Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

EUTHANASIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masa'fiqqiyah

Dosen Pengampu : Lukman Nurchakim M.Ag

Disusun Oleh :

NAMA : M. AKMAL LIYANDI


NIMKO : 1215200056

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) NATUNA


KOMPLEK MASJID AGUNG NATUNA GERBANG UTARA
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya kami dapat menulis makalah ini yang berjudul
“Euthanasia” hingga selesai. Meskipun dalam makalah ini pasti terdapat berbagai
macam kesalahan dan kekurangan namun kami telah berusaha menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik mungkin yang di bantu dari berbagai pihak. Maupun
pihak antara anggota kelompok yang saling berkerja sama maupun narasumber-
narasumber dari internet maupun buku-buku serta dari guru pembimbing.

Oleh karena itu, kami menghanturkan terima kasih kepada guru


pembimbing serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan dan saran atas
selesainya penulisan makalah ini. Di dalam penulisan makalah ini, kami
menyadari bahwa masih ada kekurangan- kekurangan mengingat keterbatasannya
pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh sebab itu, sangat di
harapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk
melengkapkan makalah ini dan berikutnya.

Ranai, 28 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Pengertian Euthanasia.........................................................................3
B. Sejarah Euthanasia..............................................................................4
C. Jenis-jenis Euthanasia ........................................................................6
D. Penyebab Terjadinya Euthanasia........................................................7
E. Kasus-Kasus Euthanasia.....................................................................9
F. Aspek-Aspek Euthanasia..................................................................11

BAB III PENUTUP......................................................................................13


A. Kesimpulan.......................................................................................13
B. Saran.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam makalah ini, kita akan membahas mengenai Euthanasia.
Ada dua masalah dalam bidang kedokteran atau kesehatan yang berkaitan
dengan aspek hukum yang selalu aktual dibicarakan dari waktu ke waktu
tentang Euthanasia, sehingga dapat digolongkan ke dalam masalah klasik
dalam bidang kedokteran, yaitu tentang abortus provokatus dan
Euthanasia. Dalam lafal sumpah dokter yang disusun oleh Hippokrates
(460-377 SM).
Kedua masalah ini telah ditulis dan telah diingatkan. Sampai kini
tetap saja persoalan yang timbul berkaitan dengan masalah ini tidak dapat
diatasi atau diselesaikan dengan baik, atau dicapainya kesepakatan yang
dapat diterima oleh semua pihak. Di satu pihak tindakan abortus
provokatus dan Euthanasia pada beberapa kasus dan keadaan memang
diperlukan. Sementara di lain pihak, tindakan ini tidak dapat diterima,
bertentangan dengan hukum, moral dan agama.
Mengenai masalah Euthanasia bila ditarik ke belakang, boleh
dikatakan masalahnya sudah ada sejak kalangan kesehatan menghadapi
penyakit yang tak tersembuhkan, sementara pasien sudah dalam keadaan
merana dan sekarat. Dalam situasi demikian tidak jarang pasien memohon
agar dibebaskan dari penderitaan ini dan tidak ingin diperpanjang
hidupnya lagi atau di lain keadaan pada pasien yang sudah tidak sadar,
keluarga orang sakit yang tidak tega melihat pasien yang penuh
penderitaan menjelang ajalnya dan minta kepada dokter untuk tidak
meneruskan pengobatan atau bila perlu memberikan obat yang
mempercepat kematian. Dari sinilah istilah Euthanasia muncul, yaitu
melepas kehidupan seseorang agar terbebas dari penderitaan atau mati
secara baik.

