanatis terhadap
kebenaran hasil penemuan atau pemikirannya, sehingga
menganggap kebenaran yang ditemukan sebagai suatu
kebenaran yang mutlak. Selaku manusia yang konsisten
dengan ilmu, serta menyadari hakikat kebenaran menghargai
kebenaran yang dihasilkan oleh pemikiran orang lain.
Kesadaran terhadap adanya kemungkinan kebenaran yang
mejemuk dari berbagai macam pemikiran manusia itulah
yang akan menimbulkan rahmat bagi kehidupan. Namun
sebaliknya, perbedaan pendapat akan merupakan laknat,
apabila orang memandangnya dengan pikiran sempit,
padangan keliru dan egois, merasa diri paling benar, orang
lain tetap salah. Akibatnya, sudah pasti, timbul sengketa dan
perselisihan yang berkepanjangan, karena masing-masing
pihak tidak sabar dengan kebenaran pendapatnya yang
hendak dipaksakan, atau masing-masing tidak mau
membiarkan pendapat orang lain berkembang menurut
hasrat naluri dan pemikirannya.
Secara keseluruhan, itulah hakikat diperlukanya
toleransi, terutama dalam kehidupan beragama.
Perbandingan Agama merupakan suatu ilmu yang
memberikan motivasi yang cukup besar untuk
menumbuhkan rasa toleransi, karena seseorang yang
mempelajari Perbandingan Agama dituntut memiliki sikap
toleransi yang mendalam untuk mau menerima kebaikan
ajaran Agama lain, keluasan berpikir menghadapi

126
kemungkinan perbedaan keyakinan, serta ketebukaan dan
kelapangan dada untuk menghargai kepercayaan yang
dipeluk oleh penganut agama lain (Ali, 2007: 215- 217).

2. Sikap seorang muslim terhadap penganut agama


lain.
Sebagai seorang muslim yang menyadari hakikat ilmu
pengetahuan, maka padangan dan sikapnya terbuka untuk
menerima perbedaan keyakinan dan kepercayaan yang dianut
orang lain, wawasan berpikirnya luasuntuk menatap hikmah
berbedanya kepercayaan dan keyakinan dikalangan manusia.
Meskipun secara intern, sesuai kreteria Ilmu Perbandingan
Agama, diperlukan ketahanan mental dan keteguhan
pendirian bagi setiap muslim, agar tidak tergelincir iman,
karena mengetahui kemungkinan kelebihan yang dimiliki
agama lain.
Untuk dapat menumbukan sikap mental yang terbuka
serta wawasan berpikir yang luas dalam berkehidupan
beragama, diperlukan pengertian yang mendalam dan
orientasi objektif tentang hakikat agama itu sendiri. Barang
kali beberapa criteria yang secara umum harus dimiliki oleh
suatu agama sebagai persyaratan diakuinya kepercayaan dan
keyakianan seseorang sebagai agama, antara lain dapat
disebutkan sebagai berikut:
a. Adanya keyakinan atau kepercayaan terhadap Tuhan
sebagai Zat Maha Pencipta dan Maha Suci. Sesuai
dengan pengertian yang dikemukakan Prof. Dr.
Bouquet bahwa agama sebagai hubungan yang tetap
antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang

127
bersifat suci dan bersifat natural yang mempunyai
absolute yang disebut Tuhan. Agama adalah hubungan
manusia dengan Maha Kudus, hubungan yang
dintakan dalam bentuk kultus dan sikap hidup
berdasarkan doktrin-doktrin tertentu.
b. Adanya syariat yang mengatur tata cara pelaksanaan
ibadah, sebagai tanda dan bukti pengabdian manusia
terhadap Tuhan yang telah diyakininya. Artinya, setiap
Agama harus mempunyai syariat sebagai realisasi jalan
yang harus ditempu bagi para pemeluknya dalam
menjalankan hubungan dengan zat yang dianggap
Tuhan. Realilasi hubungan itulah yang dikenal dengan
istilah ibadah/syariat, pengabdian, sembahyang,
sesajen menurut agama lain, yang bersifat ritual.
c. Adanya kitab suci, yang menghimpun hukum
ketetapan Peraturan Tuhan, sebagai pedoman bagi
para pemeluknya. Kitab suci juga dianggap sebagai
wujud ajaran Tuhan, karena merupakan himpunan
ketetaban Tuhan yang disampaikan melalui para
utusannya. Kitab suci juga merupakan suatu pedoman,
karena berisi aturan hidu badi para pemeluk agama
yang bersangkutan.
d. Adanya rasul, utusan Tuhan yang menyampaikan
ajaran Tuhan itu pad manusia, agar dipatuhi segala
perintah-Nya dan dijahui segala larangan-Nya. Rasul
atau utusan diperlukan untuk menjadi perantara antara
Tuhan dengan manusia, agaran Tuhan dapat ditransfer
kepada manusia melalui rasul itu, karena rasul adalah
manusia pilihan (Ali,2007:118-119).

