Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan karunia hidayah dan

bimbingannya. Sehingga kami dapat menyelesakan tugas ini dengan judul “Etika dan Hukum

Kesehatan Yang Merupakan Rangkuman Dari Buku” tepat pada waktunya. Tugas di tujukan

untuk memenuhi tugas Etika dan hukum keperawatan.

Dalam menyusunnya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak untuk itu

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya. Semoga semua ini disa memberikan

sedikit kebahagian dan menuntun kepada langkaf yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,

namun penulis sadar tetap saja akan selalu ada yang kurang baik dari segi isi maupun sistematika

penulisan, oleh karena itu dengan kesediahan hati dan lapang dada, penulis mengharapkan saran

dan kritikan yang sifatnya membangun dengan tujuan untuk menyempurnkan penyelesaian

makalah dan selanjutnya.

Akhir kata, penulis berharap kiranya makalah ini dapat di terima, dipelajari dan

bermamfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagai pembaca.


Rekan Medis

Pengertian rekam medis

Secara sederhana dapat bahwa rekan medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas,

hasil anmnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para nelayan kesehatan atas pasien dari

waktu kewaktu.

Catatan ini berupa tulisan maupun gambar dan belakangan ini dapat pula berupa rekaman

elektronik seperti komputer, mikrofilm, dan rekaman suara.

Dalam permenkes No. 7uga/mel kes/XII/59 tentang RM, disebut RM adalah “ berkas yang

berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien pemeriksaan pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

Dirumah sakit di dapat 2 jenis RM yaitu :

1. RM untuk pasien rawat jalan

2. RM untuk pasien rawat map

Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien darurat, RM

RESUME AKHIR

Dari beberapa kewajiban dokter atas rekan medis pada pasien rawat map ada satu hal perlu

diperhatikan khasus, yaitu pembuatan resume akhir atau evaluasi pengobatan.

Resume ini dibuat segera setelah pasien dipulangkan.

Isi resume harus singkat, menjelaskan informasi penting tentang penyakit pemeriksaan yang di

lakukan dan pengobantannya.


PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

Pengertian
Merupakan terjemahan yang dipakai untuk istilah imformed consent sesungguhnya terjemahan
ini tidaklah begitu tepat infotmed artinya telah di beri tahukan telah disampaikan atau telah di
informasikan consent artinya persetujuan yang di berikan kepada seseorang untuk berbuat
sesuatu dengan demikian informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada
dokter setelah diberi penjelasan pengertian demikian tidak tergambar tepat pada terjemahan
PTN.
Bentuk PTM.
1. Tersurat atau dianggap telah diberikan (implied consent)
a. Keadaan normal
b. Keadaan darura
2. Dinyatakan (expressed consent)
a. Lisan
b. Tulisan
INFORMASI
Merupakan bagian terpenting dalam pembicaraan mengenai informed consent tentukan
mengenai informasi atau menjelaskan yang perlu di sampaikan kepada pasien dan keluarganya
yang harus mengandung jawaban atas what, when, who, dan which

PERSETUJUAN
Inti dari pesetujuan adalah persetujuan haruslah di dapat sesudah pasien mendapatkan informasi
mendapat informasi yang adekual.
Ada 5 syarat yang harus dipenuhi untuk syahinya pTM :
1. Diberikan secara bebas
2. Diberikan oleh seseorang yang sanggup membuat perjanjian
3. Telah dijadikan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga pasein dapat memahami
tindakan itu perlu dilakukan.
4. Mengenai sesuatu hal yang khas
5. Tindakan itu juga dilakukan atas tindakan.

Demikian pula halnya dengan penolakan atas tindakan dengan memperhatikan hak – hak pasien.
Tidak ada hak dokter / petugas kesehatan yang lain untuk memaksa pasien mengikuti
anjurannya, walupun dokter menganggap penolakan bisa berakibat gawat darurat kematian pada
pasien, namun dianggap perlu membuat informed refusal, dengan tetap memberikan terlebih
dahulu informasi yang adekuat.
RAHASIA JABATAN DAN PEKERJAAN

Rahasia adalah sesuatu yang di sembunyikan dan hanya diketahui oleh satu orang, oleh beberapa

orang saja atau kalangan tertentu seperti telah dicontokan oleh keluhur hipporates bahwa apapun

yang saha dengar atau lihat, tentang kehidupan seseorang yang tidak patut disebar luaskan, tidak

akan saya ungkapkanm karena saya harus dirahasiakannya.