1
Beberapa penganut kristiani percaya bahwa jika mereka berada
dalam situasi yang unik untuk melepaskan kehidupan yang diberikan dari
Tuhan adalah suatu awal perjalanan menuju kehidupan yang lebih baik.
Namun, ada juga pemimpin gereja katolik dan protestan mengakui bahwa
tindakan mengakhiri kehidupan ini disahkan maka berarti suatu pemaaf
untuk perbuatan dosa, namun di masa yang akan datang menjadi suatu
racun bagi dunia kesehatan. Sejak awal, cara pandang yang dilakukan
kaum kristiani dalam melakukan tindakan ini bertentangan dengan maksud
dan tujuan pemberian kehidupan dari Tuhan.
Dalam pandangan kitab suci, manusia berasal dari Allah sendiri
dan pembunuhan orang lain tidak dibenarkan karena melawan hukum
ilahi. Misalnya dalam kitab Kel 20:13 berbunyi “Jangan Membunuh” dan
dalam kitab Rom 14:8;bdk. Fil 1:20 berbunyi “Kita adalah milik Tuhan”.
Kesucian manusia itu bukan hanya karena asal-usulnya dari Allah tetapi
juga karena tujuan hidup manusia adalah kembali kepada-Nya
(penebusan).
Karena itu, hidup manusia tidak boleh dilanggar dan dihancurkan, tetapi
harus dilindungi, dijaga, dan dipertahankan. Euthanasia dan bunuh diri
merupakan suatu penolakan pemberian kehidupan yang diberikan oleh
Allah. Dalam doa Israel kuno menyebutkan “Engkau berdaulat atas hidup
dan mati; Engkau membawa kepada gerbang alam maut dan ke atas
kembali”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Apa pengertian Euthanasia dari berbagai sudut pandang?
2. Bagaimanakah sejarah Euthanasia?
3. Apa saja jenis-jenis Euthanasia?
4. Bagaimanakah pandangan para ahli terhadap Euthanasia?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Euthanasia
Didalam makalah ini, kita akan membahas suatu tindakan yang
disebut Euthanasia. Dalam kasus ini terdapat banyak pro dan kontra yang
membingungkan dan masih dicari jalan kebenarannya apakah tindakan
Euthanasia adalah suatu tindakan yang bijaksana atau suatu pembunuhan.
Akan tetapi, dalam perkembangan Euthanasia lebih menunjukan kegiatan
membunuh karena belas kasihan.
Maka menurut pengertian umum sekarang ini, Euthanasia dapat
diterangkan sebagai pembunuhan yang sistematis karena kehidupan
penderita yang dianggap sebagai suatu kesengsaraan bagi penderita. Jadi,
dianggap bahwa kematian diatas dasar pilihan rasional seseorang , yang
dapat dianggap meringankan beban penderita atau malah menghilangkan
nyawa penderita tanpa persetujuan dari penderita itu sendiri. Berikut
adalah berbagai pengertian dari sudut pandang pihak-pihak tertentu.1
1. Menurut Para Ahli
Ada beberapa pengertian Euthanasia yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Diantaranya sebagai berikut:
a. Philo. Euthanasia berarti mati dengan tenang dan baik.
b. Suetonis. Penulis Romawi dalam bukunya yang berjudul “Vita
Ceasarum” mengatakan bahwa Euthanasia berarti “mati cepat
tanpa derita”.
c. Djoko Prakoso dan Djaman Andhi Nirwanto. Euthanasia adalah
suatu kematian yang terjadi dengan pertolongan atau tidak dengan
pertolongan dokter.

1
http://nurnilam-sarumaha.blogspot.co.id/2011/12/euthanasia-dan-pandangan-alkitab.html

3
2. Menurut Alkitab
Kasih merupakan alasan bagi orang Kristen untuk mendasari
segala sesuatu, tetapi bukan belas kasihan yang menghalalkan segala
cara demi orang yang kita kasihi. Menghentikan kehidupan demi
alasan kasih merupakan sebuah hal yang sangat keliru. Kasih
menuntut agar orang yang sakitnya tidak tersembuhkan diperlakukan
dengan semua belas kasihan yang mungkin diberikan, tetapi bukan
supaya kita mengambil nyawa orang itu bahkan atas permintaannya
sendiri.
Belas kasihan menurut Alkitab adalah menenangkan orang yang akan
binasa dengan zat penenang atau minuman keras dan bukan
membantunya bunuh diri (Ams.31:6-7).
Dalam Alkitab, penderitaan mempunyai fungsi yang positif dan
konstruktif dalam hidup manusia (Yakobus 1:2-4; Roma 5:3-4),
penderitaan melahirkan ketekunan dan pengharapan dan
kesempurnaan hidup. Jika pro Euthanasia mengatakan bahwa
mengakhiri penderitaan seseorang adalah sikap murah hati, berarti
penderitaan dijadikan sebagai alat pembenaran praktek. Walaupun
Euthanasia dapat mengakhiri penderitaan, Euthanasia tetaplah suatu
pembunuhan. Kalau penderitaan diakhiri dengan Euthanasia, itu sama
artinya menghalalkan segala cara untuk tujuan tertentu.2

