KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Essa, karena atas
berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menulis makalah ini yang berjudul
banyak yang menghalangi, namun mendapat pula bantuan dari beberapa pihak
Oleh karena itu, kami menghanturkan terimah kasih kepada dosen pembimbing
serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan dan saran atas selesainya
penulis makalah ini. Di dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa
pengalaman penulis.Oleh sebab itu, sangat di harapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun untuk melengkapkan makalah ini dan
berikutnya.
Kelompok Empat
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………… . .2
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan……………………………………………………………. . . . 5
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………. . .… 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ada dua masalah dalam bidang kedokteran atau kesehatan yang berkaitan
dengan aspek hukum yang selalu aktual dibicarakan dari waktu ke waktu,
masalah ini telah ditulis dan telah diingatkan.Sampai kini tetap saja
persoalan yang timbul berkaitan dengan masalah ini tidak dapat diatasi atau
oleh semua pihak. Di satu pihak tindakan abortus provokatus dan euthanasia
pihak tindakan ini tidak dapat diterima, bertentangan dengan hukum, moral
dan agama.
dibebaskan dari penderitaan ini dan tidak ingin diperpanjang hidupnya lagi
atau di lain keadaan pada pasien yang sudah tidak sadar, keluarga orang
sakit yang tidak tega melihat pasien yang penuh penderitaan menjelang
ajalnya dan minta kepada dokter untuk tidak meneruskan pengobatan atau
perawatan intensif yang pada masa lalu sudah merupakn kasus yang sudah
Ada tiga petunjuk yang dapat digunakan untuk menentukan syarat prasarana
luar biasa.Pertama, dari segi medis ada kepastian bahwa penyakit sudah
tidak dapat disembuhkan lagi.Kedua, harga obat dan biaya tindakan medis
korban yang mengalami koma dan ganguan permanen pada otaknya sempat
dikabulkan korban sembuh dari komanya dan dinyatakan sehat oleh dokter.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II
6
PEMBAHASAN
Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos. Kata
eu berarti baik, tanpa penderitaan dan thanatos berarti mati. Dengan demikian
Secara etimologis euthanasia berarti kematian dengan baik tanpa penderitaan, maka
dari itu dalam mengadakan euthanasia arti sebenarnya bukan untuk menyebabkan
Dewasa ini orang menilai eutanasia terarah pada campur tangan ilmu kedokteran
yang meringankan penderitaan orang sakit atau orang yang berada di sakratul maut.
mengakhiri hidup sebelum waktunya. Dalam arti yang lebih sempit, eutanasia
dipahami sebagai mercy killing, membunuh karena belas kasihan, entah untuk
mengurangi penderitaan, entah terhadap anak tak normal, orang sakit jiwa, atau
orang sakit tak tersembuhkan. Tindakan itu dilakukan agar janganlah hidup yang
dianggap tak bahagia itu diperpanjang dan menjadi beban bagi keluarga serta
masyarakat.
7
arti.Eutanasia yang pada awalnya berarti kematian yang baik, dewasa ini diartikan
eutanasia itu sendiri sebelum dinilai secara etis maupun moral.Oleh karena itu,
kiranya perlu dilihat arti eutanasia menurut Gereja. Dalam arti tertentu, kalau
Gereja menyerukan arti eutanasia, kita tahu dengan pasti apa yang dimaksud
dengan eutanasia itu sendiri. Gereja sendiri yang dalam hal ini diwakili oleh
tindakan atau tidak bertindak yang menurut hakikatnya atau dengan maksud
pasien.
Sejarah Euthanasia
8
Perdebatan euthanasia dalam era ini dapat dilihat dari pandangan beberapa tokoh
kuno. Posidippos, seorang pujangga yang hidup sekitar tahun 300-an sebelum
Masehi, menulis, “Dari apa yang diminta manusia kepada para dewa, tiada sesuatu
yang lebih baik daripada kematian yang baik (Fr. 18)”. Philo, seorang filsuf Yahudi
Suetonius, seorang ahli sejarah yang hidup sekitar tahun 70-140 Masehi
yang mudah seperti yang selalu diinginkannya. Karena ia hampir selalu biasa
mohon kepada dewa-dewa bagi dirinya dan bagi keluarganya ‘euthanasia’ bila
mendengar bahwa seseorang dapat meninggal dengan cepat dan tanpa penderitaan.
Itulah kata yang dipakainya” (Divus Augustus 99).Cicero, seorang sastrawan, hidup
sekitar tahun 106 BC, memakai istilah euthanasia dalam arti ‘kematian penuh
bunuh diri tahun 65 M malah menganjurkan, “lebih baik mati daripada sengsara
merana“.
