Anda di halaman 1dari 9

KIPRAH DAN PEMIKIRAN ISA AANSHARY

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepersisan
Dosen pengampu
Mumad Nurjaman, M.H.

Disusun oleh
Anti Sri Mulyani
Nurul Ilma
Malvi Muttaqin

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM


Jl. Aruji Kartawinata, Garut, Jawa Barat, Jayaraga, Targong Kidul 44151
2018-2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang dimana dengan rahmat dan inayahnya penulis dapat
menyelesaikan dan kemudian memaparkan apa yang telah menjadi sebuah kewajiban yakni
mencari ilmu sebagai makhluk Allah, yang terus berusaha mencari ilmu sebanyak mungkin
dan mengikis keraguan dalam diri agar dapat memperbaiki diri, baik itu secara sikap maupun
pengamalan dalam kehidupan sehari - hari agar menjadi manusia yang selalu memperbaiki
diri sebaik mungkin serta berguna bagi manusia yang lain.
Islam adalah agama yang bersifat rahmatan lil’alammin (menjadi rahmah bagi alam
semesta). Setiap aspek kehidupan dalam islam telah mendapatkan pengaturan dari Allah
SWT sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur’an, meskipun hamya secara umum.
Pengaturan lebih lanjut dapat kita jumpai dalam berbagai sumber hukum islam lain, yaitu
hadist Nabi, ijmak ulama, dan qiyas. Walaupun demikian ternyata perkembangan manusia
sangat cepat sehingga terkadang hukum tertinggal dibelakangnya. Untuk itulah dibutuhkan
keberanian dan kemampuan bagi setiap muslim untuk menggali hukum-hukum yang ada di
dalam Al-Qur’an, hadist, ijmak, qiyas yang sudah ada gar dapat diterapkan dalam situasi
konkrit saat ini.
Dalam makalah ini penulis sangatlah membutuhkan sesuatu yang dapat mengarahkan
penulis kedalam sebuah pemikiran yang dapat di kembangkan ke arah yang lebih baik, agar
penulis dapat membuat pondasi diri yang selalu menerima kuat kritik dan masukan. Penulis
berharap kritik yang membangun, bukan kritik yang menjatuhkan.
Dengan demikian penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat di pahami
oleh para pembaca sebagai suatu karya ilmiah yang dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Persis berdiri pada awal 1920an tepatnya pada hari rabu, 1 shafar 1342 H (12
Sepember 1923 M) dalam sekolompok orang islam yang berminat dalam studi dan
aktivitas keagamaan yang di pimpin oleh Haji Muhammad Zamzam, seorang alumnus
Dar al-Ulum Mekah, dan haji Muhammad Yunus, seorang pedagang sukses yang
sama-sama kelahiran palembang.
Salah satu ketua umumnya ialah K.H Muhammad Isa Anshary, salah satu
tokoh Persatuan Islam yang dikenal sangat mencolok, ia memiliki sikap yang sangat
tegas, bahkan banyak yang menilai sikapnya tidak kompromitis. Dengan sikapnya
tersebut pada masa penjajahan jepang, ia mengkomandoi Gerakan Anti Fasis (Geraf).
Herbert Feith menyebutnya dengan figur politisi fundamentalis yang memiliki
keyakinan teguh. Dua hal yang menjadi ciri dari figur Kyai Isa Anshary ini yaitu
ketika ia berpidato dan hasil torehan penanya. Dalam berpidato, Kyai Isa senantiasa
bersemangat dan berapi – api, hal ini membuat semua perhatian tertuju kepadanya,
dan tentunya itu merupakan senjata ampuh dalam mempengaruhi orang. Sehingga
mendapat julukan “Singa Podium”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kiprah Isa Aanshary?