B. Sejarah Euthanasia
Dari zaman Yunani kuno sudah dikenal tentang Euthanasia. Pada
zaman Yunani Romawi, penekanan Euthanasia ditekankan pada kehendak
manusia untuk melepaskan diri dari penderitaan terutama yang mengalami
penyakit parah. Selain itu, ada kondisi yang memungkinkan untuk
2
http://nurnilam-sarumaha.blogspot.co.id/2011/12/euthanasia-dan-pandangan-alkitab.html

4
terjadinya Euthanasia yaitu tradisi kurban, alasannya yaitu motivasi
pribadi untuk berkurban dan pribadi yang mau memberikan dirinya untuk
sesamanya.
Tapi tidak semua pemikir zaman ini sepakat dengan Euthanasia
seperti Pytagoras yang melawan tindakan ini yang berpendapat bahwa
hidup manusia mempunyai nilai keabadian, dan Euthanasia merupakan
tindakan yang tidak menanggapi arti hidup manusia. Sama halnya dengan
Aristoteles yang bertentangan dengan gurunya yang bersimpati terhadap
Euthanasia dengan alasan bahwa hidup manusia itu bernilai luhur.
Pada tahun 1920, ada sebuah buku yang sangat populer dengan
judul “The Permision to Destroy Life unworthy of life”. Ditulis oleh
seorang psikiatri dari Freiburg bernama Alfredn Hoche dan seorang
profesor hukum dari Universitas Leipsig yang bernama Karl Binding.
Mereka berpendapat bahwa tindakan membantu seseorang yang
mengalami kematian adalah masalah etika tingkat tinggi yang
membutuhkan pertimbangan yang tepat, yang merupakan solusi belas
kasihan atas masalah penderitaan.3
Di Inggris pada tahun 1935, seorang Dokter membentuk The
Voluntary Euthanasia Legislation Society, untuk melegalisasi Euthanasia
bersama dengan dokter-dokter terkenal lainnya. Namun, rancangan ini
kemudian ditolak oleh Dewan Lord setelah melalui perdebatan di House
Of Lord pada tahun 1936. Di Jerman, kekuasaan Adolf Hitler
memeritahkan untuk melalukan tindakan Mercy killing secara luas yang
dikenal dengan “Action T4” untuk menghapus kehidupan orang yang
dianggap tak berarti dalam kehidupan (Life Under Worty of Life).
Di Australia tahun 1995, Australia Northem Territority menyetujui
RUU Euthanasia dan berlaku pada tahun 1996 dan dijatuhkan oleh
parlemen Australia pada tahun 1997. Sedangkan di Oregon, negara bagian
3
http://etikakristeneuthanasia.blogspot.co.id/2012/03/pandangan-agama-kristen-pada-
euthanasia.html

5
AS mengeluarkan Death with Dignity Law satu undang-undang yang
memperbolehkan dokter menolong pasien yang dalam kondisi terminally
ill untuk melakukan bunuh diri, sampai pada tahun 1998 sudah ada 100
orang mendapatkan Assisten Suicide. Hal ini terus diperdebatkan di
Amerika dan pada tahun 1998 Oregon melegalisis Asisten Suicide dan itu
satu-satunya di negara bagian Amerika yang melegalkan Euthanasia.
Di Belanda pada tahun 2000 melegalkan Euthanasia Aktif
Voluntir ini mendapat berbagai sorotan dari organisasi anti Euthanasia dan
juga dari organisasi pro Euthanasia. Seperti Rita Marker dari ADIWIDIA
edisi Desember 2010 No. 1 “Internasional Againts Euthanasia task force”
“apakah sekarang sebuah kejahatan akan diganti dengan perawatan”,
sedangkan Tamara Langley dari The UK voluntary Euthanasia Society
menganggap sebagai suatu perkembangan, orang-orang mengambil
keputusan yang mereka buat sendiri. Ebger dari Cristian union
mengatakan bahwa undang undang ini adalah kesalahan sejarah.4
Tahun 2002, giliran Belgia melegalisir Euthanasia seperti di
Belanda. Di Belgia menetapkan kondisi pasien yang ingin mengakhiri
hidupnya harus dalam keadaan sadar. Saat penyataan itu dibuat dan
menanggulangi permintaan mereka untuk Euthanasia. Sedangkan di
Swiss, Euthanasia masih ilegal tetapi terdapat tiga organisasi yang
mengurus permohonan tersebut dan menyediakan konseling dan obat-
obatan yang dapat mempercepat kematian.
Di asia Jepang adalah satu-satunya negara yang melegalkan
Euthanasia Voluntir yang disahkan melalui keputusan pengadilan tinggi
pada kasus Yamaguchi di tahun 1962. Namun setelah itu, karena faktor
budaya yang kuat Euthanasia tidak pernah terjadi lagi di Jepang.

