O
V
E
R
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 4
BAB IV PENUTUP 12
4.1 Kesimpulan 12
4.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pasien.
Dokter dan perawar merasa mempunyai tanggung jawab untuk
membantu menyembuhkan penyakit pasien, sedangkan di pihak lain
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap hak-hak individu juga
sudah sangat berubah. Masyarakat mempunyai hak untuk memilih
yang harus dihormati, dan saat ini masyarakat sadar bahwa mereka
mempunyai hak untuk memilih hidup atau mati. Dengan demikian,
konsep kematian dalam dunia kedokteran masa kini dihadapkan
pada kontradiksi. Antara etika, moral, hukum dan kemampuan serta
teknologi kedokteran yang sedemikian maju.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas
tentang praktik yang mana melalnggar etika dalam
keperawatan dan penyelesaiannya dengan pendekatan proses
keperawatan.
2
1.3 RUMUSAN MASALAH
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Holland (Ikatan Dokter Belanda) menyatakan: “Euthanasia adalah
perbuatan dengan sengaja untuk tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan
sesuatu untuk memperpendek atau mengakhiri hidup seorang pasien,
dan semua ini dilakukan khusus untuk kepentingan pasien itu
sendiri”.
5
adalah tablet sianida. Eutanasia non agresif, kadang juga disebut
eutanasia otomatis ( autoeuthanasia) digolongkan sebagai
eutanasia negatif, yaitu kondisi dimana seorang pasien menolak
secara tegas dan dengan sadar untuk menerima perawatan medis
meskipun mengetahui bahwa penolakannya akan memperpendek
atau mengakhiri hidupnya. Penolakan tersebut diajukan secara
resmi dengan membuat sebuah "codicil" (pernyataan tertulis
tangan). Eutanasia non agresif pada dasarnya adalah suatu praktik
eutanasia pasif atas permintaan pasien yang bersangkutan.
Eutanasia pasif dapat juga dikategorikan sebagai tindakan
eutanasia negatif yang tidak menggunakan alat-alat atau langkah-
langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan seorang pasien. Eutanasia
pasif dilakukan dengan memberhentikan pemberian bantuan medis
yang dapat memperpanjang hidup pasien secara sengaja. Beberapa
contohnya adalah dengan tidak memberikan bantuan oksigen bagi
pasien yang mengalami kesulitan dalam pernapasan, tidak memberikan
antibiotika kepada penderita pneumonia berat, meniadakan tindakan
operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup pasien,
ataupun pemberian obat penghilang rasa sakit seperti morfin yang
disadari justru akan mengakibatkan kematian. Tindakan eutanasia pasif
seringkali dilakukan secara terselubung oleh kebanyakan rumah sakit.
6
cukup sehingga keputusannya diambil melalui pertimbangan yang
jelas.Beberapa pasien tidak dapat menentukan pilihan pengobatan
sehingga harus orang lain yang memutuskan apa tindakan yang
terbaik bagi pasien itu.Orang lain disni tentu dimaksudkan orang
yang paling dekat dengan pasien dan dokter harus menghargai
pendapat-pendapat tersebut.
11. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak
diambil keputusan yang bertentang dengan kepercayaan yang
dianutnya.
7
12. Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya,
apapun artinya bagi orang lain.
13. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan
dihormati setelah yang bersangkutan meninggal.
8
Mati sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran
hak asasi manusia. Hal ini terbukti dari aspek hukum euthanasia,
yang cenderung menyalahkan tenaga medis dalam euthanasia.
Sebetulnya dengan dianutnya hak untuk hidup layak dan
sebagainya, secara tidak langsung seharusnya terbersit adanya
hak untuk mati, apabila dipakai menghindarkan diri dari
segala ketidak nyamanan atau lebih tegas lagi dari segala
penderitaan yang hebat.
9
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
10
tahun, tergolek koma selama 2 bulan dan di samping itu
ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya perawatan
merupakan suatu alasan untuk melkaukan euthanasia.
b. Mengidentifikasi muncunya konflik
Penderitaan nyonya Agian Isna Nauli, 33 tahun, yang
tergolek koma selama 2 bulan dan ketidakmampuan untuk
menanggung beban biaya perawatan merupakan suatu alasan yang
menyebabkan Tuan Hassan Kusuma ingin melakukan tindakan
eutanasia pada istrinya. Konflik yang terjadi adalah pertama,
eutanasia akan melanggar peraturan rumah sakit yang menyatakan
kehidupan harus disokong, kedua apabila tidak memenuhi
keinginan keluarga klien maka akan melanggar hak-hak klien
dalam menentukan kehidupannya.
11
dilakukan sesuai dengan kewenangan perawat. Perawat tetap
mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim kesehatan yang
terlibat dalam perawatan klien nyonya Agian Isna Nauli.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.co.id//euthansia//
13