2. Zaman Renaissance
More dan Francis Bacon.Francis Bacon dalam Nova Atlantis, mengajukan gagasan
euthanasia untuk membantu orang yang menderita waktu mau meninggal dunia.
Thomas More dalam “the Best Form of Government and The New Island of Utopia”
yang penuh sengsara secara bebas dengan cara berhenti makan atau dengan racun
yang membiuskan.
3. Abad XVII-XX
bunuh diri (Essays on the suicide and the immortality of the soul etc. ascribed to
the late of David Hume, London 1785), rupanya mempengaruhi dan membuka jalan
hidup yang dianggap tak pantas hidup. Gagasan ini terdapat dalam bukunya yang
Dengan demikian, terbuka jalan menuju teori dan praktek Nazi di zaman
Hittler.Propaganda agar negara mengakhiri hidup yang tidak berguna (orang cacat,
dari mana datang permintaan, sadar tidaknya pasien dan lain-lain. Secara garis
besar euthanasia dikelompokan dalam dua kelompok, yaitu euthanasia aktif dan
1. Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter untuk
Misalnya dengan memberi tablet sianida atau suntikan zat yang segera mematikan
yang dilakukan tidak akan langsung mengakhiri hidup pasien, tetapi diketahui
bahwa risiko tindakan tersebut dapat mengakhiri hidup pasien. Misalnya, mencabut
2. Euthanasia pasif
3. Euthanasia volunter
4. Euthanasia involunter
Euthanasia involunter adalah jenis euthanasia yang dilakukan pada pasien dalam
keinginannya.Dalam hal ini dianggap famili pasien yang bertanggung jawab atas
kriminal.
macam yang lain, hal ini diungkapkan oleh beberapa tokoh, diantaranya Frans
magnis suseno dan Yezzi seperti dikutip Petrus Yoyo Karyadi, mereka
yaitu:
efek samping, bahwa pasien mungkin mati dengan lebih cepat. Di sini ke dalamnya
termasuk pemberian segala macam obat narkotik, hipnotik dan analgetika yang
mungkin "de fakto" dapat memperpendek kehidupan walaupun hal itu tidak
disengaja
permintaan pasien. Adakalanya hal itu tidak harus dibuktikan dengan pernyataan
keinginan pasien yang disampaikan oleh atau melalui pihak ketiga (misalnya
Etik berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti ”yang baik, yang
layak”. Etik merupakan morma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam
Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta
ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Secara
umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup,
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
Dari sudut pandang etika, euthanasia dan aborsi menghadapi kesulitan yang sama.
Suatu prinsip etika yang sangat mendasar ialah kita harus menghormati kehidupan
Dalam etika, prinsip ini sudah lama dirumuskan sebagai "kesucian kehidupan" (The
Sanctity Of Life). Kehidupan manusia adalah suci karena mempunyai nilai absolut,
hari, dan menjadi sulit pula untuk menerima praktik euthanasia dan aborsi, yang
bukan saja menandai suatu tradisi etika yang sudah lama, tetapi dalam salah satu
haknya.Karena itu, hidup manusia adalah hak dasar dan sumber segala
sekarang ini. Larangan untuk membunuh merupakan suatu norma moral yang
sangat fundamental untuk umat manusia. Tidak mengherankan, kalau dalam segala
aspek kebudayaan diberi tekanan besar pada norma ini, termasuk dalam bidang
agama. Malah boleh dikatakan, ini norma moral yang paling penting, sebagaimana
14
moral ini pun tidak bersifat absolute. Rasanya dalam etika tidak ada norma moral
yang sama sekali absolute. Karena itu disekitar norma ini pun selalu masih ada hal-
membunuh.
Kemudian di dalam penjelasan pasal 10 itu dengan tegas disebutkan bahwa naluri
yang kuat pada setiap makhluk yang bernyawa, termasuk manusia ialah
berarti bahwa baik menurut agama dan undang-undang Negara, maupun menurut
Jadi sangat tegas, para dokter di Indinesia dilarang melakukan euthanasia.Di dalam
kode etika itu tersirat suatu pengertian, bahwa seorang dokter harus mengerahkan
Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal Moeloek
dalam suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo Selasa 5 Oktober
saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan norma yang berkembang dalam
masyarakat Indonesia. “Eutanasia hingga saat ini tidak sesuai dengan etika yang
dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif yang masih berlaku yakni KUHP
(Wikipedia, 2012).
