Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KONTRA EUTHANASIA

Gabriel Ayrton Tanzil (2121006)


Andri Andrianus (2121008)
Justin Marvel Willianto (2121018)
Jovinsky J.H. Wongkar (2121020)
Anugrah Pratama Karangan (2121036)
Gladisya Mutiara (2121046)
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan…………………………………………...1
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

Bab II Isi……………………………………………………...2
Bab III Penutup…..…………………………………………..3
A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puji syukur
karena dengan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Kami juga berterima kasih kepada dosen pembimbing kami, Wencislaus
Sirjon Nansi S.H, M.Hum, karena atas bimbingannya kami dapat
menyelesaikan makalah ini meskipun makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan, dan jauh dari kata sempurna.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan argumen yang berdasarkan
aspek etika dan kemanusiaan, serta mempertimbangkan implikasi medis, sosial,
dan hukum yang terkait dengan euthanasia.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah menyusun argument-argumen
yang berdasarkan pada nilai-nilai etika, yang seperti menghormati nilai-nilai
kemanusiaan, menjaga prinsip keseimbangan antara kehidupan dan kematian,
serta menghindari resiko penyalahgunaan yang dapat muncul dengan adanya
euthanasia.
Kami juga berharap bahwa makalah ini dapat menjadi tambahan ilmu,
dan menambah wawasan bagi pembaca. Kami mohon maaf bila terdapat
kesalahan dalam makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan pesatnya penemuan-penemuan teknologi modern, mengakibatkan terjadinya
perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam peradaban manusia, hal ini bertujuan untuk
kemanfaatan kehidupan dan kepentingan umat manusia dengan segala konsekuensi terhadap
kesehatan.
Salah satu kemajuan ilmu didalam peradaban manusia yaitu kemajuan ilmu kedokteran.
Pengetahuan kedokteran dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan upaya tindakan
medis untuk mencapai kesembuhan, pengurangan, penderitaan pasien, bahkan perhitungan
saat kematian seorang pasien yang mengalami penyakit tertentu dapat dilakukan secara cepat,
tetapi kemajuan di bidang ilmu kedokteran tidak mustahil akan mengundang permasalahan.
Salah satu masalah penting yang terpengaruh kemajuan teknologi adalah praktek
euthanasia. Euthanasia yang secara sederhana membantu seseorang untuk mati agar terbebas
dari penderitaan yang sangat, dan juga praktek euthanasia menggunakan peralatan kedokteran
terhadap pasien yang pelik dan rumit, misalnya apabila secara ilmu kedokteran hampir tidak
ada kemungkinan untuk mendapatkan kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan, apakah
seseorang boleh mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi hidupnya? apabila segala
upaya yang dilakukan akan sia-sia atau bahkan dapat dituduhkan suatu kebohongan,karena
disamping tidak membawa kesembuhan, keluarga yang lain akan terseret dalam pengurasan
dana yang banyak atau bahkan lebih berbahaya jika dibiarkan karena penyakit yang diderita
adalah penyakit yang menular penyakit AIDS misalnya yang menderita penyakit yang tidak
dapat di sembuhkan, tindakan eutahasia ini dilakukan atas permintaan pasien itu sendiri atau
keluarganya.
Kontroversi menyangkut euthanasia tidak saja santer didiskusikan dikalangan dunia
medis, tapi telah merambah kemana-mana. Di Amerika, Dr. Jack Kevorkian yang keluar
masuk pengadilan akibat tekadnya untuk tidak saja membenarkan euthanasia, tapi bahkan
melakukannya secara terbuka, menambah semaraknya kontroversi yang diliput secara luas
oleh media massa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perspektif etika terhadap euthanasia?
2. Apakah euthanasia melanggar nilai-nilai kemanusiaan?
3. Bagaimana pandangan hukum terhadap euthanasia di berbagai negara?