2. Bagaimana Pemikiran Isa Aanshary?
3. Bagaiman Perjuangan Isa Anshary?
4. Apa saja karya- karya dari Isa Anshary?
5.
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Kiprah Isa Aanshary


2. Untuk mengetahui Perjuangan Isa Anshary
3. Untuk mengetahui Pemikiran Isa Aanshary
4. Untuk mengetahui karya-karya Isa Anshary
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kiprah Isa Aanshary

1. Riwayat Hidup Isa Anshari

Periode kepemimpinan Persis pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik


Indonesia merupakan periode kepemimpinan Persis yang kedua setelah
kepemimpinan K. H. Zamzam, K. H. Muhammas Yunus, A.Hassan dan Mohammad
Natsir yang mendengungkan “Kembali kepada Al- Qur’an dan As-Sunnah”.1 K. H.
Mohammad Isa Anshary, lahir di Maninjau Sumatera Tengah pada tanggal 1 Juli
1916. Pada usia 16 tahun, setelah menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Islam di
tempat kelahirannya,Isa Anshary merantau ke Bandung untuk mengikuti berbagai
kursus ilmu pengetahuan umum. Di Bandung pula Isa Anshary memperluas cakrawala
keislamannya dalam Jami’iyyah Persis. Dengan nomor pokok anggota 004,
berdasarkan her-registrasi pada tanggal 7 Desember 1949, ia kemudian tampil sebagai
Ketua Umum Pusat Pimpinan Persis.2 Tampilnya Isa Anshary sebagai pucuk
pimpinan Persis dimulai pada tahun 1940 ketika ia terpilih menjadi anggota
hoofbestuur (Pusat Pimpinan) Persis. Pada tahun 1948 ia melakukan reorganisasi
Persis yang mengalami kevakuman sejak masa pendudukan Jepang dan Perang
Kemerdekaan. Kemudian berturut-turut dari tahun 1953 sampai tahun 1960, Isa
Anshary terpilih menjadi ketua umum Pusat Pimpinan Persis. Jabatan terakhir yang
dipegangnya dalam Kepengurusan Pusat Pimpinan Persis adalah sebagai penasihat
hasil Muktamar VIII Persis.3
2. Kiprah Isa Aanshary
Isa Aanshary yang dikalangan Partai Masyumi dikenal dengan julukan “Singa
Mimbar” bukan saja seorang mubaligh yang fasih, melainkan juga penulis yang tajam.
Ia termasuk salah satu seorang perancang Qanun Asasi Persis yang telah diterima
secara bulat oleh Mukhtamar V Persis (1953) dan disempurnakan pada Mukhtamar
VIII (1967). Dalam kesibukannyasebagi ulama dan politikus, ia berhasil menyusun
sekitar 23 judul buku karyanya serta berbagai tulisan dalam majalah dan surat kabar.

1
Dadan Wildan, Dai yang politikus, 1995, hal 91.
2
Dadan Wildan, Dai yang politikus, 1995, hal 92.
3
Ibid, 92
Hasil karya Isa Aanshary yang berkenaan dengan arah perjuangan Persis diantaranya
Manifes Perjuangan Persatuan Islam; Ke Depan Dengan Wajah Baru (Prasaran pada
Mukhtamar VI, 1960), dan Renungan 40 tahun Persatuan Islam yang ditulis selama
dalam tahanan pemerintah Soekarno di Madiun, tahun 1963.4

