Anda di halaman 1dari 4

Perbedaan konsep spiritual Barat dan Islam

1. Spiritual dalam Barat

Spiritual bervisi bumi, profon, sekuler. Maksudnya adalah kecerdasan spiritual yang
berasal dari pemikiran barat. Ilmuwan suami istri Lan Marshall dan Danah Zohar memperkenalkan
spiritual intellegence sebagai aspek ketiga dari dua aspek sebelumnya (IQ dan EQ). Zohar
berpendapat bahwa pengenalan diri dan terutama kesadaran diri adalah kesadaran internal otak.
Menurutnya, proses yang berlangsung dalam otak sendirilah (tanpa pengaruh pancaindra dan dunia
luar) yang membentuk kesadaran sejati manusia.

Menurut Danah Zohar kecerdasan spiritual adalah kecerdasan pada bagian dalam diri kita
yang berhubungan dengan kekreatifan diluar ego, atau jiwa sadar. SQ adaah landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dwn EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasam
tertinggi. Semua kecerdasan pada hakikatnya adalah variasi dari ketiga kecerdasan utama IQ, EQ
dan SQ serta pengaturan saraf ketiganya.

Menurut Danah Zohar dan Lan Marshall tanda-tanda dari SQ yang berkembang dengan baik
mencangkup hal-hal berikut:

 Tingkat kesadaran diri yang tinggi


 Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
 Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
 Kualitas hidup dan yang di ilhami oleh visi dan nilai-nilai

2. Spiritual dalam islam

Spiritual yang bervariasi langit, transenden, spiritual. Spiritualisme dalam islam sendiri,
apabila seseorang ingin mendapatkan spiritualitas, tentunya harus berislam. Jika jngin
meningkatkan spiritualitas, maka perlu meningkatnya pelaksanaan ajaran islam. Al-qur'an
memfirmankan "kalau mereka itu menyanggah kamu (tentang kebenaran islam), maka katakanlah
"aku telah pasrah kepada allah, demikian juga semua para pengikutku".
Islam adlah agama yang mengajarkan tentang kebenaran dan memberikam petunjuk yang
lurus. Tentu kebenaran dan petunjuk dalam mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di dunia
maupun di akhirat. Sedangkan kecerdasan adalah alat, yakni alat untuk mencapai kebahagiaan jiwa.

Kecerdasan ruhani adalah untuk mencapai kehidupan ruhani apabila seorang ingin.
Meningkatkan kecerdasam spiritual berarti harus melaksanakan ajaran-ajaran islam. Kekuatan
spiritual akan didapatkan tak kala kuat islam seseorang.

perkembangan spiritual anak-anak, remaja, dewasa dan lansia

1. Perkembangan spiritual anak-anak

Menurut fowler, anak usia sekolah adalah berada pada tahap 2 perkembangan spiritual, yaitu
tahapan mitos faktial, anak-anak belajar untuk membedakan khayalan dan kenyataan. Kenyataan
spiritual adalah keyakinan yang diterima oleh suatu kelompok keagamaan sedangkan khayalan
adalah pemikran dan gambaran yang terbentuk dalam pikiran anak. Orangtua dan tokoh agama
membantu anak membedakan antara khayalan dan kenyataan. (Fowler. J. W., 1981; Kozier, Erb,
Berman, dan synder, 2011)

2. Perkembangan spiritual remaja

Pendekatan spiritualis dapat menjadi alternatif solusi yang efektif dan diminati oleh remaja,
tertama usia SMA (16-18 tahun). Masa remaja merupakan bagian dari perjalanan manusia dalam
pencarian jati dirinya, sehingga dimungkinkan masa-masa inimerpuakan masa yang begitu “seru”.
Usia SMA (16-18) sudah mengalami perkembangan pemikiran abstrak yang lebih baik dari usia
sebelumnya, maka usia SMA dimungkinkan memiliki perkembangan spiritual sudah lebih baikdan
mudah mengembangkannya. Mengingat manfaat pandangan spiritual, maka spiritual dapat
menjadi obyek kajian yang potensial untuk dikembangkan dalam praktik bimbingan dan konseling
di Indonesia. Salahsatu bentuk kajiannya, ialah dengan meninjau gambaran spiritualitas remaja
dengan lebih dekat.

3. Perkembangan spiritual dewasa

Pada tahap ini individu mulai memeriksa iman mereka dengan kritis dan memikirkan ulang
kepercayaan yang sudah mereka anut, terlepas dari otoritas eksternal dan norma kelompok. dan
maksudnya, individu mulai memikirkan kembali dan mulai memahami ajaran agama yang ia anut
dari keluarga dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan lagi.

4. Perkemvangan spiritual dewasa akhir

Pada dewasa lanjut, orang jadi semakin menyadari batas-batas akalnya. dan mereka memahami
adanya paradoks (seakan-akan bertentangan tetapi tidak dan kontradiksi) pertentangan dalam
hidup, dan sering menghadapi kontradiksi antara memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri dengan
berkorban untuk orang lain. dan mulai mengantisipasi kematian, mereka dapat mencapai
pemahaman dan penerimaan lebih dalam, yang diintegrasikan dengan iman yang mereka miliki
sebelumnya. Mencoba lebih dekat dengan Tuhan. nengartikan makna hidup yang dijalani dan
mampu memandang kebenaran dan kesalahan dari berbagai sudut.

5. Perkembangan spiritual usia lanjut

Pada tahap terakhir yang dapat dicapai ini, individu tidak lagi berpusat pada diri sendiri. mungkin
ia akan membagikan ilmu keagamaannya kepada orang lain walaupun sebatas kelompok kecil
seperti keluarga. hanya berminat padasatu komunitas. misalnya kelompok mengaji. "dividu yang
sudah masuk masa ini mungkin memiliki keterbatasan pada motorik dan sensoriknya. jadi,
aktivitas kekelompokkannya mulai berkurang. memandang kehidupan dunia melalui pengalaman
pribadinya. Semakin mendekatkan diri pada Tuhan karena usianya yang memasuki usia kematian.
walaupun kegiatan keagamaan yang dilakukan tidak sebanyak pada masa sebelumnya
(penurunan fungsi fsik) .
Daftar Pustaka

B. Hurlock Elizabeth, Perkembangan AnakL. Zulkifi, Psikologi Perkembangan, Bandung: remaja


Rosdakarya, 2000 Soetjiningsih, SpAk, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC, 1995 Sujanto Agus,
Psikologi perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta, 1996

Frame, M. W. (2000). Spiritual and religious issues in counseling: Ethical considerations. The
Family Journal, 8(1), 72-74

https://wawasanpengajaran.com/2015/03/hakikat-spiritualisme-barat-dan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai