Anda di halaman 1dari 10

AGAMA DALAM PERSPEKTIF EDWARD BURNETT TYLOR

Oleh: Nuril Dina Ahasyim

A. PENGANTAR
Agama adalah kepercayaan dan sesuatu yang sakral serta dianggap suci oleh para
penganutnya. Agama memiliki difinisi yang beragam sesuai dengan konteks keilmuan,
definisi agama dalam perspektif teologis, filosofis, sosiologis, antropologis dan bidang
keilmuan yang lain juga memiliki perbedaan. Koentjaraningrat menggunakan istilah
agama untuk agama-agama yang diakui resmi oleh negara sengankan untuk menyebutkan
agaa pada masyarakat primitif Koentjaraningrat menyebutnya dengan religi.i
Durkheim menjelaskan bahwa agama adalah sistem kepercayaan dan amalan yang
bersepadu yang berkaitan dengan benda-benda yang kudus, yaitu benda-benda yang
diasingkan dan dianggap mempunyai kuasa yang dapat menyatukan semua ahli
masyarakat ke dalam suatu komuniti moral atau gereja. Namun, jika ditarik akar dan
mendefinisikan agama dari segi bahasa, agama berasal dari beberapa bahasa.ii
Dalam bahasa Latin agama disebut sebagai Religio atau Religare. Religio dapat
diartikan sebagai “Respect for what is sacred” yang dapat diartikan sesuatu yang
disakralkan. Religare dalam bahasa latin memiliki arti “To bind” yang dapat diartikan
sebagai menyatukan, mengikat. Dalam bahasa Arab agama memiliki dua arti yaitu “Din”
dan “Millat”. Din merupakan makna literal dan dapat diartikan sebagai ketundukan atau
ketaatan dari inferior kepada sesuatu dzat yang superior. Sedangkan, Millat diartikan
dengan kata condong. Dalam bahasa Indonesia agama diartikan sebagai a tidak dan gama
bengkok. Jadi agama dalam bahasa Indonesia diartikan sesuatu yang lurus, dan
menghantarkan kepada jalan yang lurus.
Sedangkan menurut istilah secara umum definisi agama adalah seperangkat aturan dan
peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan
manusia dan manusia dengan lingkungan.iii Melihat semua definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa sesuatu bisa disebut agama apabila mempunyai kepercayaan terhadap
hal supranatural dan mempunyai praktek keagamaan.iv
Berbicara mengenai agama, banyak teori yang mengatakan tentang asal-usul agama,
mulai dari teori klasik yang dipelopori oleh E.B Tylor dan berkembang menjadi teori
modern oleh beberapa tokoh. Beberapa tokoh-tokoh yang mengemukakan teori tentang
agama yaitu E.B Tylor, James Frazer, Sogmund Freud, Emile Durkheim, Karl Max,
Mircea Eliade, E. Evans Pritchsrd, dan Cliford Geertz. Selain nama-nama tokoh diatas
masih ada nama Max Weber, Carl Jung dan Max Muller yang juga mengemukakan
teorinya tentang agama.v
Salah satu tokoh yang pertama kali mengemukakan tentang teori agama adalah E.B
Tylor. Beliau mengemukakan pendapat tentang teori agama adalah E.B Tylor dengan
pembahasan mengenai Animisme. Tylor juga membahas dan mengemukakan uraiannya
tentang “soul”.
B. BIOGRAFI E.B TYLOR
Edward Burnett Tylor atau biasa disebut E.B Tylor adalah orang Inggris yang lahir pada
tahun 1832 dalam keluarga Quakers yang makmur, dan memiliki sebuah perusahaan
kuningan di London.vi Keluarga Tylor adalah penganut Protestan yang ekstrim dan fanatik
atau juga bisa dikatakan sebagai kelompok Quakers. Mereka adalah kelompok yang tidak
ingin mengikuti tren mode dan memiliki prinsip hidup sesuai dengan “tuntunan nurani”.