128
Beberapa aspek persamaan antara agama yang satu
dengan agama yang lain:
a. Sumua agama pada umumnya mengajarkan
kepercayaan kepada Tuhan, sebagai Zat Yang Maha
Kuasa, yang kekuasaannya di atas segala kekuasaan
manusia. Barang kali tidak ada satu agama pun yang
tidak mengajarakan kepercayaan kepada Tuhan, karena
pada hakikatnya pengertian agama adalah kepercayaan
terhadap zat yang dianggap Tuhan itu. Dengan
demikian, setiap umat beragama pasti mempunyai
Tuhan yang diyakini.
b. Semua agama pada umunya mengajarakan kerukunan
dalam hidup, dengan anjuran berbuat baik serta
larangan berbuat jahat. Agama yang didalam
pengertian lain mengandung makna aturan hidup
(norma), memberikan motivasi tumbuhnya
keteraturan, minimal dalam lingkungan para
penganutnya untuk selalu berbuat baik, sehingga tidak
terjadi kekacauan.
c. Semua agama pada dasarnya mengajarkan perihal hari
pembalasan, sebagai realisasi dan sangsi bagi perbuatan
baik dan buruk yang telah dilakukan seseorang. Hari
pembalasan itu, mungkin manifestasinya bisa berbeda,
tetapi yang pasti ada hokum yang kan mengadili setiap
amal perbuatan seseorang, dan hokum itu diajaran
oleh semua agama .(Ali,2007:119-120).
Sekalipun dikaji unsur perbedaannya, barang kali tidak
jauh bergeser dari segi-segi kesamaan yang terdapat dalam
setia agama. Perbedaan dari segi ketuhanan misalnya,
mungkin yang terletak pada hakikat yang dianggap tuhan itu,

129
siapa namanya, bagaimana wujudnya, bagaimana bentuk dan
sifat-sifatnya, berapa banyak jumlahnya dan seterusnya.
Perbedaan dari segi syari‟at, terletak pada tata cara
peribadatannya, manifestasi pemujaan dan sesembahan,
tempat dan waktu pelaksanaan, macam-macam dan jenis
peribadatan, dan lain-lain. Perbedaan lain mungkin juga
dalam hal norma baik dan buruk, perihal ukuran moralitas
yang meliputi baikdan buruknya suatu perbuatan; mana yang
dianggap buruk, serta bagaimana sangsi dan hukumannya,
tentu setiap agama mempunyai ukuran normatif yang
berbeda.
Berdasarkan latar belakang pemikiran akan pentingnya
pengertian terhadap hakikat agama, maka sikap yang
seharusnya ditunjukkan seorang muslim terhadap agama lain,
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama; seorang muslim harus menghargai dan
menghormati kepercayaan yang dianut agama lain, meskipun
jelas kepercayaan itu pasti berbeda dengan kepercayaan yang
diajarkan oleh Islam. Menghormati dan menghargai, bukan
berarti menerima kebenaran yang dianut berdasarkan
kepercayaan agama lain, tetapi bersikap sabar untuk
menerima perbedaan antara Islam dengan agama lain, serta
membiarkan kenyaan berbeda itu selama tidak saling
mengganggu. Menghormati dan menghargai juga bukan
berarti seorang muslim harus mengikuti kegiatan-kegiatan
upacara agama lain, apa lagi larut dalam agama lain itu tanpa
menyadari identitas dirinya sebagai muslim. Menghormati
dan menghargai; memiliki arti bahwa seorang muslim harus
bisa bergaul dengan orang lain yang berbeda agama secara
baik, dalam batas-batas kehidupan sosial kemasyarakatan.

130
Hendaknya dipahami suatu kehidupan agama yang
pada dasarnya menyangkut kegiatan sosial, seremonial dan
ritual. Kebersamaan dalam masyarakat, kegotong royongan
sesame warga atau saling membantu dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, adalah contoh kongkret dari
kegiatan sosial keagamaan. Dalam konteks ini, seorang
muslim tidak terlarang mengikutinya, meskipun harus
bertemu atau bercampur gaul dengan orang yang berbeda
agama. Upacara-upacaraperingatan, yang bersifat pesta
kemeriaan, dan tidak ada tuntutan sakral dalam agama,
semacam peringatan Natal (Kristen), hari Waisak (Buddha)
atau hari raya Nyepi (Hindu Bali), adalah salah satu bentuk
serimonial keagamaan. Dalam hal ini, sikap muslim adalah
menghormati dan menghargai dengan tidak mengganggu
atau membuat kekacauan.
Sedangkan dalam hal-hal yang bersifat ritual, yaitu jenis
peribadatan yang sangat sakral ditetapkan sebagai upacara
ibadah keagamaan, semacam menyalakan lilin dan nyanyian
gereja (Kristen), sesajen untuk persembahan para dewa dan
penghormatan terhadap arwah (Hindu) atau kegiatan
meditasi dengan cara Samadhi (Buddha); bukan sikap
muslim untuk mencela atau mencacinya. Menghormati dan
menghargai upacara ibadah ritual agama lain, dalam hal ini
dengan cara membiarkan kegiatan mereka sesuai dengan
kepercayaan yang diyakininya. Biarlah mereka melakukan
ibadah menurut kepercayaannya, seperti pernyataan al-
Qur‟an; bagimu agamamu dan bagiku agamaku (al-
Kafirun:6).
Kedua; sikap muslim terhadap agama lain hendaknya
tidak bermaksud memaksakan kehendak ajaran Islam