C. Jenis-Jenis Euthanasia
4
http://chapizzta.blogspot.co.id/2013/10/euthanasia-ditinjau-dari-perspektif.html
http://www.nasihudin.com/euthanasia/96

6
Selain memiliki banyak pengertian dari berbagai sudut pandang,
Euthanasia juga memiliki banyak jenis yang dilihat dari berbagai segi.
Beberapa diantaranya sebagai berikut.
Dilihat dari Segi Pelakunya
Dilihat dari segi pelaku, Euthanasia memiliki dua jenis, yaitu:
a. Compulsary Euthanasia adalah bila orang lain memutuskan kapan
hidup seseorang akan berakhir. Orang tersebut bisa siapa saja, seperti
dokter, atau bahkan masyarakat secara keseluruhan. Kadang-kadang
Euthanasia jenis ini disebut mercy killing (penghilangan nyawa penuh
belas kasih). Contohnya: dilakukan pada orang yang menderita sakit
mengerikan, seperti anak-anak yang menderita sakit cacat yang sangat
parah.
b. Voluntary euthanasia, artinya orang itu sendiri yang meminta untuk
mengakhiri hidupnya. Beberapa orang percaya bahwa pasien-pasien
yang sekarat karena penyakit yang tak tersembuhkan dan
menyebabkan penderitaan yang berat hendaknya diizinkan untuk
meminta dokter untuk membantunya mati. Mungkin mereka dapat
menandatangani dokumen legal sebagai bukti permintaannya dan
disaksikan oleh satu orang atau lebih yang tidak mempunyai hubungan
dengan masalah itu, untuk kemudian dokter akan menyediakan obat
yang dapat mematikannya. Pandangan seperti ini diajukan oleh
masyarakat Euthanasia sukarela.5

D. Penyebab Terjadinya Euthanasia


Setiap kegiatan Euthanasia pasti dilatarbelakangi oleh berbagai macam
alasan atau penyebab. Alasan-alasan ini muncul karena terdapat beberapa

5
https://www.google.co.id/amp/s/amp.kaskus.co.id/thread/50d363628327cff83600003b/hot-zat-
kimia- yang-digunakan-pada-suntik-mati---hukuman-mati

7
masalah yang dihadapi oleh orang yang akan di Euthanasia. Berikut
adalah beberapa penyebab atau alasan Euthanasia terjadi atau dilakukan:
a. Proses pembunuhan
Pasien yang mengalami penderitaan sakit yang sangat sering
muncul rasa “putus asa” apalagi kalau ia tahu bahwa sakitnya tidak
bisa disembuhkan. Maka ia berpikir lebih baik “cepat mati” saja
sehingga penderitaannya berakhir dan tidak membebani keluarganya,
ia akan “meminta” dokter supaya disuntik mati saja.
Jika yang meminta Euthanasia itu adalah pasiennya sendiri berarti
yang dilakukan adalah “tindakan bunuh diri”. Sedangkan bila
pasiennya sudah tidak sadarkan diri dan koma dengan waktu yang
cukup lama, dan yang meminta Euthanasia itu keluarganya berarti
yang dilakukan adalah “membunuh”.
Hal itu nampaknya sebagai “pertolongan” membebaskan
penderitaan yang menyakitkan. Tetapi Euthanasia adalah perbuatan
“membunuh”, karena hak yang menentukan kematian adalah Tuhan,
bukan manusia, dan bukan pula dokter. Pasien atau keluarga yang
meminta dan dokter yang melakukan Euthanasia berarti ia yang
“melakukan pembunuhan atau bunuh diri”.6
b. Melanggar sumpah dokter
Dokter dalam sumpah pelantikannya adalah wajib berupaya untuk
menolong dan menyembuhkan pasien “semaksimal” mungkin, demi
untuk “memperpanjang” hidupnya, bukan menghentikan hidup
pasiennya apapun alasannya.
Panggilan dokter adalah “mengabdikan diri” kepada kelangsungan
kehidupan manusia. Terhadap permintaan Euthanasia, seorang dokter
harus berani “menolaknya” dengan tegas, tanpa perlu pertimbangan-
pertimbangan rasa kasihan yang dapat membuat goyah pendiriannya.

