Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH STUDI ISLAM

PENGERTIAN AGAMA MENURUT PARA AHLI

Disusun oleh :

Mega Zaidany (11190162000061)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019
PENGERTIAN AGAMA MENURUT PARA AHLI

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Agama sering dipahami sebagai sumber gambaran-gambaran yang
sesungguhnya tentang dunia ini sebab diyakini berasal dari wahyu yang diturunkan
untuk manusia, sehingga sering kali agama hanya sebagai alat legimitasi bagi
kekuasaan yang menindas.
Agama pada dasarnya timbul sebagai protes yang sah melawan masyarakat dan
cara hidupnya dalam upaya meletakkan dasar yang kokoh bagi kehidupan
seseorang demi perbaikan nasib manusia seluruhnya. Lebih jauh lagi, secara
sosiologis agama dianggap tidak bermakna apa-apa sepanjang tidak memberikan
pengaruh yang nyata pada kehidupan manusia.
Ketika kelahiran agama dipahami sebagai protes terhadap sistem masyarakat
yang tidak adil, dimensi kritis dan revolusioner terletak disini. Dalam pengertian
seperti ini agama lahir untuk menentang segala bentuk ketidakadilan dan
ketimpangan sosial lainnya, menentang segala tirani akibat ambisi perorangan yang
dipaksakan kepada masyarakat.
Ada beberapa istilah lain dari agama, antara lain religi, religion (Inggris), religie
(Belanda), religio/relegare (latin), dan dien (Arab). Kata religion (bahasa Inggris)
dan religie (bahasa Belanda) adalah berasal dari bahasa induk dari kedua bahasa
tersebut, yaitu bahasa Latin “religio” dari akar kata “relegare” yang berarti
mengikat.

B. RUMUSAN MASALAH
 Apa pengertian agama menurut para ahli?
 Apa unsur-unsur penting dalam agama?

C. TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca
mengenai pengertian agama dari beberapa sudut pandang para ahli yang berbeda.
II. PEMBAHASAN
Menurut Elizabeth K. Nottingham dalam buku Jalaludin, agama adalah gejala
yang begitu sering “terdapat di mana-mana”, dan agama berkaitan dengan usaha-usaha
manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan
alam semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling
sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri. Meskipun perhatian tertuju kepada adanya
suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam
masalah-maslaah kehidupan sehari-hari di dunia.
Menurut Goode dalam buku Bryan S. Turner secara umum, perdebatan tentang
definisi afama bisa dilihat dari berbagai sisi dasar konseptual. Misalnya, ada perbedaan
mendasar antara perspektif reduksionis dengan nom-reduksionis. Perspektif yang
pertama cenderung melihat agama sebagai epifenomena, sebuah refleksi atau ekpresi
dari sisi yang lebih dasariah dan permanen yang ada dalam prilaku individu dan
masyarakat manusia.
Penulis-penulis semacam Pareto, Lenin, Freud dan Engels memnadang agama
sebagai produk atau refleksi mental dari kepentingan ekonomi, kebutuhan biologis atau
pengalaman ketertindasan kelas. Implikasi pandangan reduksionis ini adalah
kesimpulan yang mengatakan keyakinan-keyakinan religius sama sekali keliru, karena
yang diacu adalah kriteria-kriteria saintifik atau positifistik. Implikasi terakhir
reduksionisme kaum positivistik adalah bahwa agama dilihat sebagai aktifitas kognitif
nalar individu yang, karena satu dan lain sebab, telah salah kaprah memahami hakikat
kehidupan empiris dan sosial.
Sedangkan menurut Max Muller dalam buku Allan Menzies mengatakan
bahwa “Agama adalah suatu keadaan mental atau kondisi pikiran yang bebas dari nalar
dan pertimbangan sehingga menjadikan manusia mampu memahami Yang Maha Tak
Terbatas melalui berbagai nama dan perwujudan. Tanpa kondisi seperti ini tidak akan
ada agama yang muncul”.
Menurut Daradjat (2005) agama adalah proses hubungan manusia yang
dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya. Sedangkan Glock dan Stark
mendefinisikan agama sebagai sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan
sistem perilaku yang terlembaga, yang kesemuanya terpusat pada persoalan-persoalan
yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate Mean Hipotetiking).
Agama disebut Hadikusuma dalam Bustanuddin Agus sebagai ajaran yang
diturunkan oleh tuhan untuk petunjuk bagi umat dalam menjalani kehidupannya. Ada
juga yang menyebut agama sebagai suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal
dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berfikir dan pola-pola
perilaku yang memenuhi untuk disebut “agama” yang terdiri dari tipe-tipe simbol,
citra, kepercayaan dan nilai-nilai spesifik dengan nama makhluk manusia
menginterpretasikan eksistensi mereka yang didalamnya juga mengandung komponen
ritual.
Menurut Michele Meyer (dalam Rousydiy, 1986) berpendapat bahwa agama
adalah sekumpulan kepercayaan dan pengajaran-pengajaran yang mengarahkan kita
dalam tingkah laku kita terhadap Allah SWT, terhadap sesama manusia dan terhadap
diri kita sendiri. Menurut Uyun (1998) agama sangat mendorong pemeluknya untuk
berperilaku baik dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya serta giat berusaha
untuk memperbaiki diri agar menjadi baik.
Prof. Dr. H. Mukti Ali mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan akan
adanya Tuhan Yang Maha Esa dan hukum yang diwahyukan kepada utusan-utusanNya
untuk kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Secara tenninologis, Harun Nasution2 memberikan definisidefinisi tentang agama
sebagai berikut:
1. Pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai ALQALAM 2 Vol. 20
No. 97 (April - Juni 2003) manusrn.
3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di Iuar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan manusia.
4. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan gaib.
5. Kepercayaan kepada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersum-ber dari
suatu kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan
takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat pada alam sekitar manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.
Harun Nasution4 mengemukakan unsur-unsur penting yang ada dalam agama,
yaitu sebagai berikut:
1. Kekuatan gaib: Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat kepada kekuatan gaib
tersebut sebagai tempat meminta KONSEP AGAMA DAN ISLAM 3 R. ABUY
SODIKIN tolong.
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan hidupnya di akhirat
tergantung pada adanya hubungan dengan kekuatan gaib dimaksud.
3. Respon yang bersifat emosional dari manusia.
4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib dalam kitab
yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-
tempat tertentu.

III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kepercayaan merupakan hal yang subjektif, sangat personal, dan sensitif.
Ham[ir semua manusia tidak senang jika kepercayaan mereka diganggu terutama
berkenaan dengan agama. Seperti yang disebutkan dalam surat Al-kafirun
“untukmu agamamu, dan untukku agamaku”.
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiyah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang


Bustanuddin, Agus. 2006. Agama dalam Kehidupan Manusia : Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada
R Muawanah. 2014. Pengertian Agama dan Regiulitas. Jurnal Psikologi.
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid I. Jakarta: UI
Press.

Anda mungkin juga menyukai