131
terhadap mereka, meskipun seorang muslim yakin bahwa
yang dianggap benar adalah Islam, sebagaimana penyataan
al-qur‟an; sesunggunya agama yang diakui (diridhai) Allah
adalah Islam. ( surat Ali Imran:19), namun tidak mestinya
seorang muslim memaksakan kebenaran Islam itu untuk
diteruma agama lain. Tugas utama dakwa Islam adalah
“menyampaikan kebenaran Islam (tabligh), kemudian
mengajak masyarakat untuk menerima ajaran yang benar iyu
(dakwa); kalau mau menerimanya syukur, kalau tidak juga
tidak apa, tidak perlu memaksa”.
‫فمن شاء فليؤ من ومن شاء فليكفر‬
“Siapa yang berkenan percaya menerim kebenaran Islam,
berimanlah”; dan siapa yang tidak berkenan atau menolak
kebenaran ajaran Islam, kufurlah; tidak apa-apa tidak ada
paksaan; bebas memilih sesuai hak asasi.
Ajaran Islam Memang yang diakui Tuhan dan diterima
oleh kebanyakan akal sehat manusia. Dengan dasar-dasar
ajarannya yang rasional, ruang lingkupnya yang universal
serta hukum-hukum yang kemasyarakatan yang umum.
Namun, bukan berarti ajaran Islam itu juga secara paksa
harus dapat diterima oleh orang lain, apalagi yang sudah
menganut suatu agama.
Kebenaran yang diajarkan Islam baru salah satu saja
dari sekian bannyak kebenaran lain yang mungkin dianut
oleh banyak orang, termasuk juga dianut oleh agama lain.
Sesuai dengan konsensus ilmu- ilmu pengetahuan tentang
kebenaran, maka adalah hak bagi agama lain untuk menganut
kebenaran yang diyakininya, sehingga pemaksaan tidak harus

132
terjadi. Demikianlah seharusnya sikap muslim terhadap
agama lain, sesuai pesan al-Qur‟an:
‫َل إكراه ىف الد ين‬
“Tidak ada paksaan dalam agama” (QS. al-Baqarah;256)
Ketiga; sikap muslim terhadap agama lain haruslah
netral, tidak apriori dalam menyukai atau membenci
penganut agama lain. Setiap agama, sesuai dengan normanya,
tentu mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang
mungkin dimiliki oleh agama lain tidak seharusnya menyeret
seorang muslim untuk berpindah agama (konversi) atau
membuat susut imannya (erosi). Secara netral, seorang
muslim menetap kelebihan itu sebagai sesuatu yang wajar
sebagaimana adanya. Demikian pula halnya, kekurangan yang
mungkin banyak dijumpai dalam ajaran agama lain, tidak
seharusnya mendorong seorang muslim menghina atau
mengejek agama lain. Kekurangan sesungguhnya diakibatkan
hasil produk manusia juga terbatas berpikirnya, karena
keterbatasan itulah terakhir ajaran agama yang rasional.
Seorang muslim memang mempunyai tugas untuk
menyampaikan ajaran yang benar kepada orang lain, serta
mengajak mereka supaya beriman kepada agama yang benar.
Menyampaikan (tabligh) dan mengajak (dakwah) merupakan
tugas pokok-pokok seorang muslim. Berhubungan dengan
tugas pokok itu, maka sikap netral diperlukan. Dalam
menyampaikan ajaran agama, tidak ada keharusan supaya apa
yang disampaikan itu diterima seutuhnya, ada saja
kemungkinan orang lain menolaknya. Begitu pula dalam
mengajak ada kemungkinan orang menerima ajakan itu
dengan baik, sebaliknya bahkan menolak ajakan dengan

133
kasar. Dengan sikap yang netral, seorang muslim akan
berbahagia jika penyampaiannya diterima orang lain atau
ajakannya akan diperhatikan agama lain, tetapi tidak harus
sakit apabila penyampaiannya tidak mendapat tanggapan dan
ajakannya ditolak mentah-mentah oleh orang lain. Hakikat
untuk menerima kebenaran ajaran agama tidak mutlak
tergantung pada penyampaian dan ajakan, melainkan juga
bimbingan dan hidayah Tuhan, sebab itu netralitas
diperlukan sesuai pedoman al-Qur‟an: “barang siapa yang
mau beriman, berimanlah; dan barang siapa memilih kafir,
silahkan kafir” (surat al-Kahfi:29). (Ali, 2007:121-124).

3. Sikap muslim terhadap sesama muslim


Seorang muslim dituntut mempunyai sikap toleransi
yang mendalam dan lus terhadap orang lain yang berbeda
agama. Terlebih lagi terhadap sesama saudara semuslim
tentunya sikap toleransi itu harus lebih diutamakan.
Sikap toleransi (intern umat beragama) dapat
ditumbuhkan dengan cara, seorang muslim harus melihat
lebih banyak segi-segi persamaan dalam Islam, bukan mala
sebaliknya memperbesar segi-segi perbedaan yang tidak
prinsip. Perbedaan paham, perbedaan mazhab, bersifat
firqah, partai atau golongan tidak perlu dibesar-besarkan,
karena hal itu membuat umat Islam saling bermusuhan,
bertikai, bahkan saling menjatuhkan dan mengkafirkan satu
sama lain. Hal itu karena secara normative, sebenarnya tidak
ada keharusan umat Islam untuk memeluk satu mazhab, atau
hanya menganut satu imam, sebab semuanya masih dalam
koridor Islam. Semua penganut paham dan mazhab itu

