Anda di halaman 1dari 2

A.

Definisi akal

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1. n daya pikir (untuk memahami sesuatu dan
sebagainya); pikiran; ingatan: makhluk tuhan yang mempunyai – ialah manusia 2. n jalan atau
cara melakukan sesuatu; daya upaya; ikhtiar: minta – (kepada) 3. n tipu daya; muslihat;
kecerdikan; kelicikan: penipu tidak akan kekurangan-- 4. n Antr kemampuan melihat atau
memahami lingkungan1

Secara bahasa atau Lughowi, akal merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab,
’aqala yang berarti mengikat atau menahan, namun kata akal sebagai kata benda
(mashdar) dari ‘aqala tidak terdapat dari Al-Qur’an, akan tetapi kata akal sendiri
terdapat dalam bentuk lain yaitu kata kerja (fi’il mudhori’). Hal itu terdapat dalam al-
Qur.an sebanyak empat puluh sembilan, antara lain iyalah ta’qilun dalam surat al-
Baqaroh ayat 49; ya’qilun sural al-Furqan ayat 44 dan surah yasin ayat 68; na’qilu
surat al-Mulk ayat 10; ya’qiluha surat al-Ankabut ayat 43; dan aqiluha surt al-Baqrah
ayat 75.disisi lain dalam al-Qur’an selain kata ‘aqala yang menunjukan arti berfikir
adalah nazhara yang berarti melihat secara abstrack. Sebanyak 120 ayat; tafakara
yang berarti berfikir terdapat pada 18 ayat; faqiha yang berarti memahami sebanyak
20 ayat; tadabara sebanyak 8 ayat dan tadzakara yang berarti mengingat sebanyak
100 ayat. Semua kata tersebut sejatinya masih berkaitan dengan pengertian dari kata
akal tersebut.2

Adapun seacara istilah akal memiliki arti daya berfikir yang ada dalam diri
manusia dan merupakan salah satu dari jiwa yang mengandung arti berpikir. Bagi Al-
Ghazali akal memiliki beberapa pengertian; pertama, sebagai potensi yang
membedakan dari binatang dan menjadikan manusia mampu menerima berbagai
pengetahuan teoritis. Kedua, pengetahuan yang diperoleh seseorang berdasarkan
pengalaman yang dilaluinya dan akan memperhalus budinya. Ketiga, akal merupakan

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima 2016

2
Hafidz Dazuki, Ensiklopedi Islam. (jakarta: PT Ichtar Baru Van Hoeve, 1994), h.98.
kekuatan insting yang menjadikan seseorang mengetahui dampak semua persoalan
yang dihadapinya sehingga dapat mengendalikan hawa nafsunya.3

Yang pertama akal itu bukan satu-satunya kemampuan manusia untuk mengenali
realitas, kita selaku manusia mempunyai alat yang banyak, bukan cuman akal, bukan cuman
panca indra, hanya saja pengaruh sains yang positivistic (pasti) terus kita anggap
pengetahuan yang mumpuni, pengetahuan yang valid hanya adanya di akal, panca indra
yang empiris sama rasionalis. Padahal masih banyak alat-alat yang ada di dalam tubuh
manusia, kita masih mempunyai nurani, naluri, imajinasi. Jadi kita punya banyak alat selama
ini tidak banyak kita elaborasi (garap) padahal mungkin penting. Contohnya : hubungan
sesame manusia itu mungkin pasnya pakai nurani kalau hanya pakai akal rasanya jadi kering,
kalau ada temanmu yang kehabisan kopi tapi gelasmu masih penuh tapi kamu diem saja,
cuek saja memang tidak aka nada orang yang nyalahin kamu, memang rasional, karna kamu
ngantri untuk mendapatkan kopi tersebut lama juga ngantri nya penuh. Tapi jika pakai
nurani akan beda, ya munkin kamu basa-basi tawari dia mempersilahkan, memang secara
akal akan merasa gak enak. Karna tingkah anda pakai nurani. Kalau hanya pakai akal, hanya
pakai indra lihat fakta mungkin kita akan sering konflik. Kenapa hari hari ini dengan orang
lain banyak konflik? , mungkin relasi kita dengan sesame jarang memanfaatkan alat yang
lain misalnya nurani. Mungkin itu sebuah kritik terhadap akal, karena akal itu sifatnya
matematis, terbatas . jadi akal itu teknis sifatnya, dia tidak bisa mencari hakikat dimensi-
dimensi dalam yang hakiki, akal itu ngertinya ini sebuah the, gunanya untuk di minum, kalau
masih panas jangan diminum, kalau sudah dingin gapapa 4

3
Qurish Shihab, Logika Agama, (Jakarta: Lentera Hati, 2001), h. 87.

4
https://youtu.be/qsd6lfdvdX4 (ngaji filsafat| ketidak berdayaan Akal – Dr. fahruddin)

Anda mungkin juga menyukai