MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepersisan
Dosen pengampu
Mumad Nurjaman, M.H.
Disusun oleh
Anti Sri Mulyani
Nurul Ilma
Malvi Muttaqin
Segala puji bagi Allah yang dimana dengan rahmat dan inayahnya penulis dapat
menyelesaikan dan kemudian memaparkan apa yang telah menjadi sebuah kewajiban yakni
mencari ilmu sebagai makhluk Allah, yang terus berusaha mencari ilmu sebanyak mungkin
dan mengikis keraguan dalam diri agar dapat memperbaiki diri, baik itu secara sikap maupun
pengamalan dalam kehidupan sehari - hari agar menjadi manusia yang selalu memperbaiki
diri sebaik mungkin serta berguna bagi manusia yang lain.
Islam adalah agama yang bersifat rahmatan lil’alammin (menjadi rahmah bagi alam
semesta). Setiap aspek kehidupan dalam islam telah mendapatkan pengaturan dari Allah
SWT sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur’an, meskipun hamya secara umum.
Pengaturan lebih lanjut dapat kita jumpai dalam berbagai sumber hukum islam lain, yaitu
hadist Nabi, ijmak ulama, dan qiyas. Walaupun demikian ternyata perkembangan manusia
sangat cepat sehingga terkadang hukum tertinggal dibelakangnya. Untuk itulah dibutuhkan
keberanian dan kemampuan bagi setiap muslim untuk menggali hukum-hukum yang ada di
dalam Al-Qur’an, hadist, ijmak, qiyas yang sudah ada gar dapat diterapkan dalam situasi
konkrit saat ini.
Dalam makalah ini penulis sangatlah membutuhkan sesuatu yang dapat mengarahkan
penulis kedalam sebuah pemikiran yang dapat di kembangkan ke arah yang lebih baik, agar
penulis dapat membuat pondasi diri yang selalu menerima kuat kritik dan masukan. Penulis
berharap kritik yang membangun, bukan kritik yang menjatuhkan.
Dengan demikian penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat di pahami
oleh para pembaca sebagai suatu karya ilmiah yang dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1
Dadan Wildan, Dai yang politikus, 1995, hal 91.
2
Dadan Wildan, Dai yang politikus, 1995, hal 92.
3
Ibid, 92
Hasil karya Isa Aanshary yang berkenaan dengan arah perjuangan Persis diantaranya
Manifes Perjuangan Persatuan Islam; Ke Depan Dengan Wajah Baru (Prasaran pada
Mukhtamar VI, 1960), dan Renungan 40 tahun Persatuan Islam yang ditulis selama
dalam tahanan pemerintah Soekarno di Madiun, tahun 1963.4
2) Menentang Sukarno
Januari 1953, pidato Sukarno di Kalimantan Selatan menuai polemik. Tokoh
proklamator itu menegaskan, berdirinya negara Islam akan memicu perpecahan
4
K.H Shiddiq Amien, dkk, Panduan Hidup Berjamaah, hal 133
NKRI. Mendengar pidato itu, Kiai Isa tidak terima. Ia menilai isi pembicaraan
presiden pertama RI itu tidak demokratis serta inkonstitusional. Ia memberi
contoh negara Islam yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah justru membuat
kehidupan masyarakat lebih baik, aman, serta melindungi dan menjamin hak-hak
kehidupan non-Muslim.
Kiai Isa mengatakan, berbagai pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok
separatis Islam adalah kesalahan dari pemerintah sekuler itu sendiri yang tidak
menjadikan Islam sebagai filsafat negara. Sikap dan pendirian Kiai Isa yang teguh
terlihat pula saat berpidato di Semarang. Pada masa itu, suhu perpolitikan nasional
tengah memanas buntut dari merajalelanya Partai Komunis Indonesia (PKI).
Ia dengan lantang berpidato menentang komunis di alun-alun Kota Semarang
yang saat itu menjadi basis komunis. Di depan ribuan pengunjung, pidatonya yang
keras menjadi sorotan hampir semua media dan masyarakat karena aksi-aksinya
menolak ideologi tak bertuhan ini.
Strateginya dalam menyibak rahasia perlawanan kaum komunis banyak
menginspirasi masyarakat yang membuat para petinggi Masyumi terperangah.
Mereka tak menyangka orasi sang Singa Podium ini membuat masyarakat
bangkit. Ini ditandai dengan munculnya gerakan yang menentang koalisi PNI-PKI
menjelang Pemilu 1955. Di tengah koalisi PNI-PKI yang berusaha menjegal
Masyumi, dengan cepatnya ia mengajak masyarakat membentuk Front Anti
Komunis.
Menurut dia, komunisme adalah musuh paling berbahaya di Tanah Air karena
mereka menganggap agama hanyalah candu yang mengekang manusia. Paham ini
tidak boleh hidup di atas bumi pertiwi nusantara. Alhasil, perlawanan anti-PKI ini
yang semakin tumbuh subur, kemudian menyebar ke seluruh nusantara.
Perjuangannya tak pernah berhenti meski menjelang ajal. Meski dalam kondisi
sakit, Kiai Isa tetap memberikan khotbah Idul Fitri. Satu hari pasca-Idul Fitri,
tepatnya 11 Desember 1969, akhirnya sang mujadid dan mujahid penegak syariah
Islam di Tanah Air ini wafat, meninggalkan sejuta semangat perjuangan.5
6
Tiar Anwar Bachtiar dan Pepen Irpan Fauzan,, hal 46.
7
K.H Shiddiq Amien, dkk, Panduan Hidup Berjamaah, hal 134
10. Inilah Partai MASYUMI (1954)
11. Islam dan Nasionalisme (1955)
12. P.K.I. Pembela Negara Asing (1955)
13. Islam Menentang Komunisme (1956)
14. Bahaya Merah di Indonesia (1956)
15. Manifes Perjuangan Persatuan Islam (1958)
16. Ke Depan Dengan Wajah Baru (1960)
17. Bukan Komunisto phobi, tapi Keyakinan Islam (1960)
18. Ummat Islam Menentukan Nasibnya (1961)
19. Pesan Perjuangan (1961)
20. Mujahid Dakwah (1966)
21. Tugas dan Peranan Generasi Muda Islam dalam Pembinaan Orde Baru (1966).
DAFTAR PUSTAKA