6
Pdt. Dr Karel Sosipater “Etika Perjanjian Lama” The old testament – Law & Obedience

8
c. Kehabisan biaya
Sering kali permintaan Euthanasia bisa terjadi karena keluarganya
sudah “kehabisan biaya”, harta dan rumahnya sudah terjual semua,
sedangkan kondisi pasiennya tidak ada kemajuan bahkan semakin
memburuk atau sudah koma.
Permintaan Euthanasia bisa datang dari keluarga, karena pasien sudah
tidak sadar. Memang kelihatannya perbuatan Euthanasia adalah
“perbuatan baik” yang menolong seseorang dari penderitaan dan
kesulitan biaya keluarganya, namun tetap itu adalah sebuah
“pembunuhan”.
d. Serahkan pada Tuhan
Bagi umat Kristen yang anggota keluarganya menjadi pasien
terminal atau sakit yang sudah tidak dapat disembuhkan. Di mana
keluarganya mengalami kesulitan membiayai pengobatan di rumah
sakit, atau alasan lainnya.
Maka yang dapat dilakukan orang percaya adalah bila keluarga
sudah ikhlas kalau pasien berpulang, maka undang gembalanya
mengadakan ibadah bersama “doa penyerahan kepada Tuhan, mohon
segera dipanggil pulang agar pasien terbebas dari penderitaannya,
tetapi kalau Tuhan kehendaki untuk tetap hidup, mohon bebaskanlah
dengan segera dari penyakitnya, ya Tuhan Yesus. Amin. Tuhan Yesus
yang penuh kasih akan “menjawabnya”!7

E. Kasus-Kasus Euthanasia
Berikut ini merupakan contoh-contoh kasus yang berkaitan dengan
Euthanasia:

7
http://nurnilam-sarumaha.blogspot.co.id/2011/12/euthanasia-dan-pandangan-alkitab.html

9
1. Kasus “Doctor Death”
Dr. Jack Kevorkian dijuluki “Doctor Death”, seperti dilaporkan
Lori A. Roscoe. Pada awal April 1998, di Pusat Medis Adven
Glendale, California. Diduga puluhan pasien telah “ditolong” oleh
Kevorkian untuk mengakhiri hidup. Kevorkian berargumen apa yang
dilakukannya semata demi “menolong” pasien-pasiennya. Namun,
para penentangnya menyebut apa yang dilakukannya adalah
pembunuhan.
2. Kasus Hassan Kusuma – Indonesia
Sebuah permohonan untuk melakukan Euthanasia pada tanggal 22
Oktober 2014 telah diajukan oleh seorang suami bernama Hassan
Kusuma karena tidak tega menyaksikan istrinya yang bernama Agian
Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma selama 2 bulan dan di samping
itu, ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya perawatan
merupakan suatu alasan pula. Permohonan untuk melakukan
Euthanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk Euthanasia yang di
luar keinginan pasien. Permohonan ini akhirnya ditolak oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani perawatan
intensif maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami
kemajuan dalam pemulihan kesehatannya.
3. Kaus Terri Schiavo
Terri Schiavo (usia 41 tahun) meninggal dunia di negara bagian
Florida, 13 hari setelah Mahkamah Agung Amerika memberi izin
mencabut pipa makanan (feeding tube) yang selama ini
memungkinkan pasien dalam koma ini masih dapat hidup. Komanya
mulai pada tahun 1990, saat Terri jatuh di rumahnya dan ditemukan
oleh suaminya, Michael Schiavo, dalam keadaan gagal jantung.
Setelah memanggil ambulans dan tim medis, Terri dapat diresusitasi

