Anda di halaman 1dari 15

Agama Primitif ( Primitive Religion )

Muhammad Rizky1, Ali Akbar Harahap2, Muhammad Azrial3


1
Ilmu Hadist, Universitas Sumatera Utara, Jl. William Iskandar Ps. V Medan Estate ,
Kec. Percut sei tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20371
081930646083
2
Ilmu Hadist, Universitas Sumatera Utara, Jl. William Iskandar Ps. V Medan Estate ,
Kec. Percut sei tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20371
082181631655
3
Ilmu Hadist, Universitas Sumatera Utara, Jl. William Iskandar Ps. V Medan Estate ,
Kec. Percut sei tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20371
081364798969
e-mail: *1Mokss3206@gmail.com,2akbarharahap765@gmail.com,3Muhammadazrial09@gmail.com.

Abstract. This journal reveals how the emergence of primitive religion, as well as monotheistic
concepts in the Qur'an, according to the author, the emergence of primitive religion is due to a
human desire to realize that the power of reason and knowledge is not always able to solve the
problems it faces. Awareness of the existence of a soul, life and death, awakens the existence
of God. Meanwhile, according to the Qur'anic awareness of humans towards religion, because
humans have awareness in divinity (Fitrah).
Keywords: Religion, Primitive, Nature.

Abstrak. Jurnal ini mengungkapkan bagaimana munculnya agama primitif, serta


konsep monotheis dalam Al Qur’an, menurut penulis munculnya agama primitif sebab
suatu keinginan manusia agar menyadari bahwa kekuatan akal dan pengetahuan tidak
selalu mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kesadaran akan adanya
jiwa, hidup dan mati, menyadarkan pada adanya tuhan. Sedangkan menurut kesadaran
Al Qur’an manusia terhadap beragama, sebab manusia memiliki kesadaran dalam
ketuhanan (Fitrah).
Kata kunci: (agama, primitif, Fitrah)

Pendahuluan
Para pengarang etnografi jauh sejak abad 19, sudah memusatkan perhatianya
pada religi, juga dengan berbagai kegiatan upacaranya. Karrena hal terebut memang
merupakan bagian kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut juga
mmeberikan dampak terhadap banyak para ahli berbagai bidang keilmuan yang
melakukan studi, riset dan penelitian mengenai dasar agama dan asal-usulnya. Adapun
di antara obyek yang menarik dijadikan riset penelitian yakni sisi kebudayaan
masyarakat sederhana atau primitif, Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan tentang
asal Usul agama primitif, bentuk- bentuk agama primitif dan sifat umum primitif.
Metode
Dalam metode penelitian kami menggunakan hanya beberapa buku,jurnal maupun situs
internet untuk mendapati akan segala hal pembahasan yang akan kami bahas di jurnal ini,
sebelumnya kami sempat berdiskusi tentang pembahasan agama primitive dalam pandangan
sendiri atas kesimpulan dari apa yang sudah kami baca Namun, kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan, materi yang dibahas, dan referensi jurnal kami ini, untuk itu kami
memohon maaf dan berharap untuk membantu dalam mengoreksi jurnal kami ini.

Hasil
Asal Usul agama primitive mencakup berbagai teori diantaranya itu ada 6 teori 1, Yaitu,
Teori jiwa, Teori akal,Teori masa krisis,Teori kekuatan luar biasa, Teori sentimel masyarakat
dan Teori ketuhanan, Sedangkan bentuk-bentuk agama primitive yang di maksud diantaranya
adalah animisme, dan dinamisme2 (bentuk kepercayaan terhadap benda-benda yang disekitar
yang memiliki kekuatan atau roh). kepercayaan terhadap banyak Tuhan atau dewa
( Politheisme) dan kepercayaan satu Tuhan (Monotheisme) berkembang, Setelah ini akan ada
pembahasan pembahasan yang telah disebutkan.

Pembahasan
1. Asal Usul Agama

Para antropolog generasi awal memusatkan perhatian pada masalah asal-usul


agama dan mereka sampai pada kesimpulan yang berbeda-beda. J. G. Frazer (1854-
1941)3, misalnya, menyatakan bahwa asal-usul agama adalah magi, sementara menurut
E.B. Tylor (1832-1917)4 adalah animisme, dan Wilhelm Schmidt (1868-1954)
mengemukakan adanya paham monoteisme asli.
Antropolog lainnya berpendapat bahwa asal-usul agama adalah paham pre-
animisme, totemisme, fetisisme, atau politeisme. Para masyarakat yang dating lebih
kemudian lebih tertarik pada persoalan peran agama dari pada asal usulnya. Beberapa
pendapat bersifat positif tentang agama dan lainnya negatif. Di antara pendapat yang