Namun, di tahun 1800-an Quakers tidak lagi melakukan kebiasaan tersebut dan pandangan
mereka berubah ke pandangan liberal hal ini dapat dilihat dari tulisan karya E.B Tylor
yang menyatakan bahwa Tylor menentang pada kepercayaan dan praktek Kristen
tradisional, terkhusus Katolik Roma.vii
E.B Tylor adalah seorang antropolog penting yang menyumbang definisinya tentang
agama. Dia termasuk tokoh yang beraliran klasik. E.B Tylor dikenal sebagai orang yang
memiliki kemahiran di bidang Arkeologi.viii Namun sebelum tertarik di bidang Arkeologi
Tylor pernah mendapatkan pendidikan dalam kesusasteraan, peradaban Yunani dan Rum
klasik. Tylor adalah orang yang tidak pernah memasuki dunia perguruan tinggi dan
mendapatkan pendidikannya secara privat. Sebelumnya Tylor juga tertarik di bidang
etnografi.ix
kehidupan Tylor sangat dinamis, kedua orang tuanya meninggal ketika Tylor masih
muda, sehingga dia harus mengurus urusan bisnis keluarga, namun setelah itu Tylor
mengetahui bahwa dirinya memiliki gejala penyakit tuberkolosa, kemudian Tylor
berpindak ke tempat beriklim panas dan memilih Amerika Tengah pada usianya yang ke-
23 tahun 1855. Selama di Amerika Tylor memiliki banyak pengalaman bisa dibilang disini
sebagai titik balik seorang Tylor.
Selama melakukan perjalanan di Amerika Tylor bertemu Henry Christy yang juga
anggota Quakers. Henry adalah seorang ahli pra-sejarah. Dia mulai menumbuhkan minat
di bidang kebudayaan asing, sekembalinya ke Inggris semua catatannya dibukukan dengan
judul Anahuac, or Mexico and Mexicans, Ancient and Modern dan menjadi karya pertama
Tylor pada tahun 1861.x Karya tersebut menjadi pembuka untuk ratusan karya Tylor
berupa buku dan karangan di kemudian hari.xi Meskipun kemudian Tylor tidak pernah
melakukan perjalanan lagi, manun dia tetap mempelajari adat dan kepercayaan masyarakat
zaman dahulu.xii
Karya Tylor yang terkenal antara lain Primitive Culture, Researches into the
Development of Mythology, Philosophy, Religion, Language, Art and Custom yang
diterbitkan pada tahun 1871.xiii Tylor terus mengeluarkan karyanya hingga Oxford
meminta Tylor untuk menjadi pengajar utama dalam bidang Antropologi pada tahun 1884
yang merupakan jurusan baru di Oxford pada saat itu. Hingga Tylor menjadi profesor
pertama di bidang Antropologi. E.B Tylor meninggal pada tahun 1917.xiv
C. TEORI E.B TYLOR
E.B Tylor adalah orang yang pertama kali mengemukakan dan mengkaji tentang
agama. Tylor mendefinisikan agama sebagai kepercayaan pada makhluk spiritual xv,
menurutnya definisi ini memiliki kelebihan tersendiri karena jelas dan memiliki cakupan
yang luas. Secara garis besar inti dari teori Tylor adalah pertama, kepercayaan manusia
terdahulu adalah animisme. Kedua, animisme sebagai kepercayaan tertua. Berikut teori
E.B Tylor tentang agama.
1. Teori Animisme
Teori Animisme adalah teori yang dikemukakan oleh E.B Tylor pada kurun waktu
abad ke-19 masehi,xvi yakni dalam bukunya The Primitif Culture (1872), dan para
ilmuwan yang menganut teori ini percaya bahwa agama yang pertama kali muncul
berasama dengan pertama kali ketika manusia mengetahui bahwa di dunia ini tidak
hanya dihuni oleh makhluk materi, tetapi juga makhluk (immateri) atau jiwa. E.B Tylor
mengatakan bahwa asal mula agama adalah ketika manusia sadar akan adanya roh.