134
adalah saudara kita sesame muslim, semua imam dan ulama
besar itu adalah tokoh umat yang harus dihargai serta
dihormati karena ilmunya, atau karena jasanya dalam
membimbing umat. Akan tetapi lebih baik sekiranya setiap
umat Islam lebih memperhatikan segi-segi persamaan
menyangkut hal-hal pokok dalam agama (ushuluddin), yang
tidak ada pertentangan di dalamnya, seperti hal berikut:
a. Kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa.
Setiap muslim siapapun orangnya, dari golongan
manapun pahamnya, akan mempunyai kepercayaan
kepada Allah, sama-sama bertuhankan Allah; Allah
yang Ahad, Maha Kuasa dan Maha Esa tidak terbilang.
Setiap muslim hanya menyembah kepada Allah,
meminta pertolongan kepada Allah juga meyakini
kekuasaan Allah. Walaupun ada perbedaan, barang kali
hanya dari segi interpretasi bagaimana seorang muslim
harus melakukan cara mendekatkan diri atau
melakukan persembahan kepada Allah atau dari segi
pemahaman tentang sifat-sifat Allah itu.
b. Kepercayaan kepada Kitab Suci al-Qur‟an.
Setiap muslim sudah pasti harus meyakini kebenaran
ayat-ayat al-Qur‟an, sebagai manifestasi wahyu Allah
yang telah disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
Ayat al-Qur‟an yang terhimpun dalam kitab suci itu
hendaknya diyakininya sebagai sumber hukum dan
pedoman hidup bagi kaum muslimin, karena
kesempurnaan ajarannya melengkapi kitab-kitab suci
terdahulu. Walaupun ada perbedaan, barang kali hanya
dalam menafsirkan ayat-ayatnya yang bersifat mujmal
(global), sehingga mengundang terdapatnya perbedaan

135
paham diantara sesama muslim. Tetapi perbedaan
penafsiran, sesuai dengan tarap berpikir masing-
masing orang seharusnya tidak menimbulkan
perpecahan di antara sesame muslim. Inilah yang
maksud oleh hadits nabi Muhammad saw bahwa
perbedaan pendapat di kalangan umat Islam adalah
rahmat, apabila setiap muslim menyadari posisinya
sebagai interpreter atau penafsir, yang mungkin salah
mungkin juga benar. Dengan banyaknya pola pikir
serta pendapat, menunjukan bahwa dinamika umat
Islam terus berkembang mencapai target kemajuan.
c. Kepercayaan kepada Nabi Muhammad saw.
Setiap harus percaya dan yakin terhadap kerasulan
Nabi Muhammad saw, sebagai utusan Allah yang
membawa ajaran Islam. Apa yang diajarkan nabi
Muhammad harus diyakini benarnya, karena ajaran
anbi Muhammad itu tentu bersumber dari wahyu
Allah. Seorang muslim harus menghormati nabi
Muhammad sebagai utusan Allah, yang suci dari segala
dosa (maksum) serta terhindar dari kesalahan dan
kelemahan. Kalaupun ada perbedaan di kalangan umat
Islam, barang kali berbeda dalam hal bagaimana cara
mengormati Nabi Muhammad itu, bagaimana
menempatkan posisi hadits Nabi dalam kaitannya
dengan penngembangan hukum Islam dan pedoman
hidup kaum muslimin, serta bagaimana amal ibadah
yang dilaksanakan oleh nabi pada masa hidupnya
diterapkan oleh umat Islam pada masa sekarang.
Dengan kata lain, selama kita masih menyembah Allah
yang satu, mempercayai nabi Muhammad yang sama,

136
mengakui al-Qur‟an sebagai kitab suci, pedoman dan sumber
hukum Islam, shalat lima waktu sambil menghadap kearah
kiblat (Ka‟bah Baitullah), melaksanakan hukum Islam yang
lima serta percaya kepada rukun iman, selayaknya kita
mengembangkan sikap toleran, saling menghargai dan saling
menghormati, merasa saudara seiman dan seagama.
Berdasarkan titik temu dan segi persamaan yang mungkin
masih banyak lagi, adalah wajar apabila seorang muslim
bersikap lebih toleran terhadap sesama muslim.
Pertama; seorang muslim hendaknya menganggap
saudara terhadap muslim lainnya. Persaudaraan sesama
muslim (ukhuwwah islamiyah) pada hakikatnya merupakan
modal dasar bagi terwujudnya pembangunan masyarakat
Islam. Oleh karena itu, menumbuhkan rsa persaudaraan
adalah kewajiban bagi setiap muslim; ini bearti sengketa dan
permusuhan di kalangan sesama muslim, termasuk
perbuatan dosa yang tercela.
Bahkan dalam sebuah hadits Nabi dijelaskan, perihal
hakikat muslim yang sesungguhnya adalah mereka yang
dapat menyelamatkan saudaranya muslim dari kejahatan lisan
(ucapan) dan kejahatan tangan (perbuatan). Perbedaan
pendapat dan paham dikalangan umat Islam tidak
seharusnya membawa bencana dan menimbulkan laknat,
apabila sampai merusak persaudaraan. Jadikan perbedaan
pendapat itu sebagai realisasi pertukaran pikiran, yang
menunjukan adanya dinamika kehidupan dan perkembangan
ilmu pengetahuan di kalangan umat Islam. Dengan demikian,
perbedaan pendapat sebagai media mengakrabkan
persaudaraan betul-betul dapat menjadi rahmat.