1
.Menurut Koentjaraningrat, (Fitriani, sejarah agama-agama, 2020)
2
. Murni djamal, Perbandingan agama, (Direktorat pembinaan perguruan tinggi agama islam, 1981), Hal 19
3
Dia merpakan seorang antropolog dan folklorist asal Inggris yang terkenal dengan karya utamanya, The
Golden Bough, Fitriani, sejarah agama-agama, 2020, Hal, 6
4
E.B. Tylor adalah seorang antropolog asal Inggris y dianggap sebagai peletak dasar antropologi budaya.
Karyanya panns penting, Primitive Culture (1871), yang dipengaruhi oleh teori Da tentang evolusi biologis,
berusaha mengembangkan teori saling no ngan yang bersifat evolusioner dan progresif antara budaya primier
dan modern. Fitriani, sejarah agama-agama, 2020, Hal, 6
positif, Friedrich Schleiermacher (1768-1834) mendefinisikan agama sebagai "perasaan
ketergantungan mutlak".
Definisinya ini sangat berpengaruh dalam pemikiran modern tentang agama.
Dalam pandangannya, agama yang terdiri atas pengetahuan maupun perbuatan-
sesungguhnya didasarkan pada sebuah "kesadaran diri langsung" bahwa manusia
sepenuhnya bergantung pada sesuatu yang tak terbatas yang berada di luar dirinya5,
Sarjana lainnya, Rudolf Otto (1869-1973) mengatakan bahwa agama merupakan
sebuah respon terhadap yang suci dan lebih dari sekedar sebuah perasaan kegantungan
atau sebuah bentuk kesadaran diri. Menurutnya, agama adalah kedalaman emosi
keagamaan, sebuah campuran paradoksikal antara cinta dan takut, ketertarikan dan
penolakan pada apa yang disebut oleh semua agama sebagai "yang sepenuhnya lain". 6

Koentjaraningrat mengemukakan pendapat, bahwa minimal ada 6 (enam) teori


yang terpenting tentang asal-usul agama, antara lain yang akan dibahas secara singkat
di bawah ini :
1. Teori jiwa
Ilmuwan yang pertama kali menggagas teori ini adalah Edwar B. Tylor (1832-
1971) dalam buku yang berjudul “Primitive Culture”7. Tylor menyatakan bahwa
kesadaran manusia mengenai faham jiwa itu terdapat dalam perbedaan menyikapi hal hal
juga mati dan keadaan mimpi yang memperhatikan dirinya, oleh karena itu, bahwa
adanya abstrak jiwa maka terhasil pemahaman keadaan jiwa yang dapat hidup dan
terlepas dari tubuh.
2. Teori Batas Akal
Munculnya teori ini dari seorang ilmuwan James G. Frazer ( 1854-1941 ), scorang
antropolog Inggris yang terkemuka, dalam bukunya The Golden Bough, A Shudy in
Magic and Religion (1890). Frazer menyatakan bahwa manusia memecahkan
persoalan hidupnya dengan akal serta pengetahuannya, namun akal dan pengetahuan
tersebut terbatas8.