Mereka memahami ada mimpi dan kematian yang merupakan bentuk pemisahan antara
tubuh dengan roh, hingga pemujaan terhadap roh tersebut oleh E.B Tylor disebut
sebagai Animisme. Animisme ini berkembang pada masa manusia berburu.xvii
a. Animisme
Animisme adalah istilah dalam bidang antropologi dimana kata tersebut merujuk
kepada kepercayaan manusia purba atau primitif. Animisme merupakan pemikiran
yang sangat tua.xviii Animisme menurut bahasa ada beberapa istilah:
1) Bahasa latin animaus ataupun anima yang berarti kehidupan , jiwa atau roh.
2) Bahasa Yunani disebut Avepos
3) Bahasa Sansekerta disebut “Prana”
4) Bahasa Brani “Ruah” yang berarti nafas atua jiwa.xix
5) Bahasa Arab animisme berasal dari (Ar-rukhiyah) yang berarti bahwa
kepercayaan yang menganggap bahwa alam mempunyai berbagai roh yang
tersimpan dan dapat mepengaruhi manusia.
Dalam Biologi atau Psikologi animisme adalah pandangan bahwa jiwa adalah hal
yang immaterial yang bekerja sama dalam tubuh. Dalam filsafat, animisme adalah
ajaran yang menjadikan asal dari kehidupan mental dan fisik dalam suatu energi
yang lepas. Dalam pandangan agama istilah animisme tersebut diterapkan dengan
arti kepercayaan terhadap adanya makhluk spiritual yang berhubungan dengan jasad.
Makhluk spiritual tersebut kemudian membentuk jiwa dan kepribadian yang tidak
dibatasi oleh jasad.xx Namun, sebagai fenomena yang bersifat religius, animisme ini
bersifat universal dan bukan hanya ada pada agama-agama primitif saja, namun
terdapat di semua agama.xxi
Sedangkan menurut terminologi animisme adalah kepercayaan bahwa setiap
sesuatu yang berwujud mempunyai jiwa atau roh, bersifat bebas tetapi
mempengaruhi kehidupan manusia. Dan orang yang percaya terhadap animisme
disebut “animis”.xxii Dalam perspektif animis, manusia dianggap sama atau setara
dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan, karena manusia dianggap sebagian dari alam.
Dalam animisme elemen utama adalah tentang percaya akan adanya roh dan jiwa
dalam setiap makhluk. Kemudian elemen ini berkembang menjadi beberapa elemen

ROH

Pantang Larang SPIRIT

ANIMISME
Shaman SUPRANATURAL

KESAKTIAN
b. Animisme menurut E.B Tylor
E.B Tylor sendiri menyebutkan bahwa animisme secara umum mengarah kepada roh
dan semangat (Philosophy of Soul and Spirits). Menurutnya animisme merupakan
lambang dari suatu roh. Antara kehidupan dan makhluk halus dapat dipisahkan dari
jasad. Bentuk-bentuk kepecayaan animisme ada dua yaitu kepercayaan bahwa manusia
mempunyai jiwa yang kekal meskipun telah mati dan kepercayaan bahwa jiwa tidak
hanya ada pada manusia tetapi juga ada di makhluk lain. Oleh karena itu penganut
paham animisme berpendapat bahwa jiwa dan roh harus dihormati agar tidak
mengganggu manusia atau bahkan akan membantu manusia dalam kehidupan.xxiii
Menurut Tylor animisme adalah sebuah kepercayaan manusia yang paling ringkas
dan menjadi inti semua agama, dengan bukti bahwa dalam semua agama percaya akan
adanya roh dan makhluk supranatural. Dalam buku Tylor yang berjudul Primitive
Culture kesadaran akan jiwa ini disebabkan karena dua hal:
a. Pertama, antara hal yang hidup dan mati memiliki perbedaan. Dikatakan hidup pada
saat organisme bergerak-gerak, dan organisme tidak bergerak lagi artinya organisme
tersebut mati. Maka pada saat itu manusia mulai sadar bahwa ada kekuatan yang
membuat organisme tersebut bergerak yaitu jiwa.
b. Kedua, adalah peristiwa mimpi. Ketika manusia bermimpi, manusia melihat dirinya
sendiri. Maka manusia mulai berfikir ada perbedaan antara tubuh yang ada di tempat
tidur dan ada bagian dari dirinya yang pergi ke tepat lain, disebut jiwa.