10
lagi, tetapi karena cukup lama ia tidak bernapas, ia mengalami
kerusakan otak yang berat, akibat kekurangan oksigen.
Menurut kalangan medis, gagal jantung itu disebabkan oleh
ketidakseimbangan unsur potasium dalam tubuhnya. Oleh karena itu,
dokternya kemudian dituduh malapraktik dan harus membayar ganti
rugi cukup besar karena dinilai lalai dalam tidak menemukan kondisi
yang membahayakan ini pada pasiennya.
Setelah Terri Schiavo selama 8 tahun berada dalam keadaan koma,
maka pada bulan Mei 1998 suaminya yang bernama Michael Schiavo
mengajukan permohonan ke pengadilan agar pipa alat bantu makanan
pada istrinya bisa dicabut agar istrinya dapat meninggal dengan
tenang, namun orang tua Terri Schiavo yaitu Robert dan Mary
Schindler menyatakan keberatan dan menempuh langkah hukum guna
menentang niat menantu mereka tersebut.
Dua kali pipa makanan Terri dilepaskan dengan izin pengadilan,
tetapi sesudah beberapa hari harus dipasang kembali atas perintah
hakim yang lebih tinggi. Ketika akhirnya hakim memutuskan bahwa
pipa makanan boleh dilepaskan, maka para pendukung keluarga
Schindler melakukan upaya-upaya guna menggerakkan
Senat Amerika Serikat agar membuat undang-undang yang
memerintahkan pengadilan federal untuk meninjau kembali keputusan
hakim tersebut. Undang-undang ini langsung didukung oleh Dewan
Perwakilan Amerika Serikat dan ditandatangani oleh
Presiden George Walker Bush. Tetapi, berdasarkan hukum di
Amerika kekuasaan kehakiman adalah independen, yang pada
akhirnya ternyata hakim federal membenarkan keputusan hakim
terdahulu.8

8
Buku “KAMUS ALKITAB & THEOLOGI” Memahami istilah-istilah sulit dalam alkitab dan
gereja – JONAS S.

11
F. Aspek-Aspek Euthanasia
Terdapat beberapa aspek-aspek yang berkaitan dengan Euthanasia.
Diantaranya sebagai berikut.
1. Aspek Hukum
Undang undang yang tertulis dalam KUHP Pidana hanya melihat
dari dokter sebagai pelaku utama Euthanasia, khususnya Euthanasia
Aktif dan dianggap sebagai suatu pembunuhan berencana, atau dengan
sengaja menghilangkan nyawa seseorang. Sehingga dalam aspek
hukum, dokter selalu pada pihak yang dipersalahkan dalam tindakan
Euthanasia, tanpa melihat latar belakang diilakukannya Euthanasia
tersebut. Tidak perduli apakah tindakan tersebut atas permintaan
pasien itu sendiri atau keluarganya, untuk mengurangi penderitaan
pasien dalam keadaan sekarat atau rasa sakit yang sangat hebat yang
belum diketahui pengobatannya.
Di lain pihak hakim dapat menjatuhkan pidana mati bagi seseorang
yang masih segar bugar yang tentunya masih ingin hidup, dan bukan
menghendaki kematiannya seperti pasien yang sangat menderita
tersebut, tanpa dijerat oleh pasal pasal dala undang undang yang
terdapat dalam KUHP Pidana.
2. Aspek Hak Asasi
Hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup, damai dan
sebagainya. Tapi tidak tercantum dengan jelas adanya hak seseorang
untuk mati. Mati sepertinya justru
3. Aspek Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan kedokteran dapat memperkirakan kemungkinan
keberhasilan upaya tindakan medis untuk mencapai kesembuhan atau