C. Tujuan
1. Menganalisis serta memahami perspektif etika yang melatarbelakangi euthanasia.
2. Memahami dampak sosial dan kemanusiaan dari praktik euthanasia, termasuk aspek
seperti perawatan akhir hidup, nilai-nilai kemanusiaan, dan resiko penyalahgunaan.
3. Menggali pandangan hukum yang berlaku tentang euthanasia di berbagai negara.
BAB II
ISI
Euthanasia adalah tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan penderitaan
seseorang dnegan mengakhiri hidupnya. Jenis-jenis euthanasia meliputi secara sukarela,
terpaksa, aktif, dan pasif. Euthanasia berasal dari bahas Yunani. Eu berarti baik, dan Thanatos
berarti kematian yang mudah. Di Indonesia sendiri, euthanasia dikenal dengan istilah “suntik
mati’.
Jenis-jenis euthanasia terbagi menjadi lima, antara lain :
1. Euthanasia Sukarela (Voluntary) : pengidap dengan akal sehatnya menyetujui suntik mati
dan sebelum melakukan prosedur, ia sepenuhnya mengetahui kondisi penyakit dan mengerti
risiko terkait pilihan pengobatannya. Pengidap ini menyetujui risiko jangka panjangnya dan
hal ini berdasarkan keinginan pribadi dan tidak dipengaruhi paksaan orang lain.
2. Euthanasia Non Sukarela (Non Voluntary) : keputusan suntik mati ini berdasarkan
persetujuan oleh keluarga terdekatnya. Pengidap penempuh euthanasia ini karena ia benar
benar tidak sadarkan diri atau lumpuh secara permanen.. prosedur ini bisa pula dilakukan atas
keinginan pengidap saat ia masih sadar.
3. Ethanasia Involunter : prosedur suntik mati ini pada saat pengidap bisa membuat
keputusan, tapi ia tidak mau melakukannya. Dengan kata lain dia masih ingin hidup dan
berjuang untuk melawan penyakitnya. Dan apabila prosedurnya tetap dilakukan, maka ini
dapat disebut sebagai praktik pembunuhan. Sebab euthanasia involunter dilakukan tanpa
seizin pengidap.
4. Euthanasia Aktif : adalah situasi Ketika tim medis bertindak langsung untuk mengakhiri
hidup pengidap. Contohnya, pemberian obat dalam dosis tinggi.
5. Euthanasia Pasif : prosedur yang dilakukan ketika tim medis secara tidak langsung
mengakhiri hidup pengidap. Caranya itu seperti mengakhiri dan membatasi perawatan yang
dibutuhkan pengidap untuk bertahan hidup. Euthanasia pasif dapat terjadi akibat peningkatan
dosis obat yang diresepkan. Dan pemberian dosis itu menyebabkan efek racun kepada
pengidap dari waktu ke waktu.
Perspektif etika yang menentang euthanasia :

A. Harga kehidupan yang intrinsik : perspektif ini menganggap bahwa kehidupan


manusia itu mengandung nilai insintrik yang tinggi dan mengakhiri kehidupan
seseorang dengan sengaja dianggap bertentangan dengan prinsip ini
B. Prinsip menghormati keseimbangan kehidupan dan kematian : perspektif ini
menganggap bahwa menjaga kehidupan manusia menjadi prioritas utama dan
mengakhiri hidup melalui euthanasia bertentangan juga dengan prinsip ini
C. Risiko penyalahgunaan : perspektif ini mencemaskan tentang risiko penyalahgunaan
euthanasia, baik oleh individu yang mungkin mempengaruhi atau memanipulasi
individu yang kondisi pikiran dan mentalnya lemah
D. Peran professional medis : perspektif ini berpendapat bahwa tugas dan tanggung
jawab professional medis adalah merawat, mengobati, serta menjaga hidup pasien.
Dan dalam hal ini, euthanasia melanggar prinsip etika yang mendasar
Eutanasia melangar nilai-nilai kemanusiaan:

A. Hak hidup: nilai kemanusiaan sering memuat kehormatan setiap hak individu.
Eutanasia, yang dapat mengakhiri hidup seseorang dengan sengaja,
bertentanggan dengan kehidupan dan akan menghilangkan hak hidup
seseorang.
B. Martabat manusia: nilai manusia itu sering kali menghargai hak hidup
seseorang manusia, ingin mengakhiri hidup euthanasia, dianggap merendahkan
hidup dengan mengabaikan intrinsic dan kehidupan yang berarti.
C. Perlindungan individu yang rentan: nilai kemanusiaan mempunyai hidup yang
rentan, seperti yang sedang sakit atau cacat, tidak dapat memeberikan kondisi
yang bebas kekawatiran euthanasia dapat terjadi penyalagunaan hak asasi
manusia.
D. Prinsip belas kasih yang berbeda: meskipun pandangan euthanasia merupakan
belas kasih yang dapat mengakhiri penderitaan seseorang , ada juga pandangan
belas kasih yang bertujuan merawat individu memberikan perawatan untuk
memberikan hidup yang lebih baik.
Namun penting dicatat bahwa terdapat bandangan yang sebaliknya berpendapat bahwa
euthanasia sesuai dengan nilai kemanusiaan seperti terdapat otonomi individu yang
menderita, dan menghargai individu yang berguna mengenai hidup dan kematian mereka.
Pendekatan terhadap euthanasia dari prekpertif nilai kemanusiaan sangat kompleks
dan sangat dipengaruhi oleh budaya keyakinan agama, dan pandangan filosofis masing-
masing individu. Oleh karena itu, diskusi yang mendalam dan pemikiran etis yang baik perlu
diperlukan untuk mempertimbangkan komplikasi dan konsekuensi moral yang melibatkan
euthanasia.