5
. John Lyden ( ed.), Enduring Issues in Religion (San Diego: Greenhaven Press, Inc., 1995), pp. 18-19, . Fitriani,
sejarah agama-agama, 2020, Hal, 7.
6
Rudolf Otto, The idea of tbe Holy, trans John W. Harvey (London:Oxford University Press, 1957),
Fitriani, sejarah agama-agama, 2020, Hal, 7
7
. Fitriani, sejarah agama-agama, 2020, Hal, 10.
8
Fitriani, sejarah agama-agama, 2020, Hal, 14.
3. Teori Masa Krisis
M. Crawley dan A van Gennep merupakan dua tokoh yang secara terpisah
memprakarsai teori ini, masing- masing dalam bukunya Tree of Life olhe M. Charley,
juga dalam bukunya Riter de Passages oleh Avan Gennep. Kedua sarjana ini berpendapat
bahwa manusia mengalami banyak krisis yang menjadi obyek perhatiannya. Lebih
lanjut mereka berpendapat bahwa setinggi apapun bahagianya seseorang, ia harus tetap
ingat timbulnya krisis, terutama krisis akan sakit dan mati, yang tidak bisa
dikendalikannya dengan kepandaiannya, harta atau kekuasaan yang dimilikinya9.
4. Teori Kekuatan Luar Biasa
R.R. Marett, seorang antropolog asal Inggris, dalam bukunya The Threshold of
Religion pertama kali memperkenalkan teori ini. la sangat mengecam teori yang diajukan
Tylor, yakni teori jiwa yang terkenal dengan istilah animisme. Lebih lanjut Marett
berpendapat bahwa mengakui akan adanya jiwa schingga menjadi makhluk halus adalah
suatu hal yang terlalu kompleks bagi manusia primitif. Maka dengan itu Marett mengajukan
pendapatnya yang baru, yakni pangkal dan segala kegiatan agama adalah timbul dikarenakan
adanya perasaan yang rendah menghadapi gejala dan peristiwa alam yang diasumsikan
sebagai hal yang luar biasa dalam kehidupan manusia10.
5. Teori Sentimen Kemasyarakatan
Teori ini berasal dari Emile Durkheinm seorang filsuf dan sosiolog asal dari
Prancis. Dalam kajian bidang antropologi budaya, Durkheim terkenal karena kritiknya
atas teori animisme Tylor. Menurut Durkheim, manusia pada awal perkembangan juga
kebudayaannya tidak mampu menyadari faham mengenai "jiwa" yang berstatus abstrak,
sebagai suatu substansi berbeda dari tubuh.
Lebih dari itu, adanya transformasi jiwa hingga menjadi makhluk halus yang
berada di luar hidup manusia merupakan suatu yang tidak dapat disadari oleh manusia
primitif11. Teori ini berpusat pada pengertian dasar yaitu, Makhluk manusia, Sentimen
kemasyarakatan didalam batin, Sentimen kemasyarakatan yang yang menimbulkan
emosi., emosi keagamaan dan obyek keramat.

9
. Fitriani, sejarah agama-agama, 2020, Hal, 14.
10
Fitriani, sejarah agama-agama, 2020, Hal, 15.
11
Fitriani, sejarah agama-agama, 2020, Hal, 16..
6. Teori Firman Tuhan
Wilhelm Schmidt seorang antropolog Australia pada mulanya mengenalkan
teori ini, namun sebelumnya scorang sastrawan Inggris Andrew Lang dalam bukunya
yang terbit pada tahun 1898 The Making of Religion juga telah mengemukakannya lebih
awal. Bahasan yang terutama menjadi kajian Lang dalam bukunya ia menulis tentang
folklore dan mitologi suku bangsa-suku bangsa di berbugai daerah di bumi ini12.

2. Bentuk Bentuk Agama Primitif


Didalam agama primitif orang berhadapan dengan beberapa agama yang tersebar
diseluruh dunia dengan cerita cerita sucinya, dengan dewa-dewanya dan bentuk
keagamaan yang bermacam macam. Tetapi semua itu memiliki corak yang sama. Karena
persamaannya lebih banyak dari pada perbedaannya, hingga sudah menjadi kelaziman di
dalam ilmu pengetahuan untuk di bicarakan sebagai suatu keseluruhan. Memang ada
sesorang yang menulis mengenai masing-masing agama primitif, Dan berbicara tentang
agama primitif didalam jurnal ini susunannya dibagi menjadi 2 bentuk bagian dalam
penyembahan benda dan ruh Yaitu, Animisme, Dinamisme dan juga 2 kepercaan kepada
dewa-dewa, Dan kepercayaan terhadap banyak Tuhan atau dewa ( Politheisme) dan
kepercayaan satu Tuhan (Monotheisme) yang mulai berkembang.
1. Animisme
A. Pengertian Animisme
Animisme berasal dari kata anima, animae, dari bahasa animus’, dan bahasa yunani
‘Avepos, dalam bahasa sangsekerta disebut prana dalam bahasa ibrani disebut “Ruah”
yang artinya nafas atau jiwa. Dia adalah ajaran atau doktrin tentang realitas jiwa. Dalam
biologi atau psikologi, Animisme adalah pandangan bahwa pikiran atau jiwa adalah suatu
elemen immaterial yang bekerja sama dalam tubuh melalui otak dan sistem syaraf. 13
Pengertian nyawa dalam animisme masyarakat primitif sangat berbeda dari
pengertian nyawa pada umumnya, sebab nyawa dalam faham animisme sama sekali
bukan merupakan imbangan atau lawan dari badan karena manusia primitif belum
mengenal konsep yang membedakan rohani dan jasmani secara tegas; dan dalam
pemikiran manusia primitif nyawa bukanlah suatu kewujudan yang memiliki kepribadian
tertentu melainkan suatu kehendak atau semangat.
Nyawa merupakan -daya kekuatan yang hidup- yang dapat tinggal dalam binatang,

12
. Fitriani, sejarah agama-agama, 2020, Hal, 18.
13
. Murni djamal, Perbandingan agama, (Direktorat pembinaan perguruan tinggi agama islam, 1981), Hal 25
manusia ataupun tumbuhan. Nyawa ini adalah sejenis zat yang mempunyai "mana", daya
kekuatan, sehingga bila tadi disebut "semangat" maka pengertiannya menjadi "zat
nyawa", jiwa, atau daya kekuatan nyawa.14
Dan dalam study tentang sejarah agama primitif kita mengenal, Nicolatry, spiritisme,
naturisme, Animisme, Necroltry adalah pemujaan terhadap roh roh atau jiwa manusia dan
binatang, terutama pemujaan terhadap roh orang yang telah meninggal . Spiritisme adalah
pemujaan terhadap maklhuk spiritual yang tidak dihubungkan dalam suatu cara yang
mapan dengan jasad jasad tertentu dan objek-objek tertentu, Naturisme adalah pemujaan
terhadap makhluk spiritual yang dikaitkan dengan fenomena alam dan kekuatan komik
yang besar seperti angin sungai bintang-bintang langit dan juga objek yang menyelimuti
bumi ini yaitu, Tanaman- tanaman dan binatang sedangkan, Animisme tekanan
pemujaannya adalah pada makhluk spiritual yang objeknya tidak dapat dilihat oleh mata
manusia.15
B. Sifat- sifat khas Animisme
Dalam animisme terdapat suatu susunan keagamaan dengan suatu rangkaian upacara-
upacara dan bentuk sesembahan yang melukiskan adanya makhluk halus, roh-roh dan
jiwa-jiwa yang mempunyai keinginan dan mempunyai kehendak. Selain itu, dalam
animisme juga kita dapatkan adanya daya kekuatan yang bekerja dalam manusia karena
keinginan dan kehendak yang dimaksud tadi.
Juga dalam Animisme kita dapatkan kepercayaan bahwa makhluk halus atau roh roh
tadi ada disekitar manusia baik dihutan , diladang, dikebun di air, dipepohonan, digunung-
gunung, dirumah-dirumah, dijalan-dijalan, dan amkhluk atau roh tadi kadang-kadang
sebaliknya, sedang bersikap baik terhadap manusiadikuasai rasa takut. Roh-roh ini
bersifat supra manusiawi yang sangat mempengaruhi dan sangat menentukan kehidupan
manusia.16
C. Teori Animisme
Taylor, antropologyang juga menekuni arkeologi dan etnografiasal inggris adalah
seorang ahli yang pertama kali membawa teori animisme. Dalam karyanya yaitu
Primitive Culture, Tylor mengemukakan pembuktiannya bahwa agama mulai dengan
animisme. Menurut Tylor, Animisme adalah perlambangan dari suatu jiwa atau roh
pada beberapa makhluk hidup dan objek bernyawa lainnya.

14
. Fitriani, sejarah agama-agama, 2020, Hal, 22.
15
. Murni djamal, Perbandingan agama, (Direktorat pembinaan perguruan tinggi agama islam, 1981), Hal 25
16
. Murni djamal, Perbandingan agama, (Direktorat pembinaan perguruan tinggi agama islam, 1981), Hal 27
Keduanya, Kehidupan dan makhluk halus dapat dipisahkan dari tubuh atau jasad.
Hidup itu sendiri dapat pergi meninggalkan jasad seperti halnya pada waktu manusia
pingsan, tidak sadar dan mati. Juga makhluk halus tadi dapat menampakkan diri kepada
manusia dari jarak jauh 17.

Dalam animisme ini terdapat banyak ragam kepercayaan . kepercayaan-


kepercayaan tersebut dikelompokkanmenjadi empat yaitu sebagai berikut18 :
1. Kepercayaan dan penyembahan kepada alam( nature worship). Misalnya,
penyembahan pada api, matahari,bintang,dan lainnya.
2. Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda ( foolish worship).
Masyarakat primitif meyakini bahwasiapapun yang memakai atau menggunakan
benda-benda yangdianggap memiliki roh tersebut akan terhindar dsri malapetaka
dan sesengsaraan hidup.Misalnya, kepercayaan kepada batu akik,besi buat jimat,
air buat obat, api untuk membakar mayat, dan lain sebagainya
3. Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang (animal worship). Binatang-
binatangini dipuja karena dianggap memberikan keselamatan dan kemanfaatan.
Seperti, sapi diBali, lembu di Mesir, ular di India, dan lain sebagainya.

4. Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor worship).


Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang sudah mati diyakini
masih hidup dandapat diminta pertolongan. Oleh karena itu, masyarakata primitif
melakukan pemujaanpemberian sesajen kepada roh-roh tersebut.
➢ Berikut bentuk-bentuk penyembahan dalam animisme, yaitu :

a. Tingkatan pemujaan terhadap kelas-kelas

Tidak semua leluhur manusia primitif mempunyai tingkatan yang sama, karena
diantara mereka memiliki jabatan atau kekuasaan yang tentunya berbeda-beda pula.
Terkadang, pemujaan terhadap orang-orang yang memiliki tingkatan biasa hanya
dilakukan sementara waktu. Adapun bentuk sesembahan yang merata diantara suku-suku
primitif adalah terhadap roh-roh yang mempunyai tingkatan tinggi atau yang diagungkan,
yang kemudian menjadi pusatbentuk sesembahan leluhur.

17
. Murni djamal, Perbandingan agama, (Direktorat pembinaan perguruan tinggi agama islam, 1981), Hal 27
18
. Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, (Jakarta: Rineka Cipta,1991), hlm. 42-46
b. Kultus sesembahan merupakan tumpuan harapan

Pemujaan terhadap roh para leluhur dilakukan oleh masyarakat primitif dengan
tujuan agar roh tersebut membantu kesulitan masyarakat terutama untuk menjamin
kelestarian garis jalur keturunan. Karena biasanya, terdapat keyakinan bahwa roh para
leluhur mendambakan kelestarian garis yang memujinya.
c. Roh leluhur sebagai dewa

Bagi leluhur yang dianggap memiliki kedudukan tinggi atau


dimuliakan,pemujaannya pun berbeda. Dalam pemujaan ini, terdapat bentuk kultus
sesembahan yang dimuliakan. Roh leluhur ini diyakini memiliki kedudukan yang sama
dengan dewa.
d. Kultus sesembahan berbentuk komunal

Orang yang telah meninggal disembah oleh suatu kelompok keluarga, suku,
ataupun bangsa. Hal ini tersebut karena roh ini adalah anggota keluarga, suku pada waktu
hidupnya.19

2. Dinamisme
A. Pengertian Dinamisme

Perkataan dinamisme adalah asal kata dari yang terdapat dalam bahasa yunani, Yaitu
dunamos dan di inggriskan menjadi dynamis yang umumnya diterjemahkan kedalam
bahasa indonesia : Kekuatan, Kekuasaan atau khasiat 20. Dan dapat juga diterjemahkan
dengan daya. Jika dikembangkan kedalam sebuah pengertian tentang aliran, maka
didapatkan makna sebagai kepercayaan terhadap adanya kekuatan ghaib yang terdapat
pada berbagai barang, baik yang hidup atau mati. Kekuatan ghaib ini memancarkan
pengaruhnya secara ghaib pula pada benda yanga ada disekitarnya.
Selanjutnya, dinamisme ada yang mengartikan dengan sejenis paham dan perasaan
keagamaan yang terdapat diberbagai bagian dunia, pada berjenis-jenis bangsa dan yang
menunjukkan banyak persamaan, Demikian Khonig Mengartikannya21 .
➢ Bentuk-bentuk penyembahan dalam dinamisme sebagai berikut :

19
. M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-agama Di Dunia (Yogyakarta: IRCiSoD,2015), hlm. 25
20
. Harun Nasution, Falsafat Agama,(Bulan,Bintang 1973), Hal. 23
21
. Harun Nasution, Khonig,(Bulan,Bintang 1973), Hal. 30
a. Benda- benda keramat

Bagi masyarakat primitif, benda-benda yang dikeramatkan adalah benda-benda


yang memiliki kekuatan luarbiasa dan sulit dijumpai bandingannya. Sehingga bagi mereka
benda- benda tersebut terkesan ghaib, seperti logam,emas,perak, besi dan lain sebagainya.
Untuk menyatakan dan menunjukkan kekeramatannya, terdapat kriteria yang masing-
masing mempunyai kesaktian berbeda-beda.
b. Binatang-binatang keramat