137
Kedua; sikap seorang muslim kepada muslim lainya
hendaknya saling mengingatkan untuk selalu berada dalam
kebenaran dan kesabaran.
‫اص ْوا ِابل ه‬
‫ص ِْب‬ ‫و‬ ‫ت‬
َ‫و‬ ِ
‫ق‬
ّ ‫َل‬
ْ ِ
َ َ َ َ ‫اص ْوا‬
‫اب‬ َ ‫َوتَ َو‬
Kekeliruan dan kesalahan adalah simbol manusiawi,
sesuai dengan pengertian manusia sebagai makhluk
tempatnya salah dan keliru. Artinya, bahwa dalam kehidupan
dan pergaulan, termasuk dalam dunia pengetahuan, manusia
tidak luput dari kekeliruan dan kesalahan. Keterbatasan yang
dimiliki oleh manusia, juga seorang muslim, memungkinkan
untuk timbulnya pandangan yang keliru, pendapat yang
salah, serta keyakinan dan ibadah yang mungkin tidak sesuai
dengan ajaran agama. Menghadapi kemungkinan terjadinya
kekeliruan dan kesalahan di kalangan umat Islam tersebut,
seorang muslim berkewajiban untuk meluruskan,
mengingatkan dan menasehatinya dengan cara-cara yang
bijaksana. Suatu saran dan pendapat yang tidak diterima
orang lain bukan saja karena pendapat itu tidak benar,
melainkan terkadang karena disampaikan dengan cara-cara
yang kurang etis, kurang bijaksana dan kurang simpatik.
Mengingatkan seorang muslim dari suatu kekeliruan, serta
meluruskanya ke jalan yang benar, merupakan intisari ayat al-
Qur‟an dalam surat al-„Asr.
Ketiga; sikap muslim terhadap muslim lainya
hendaknya saling mengasihi dan mencintai. Orang Islam
yang paling sempurna imannya menurut hadits Nabi adalah
seorang muslim yang mencintai saudaranya sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri. Sikap ruhama’u bainahum, kasih
saying terhadap sesama umat Islam merupakan pola dasar

138
ajaran al-Qur‟an untuk menumbuhkan toleransi yang kuat
dalam rangka mewujudkan kerukunan intern umat beragama.
Dengan tidak memandang perbedaan paham dan golongan,
selama seseorang bersaksi dengan dua kalimat syahadat,
berpedoman pada kitab al-Qur‟an dan mengakui hadits
Nabi, maka di antara mereka harus saling mencintai. (Ali,
2007:124-129).

139
140
DAFTAR PUSTAKA

Al-Kitab, (1979), Lembaga al-Kitab Indonesia, Jakarta.

Ali, Abdullah, (2007), Agama Dalam Ilmu Perbandingan,


Nuansa Aulia, Bandung.

Ahmadi, Abu, (1986), Sejarah Agama, CV. Ramadhani, Solo.


----------------, (1979), Perbandingan Agama, AB Sitti
Syamsiyah, Solo.

Ali, A. Mukti (tt), Asal Usul Agama, Yayasan Nida,


Yogyakarta.

----------------, (1975), Ilmu Perbandingan Agama, Yayasan Nida,


Yogyakarta.

----------------, (1994), Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia,


Mizan, Bandung.

Abdullah, Yatimin, (2004), Studi Islam Konremporer, Amzah,


Jakarta.

Abbas, Zainal Arifin, (1986), Perkembangan Pikiran Terhadap


Agama, Pustaka al-Husna, Jakarta.

Arifin, M, (1998), Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama


Besar, PT.Golden Terayon Press, Jakarta.

141
Abd Manaf, Mudjahid, (1994), Sejarah Agama-Agama, PT.
Raja Grafindo, Jakarta.

Abdoussalam, Harits, (1981), Pengantar Fenomenologi Agama,


Fakultas Ushuluddin SUKA, Yogyakarta.

Bakry, Hasbullah, (1986), Perbandingan Agama, Widjaya,


Jakarta.

Bernard J, Bonborger, (1951), The Story of Judism, New York.


Bleeker CJ, (1984), Pertemuan Agama-Agama Dunia, Sumur,
Bandung.

Departemen Agama RI,(1986), Al-Qur’an dan Terjemahannya,


PT. Serajaya Santra, Jakarta.

Departemen Agama Pembinaan PTAI, (1981), Perbandingan


Agama, Proyek Pembinaan Karachi Perguruan Tinggi
Agama/IAIN, Jakarta.

Hadiwiyono, Harun, (1987), Agama Hindu dan Buddha,


PT.BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Hakim, Agus, (1993), Perbandingan Agama, CV. Diponegoro,


Bandung.

Honig Jr, A.G, (1966), Ilmu Agama, BPK, Jakarta.

Keene, Michael, (2006), Agama- Agama Dunia, Kanisius,


Yogyakarta.

142
Mulder DC, (1963), Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama,
BPK, Jakarta.

Nasution, Harun, (1985), Islam ditinjau dari berbagai aspeknya,


UI Press, Jakarta.