B. Perjuangan Isa Anshary


Kebijakan organisasinya telah memperjuangkan Persis sebagai organisasi Islam
yang vital dalam perjuangan sosial masyarakat bersama organisasi Islam lainnya.
Dalam bidang pembinaan kader Persis, Isa Anshary menekankan pentingnya sebuah
madrasah, tempat membina kader-kader muda Persis. Semangatnya dalam hal
pembinaan kader tidak pernah padam meskipun ia mendekam dalam tahanan Orde
Lama di Madiun. Isa Anshary mencoba menghidupkan semangat para kadernya
dalam usaha mengembangkan serta menyebarkan agama Islam dan perjuangan
organisasi Persis.
1) Antisekularisme
Selama memimpin Persis, Kiai Isa dikenal sebagai figur yang keras
menentang sekularisme dan komunisme. Dua ideologi yang berseberangan dengan
Islam itu tengah merebak di sendi-sendi Orde Lama. Ia juga dikenal dengan
kegigihannya menyerukan dengan lantang penerapan syariat Islam. Untuk
mengaktualisasikan gagasannya itu, ia memutuskan terlibat di jalur politik. Partai
Masyumi menjadi pilihan kendaraannya saat itu.
Soal penguasaan massa dan kemampuan memengaruhi orang lain, Kiai Isa
jagonya. Ini tampak dari pidatonya yang berapi-api dan membakar bara semangat.
Sebab itulah, ia mendapat julukan Singa Podiom. Ia bukan hanya jago retorika,
melainkan juga piawai menulis.
Analisisnya tajam, goretan penanya sekuat pidato-pidato yang ia sampaikan di
atas podium. Tak sedikit buah karyanya yang menyulut Sukarno, pemimpin Orde
Lama ketika itu.

2) Menentang Sukarno
Januari 1953, pidato Sukarno di Kalimantan Selatan menuai polemik. Tokoh
proklamator itu menegaskan, berdirinya negara Islam akan memicu perpecahan
4
K.H Shiddiq Amien, dkk, Panduan Hidup Berjamaah, hal 133
NKRI. Mendengar pidato itu, Kiai Isa tidak terima. Ia menilai isi pembicaraan
presiden pertama RI itu tidak demokratis serta inkonstitusional. Ia memberi
contoh negara Islam yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah justru membuat
kehidupan masyarakat lebih baik, aman, serta melindungi dan menjamin hak-hak
kehidupan non-Muslim.
Kiai Isa mengatakan, berbagai pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok
separatis Islam adalah kesalahan dari pemerintah sekuler itu sendiri yang tidak
menjadikan Islam sebagai filsafat negara. Sikap dan pendirian Kiai Isa yang teguh
terlihat pula saat berpidato di Semarang. Pada masa itu, suhu perpolitikan nasional
tengah memanas buntut dari merajalelanya Partai Komunis Indonesia (PKI).
Ia dengan lantang berpidato menentang komunis di alun-alun Kota Semarang
yang saat itu menjadi basis komunis. Di depan ribuan pengunjung, pidatonya yang
keras menjadi sorotan hampir semua media dan masyarakat karena aksi-aksinya
menolak ideologi tak bertuhan ini.
Strateginya dalam menyibak rahasia perlawanan kaum komunis banyak
menginspirasi masyarakat yang membuat para petinggi Masyumi terperangah.
Mereka tak menyangka orasi sang Singa Podium ini membuat masyarakat
bangkit. Ini ditandai dengan munculnya gerakan yang menentang koalisi PNI-PKI
menjelang Pemilu 1955. Di tengah koalisi PNI-PKI yang berusaha menjegal
Masyumi, dengan cepatnya ia mengajak masyarakat membentuk Front Anti
Komunis.
Menurut dia, komunisme adalah musuh paling berbahaya di Tanah Air karena
mereka menganggap agama hanyalah candu yang mengekang manusia. Paham ini
tidak boleh hidup di atas bumi pertiwi nusantara. Alhasil, perlawanan anti-PKI ini
yang semakin tumbuh subur, kemudian menyebar ke seluruh nusantara.
Perjuangannya tak pernah berhenti meski menjelang ajal. Meski dalam kondisi
sakit, Kiai Isa tetap memberikan khotbah Idul Fitri. Satu hari pasca-Idul Fitri,
tepatnya 11 Desember 1969, akhirnya sang mujadid dan mujahid penegak syariah
Islam di Tanah Air ini wafat, meninggalkan sejuta semangat perjuangan.5