Masyarakat primitif percaya dan meyakini bahwaa terdapat beberapa jenis binatang
yang memiliki keistimewaan dan kekuatan tersendiri sehingga binatang ini dikeramatkan.
Binatang-binatang tersebut diburu, kecuali pada waktu yang suci.bahkan,terdapat binatang
yang dianggap dapat menurunkan manusia. Pada umumnya, binatang keramat ini dimiliki
oleh tiap-tiap klan atau suku dan sangat dihormati. Selain dimuliakan dan
dikeramatkan,binatang ini dilarang dianiaya, dibutu sewenang-wenangnya dan dimakan
dagingnya dengan sembarangan. Mereka hanya boleh menyembelih binatang tersebut
dengan upacara-upacara tertentu yang mereka tetapkan. Diantara jenis binatang yang
dikeramatkan adalah buaya,harimau,gajah, dan beberapa jenis binatang lainnya.
c. Orang-orang keramat

Selain menganggap keramat benda dan binatang masyarakat primitif juga memiliki
kepercayaan dan keyakinan bahwa diantara beberapa manusia tertentu, terdapat manusia
yang dianggap suci, bertuah dan semacamnya. Mereka lebih dihormati daripda yang
lainnya, baik karena keturunannya maupun ilmunya. Contoh yang paling sering kita
saksikan ialah manusia- manusia sakti yang banyak diceritakan dalam dunia pewayangan.
Misalnya, Khrisna dan Rama,yang dianggap sebagai penjelmaan dewa Wisnu. Karena
kesaktian yang dimiliki, mereka berhak memerintah kerajaan dan mendapat kedudukan
tinggi dalam masyarakat22.

3. Pholiteisme

Sebagai peningkatan dari agama animisme yang meyakini mana dalam bentuk
roh,politheisme telah menunjukkan pada dewa dan Tuhan. Tentu saja antara roh dan dewa
ada perbedaan yang signifikan, terutama dalam hal derajat kekuasaan. Dewa lebih
berkuasa,lebih tinggi dan lebih mulia, dan penyembahannya lebih umum dari roh.

22
. Abu Ahmadi.op.cit.,hlm 35-39
Roh dinilai tidak sekuasa dan semulia dewa , dan penyembahnnya terbatas satu
keluarga atau beberapa pemuja saja. Suatu roh yang dimuliakan, jika dalam
perkembangannya dipandang memiliki kekuasaan dandisembah dengan menurut cara-cara
yang teratur dan tertentu, maka meningkatlah derajatnyamenjadi dewa. Dengan melalui
cara-cara serupa ini, roh-roh yang dimuliakan meningkat menjadi dewa-dewa dan dewa-
dewa ini dipandang telah memiliki tugas dan pekerjaan tertentu.

Politheisme adalah mengandung kepercayaan kepada dewa-dewa. Dewa-dewa dalam


politheisme telah mempunyai tugas-tugas tertentu.

Tujuan beragama dalam politheisme bukan hanya memberi sesajen atau persembahan
kepada dewa-dewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa kepada mereka untuk
menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan.

4. Monotheisme

Monotheisme adalah adanya pengakuan yang hakiki bahwa Tuhan satu, Tuhan Maha
Esa, Pencipta alam semesta dan seluruh isi kehidupan ini baik yang bergerak maupun yang
tidak bergerak. Monotheisme merupakan satu bentuk religi yang percaya kepada satu dewa
atau Tuhan. Monotheisme mungkin pula merrupakan perkembangan dari politheisme, atau
dengan kata lain dalam politheisme mungkin pula terdapat kepercayaan kepada adanya
Tuhan satu.23

Dalam kenyataannya tidak pernah ada suatu masyarakat yang pendudukknya suatu
bentuk agama yang tertentu sebagaimana disebutkan dalam beberapa bentuk agama
primitif tersebut. Dalam suatu masyarakat tertentu, ada kemungkinan terdapat penganut
animisme,poliyherisme, atau monotheisme.

Dalam tahap keagamaan keagamaan suku bangsa primitif faham ketuhanan masih
dipahami secara samar-samar. Tetapi selama alam hidupnya dialami secara keseluruhan
yang mengatasi manusia, maka pada mereka sudah terdapat sifat keagamaan. Tidak dapat
disangkal bahwa Allah telah membimbing mereka sesuai dengan tahap pemikiran
kemampuan mereka.

Bagaimanapun juga dalam agama ptimitif terdapat nilai-nilai rohani, dan nilai tersebut
patut dihormati dan ditingkatkan menurut tuntunan agama islam. 24

23
. Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial ( Jakarta: PT Dian Rakyat,1974),Cet ke II, hlm.
268-269
24
. DR. Zakiah Daradjat. Op.cit,.hlm.155
3. Sifat Umum Agama Primitif
Dengan kategori tersebut dapat dimengerti, tetapi apakah sifat daya-daya kekuatan
yang dikenal oleh bangsa primitif itu sama dalam keseluruhannya. Artinya, apakah semua
daya-dayadan kekuatan menimbulkan kejadian-kejadian yang justru tidak dapat dikontrol
oleh orang primitif baik bagi kehidupan mereka atau tidak.