Pada tingkat tertua dalam evolusi religi makhluk halus dipercaya menempati tempat
tinggal sekeliling manusia dan tidak tertangkap panca indera
Oleh karena itu kematian dan mimpi sebagai salah satu bukti bentuk pemisahan
antara roh dan jasmani.xxiv Sifat abstrak dari jiwa tersebutlah yang menimbulkan
kepercayaan bahwa jiwa dapat hidup langsung tanpa jasmani, hanya meninggalkan
tubuh waktu pingsan atau tidur. Meskipun terpisah dari jasmaninya Tylor berpendapat
bahwa antara roh dan jasmani tetap ada relasi ketika tidur atau pingsan. Namun, ketika
manusia mati jiwanya akan melayang, terlepas, dan terputus hubungan antara jasmanai
dan roh untuk selama-lamanya.
2. Teori Jiwa dan Spirit
Pendapat Tylor kemudian meningkat tentang “soul” jiwa. Menurut Tylor “soul”
adalah gambaran, bayangan dari manusia seolah-olah uap karena sangat lembut dan
halus. Soul tidak tergantung pada pemiliknya baik dahulu maupun sekarang. Soul tidak
mempunyai kesadaran pribadi untuk meninggalkan jasad. Soul dapat dilihat namun
menyebabkan kekuatan fisik yang dapat muncul pada saat manusia dalam keadaan
terjaga, atau tidur seolah-olah seperti hantu.xxv
Kemudian, mengenai “spirit” setelah manusia meninggal, maka jiwanya atau
“soul”nya akan pergi ke dunia atau alam spirit dan menjadi makhluk halus. Spirit ini
dapat menempati benda-benda. Karena adanya kepercayaan tentang soul dan spirit ini
kemudian menimbulkan kepercayaan dan penyembahan terhadap arwah leluhur.
Dalam evolusi tahap kedua manusia mempercayai bahwa segala fenomena alam
yang bergerak berhubungan dengan spirit, seperti sungai yang mengalir dan terjun dari
gunung ke laut, gunung yang meletus, gempa bumi, angin topan, jalannya matahari di
angkasa, yang kemudian dianggap sebagai makhluk atau pribadi yang punya kemauan,
pikiran dan kehendak, dan kemudian makhluk-makhluk dibalik fenomena alam ini
disebut dewa-dewa alam.
Dalam tahap ketiga evolusi religi, ternyata berhubungan dengan perkembangan
masyarakat yang terwujud dalam susunan penerintahan. Tokoh-tokoh leluhur atau
dewa-dewa juga hidup dalam susunan lapisan tata pemerintahan yang sama dengan
dunia manusia yang masih hidup. Dalam tokoh-tokoh atau dewa-dewa tersebut terdapat
pangkat dan kedudukan tertentu hingga dan perkembangannya muncullah satu tokoh
“dewa” yang tertinggi dan berpengaruh dalam menentukan terhadap alam maupun
terhadap manusia yang ada di dunia. Akibat dari pemikiran tersebutlah terjadi revolusi
religi tahapan terakhir yakni adanya keyakinan monotheisme yaitu kepercayaan hanya
kepada satu Tuhan.xxvi
3. Aspek-Aspek Kebudayaan
Tylor mencoba menghubungkan kebudayaan manusia dengan pemikiran yang
rasional dari evolusi sosial.xxvii Sebagai contoh yang mendasar adalah perkembangan
bahasa dan matematika yang diawali dari cara yang sangat sederhana menggunkan kata
yang ditiru dari alam serta hitungan manual menggunakan jari. Hingga berkembang
secara konsep ke bentuk pembicaraan secara “verbal” dan hitungan yang lebih komplek
lagi.xxviii
Selain itu, mitos yang dianggap penuh dengan pemikiran irasionalnya pun
sebenarnya berkembang dari penggabungan ide-ide rasional. Sebagai contoh ketika
berbicara mengenai gempa bumi menurut orang Skandinavia adalah pergerakan dari
Dewi Loki, sedangkan orang Yunani mengatakan bahwa adannya peperangan antara