Beberapa negara telah melegalkan euthanasia atau membentuk kerangka hukum yang
memungkinkan praktik tersebut, sementara negara lain melarang atau membatasi ketat
euthanasia. Berikut adalah beberapa contoh pandangan hukum terhadap euthanasia di
beberapa negara:
1. Belanda: Belanda adalah salah satu negara yang paling maju dalam melegalkan
euthanasia. Euthanasia dan bunuh diri yang dibantu (assisted suicide) dilegalkan pada
tahun 2002. Namun, ada persyaratan yang ketat yang harus dipenuhi, termasuk
konsultasi dengan dokter independen dan konfirmasi bahwa penderitaan pasien tak
tertahankan dan tanpa harapan penyembuhan.
2. Belgia: Belgia juga melegalkan euthanasia dan assisted suicide pada tahun 2002.
Seperti Belanda, ada persyaratan yang ketat yang harus dipenuhi, termasuk kondisi
penderitaan yang tak tertahankan dan persetujuan yang bebas dan sadar dari pasien.

3. Luksemburg: Luksemburg mengizinkan euthanasia dan assisted suicide sejak tahun


2009. Prosedur euthanasia harus dilakukan oleh dokter dan memenuhi persyaratan
tertentu, termasuk kondisi penderitaan yang tak tertahankan dan persetujuan yang
berulang dari pasien.

4. Swiss: Di Swiss, assisted suicide telah legal sejak tahun 1942. Namun, euthanasia
aktif tetap ilegal. Organisasi-organisasi seperti Exit dan Dignitas di Swiss membantu
pasien dalam melakukan bunuh diri yang dibantu secara medis.

5. Kanada: Kanada melegalkan euthanasia dan assisted suicide melalui Undang-Undang


Kematian dengan Dignitas pada tahun 2016. Terdapat persyaratan yang harus
dipenuhi, termasuk kondisi medis yang serius dan tak tertahankan, persetujuan yang
bebas dan sadar dari pasien, serta prosedur pengawasan dan perlindungan.

6. Kolombia: Kolombia telah melegalkan euthanasia sejak tahun 1997 melalui


keputusan Mahkamah Konstitusi. Terdapat persyaratan yang harus dipenuhi, termasuk
kondisi penderitaan yang tak tertahankan dan persetujuan yang berulang dari pasien.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam perspektif etika, terdapat argumen yang mendukung euthanasia dengan alasan
menghormati otonomi individu, mengakhiri penderitaan yang tak tertahankan, belas kasihan
terhadap individu yang menderita, dan menghargai kualitas hidup individu. Namun, ada juga
perspektif etika yang menentang euthanasia dengan mengutip nilai-nilai kemanusiaan seperti
hak hidup, martabat manusia, perlindungan individu yang rentan, serta prinsip menghormati
keseimbangan kehidupan dan kematian. Pandangan hukum terhadap euthanasia juga berbeda
di berbagai negara. Beberapa negara telah melegalkan euthanasia dengan persyaratan yang
ketat, sementara negara lain melarang atau membatasi praktik tersebut.

B. Saran
Euthanasia seperti dari makalah kami menyebutkan bahwa kami menentang sepenuhnya
euthanasia karena melanggar etika etika kemanusiaan da kehidupan, terutama dalam
beberapa jenis jenis euthanasia, bahkan terdapat jenis euthanasia yang langsung saja
mengakhiri hidup penderita tanpa menanyakan pendapatnya soal hal tersebut
Tapi secara keseluruhan euthanasia juga sendiri merupakan assisted suicide yang banyak
dilegalkan di beberapa negara negara maju dan hal ini juga tentu dapat mengurangi
jumlah populasi manusia serta menyebabkan beberapa dampak dampak negatif seperti,
membentuk pikiran orang yang berpikir bahwa mungkin menggunakan euthanasia adalah
pilihan terbaik
Oleh karena itu euthanasia seharusnya tidak dilegalkan di negara negara karena selain
penggunaannya menyebabkan efek yang fatal, tapi euthanasia juga bahkan dapat dibilang
melawan hak asasi manusia juga
DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/artikel/5-jenis-euthanasia-untuk-mengakhiri-
hidup-seseorang
https://www.klikdokter.com/info-sehat/berita-kesehatan/pro-kontra-
euthanasia
https://www.scribd.com/doc/296795720/Argumen-Kontra-Euthanasia-Kel-
15

Anda mungkin juga menyukai