Osvald, Ling Trevor, (tt), A History of The Wordl, Bagum Aisha


Wakf.

Rivai, Muhammad, (1984), Perbandingan Agama, Wicaksana,


Semarang.

Robertson, Roland, (1988), Agama dalam Analisa dan


Interpretasi Sosiologis, Rajawali Press, Jakarta.

Smits, Huston, (1985), Agama-Agama Manusia, Yayasan Obor


Indonesia, Jakarta.

Syaifullah, Asep, (2007), Merukunkan Umat Beragama,


Grafindo Khazanah Ilmu, Jakarta.

Shalaby, Ahmad, (1992), Perbandingan Agama (Agama Islam),


Rineka Cipta, Jakarta.

Shadily, Hasan, (1980), Ensiklopedia Indonesia, Istana Baru


Van Hoeve, Jakarta.

Soe‟yb, Joesoef, (1983), Agama-Agama Besar Dunia, Pustaka


al-Husna, Jakarta.

143
Wach, Joechim, (1984), Ilmu Perbandingan Agama, CV.
Rajawali, Jakarta.

Yunus, Mahmud, (1986), al-Adyan, Hindo Karya, Jakarta.

144
CURRIKULUM VITAE

Muhammaddin, (mohdink@gmail.com),
NIP 195511071982031004, Pembina Utama Muda (IV/c),
lahir di Muara Lakitan Musi Rawas, tanggal 07 November
1955. Pendidikan formal ditempuh, mulai dari desa
kelahiran, yakni SDN (1969), MTsAIN Lubuk Linggau
(1972) dan SP- IAIN Lubuk Linggau (1975). Gelar Sarjan
Muda diperoleh dari Fakultas Ushuluddin IAIN Raden
Fatah Palembang (1979) dengan judul Risalah ”Pembinaan
Aktivitas Beragama di Lembaga Pemasyarakatan (Studi pada
LPAN&P Palembang)”, dan Sarjana Lengkap di Fakultas
yang sama (1982) dengan judul skripsi ”Studi Perbandingan
Kemakmuran Masjid dan Gereja di Kota Madya
Palembang”. Sejak tahun 1986 bertugas sebagai tenaga
edukatif pada Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah
Palembang dan dipercayakan mengampuh mata kuliah
Sejarah Agama- Agama. Pada tahun 2004, melanjutkan
pendidikan Strata Dua (S2) pada program Magister
Peradaban Islam di IAIN Raden Fatah Palembang (2009)
dengan tesis berjudul ” Gerakan Pendirian Khilafah (Studi
Terhadap Gagasan dan Strategi HTI)”. Dan tahun 2011,
melanjutkan program Doktor (S3) di UIN Raden Fatah
Palembang (2017) dengan disertasi berjudul ” Gerakan
Salafiyah di Pondok Pesantren Dhiya‟ussalaf Muara Enim
Sumatera Selatan”. Pada tahun 1981 menikah dengan
seorang bernama Atiah dan sudah dikaruniai empat orang
putra putri, Devi Mardhiyanti,M.Pd, Hendra Wahyudi,SP,
Syamsu Riadi, SE.I, dan dr. Rian Hasni. Dan tahun 2007

145
menikah dengan Hj. Satiah dan dikarunia putra, Suyandi
Martin, M.Com dan Surya Tommy, S.Com. Saat ini dosen di
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, pernah bertugas
sebagai Sekretaris Jurusan Perbandingan Agama (1986-
1994), Ketua Jurusan Perbandingan Agama (1986- 2000),
Pembantu Dekan Bidang Akademik (2000- 2004), Ketua
MUI Kecamatan Sukarami (2003- 2006), Ketua III MUI
Kota Palembang (2006- 2011), Ketua IV MUI Kota
Palembang (2011- 2016) dan Dewan Penasehat MUI Kota
Palembang (2016- 2021), sebagai Khatib dan Muballigh di
Kota Palembang.
Beberapa karya yang ditulis dan dipublikasikan, antara
lain: ”Pembinaan Aktivitas Beragama di Lembaga
Pemasyarakatan (Studi pada LPAN&P Palembang), Risalah
Sarjana Muda, 1979; Studi Perbandingan Tentang
Kemakmuran Masjid dan Gereja Dalam Daerah Kota
Palembang, Skripsi, 1982; Urgensi Agama Bagi Manusia,
Makalah, 1988. Didiskusikan pada Forum Diskusi Dosen
Fak. Ushuluddin Palembang; Profil Ulama di Kotamadya
Palembang, Laporan Penelitian,1989. DIVA IAIN Rd. Fatah
Palembang; Gerakan-gerakan Kristenisasi dan Upaya
Penanggulangannya, Makalah, 1990 didiskusikan pada
Forum Diskusi Dosen Fak. Ushuluddin Palembang;
Ketuhanan Dalam Agama Kristen, Makalah, 1992
didiskusikan pada Forum Diskusi Dosen Fak. Ushuluddin
Palembang; Toleransi Dalam Agama Islam dan Kristen,
Makalah, 1992. Didiskusikan pada Forum Diskusi Dosen
Fak. Ushuluddin Palembang; Etika Kerja dalam Agama
Islam, Makalah, 1995. Didiskusikan pada Forum Diskusi
Dosen Fak. Ushuluddin Palembang; Manajemen Dakwah