Yang dimaksud dengan rahasia jabatan ialah rahasia dokter sebagai pejabat struktual, sedangkan

rahasia pekerjaan ialah rahasia dokter pada waktu menjalankan prakteknya (fungsional)

XIII
EUTHANASIA

Tujuan Instruksionai Khusus

1. Menyebutkan makna euthanasia.

2. MenjelaskanjefliS tindakan euthanasia yang dapat terjadi dalam pelayanan kedokteran.

3. Menjelaskan euthanasia dalam KUHP.

Pokok Bahasan

1. Konsep tentang kematian.

2. Perkembangan euthanasia dan jenis-jenisnya.

3. Euthanasia dalam KUHP.

Sub-Pokok Bahasan

1. Euthanasia dan waktu ke waktu.

2. Pengertian euthanasia.

3. Konsep tentang kematian.

4. Jenis euthanasia.

5. Pasal KUFIP yang berkaitan dengan euthanasia.


EUTHANASIA

Ada dua masalah dalam bidang kedokteran / kesehatan yang berkaitan dengan aspek
hukum yang selalu aktual dibicarakan dan waktu ke waktu, Sehingga dapat digolongkan ke
dalam masalah klasik dalam bidang kedokteran yaitu tentang abortus provokatus dan euthanasia.
Dalam lafal sumpah dokter yang disusun oleh Hippokrates (460-377 SM), kedua masalah ini
telah ditulis dan diingatkan. Sampai kini tetap saja persoalan yang timbul berkaitan dengan
masalah ini tidak dapat diatasi atau diselesaikan dengan baik, atau dicapainya kesepakatan yang
dapat diterima oleh semua pihak. Di satu pihak tindakan abortus provokatus dan euthanasia pada
beberapa kasus dan keadaan memang diperlukan, sementara di lain pihak tindakan ini tidak dapat
diterima, bertentangan dengan hukum, moral dan agama. Kedua masalah ini setiap waktu
dihadapi oleh kalangan kedokteran dan masyarakat setiap waktu. Malah dapat diperkirakan akan
semakin meningkat di masa mendatang.

Mengenai masalah euthanasia bila ditarik ke belakang boleh dikatakan masalahnya sudah
ada sejak kalangan kesehatan menghadapi penyakit yang tak tersembuhkan, sementara pasien
sudah dalam keadaan merana dan sekarat. Dalam situasi demikian, tidak jarang pasien memohon
agar dibebaskan dan penderitaan ini dan tidak ingin diperpanjang hidupnya lagi atau di lain
keadaan pada pasien yang sudah tidak sadar, keluarga orang sakit yang tidak tega melihat pasien
yang penuh penderitaan menjelang ajalnya dan minta kepada dokter untuk tidak meneruskan
pengobatan atau bila perlu memberikan obat yang mempercepat kematian. Dan sinilah istilah
euthanasia muncul, yaitu melepas kehidupan seseorang agar terbebas dan penderitaan, atau mati
secara baik (mati enak).

Masalah ini makin sering dibicarakan dan menarik banyak perhatian karena semakin
banyak kasus yang dihadapi kalangan kedokteran dan masyarakat terutama setelah ditemukannya
tindakan di dalam dunia pengobatan dengan mempergunakan teknologi canggih dalam mengatasi
keadaankeadaan gawat dan mengancam kelangsungan hidup. Banyak kasus-kasus di pusat
pelayanan kesehatan terutama di bagian gawat darurat dan di bagian unit perawatan intensif yang
pada masa lalu sudah merupakan kasus yang tidak dapat dibantu lagi.

Namun demikian, pada kasus-kasus tertentu tetap saja muncul persoalan dasar kembali
lagi, yaitu dilema meneruskan atau tidak tindakan medik yang memperpanjang kehidupan.
Apa yang harus dilakukan dokter menghadapi korban yang telah mati otak atau mati
batang otak ini, karena belum ada kasus yang dapat keluar dan keadaan ini, sebab kerusakan
jaringan otak sudah irreversible. Atau pada kasus kanker stadium terminal dengan penderitaan
sakit yang hebat, sementara obat untuk itu belum ada. Begitu juga pada pasien gagal ginjal
kronis yang memerlukan pencucian darah, sementara dana untuk tindakan ini ditanggung
pasien/keluarga dan lain-lain.