12
pengurangan penderitaan pasien. Apabila secara ilmu kedokteran
hampir tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan kesembuhan
ataupun pengurangan penderitaan, segala upaya yang dilakukan akan
sia-sia, bahkan sebaliknya dapat dituduhkan suatu kebohongan, karena
di samping tidak membawa kepada kesembuhan, keluarga yang lain
akan terseret dalam pengurasan dana.
4. Aspek Agama
Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan sehingga tidak
ada seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak untuk
memperpanjang atau memperpendek umurnya sendiri. Pernyataan ini
menurut ahli ahli agama secara tegas melarang tindakan Euthanasia,
apapun alasannya. Dokter bisa dikategorikan melakukan dosa besar
dan melawan kehendak Tuhan yaitu memperpendek umur.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Euthanasia lebih menunjukkan perbuatan yang membunuh karena
belas kasihan. Maka menurut pengertian umum sekarang ini, euthanasia
dapat diterangkan sebagai pembunuhan yang sistematis karena
kehidupannya merupakan suatu kesengsaraan dan penderitaan.
Aturan mengenai masalah Euthanasia berbeda-beda di tiap- tiap
negara dan seringkali berubah seiring dengan perubahan norma-norma
budaya. Di beberapa negara, Euthanasia dianggap legal tetapi di Indonesia
tindakan Euthanasia tetap dilarang karena tidak ada dasar hukum yang
jelas. Sebagaiman tercantum dalam pasal KUHP 338, pasal 340, pasal
344, pasal 355 dan pasal 359.
Menurut kode etik kedokteran, dokter tidak diperbolehkan
mengakhiri hidup seorang yang sakit meskipun menurut pengetahuan dan
pengalaman tidak akan sembuh lagi. Di Indonesia dilihat dari perundang-
undangan dewasa ini, memang belum ada pengaturan (dalam bentuk
undang-undang) yang khusus dan lengkap tentang Euthanasia. Maka, satu-
satunya yang dapat dipakai sebagai landasan hukum adalah apa yang
terdapat di dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana Indonesia.
Jadi di Indonesia, Euthanasia aktif tetap dilarang, baik dilihat dari kode
etik kedokteran, undang-undang hukum pidana, maupun menurut setiap
agama, yang menghukumkannya haram. Sedangkan Euthanasia pasif
diperbolehkan, yaitu sepanjang kondisi pasien berupa batang otaknya
sudah mengalami kerusakan fatal.

14
B. Saran
Dalam makalah ini, penulis memberikan saran kepada kepeda para
pemberi layanan kesehatan khususnya para dokter untuk tidak melakukan
Euthanasia, karena jika dilihat dari segi hak asasi manusia setiap orang
berhak untuk hidup. Dan jika dilihat dari segi agama, yang mempunyai
kuasa atas hidup manusia adalah Tuhan

15
DAFTAR PUSTAKA

http://nurnilam-sarumaha.blogspot.co.id/2011/12/euthanasia-dan-pandangan-
alkitab.html

http://etikakristeneuthanasia.blogspot.co.id/2012/03/pandangan-agama-kristen-
pada-euthanasia.html

http://chapizzta.blogspot.co.id/2013/10/euthanasia-ditinjau-dari-perspektif.html

http://www.nasihudin.com/euthanasia/96
https://www.google.co.id/amp/s/amp.kaskus.co.id/thread/
50d363628327cff83600003b/hot-zat-kimia- yang-digunakan-pada-suntik-mati---
hukuman-mati
https://www.google.co.id/amp/s/rafflesiahydrangea.wordpress.com/2014/05/02/8-
kasus-euthanasia-di- dunia/amp/
Pdt. Dr Karel Sosipater “Etika Perjanjian Lama” The old testament – Law &
Obedience
Buku “KAMUS ALKITAB & THEOLOGI” Memahami istilah-istilah sulit dalam
alkitab dan gereja – JONAS S.
BUKU CETAK PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK “MENJADI MURID
YESUS” – HALAMAN 186-187
BUKU ETIKA PERJANJIAN LAMA “The Old Tertament” (Pdt. Dr. KAREL
SOSIPATER) - HALAMAN : 100-103
Buku The Contemporary “LAW DICTIONARY” second edition – Martin
Rasiang

16

Anda mungkin juga menyukai