Utomo (2009) mengutarakan bahwa dalam prakteknya, para dokter tidak mudah
eutanasia dan merupakan hak bagi pasien yang menderita sakit yang tidak dapat
dibenarkan serta merta melakukan upaya aktif untuk memenuhi keinginan pasien
atau keluarganya tersebut. Hal ini disebabkan oleh dua hal, pertama, karena adanya
persoalan yang berkaitan dengan kode etik kedokteran, disatu pihak dokter dituntut
menghilangkan nyawa orang merupakan pelanggaran terhadap kode etik itu sendiri.
merupakan tindak pidana, yang secara hukum di negara manapun, tidak dibenarkan
oleh Undang-undang.
Di dalam Wikipedia (2009) dinyatakan bahwa di dunia ini terdapat beberapa negara
disebutkan bahwa Senator Philippe Mahoux, dari partai sosialis yang merupakan
16
pasien yang menderita secara jasmani dan psikologis adalah merupakan orang yang
Banyak pakar etika menolak euthanasia dan assisted suicide. Salah satu
mengizinkan pengecualian atas larangan membunuh, sebentar lagi cara ini bisa
dipakai juga terhadap orang cacat, orang berusia lanjut, atau orang lain yang
dianggap tidak berguna lagi. Ada suatu prinsip etika yang sangat mendasar yaitu
intrinsik (ada bersama dengan adanya manusia dan berakhir bersama dengan
orang, artinya ia ada entah diakui atau tidak oleh orang lain. Masing-masing orang
masing-masing orang memiliki tujuan hidupnya sendiri. Karena itu, manusia tidak
pernah boleh dipakai hanya sebagai alat/instrumen untuk mencapai suatu tujuan
Meski demikian, tidak sedikit juga yang mendukung euthanasia. Argumentasi yang
banyak dipakai adalah hak pasien terminal: the right to die. Menurut mereka, jika
17
pasien sudah sampai akhir hidupnya, ia berhak meminta agar penderitaannya segera
diakhiri. Beberapa hari yang tersisa lagi pasti penuh penderitaan.Euthanasia atau
Apabila nadi tidak bergerak, maka jantung sudah tidak berfungsi, karena jantung
digerakkan oleh pusat saraf penggerak yang terletak pada bagian batang otak
kepala.
Apabila terjadi perdarahan pada batang otak, maka denyut jantung terganggu.Tetap
perdarahan pada otak yang bersangkutan tidak mati, kata Prof. Dr. Mahar Mardjono
(eks Rektor UI).Jadi, kalau hanya terjadi perdarahan pada otak, penderita tidak
mati, jika batang otak betul-betul mati, maka harapan hidup seseorang sudah
terputus.
Menurut Dr. Yusuf Misbach (ahli saraf) terdapat 2 macam kematian otak yaitu
kematian korteks otak yang merupakan pusat kegiatan intelektual dan kematian
batang otak. Kerusakan batang otak lebih fatal karena terdapat pusat saraf
mengatakan seseorang mati bila batang otak menggerakkan jantung dan paru-paru
Para fuqaha menurut Dr. Peunoh Daly menentukan ukuran hidup matinya
jeritan tangis, dan rasa haus.Ketiga, mempunyai kemampuan berfikir terutama bagi
orang dewasa. Keempat, mempunyai kemampuan merasakan lewat panca indra dan
hati.
keamanan dan keselamatan nyawa manusia, maka harus dicari pengaturan atau
Maka satu-satunya yang dapat dipakai sebagai landasan hukum, adalah apa yang
dihukum jika ia menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja ataupun karena
Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang
Ketentuan ini harus diingat kalangan kedokteran sebab walaupun terdapat beberapa
alasan kuat untuk membantu pasien atau keluarga pasien mengakhiri hidup atau
Untuk jenis euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan, beberapa pasal
mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua
puluh tahun.
yaitu:
Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain unutk membunuh diri,
menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri,
menganggap bahwa nyawa manusia sebagai miliknya yang paling berharga. Oleh
sebab itu setiap perbuatan apapun motif dan macamnya sepanjang perbuatan
tersebut mengancam keamanan dan keselamatan nyawa manusia, maka hal ini
Adalah suatu kenyataan sampai sekarang bahwa tanpa membedakan agama, ras,
warna kulit dan ideologi, tentang keamanan dan keselamatan nyawa manusia
euthanasia ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
yuridis.
etika, agama, moral dan legal, dan juga dengan pandangan bahwa apabila
untuk mengakhirinya.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fatmanadia.Htm
http://wimuliasih.blogspot.com/2013/05/euthanasia.html
22
http://bebenta.blogspot.com/2012/06/etika-euthanasia.html