Sesuai dengan makin meningkatnya kesadaran akan hak untuk menentukan nasib sendiri
(self determination) di banyak negara mulai timbul gerakan dan penghargaan atas hak seseorang
untuk mengakhiri hidup. Di beberapa negara hak ini diakui oleh pemerintah karena diatur dalam
undang-undang.

Perkembangan terakhir mengenai masalah euthanasia yang kita ikuti dan media baca dan
elektronik, 2 kasus di Australia yang mengakhiri hidup alas permintaan sendiri dengan menekan
“enter” pada Laptop yang sudah diprogramkan untuk usaha euthanasia.

Pengertian
Euthanasia berasal dan kata Yunani Euthanathos. Eu = baik, tanpa penderitaan; sedang
tanathos = mati. Dengan demikian euthanasia dapat diartikan: mati dengan baik tanpa
penderitaan. Ada yang menterjemahkan: mati cepat tanpa derita.

Belanda, salah satu negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum kesehatan
mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Euthanasia Study Group dan
KNMG (Ikatan Dokter Belanda):
“Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup
seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri
hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.”

Konsep tentang kematian


Perkembangan euthanasia tidak terlepas dan perkembangan konsep tentang kematian. Usaha
manusia untuk memperpanjang kehidupan dan menghindan kematian dengan mempengunakan
kemajuan iptek kedokteran telah membawa masalah baru dalam euthanasia, terutama berkenaan
dengan penentuan kapan seorang dinyatakan telah mati.
Dikenal beberapa konsep tentang mati seperti:
1. Mati sebagai berhentinya darah mengalir
2. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dan tubuh
3. Hi1angnya, kemampuan tubuh secara permanen
4. Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan melakukan intex-aksj
sosial.

Konsep mati dan berhentinya darah mengalir seperti dianut selama ini dan yang juga diatur
dalam PP. 18 Tahun 1981 menyatakan bahwa mati adalah berhentinya fungsi jantung dan paru-
paru tidak bisa dipergunak lagi karena teknologi resusitasi telah memungkinkan jantung dan
Paru-paru yang semua terhenti, kini dapat dipacu untuk berdenyut kembali dan paru – paru dapat
dipompa untuk berkembang kempis kembali.

Konsep mati dan terlepasnya dan tubuh sering menimbulkan keraguan karena misalnya
pada tindakan resusitasi yang berhasil, keadaan demikian menimbulkan kesan seakanakan nyawa
dapat ditarik kembali.

Mengenai konsep mati dan hilangnya kembali kemampuan tubuh secara permanen untuk
menjalankan fungsinya secara terpadu, juga dipertanyakan karena organ – organ berfungsi
sendiri – sendiri tanpa terkendali karena otak telah mati. Untuk kepentingan transpiantasi konsep
ini menguntungkan tetapi secara moral tidak dapat diterima karena kenyataannya organ – organ
masih berfungsi meskipun tidak terpadu lagi.
Bila dibandingkan dengan manusia sebagai makhluk sosial yaitu individu yang mempunyai
; kepribadian menyadari kehidupannya kekhususannya, kemampuannya mengingat menentukan
sikap dan mengajuk alasan yang masuk akal, mampu berbuat, menikmati, mengalami kecemasan
dan sebagainya, maka penggerak dan otak baik secara fisik maupun sosial makin banyak
dipergunakan.
Pusat pengendali ini terletak dalam batang otak. Oleh karena itu jika batang otak telah mati
(brain stem death) dapat diyakini bahwa manusia itu secana fisik dan sosial telah mati.
Dalam keadaan demikian kalangan medis sering menempuh pilihan tidak meneruskan
resusitasi (DNR, do not resucitation).
Penentuan saat mati ini juga dibahas dan ditetapkan dalam World Medical Asembly tahun
1968 yang dikenal dengan Dekiarasi Sydney Disini dinyatakan penentuan saat kematian di
kebanyakan negara merupakan tanggung jawab sah dokter. Dokter dapat menentukan seseorang
sudah mati dengan mengguna kriteria yang lazim tanpa bantuan alat khusus, yang telah diketahui
oleh semua dokter.
Yang penting dalam penentuan saat mati disini adajah proses kematian tersebut sudah tidak
dapat dibalikkan lagi (irreversible) meski mengguna tehnik penghidupan kembali apapun
Walaupun sampai sekarang tidak ada alat yang sungguh – Sugguh memuaskan dapat digunakan
untuk penentuan saat mati ini , alat elektroensefalograf dapat diandalkan untuk maksud tersebut.
Jika penentuan saat mati berhubungan dengan kepentingan transpiantasi organ, maka
keputusan saat mati harus dilakukan oleh 2 orang dokter atau lebih, dan dokter yang menentukan
saat mati itu tidak boleh ada kaitannya langsung dengan pelaksanaan transpiantasi tersebut.