Daya-daya kekuatan tersebut kadang-kadang menunjukkan sikap bersahabat akan


tetapi kadang-kadang tidak demikian halnya, yang mau tidak mau akan ditanggung oleh
mereka. Terhadap kekuatan-kekuatan tersebut dihadapi oleh bangsa primitif dengan segala
macam teknik dengan tujuan untuk memperoleh kebaikannya dan terhindar dari kebencian.
Kalau mereka menghadapi dengan mantra maka dengan demikian berarti daya kekuatan
dapat dipaksa untuk mengabulkan apa yang dikehendaki oleh manusia dan cara yang
demikian disebut “magic”. 25

Akan tetapi apabila daya kekuatan yang ghaib dibujuk dengan cara yang lebih
sederhana, maka dapat dikatakan bahwa dalam cara tersebut ada sikap keagamaan yang
hampir sama dengan agama-agama yang monoteteistis. Dan dengan demikian dapat pula
disebut bahwa doa yang disampaikan mempunyai sifat yang baik. Dasar kepercayaan yang
demikian ialah bahwa Tuhan dapat dimintai, kemudian memperkenanankanpermohonan
manusia, bukan dipaksa.

Banyak kebutuhan-kebutuhan manusia yang ingin diperoleh dari daya-daya


kekuatan gahib yang kadang-kadang diselenggarakan secara kelompok, atau bersama-sama
dengan famili atau bahkan masyarakat yang lebih luas lagi. Jika demikian berarti daya-
daya kekuatan itu menurut keyakinan mereka, dapat ditenteramkan dengan ritus secara
bersama atau upacara kelompok. Hal tersebut dapat dilihat dalam upacara korban totem.
Setiap individu tetap merasakan bahwa untuk memperoleh keberhasilan tidak lain
ialahbergantung kepada kekuatan ghaib, kapan dan dimanapun.

➢ Ciri- ciri Keagamaan Masyarakat Primitif

Adapun ciri-ciri keagamaan masyarakat primitif yang terdiri atas :

25
. Dr. A.G. Honig Jr.op.cit.hlm.17-18
a. Pandangan tentang alam semesta

Masyarakat primitif menganggap bahwa alam adalah sebagai subyek, dalam artian
bahwa alam seakan-akan mempunyai jiwa, makhluk yang berpribadi dan menempatkan
alam sebagai subyek atau “personal”. Berbeda dengan masyarakat modern yang
menganggap alam sebagai objek, dalam artian disini bahwa manusia menempatkan alam
bukan suatu yang memiliki jiwa dan manusia modern pun meyakini memang manusia itu
sendiri dengan alam adanya simbiosis mutualisme. Akan tetapi mereka tidak memandang
bahwa alam itu makhluk alam yang berpribadi, memiliki jiwa-jiwa yang lain.
b. Mudah menyakralkan objek tertentu

Masyarakat primitif memiliki ciri yakni mudah menyakralkan objek tertentu,dalam


artian memandang sakral pada suatu yang menurut mereka mengandung
kemanfaatan,kebaikan, dan bencana. Misalnya saja, ketika seseorang yang menempati
sebuah rumah baru, tak lama kemudian penghuni rumahnya ada yang sakit. Mereka
langsung beranggapan bahwa penghuni rumah yang sakit itu karenapengaruh ”jin” yang
menghuni rumah baru tersebut
c. Sikap hidup yang serba magis

Ciri-ciri masyarakat primitif yakni masyarakat dalam kehidupannya itu selalu


dihubungkan dengan hal-hal ghaib. Ada hal-hal yang tertentu saja yang terjadi, masyarakat
primitif langsung menghubungkannya dengan sesuatu hal yang magic.

d. Hidup penuh dengan upacara keagamaan

Ciri yang terakhir yang ditawarkan dalam buku Antropologi Agama Adeng
Muchtar Ghazali, yakni ciri masyarakat primitif itu hidup penuh dengan upacara
keagamaan. Yang secara esensial sebenarnya dari keempat ciri masyarakat primitif adalah
hidup yang penuh dengan upacara keagamaan.26
e. Cara berfikir

Yang dimaksud disini adalah bahwa cara berpikir masyarakat primitif lebih
dipengaruhioleh perasaanya sendiri terkait dengan kepercayaan. Sebab itu cara berpikir
agama primitif sebagai salah satu ciri tersendiri lebih bersifat gaya berpikir intutif.