Dewa Prothomeus. Hal ini karena masyarakat primitif akan merasionalkan secara
sederhana dengan cara mensubjekan objek tersebut.xxix
D. ANALISIS DAN KRITIK
Teori yang dikemukakan Tylor adalah seputar Animisme sebagai agama tertua, serta
roh memiliki spirit dan dapat mempengaruhi hidup manusia oleh karena itu dilakukan
pemujaan terhadap roh-roh tersebut. Namun demikian, teori mengenai Animisme yang
dikemukakan Tylor pada masanya memang dapat diterima. Tapi masa yang modern ini
terdapat hal-hal irasional yang sulit untuk dirasionalkan menurut sains. Kekurangan
beberapa disiplin ilmu juga menjadi penyebab teori ini sudah tidak relevan lagi.xxx
Beberapa tokoh yang juga mengkritik teori Tylor adalah:
1. Wilhelm Schmidt
Wilhelm Schmidt seorang ahli antropologi, menurut Wilhem Schmidt
kepercayaan Monotheisme-lah yang menjadi agama tertua, hal tersebut terdapat
pada bukunya yang berjudul The Making of Religion. Pendapat Wilhelm ini sama
seperti Andrew Lang. Dalam uraiannya Wilhelm menjelaskan tentang Tuhan dan
jiwa namun bukan dari sisi antropologi, dan menggunakan pendekatan positivisme.
2. Emile Durkheim
Menurut Durkheim yang tidak setuju dengan pendapat Tylor, dia mengatakan
bahwa agama adalah kesatuan sistem kepercayaan dan tindakan yang berhubungan
dengan hal suci. Menurutnya pendapat Tylor sangat minim dalam menjelaskan
agama. Agama menurut Durkheim adalah pencerminan dari sifat masyarakat, dan
menurutnya agama yang paling awal adalah Totemisme.
Totemisme sendiri adalah kepercayaan terhadap binatang, dala artian adanya
hubungan antara manusia dan binatang yang bersifat kekeluargaan. Pada beberapa
suku primitif yang terbagi menjadi beberapa clan mereka menggunakan nama-nama
binatang, tanama dan objek alam lainnya. Totemisme sendiri membedakan antara
yang tidak sakral dan sakral, sakral dapat dilihat dari tanda yang dilukiskan di
anggota badan.xxxi
E. KESIMPULAN
1. Edward Burnett Tylor lahir di Inggris pada 2 Oktober 1832, Tylor seorang ahli
antropologi yang memiliki tanda-tanda penyakit tuberkolosa, hingga Tylor harus
berpindah ke tempat yang beriklim panas. Seja kecil Tylor ditinggal orang tuanya dan
harus meneruskan bisnis keluarga, keluarga Tyor adalah penganut Protestan yang taan
dan termasuk kedalam kelompok Quakers yaitu kelompok yang terkenal dengan
penganut Protestan fanatik. Tylor menulis buku pertamanya berjudul , or Mexico and
Mexicans, Ancient and Modern dan karyanya yang terkenal berjudul Primitive Cultere.
Tylor dikenal sebagai pencetus teori animisme pertama, dan Tylor meninggal pada 2
Januari 1917.
2. Teori yang dikemukakan Tylor adalah teori animisme lalu berkembang kemudian
membahas tentang jiwa. Teori animisme pertama kali di kemukakan oleh E.B Tylor,
animisme adalah kepercayaan pada roh-roh. Menurut Tylor animisme adalah
kepercayaan tertua dalam peradaban manusia, animisme sebuah kepercayaan manusia
yang paling ringkas dan menjadi inti semua agama. Kemudian pendapatnya
berkembang tentang “soul” “spirit”. Karena adanya kepercayaan tentang soul dan spirit
ini kemudian menimbulkan kepercayaan dan penyembahan terhadap arwah leluhur.
Tylor juga menghubungkan pemikiran rasional dari evolusi sosial dengan aspek
kebudayaan.
DAFTAR RUJUKAN
Darwati, Mohammad Arif dan Yuli. “Inter Aksi Agama Dan Budaya.” Empirisma: Jurnal
Pemikiran Dan Kebudayaan Islam 27, no. 1 (11 Januari 2018).