Jenis Euthanasia
Euthanasia bisa ditinjau dan beberapa sudut.
Dilihat dan cara dilaksanakan, euthanasia dapat dibedakan atas:
1. Euthanasia pasif
2. Euthanasia aktif

Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau
pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia.

Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara medik melalui intervensi aktif
oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia.
Euthanasia aktif mi dapat pula dibedakan atas:
1. Euthanasia aktif langsung (direct)
2. Euthanasia aktif tidak langsung (indirect)

Euthanasia aktif Iangsung adalah dilakukannya tindakan medik secara terarah yang
diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien, atau memperpendek hidup pasien. Jenis
euthanasia ini dikenal juga sebagai mercy killing.

Euthanasia aktif tidak langsung adalah di mana dokter atau tenaga kesehatan melakukan
tindakan medik untuk meningankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya resiko
tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.
Ditinjau dan permintaan, euthanasia dibedakan atas:
1. Euthanasia voluntir atau euthanasia sukarela (atas permintaan pasien)
2. Euthanasia involuntir (tidak atas permintaan pasien)

Euthanasia atas permintaan pasien adalah euthanasia yang dilakukan atas permintaan
pasien secara sadar dan diminta berulang-ulang.

Euthanasia tidak atas permintaan, adalah euthanasia yang dilakukan pada pasien yang
(sudah) tidak sadar, dan biasanya keluarga pasien yang meminta.
Kedua jenis euthanasia di atas dapat digabung misalnya euthanasia pasif voluntir,
euthanasia aktif invulontir, euthanasia aktif langsung involuntir dan sebagainya.

Ada yang melihat pelaksanaan euthanasia dan sudut lain dan membaginya atas 4 kategoni,
yaitu:
1. Tidak ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien.
2. Ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien.
3. Tidak ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien.
4. Ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien.

Euthanasia dan Hukum

Kitab Undang-undang Hukum Pidana mengatur seseorang dapat dipidana atau dihukum
jika ia menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja ataupun karena kurang hati-hati.
Ketentuan pelanggaran pidana yang berkaitan langsung dengan euthanasia aktif terdapat pada
pasal 344 KUHP.

Pasal 344 KUHP:


Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang
disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua
belas tahun.

Ketentuan ini harus diingat kalangan kedokteran sebab walaupun terdapat beberapa alasan
kuat untuk membantu pasien/keluarga pasien mengakhiri hidup atau memperpendek hidup
pasien, ancaman hukuman ini harus dihadapinya.
Untuk jenis euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan, beberapa
pasal di bawah ini perlu diketahui oleh dokter.

Pasal 338 KUHP:


Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena makar mati,
dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun.

Pasal 340 KUHP:


Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan Iebih dahulu menghilangkan jiwa orang
lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord) dengan hukuman mati atau penjara
selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.
Pasal 359 KUHP:
Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-
lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.
Selanjutnya di bawah ini dikemukakan sebuah ketentuan hukum yang mengingatkan
kalangan kesehatan untuk berhati-hati menghadapi kasus euthanasia;

Pasal 345 KUHP:


Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh din, menolongnya
dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya
itujadi bunuh din, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun. Pasal ini mengingatkan
dokter, jangankan melakukan euthanasia, menolong atau memberi harapan ke arah perbuatan itu
saja pun sudah mendapat ancaman pidana.

Anda mungkin juga menyukai