26
. Lalu Wahyu Andi Purnama, Wacana Rekonstruksi Realita,(Jakarta: Guepedia Group,
2021), hlm.70-71
f. Agama primitif bersangkut paut dengan ketuhanan

Yang dimaksud disini adalah bahwa agama primitif pada hakikatnya brbicara
tentang eksistensi(keberadaannya) Tuhan (hal yang ilahi). Karena itu semua aktivitas
keagamaan harusbersangkut paut dengan kebradaan Tuhan( yang ilahi) yang diimani dalam
wujud roh (kekuatan supernatural).
g. Agama primitif sebagai agama universal

Pada hakikatnya gama primitif menjadi kebutuhan mendasar manusia secara


rohani. Selain itu, agama primitif selah ada sejak manusia dimuka bumi ini,sejak permulaan
hingga saat ini dan pada yang masa yang akan datang dalam agama suku, manusia adalah
a religious being, yang mempunyai perasaan keagamaan.
h. Pikiran keagamaan menjadi dasar hidup

Yang menjadi maksud dari ciri ini adalah bahwa dalam membangun relasi dengan
sesama maupun dengan alam semesta, dan pikiran manusia. Primitif selalu didasari oleh
pikiran-pikiran keagamaan. Hal ini nampak cara manuisa primitif memandangi suatu objek
danmemberi makna padanya.27

27
. Kresbinol Labobar, Agama Suku Dalam Sejarah Dan Fakta,(Jawa Tengah: Lakeisha,2022),hlm. 55-57
Kesimpulan
Pengertian agama secara etimologi terdapat perbedaan pendapat diantaranya ada
yang mengatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua
suku yaitu “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau, jadi berarti tidak kacau. Sementara
itu pengertian lain kata agama dalam bahasa Indonesia sama dengan “din” dalam bahasa
Arab,”religi” dalam bahasa Eropa, “ religion’ dalam bahasa Inggris “la religion” dalam
bahasa Prancis, “the religie”dalam bahasa Belanda, “die religion” dalam bahasa Jerman.
Sedangkan kata “Din” itu sendiri dalam bahasa Semit berarti undang – undang atau
hukum. Dalam bahasa Arab kata inimengandung arti menguasai, menundukkan, patuh,
hutang, balasan, kebiasaan.
Agama primitif ialah susunan tertentu budi manusia,suatu cara tertentu didalam
mengalami dan mendekati dunia dan Tuhan,suatu pandangan tertentu terhadap segala
kehidupan disekeliling manusia serta suatu mentalitas tertentu. didalam agama primitif kita
berhadapan dengan bebrapa agama agama,yang tersebar diseluruh dunia dengan cerita-
cerita sucinya,dengan dewa-dewanya dan bentuk-bentuk keagamaannya yang bermacam-
macam sekali. Tetapi,semua itu memiliki corak-corak yang sama. Dan persamaan itu lebih
banyak dari perbedaan-perbedaanya,hingga sudah menjadi lazim didalam ilmu
pengetahuan untuk membicarakannya sebagai satu keseluruhan.
Sebab tidak bisanya membedakan antara subjek dan objek, Yaitu, antara manusia
dan alam sekitarnya, akhirnya masyarakat primitif memandang sakral terhadap sesuatu
yang dapat memberikan manfaat dan kebaikan atau yang bisa menimbulkan bencana.

Pada dasarnya bentuk Agama ada yang bersifat primitif dan ada pula yang dianut oleh
masyarakat yang telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama-agama yang terdapat dalam
masyarakat primitif ialah Animisme, Dinamisme, Monoteisme, dan Politeisme.
Daftar Pustaka

A. Book
Murni djamal, Perbandingan agama, (Direktorat pembinaan perguruan tinggi agama islam
1998.
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial ( Jakarta: PT Dian Rakyat,1974),
Nasution Harun, Falsafat Agama,(Bulan,Bintang 1973),
Labobar Krebinol, Agama Suku Dalam Sejarah Dan Fakta,(Jawa Tengah: Lakeisha,2022),
. Ali M Imron. Sejarah Terlengkap Agama-agama Di Dunia (Yogyakarta: IRCiSoD,2015),

B . Internet
https://journals.ums.ac.id/index.php/suhuf/article/view/762
http://repository.uinsu.ac.id/10236/1/diktat.pdf

Anda mungkin juga menyukai