Dhavamony, mariasusai.1995.Fenomenologi Agama.(Jogjakarta:Kasinius).
Koentjaraningrat. 1987.Sejarah teori antropologi.(Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia).
Mahendradhani, Gusti Ayu Agung Reisa. “Animisme Dan Magis E.B. Tylor Dan J.G. Frazer
(Sebuah Analisis Wacana Agama).” Vidya Samhita : Jurnal Penelitian Agama 3, no. 2
(20 Desember 2017).
Mashadi, Mashadi. “Realitas Adati Hula-Hulaa to Syara†TMi, Syaraâ€TMi Hula-Hulaa to
Qurâ€TMani.” Al-Ulum 12, no. 1 (2012): 201–22.
Mawardi, Mawardi. “Batasan Dan Aspek-Aspek Agama Dalam Persepektif Sosiologi.”
Substantia 18, no. 2 (1 Oktober 2016): 219–32.
Mohd Nasir, Mohd Khairulnazrin bin, Muhammad Syafee Salihin Hasan, dan Ishak bin Haji
Suliaman. “Kepercayaan Animisme Menurut Perspektif Sunnah Nabawi Dan Ahli
Antropologi Barat: Satu Kajian Awal,” t.t.
Pals, Daniel L.1996.Seven Theories of Religion.(Jogjakarta:IRCiSoD)
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Direktorat Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama Islam. 1981.Perbandingan agama.(Jakarta:CV. Arta Dimita)
Supardan, H. Dadang. 2008.Pengantar ilmu sosial: sebuah kajian pendekatan struktural.
(Jakarta:Bumi Aksara).
Tokko, A. B. “Pemaknaan Agama Dalam Perspektif Antropologi-Sosiologi.” Al-Qalam 15,
no. 2 (2018): 447–460.
i
Tokko, “PEMAKNAAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI-SOSIOLOGI.”
ii
Perbandingan agama.
iii
Mashadi, “Realitas Adati Hula-Hulaa to Syaraâ€TMi, Syaraâ€TMi Hula-Hulaa to Qurâ€TMani.”
iv
Tokko, “PEMAKNAAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI-SOSIOLOGI.”
v
Pals, “Seven Theories of Religion.”
vi
Pals.
vii
Pals.
viii
Pals.
ix
Koentjaraningrat, Sejarah teori antropologi.
x
Pals, “Seven Theories of Religion.”
xi
Koentjaraningrat, Sejarah teori antropologi.
xii
Pals, “Seven Theories of Religion.”
xiii
Perbandingan agama.
xiv
Pals, “Seven Theories of Religion.”
xv
Perbandingan agama.
xvi
Darwati, “INTER AKSI AGAMA DAN BUDAYA.”
xvii
Supardan, Pengantar ilmu sosial.
xviii
Supardan.
xix
Perbandingan agama.
xx
Perbandingan agama.
xxi
Dhavamony, Fenomenologi Agama.
xxii
bin Mohd Nasir, Hasan, dan bin Haji Suliaman, “KEPERCAYAAN ANIMISME MENURUT PERSPEKTIF
SUNNAH NABAWI DAN AHLI ANTROPOLOGI BARAT: SATU KAJIAN AWAL.”
xxiii
bin Mohd Nasir, Hasan, dan bin Haji Suliaman.
xxiv
Mawardi, “Batasan Dan Aspek-Aspek Agama Dalam Persepektif Sosiologi.”
xxv
Perbandingan agama.
xxvi
Koentjaraningrat, Sejarah teori antropologi.
xxvii
Pals, “Seven Theories of Religion.”
xxviii
Mahendradhani, “ANIMISME DAN MAGIS E.B. TYLOR DAN J.G. FRAZER (SEBUAH ANALISIS WACANA
AGAMA).”
xxix
Pals, “Seven Theories of Religion.”
xxx
Mahendradhani, “ANIMISME DAN MAGIS E.B. TYLOR DAN J.G. FRAZER (SEBUAH ANALISIS WACANA
AGAMA).”
xxxi
Perbandingan agama.

Anda mungkin juga menyukai