ANALISIS KEMATIAN
TUGAS
oleh
Kelompok F
Kelas 1/2015
ANALISIS KEMATIAN
TUGAS
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan
Paliatif dengan dosen pengampu Ns. Wantiyah, M.Kep.
oleh
Kelompok 1
Diana Risqiyawati NIM 142310101070
Ima Nur Azizah NIM 152310101055
Nelia Mufliha Roza NIM 152310101056
Afrize Rosalia NIM 152310101057
a. Kehilangan hak
b. Dihentikannya segala tindakan medis
c. Status kependudukan berubah
d. Segala kepemilikan berpindah tangan pada ahli waris
e. Timbulnya hak
f. Pernyataan medis (sertifikat kematian: surat keterangan kematian)
g. Deklarasi/pernyataan dari pemerintah (akta kematian)
Menurut ilmu kedokteran Kematian dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu:
somatic death (kematian somatik) dan biological death (kematian biologik).
Kematian somatik merupakan fase kematian dimana tidak didapati tanda-tanda
kehidupan lagi, seperti denyut jantung dan gerakan pernapasan, suhu badan
menurun, dan tidak adanya aktivitas listrik otak pada rekaman EEG. Setelah dua
jam, kematian somatik akan diikuti kematian biologik yang ditandai dengan
kematian sel.
2. A. Definisi Kematian Menurut Beberapa Agama
1. Pranayama.
2. Sthanakanda puja, tri purusa diatas wunwunan 12 jari.
3. Ucapkan Sad Aksara ditempatnya masing-masing dengan memancarkan
sinar (bayangan) [Semua itu difokuskan di Telenging Lelata].
4. Diikuti dengan mantram Gayatri, dengan cara; mata tidak berkedip, bait-bait
sloka diucapkan dengan tidak bernafas.
5. Yakini bahwa itu berkekuatan tidak ada tandingannya, baik dalam kesucian
maupun dalam bidang megic.
6. Jauhkan diri dari; Moha, Mada dan Kasmala.
7. Kegunaannya untuk; kesucian, kedamaian dan penyembuhan.
Menurut Agama Budha
1. Adanya reinkarnasi bagi semua manusia yang telah meninggal (cut sie).
2. Adanya hukum karma bagi semua perbuatan manusia, antara lain tidak
mendapat keturunan (ko kut).
3. Leluhur yang telah meninggal (arwah leluhur) pada waktu-waktu tertentu
dapat diminta datang untuk dijamu (Ce’ng be’ng).
4. Menghormati para leluhur dan orang pandai (tuapekong).
5. Kutukan para leluhur, melalui kuburan dan batu nisan yang dirusak
(bompay).
6. Apa yang dilakukan semasa hidup (di dunia) juga akan dialami di alam
akhirat. Kehidupan sesudah mati akan berlaku sama seperti kehidupan di
dunia ini namun dalam kualitas yang lebih baik.
Upacara pemakaman
1. Semenjak ada yang meninggal sampai saat tertentu, semua keluarga harus
memakai pakaian dan tanda berkabung terbuat dari sepotong blacu yang
dilikatkan di lengan atas kiri. Tidak boleh memakai pakaian berwarna ceria,
seperti : merah, kuning, coklat, orange.
2. Waktu perkabungan berlainan lamanya, tergantung siapa yang meninggal,
3. Untuk kedua orangtua, terutama ayah dilakukan selama 2 tahun.
4. Untuk nenek dan kakek dilakukan selama 1 tahun.
5. Untuk saudara dilakukan selama 3 atau 6 bulan.
6. Di rumah disediakan meja pemujaan, rumah-rumahan dan tempat tidur
almarhum. Setiap hari harus dilayani makannya seperti semasa almarhum
masih hidup.
Mati menurut ajaran Hindu ada dua konsep yaitu berdasarkan Tattwa dan
berdasarkan Upacara Yadnya. Mati menurut Tattwa seperti dinyatakan dalam
pustaka Wrehaspati Tattwa yang dikutip di atas. Kalau sudah lepas Sang Hyang
Atma dari badan sariranya yang dibangun oleh Panca Maha Bhuta itu sudah
meninggal secara Tattwa. Jangan hal itu dianggap tidur saja. Tidur dan mati itu
kan tidak sama. Jangan sampai orang miskin dianggap kaya. Orang sakit dianggap
sehat. Anggapan seperti itu tentunya berbahaya. Seperti rumah yang sudah selesai
secara fisik, sudah lengkap segala-galanya. Tetapi kalau belum diupacarai seperti
di-pelaspas dengan upacara yadnya keagamaan Hindu, belumlah rumah itu selesai
namanya menurut tradisi Hindu di Bali.
Merawat Jenazah
https://muslim.or.id/25051-fikih-jenazah-3-hal-hal-yang-disyariatkan-terhadap-
orang-yang-baru-meninggal-dunia.html (diakses pada tanggal 26 November 2018)