146
Islam, Makalah, 1995. Didiskusikan pada Forum Diskusi
Dosen Fak. Ushuluddin Palembang; Agama dalam
Kehidupan Manusia, Makalah, 1996. Didiskusikan pada
Forum Diskusi Dosen Fak. Ushuluddin Palembang; Trinitas
dalam Agama Kristen, Makalah, 1996. Didiskusikan pada
Forum Diskusi Dosen Fak. Ushuluddin Palembang;
Pelaksanaan Upacara Mitoni dalam Masyarakat Jawa di Kec.
Belitang OKU, Laporan Penelitian , 1997. DIVA IAIN Rd.
Fatah Palembang; Perbandingan Agama, Makalah, 1997.
Didiskusikan pada Forum Diskusi Dosen Fak. Ushuluddin
Palembang; Dakwah Ala Jama‟ah Tabligh, Makalah, 1998.
Didiskusikan pada Forum Diskusi Dosen Fak. Ushuluddin
Palembang; Manusia Sempurna Menurut Agama Buddha,
Makalah, 1999. Didiskusikan pada Forum Diskusi Dosen
Fak. Ushuluddin Palembang; Pedoman Penulisan Skripsi,
Makalah, 1999. Didiskusikan pada Forum Diskusi Dosen
Fak. Ushuluddin Palembang; Ajaran Agama Kristen
Tentang Moral, Makalah, 2000. Didiskusikan pada Forum
Diskusi Dosen Fak. Ushuluddin & Pemikiran Islam IAIN
Rd. Fatah Palembang; Kristenisasi, Makalah, 2000.
Didiskusikan pada Forum Diskusi Dosen Fak. Ushuluddin
& Pemikiran Islam IAIN Rd. Fatah Palembang; Injil
Sinoptik dalam Agama Kristen, Laporan Penelitian, 2001.
Penelitian mandiri; Sila dalam Agama Buddha, Laporan
Penelitian, 2001. Penelitian mandiri; Urgensi Perbandingan
Agama dalam mewujudkan Kerukunan Umat Beragama,
Laporan Penelitian, 2001. Penelitian mandiri; Pokok- Pokok
Ajaran Injil, Makalah, 2001. Didiskusikan pada Forum
Diskusi Dosen Fak. Ushuluddin & Pemikiran Islam IAIN
Rd. Fatah Palembang; Doktrin Kristen Tentang Dosa,

147
Makalah, 2001. Didiskusikan pada Forum Diskusi Dosen
Fak. Ushuluddin & Pemikiran Islam IAIN Rd. Fatah
Palembang; Hakikat Keimanan, Makalah, 2001. Didiskusikan
pada Forum Diskusi Dosen Fak. Ushuluddin & Pemikiran
Islam IAIN Rd. Fatah Palembang; Pengaruh Keimanan,
Makalah, 2001. Didiskusikan pada Forum Diskusi Dosen
Fak. Ushuluddin & Pemikiran Islam IAIN Rd. Fatah
Palembang; Metode Dakwah Jama‟ah Tabligh, Majalah
Suara Madani, 2001. Fak. Ushuluddin & Pemikiran Islam
IAIN Rd. Fatah Palembang; Konsep Etika dalam Agama
Buddha, Jurnal Ilmu Agama, Desember 2001. Fak.
Ushuluddin IAIN Rd. Fatah Palembang; Konsep Moral
dalam Agama Kristen, Jurnal Ilmu Agama, Juni 2002. Fak.
Ushuluddin IAIN Rd. Fatah Palembang; Meraih Iptek
Menumbuhkan Imtak, Sripo, 28 Juni 2002; Manusia yang
Berkalitas dalam Perspektuif Islam, Sripo, 2 Agustus 2002;
Etos Kerja Tinggi sebagai Ibadah, Sripo,13 September 2002;
Konsep Keselamatan dalam Agama Katolik, Jurnal Ilmu
Agama, Desember 2002. Fak. Ushuluddin IAIN Rd. Fatah;
Makna Kepemimpinan dalam Perspektif Islam, Sripo, 21
Pebruari 2003; Meningkatkan Prestasi Ibadah (Memahami
Sikap Hidup), Sripo, 25 April 2003; Puasa, Wahana
membina disiplin hidup, Sumatera Ekspres, 5 November
2003; Pembaruan dalam Agama Hindu, Jurnal Ilmu Agama,
Desember 2003. Fak. Ushuluddin IAIN Rd. Fatah; Gerakan
Pendirian Khilafah (Studi Terhadap Gagasan dan Strategi
HTI), Thesis, 2009; Gagasan Hizbut Tahrir tentang
Khilafah, Jurnal Ilmu Agama, 2009. Fak. Ushuluddin &
Pemikiran Islam IAIN Rd. Fatah; Strategi Pendirian
Khilafah menurut Hizbut Tahrir Indonesia, Jurnal Ilmu

148
Agama, 2009, Fak. Ushuluddin & Pemikiran Islam IAIN
Rd. Fatah; Maqasid al-Syari‟ah Sebagai Filsafat Hukum
Islam Sebuah Pendekatan Sistem Menurut Jasser Auda,
Jurnal Ilmu Agama, 2010. Fak. Ushuluddin & Pemikiran
Islam IAIN Rd. Fatah; Infalibilitas Paus Dalam Perspektif
Gereja Roma Kathalik, Laporan Penelitian, 2012. Penerbit
Noer Fikri Offset; Gerakan Salafi di Indonesia, Jurnal Ilmu
Agama, 2012. Fak. Ushuluddin & Pemikiran Islam IAIN Rd.
Fatah; Kebutuhan Manusia Terhadap Agama, Jurnal Ilmu
Agama, 2013. Fak. Ushuluddin & Pemikiran Islam IAIN Rd.
Fatah; Manhaj Salafi, Jurnal Ilmu Agama, 2013. Fak.
Ushuluddin & Pemikiran Islam IAIN Rd. Fatah; Hikmah
Berpuasa, Buku Cetak Mutiara Ramadhan, 2014. Percetakan
Grafika Telindo Press Palembang; Hidup Bersama al-
Quran, Buku Cetak Mutiara Ramadhan, 2014. Percetakan
Grafika Telindo Press Palembang; Prinsip Prinsip Dakwah
Salafi, Jurnal Ilmu Agama, 2014. Fak. Ushuluddin &
Pemikiran Islam IAIN Rd. Fatah; Sikap Ulama Salaf
Terhadap Ahlul Bid‟ah, Jurnal Ilmu Agama, Desember, Th.
15 No. 2, 2014. Fak. Ushuluddin & Pemikiran Islam IAIN
Rd. Fatah; Sastra Melayu Pangaruh Islam (Qasidah al-
Barzanji), Jurnal Akademika, 2014. Pusat Penjamin Mutu
Pendidikan IAIN Rd. Fatah; Kebutuhan Manusia Terhadap
Agama dalam buku Kajian Islam Komprehensif, Penerbit
Padilatama, Yogyakarta; Pemikiran Kalam Salafiyah, Jurnal
Ilmu Agama, Juni Th. 16 No. 1, 2015. Fak. Ushuluddin &
Pemikiran Islam IAIN Rd. Fatah Palembang; Gerakan
Salafiyah di Ponpes Dhiya‟ussalaf Muara Enim Sum- Sel,
Jurnal Intizar, Vol. 21 No. 1, Juni, 2015; Gerakan Dakwah
Perspektif HTI, Jurnal Ilmu Agama, Juni Th. 17 No. 1,

149
2016. Fak. Ushuluddin & Pemikiran Islam IAIN Rd. Fatah
Palembang; Relevansi Sistem Khilafah Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) dengan Sistem Negara Islam Modern,
Jurnal Intizar, Vol. 22, N0. 2, Desember 2016; Tertib dan
Disiplin dalam Islam, Buletin TINTA, Edisi 61, 14 April
2017, Lembaga Pers Mahasiswa Ukhuwah UIN Raden
Fatahn Palembang.
Sementara karya dalam bentuk buku adalah ” Doa-
Doa Dalam al- Quran, Buku Cetak, 2003. Percetakan
Grafika Telindo Press Palembang; Ilmu Kalam, Buku yang
diterbitkan, Juli 2003. Penerbit IAIN Rd. Fatah Press;
Nusush Quraniyah, Buku yang diterbitkan, November 2003.
Penerbit IAIN Rd. Fatah Press; Nasihat-Nasihat Agama,
Buku yang diterbitkan, Agustus 2004. Penerbit IAIN Rd.
Fatah Press; Ilmu Mantiq, Buku terjemahan yang
diterbitkan, 2010, Penerbit IAIN Rd. Fatah Press; Agama-
Agama Dalam al- Quran, Buku yang diterbitkan, 2013.
Penerbit Grafika Telindo Press Palembang; Agama- Agama
di Dunia, Buku yang diterbitkan, 2014. Penerbit Grafika
Telindo Press Palembang; Ilmu Mantiq/Logika, Buku
Cetak, 2014. Percetakan Grafika Telindo Press Palembang;
Doa Doa Dalam al- Quran (Edisi Revisi), Buku Cetak, 2014.
Percetakan Grafika Telindo Press Palembang; Gerakan
Salafiyah di Ponpes Dhiya‟ussalaf Muara Enim Sumsel, Buku
yang diterbitkan, 2014. Penerbit Idea Press, Yogyakarta;
Gerakan Dakwah Perspektif Hizbut Tahrir Indonesia, Buku
yang diterbitkan 2015. Penerbit Noer Fikri Offset
Palembang; Buku Panduan Khutbah Jum‟at dan Dakwah,
MUI Kota Palembang, Ketua Tim Penulis, Percetakan
Grafika Telindo Press Palembang, 2015; Agama Hindu,

150
Buku yang diterbitkan, 2016. Penerbit Noer Fikri Offset
Palembang; Gerakan Dakwah Salafiyah di Indonesia, Buku
yang diterbitkan, 2016. Penerbit Noer Fikri Offset,
Palembang; Gerakan Pendririan Khilafah ( Studi terhadap
Gagasan dan Strategi Hizbut Tahrir Indonesia, 2016.
Penerbit Noer Fikri Offset, Palembang; Teologi Islam
(Kajian Aqidah Ahlu al- Sunnah, Penerbit Rafah Press
Palembang, 2017.

151

Anda mungkin juga menyukai