C. Pemikiran Isa Aanshary


Pada era ini, orientasi Persis di bawah kepemimpinan Isa Anshary cenderung
sangat politis. Sikap dan pandangan Isa Anshary lebih tegas lagi. Ia menyatakan,
5
https://republika.co.id/berita/koran/news
bahwa perjuangan dalam politik saat itu adalah wajib. Perjuangan Islam, termasuk
Persis, tidak hanya pada lapangan fiqh ibadah ritualistik saja. Lebih dari itu, adalah
termasuk juga ibadah untuk berjuang pada medan politik. Hanya, tentu saja,
perjuangan yang termasuk ibadah itu adalah untuk memajukan ideologi Islam, bukan
ideologi yang lain. Untuk itu, Persis pun mendukung sepenuhnya Partai Masyumi.
Bahkan, elit-elit Persis menduduki posisi penting dalam kepengurusan partai tersebut,
baik di pengurus pusat maupun pengurus wilayah (Jawa Barat). 6
Antara periode 1953-1958, Isa Anshary melakukan serangan terhadap PKI,
antara lain dengan menerbitkan majalah Anti Komunis. Tulisan-tulisannya selama
periode ini menampilkan seruan kepada umat Islam untuk menolak ideologi-ideologi
yang tidak selaras dengan Islam. Dalam tulisannya “Bahaya Merah di Indonesia” dan
dalam pidatonya sebelum sidang konstituante, Isa Aanshary mengecam komunisme
karena bertentangan dengan Islam dan nasionalisme indonesia.
Pada tahun 1954, bersama tookoh-tokoh Islam seperti Yusuf Wibisono dan
Syarif Usman, Isa Aanshary membentuk Front Anti Komunis yang dimaksudkan
sebagai pressure group yang diorganisasikan mirip sisitem sel Komunis, yaitu
membasmi komunisme dalam seluruh lapisan masyarakat. Front itu juga didirikan
untuk menghimpun partai-partai sealiran, meskipun akhirnya dapat dikatakan bahwa
front itu diisi oleh orang-orng Masyumi, sehingga wajar jika kelompok politik lain
menganggapnya sebagai organisasi front Masyumi (Mugni, 1980:113).7

D. Karya-karya Isa Anshary

1. Islam dan Demokrasi (1938)


2. Tuntunan Puasa (1940)
3. Islam dan Kolektivisme (1941)
4. Pegangan Melawan Fascisme Jepang (1942)
5. Barat dan Timur (1948)
6. Falsafah Perjuangan Islam (1949)
7. Sebuah Manifesto (1952)
8. Ummat Islam Menghadapi Pemilihan Umum (1953)
9. Revolusi Islam (1953)

6
Tiar Anwar Bachtiar dan Pepen Irpan Fauzan,, hal 46.
7
K.H Shiddiq Amien, dkk, Panduan Hidup Berjamaah, hal 134
10. Inilah Partai MASYUMI (1954)
11. Islam dan Nasionalisme (1955)
12. P.K.I. Pembela Negara Asing (1955)
13. Islam Menentang Komunisme (1956)
14. Bahaya Merah di Indonesia (1956)
15. Manifes Perjuangan Persatuan Islam (1958)
16. Ke Depan Dengan Wajah Baru (1960)
17. Bukan Komunisto phobi, tapi Keyakinan Islam (1960)
18. Ummat Islam Menentukan Nasibnya (1961)
19. Pesan Perjuangan (1961)
20. Mujahid Dakwah (1966)
21. Tugas dan Peranan Generasi Muda Islam dalam Pembinaan Orde Baru (1966).

Sebelum almarhum berpulang (2 Syawwal 1389/11 Desember 1969), beliau


sempat meyelesaikan dua naskah lagi: (1) Falsafah Moral dan Pelita Indonesia, dan
(2) Kembali ke Haramain8

DAFTAR PUSTAKA

Dadan Wildan, Dai yang politikus, Persispress 1995


K.H Shiddiq Amien, dkk, Panduan Hidup Berjamaah, Persispress
8
M Isa Anshary, Mujahid Da'wah (Bandung: Diponegoro, 1979), cet. 2, hlm 313)
Tiar Anwar Bachtiar dan Pepen Irpan Fauzan,
M Isa Anshary, Mujahid Da'wah (Bandung: Diponegoro, 1979), cet. 2

Anda mungkin juga menyukai