Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi robil alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Dengan kesempatan ini, kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Akhmad Syahid, M.Kom.I selaku dosen pengampu matakuliah masailul fiqiyah
2. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan semangat kepada kami.
3. Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan-bantuan.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
sehingga pembuatan makalah yang akan datang dapat lebih baik. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Dewi rintania
ii
DAFTAR ISI
A. Cover.......................................................................................................................i
B. Kata pengantar......................................................................................................ii
C. Daftar isi.................................................................................................................iii
D. BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
a. Latar belakang...........................................................................................1
b. Rumusan masalah......................................................................................2
c. Tujuan.........................................................................................................2
E. BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
a. Pengertian euthanasia...............................................................................3
b. Jenis-jenis Euthanasia...............................................................................4
c. Berbagai bentuk Euthanasia....................................................................5
d. Euthanasia dalam dunia kedokteran.......................................................6
e. Euthanasia dalam pengaturan Hukum pidana Indonesia.....................7
f. Konsep Euthanasia dalam hukum Islam.................................................10
F. BAB III PENUTUP...............................................................................................15
a. Kesimpulan.................................................................................................15
b. Saran dan kritik ........................................................................................15
G. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Membunuh adalah pekerjaan yang dibuat untuk memiliki pilihan untuk membantu
seseorang dalam mempercepat kematiannya secara efektif karena kegagalan untuk melewati
yang ringan dan tidak ada keinginan untuk hidup atau sedang diperbaiki. Hal ini
menimbulkan perdebatan tentang masalah moral pembunuhan (cara berperilaku yang
disengaja dan sadar untuk menyelesaikan keberadaan seseorang yang mengalami penyakit
serius) tidak hanya umum diteliti di dunia klinis, tetapi telah memasuki seluruh dunia,
terutama peneliti Islam.
Setiap makhlukhidup, termasuk manusia, itu akan menghadapi sikluskehidupan
sehari-hari yang dimulai dri perjalanan asal mula, kelahiran, kehidupandi planet ini dengan
berbagai persoalannya dandiakhiri dengan kematian. Dari berbagai siklus kehidupandi atas,
kematianadalah salah satu yang sebenarnya mengandung rahasia yang sangat besar. Sampai
saat ini kematian adalah rahasia terbaik dan sains tidak memiliki pilihan untuk
melepaskannya. Tanggapan utama dapat diakses dalam pelajaran yang ketat. Lulus sebagai
akhir dari rangkaian kehidupan di dunia ini, adalah hak Tuhan. Tak seorang pun memiliki
hak istimewa untuk menunda sedetik pun saat kematiannya, termasukmempercepat saat
kematiannya.
Saat ini, ada banyak sekali isu dan isu yang sering muncul ditengah kehidupan
individu yang semakin berkembang dan tidak sedikit dari mereka yng merasa kesulitan untuk
mngatasi isu-isu tersebut dan mengendalikan pergantian peristiwa tersebut. Sebuah model
substansial dalam unsur-unsur kehidupan yang mengalami peningkatan sangat cepat adalah
kemajuan di bidangilmu klinis, hal ini dibuktikan dengan perubahan yang sangat cepat dalam
masalah kehidupan sosial dan sosial manusia. Merupakan akibat langsung dari perbaikan
mekanis di bidang klinis bahwa spesialis dan pekerja kesejahteraan lainnya menghadapi
berbagai masalah yang sangat signifikan jika dilihat dari perspektif moral dan yuridis.
1
Masalah yang mereka hadapi meliputi: transplantasiorgan manusia, kloning, IVF, terminasi
dini, pembunuhan dan banyak lainnya. Dari masalah di atas, pemusnahan yang disengaja
adalah keputusan yang benar-benar menantang bagi fakultas klinis dan mereka yang
berkepentingan. Hingga saat ini, persoalan tersebut masih menjadi perbincangan, baik dari
para ahli di bidang agamamaupun pengobatan, yang masih belum ada pengaturannya.
Dengan adanya informasi yang kompleks dan terkini, para ahli dapat
memperkirakan penyakit yang ada pda seseorang untuk memiliki pilihan untuk sembuh
total, sembuh lebih lama atau mungkin tidak tertolong lagi. Ketikaharapan menyatakan
bahwa penyakit yangdiderita pasien serius, maka pada saat itu muncul di otak bahwa
segala upaya yang akan dilakukan akan sia-siadan hanya akan menghabiskan banyak
biaya, membuat kerinduan. mengakhiri hidupnya. Usaha atau kegiatan untuk
mempercepat kematian untuk mengakhiri mengalami karena sakit disebut pembunuhan.
Inovasi klinis adalah inovasi yang secara langsung berhubungan dengan keberadaan dan
kematian manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksudkan dengan euthanasia?
2. Apakah bentuk-bentuk dari euthanasia?
3. Apakah jenis-jenis dari euthanasia?
4. Bagaimana euthanasia dalam dunia kedokteran?
5. Bagaimana euthanasia dalam peraturan hukum Islam?
6. Bagaimana konsep euthanasia dalam Islam?
C. TUJUAN
1. Untuk menjelaskan tentang pengertian dari euthanasia.
2. Untuk menjelaskan bentuk-bentuk euthanasia dalam dunia kedokteran.
3. Untuk menjelaskan tentang jenis-jenis dari tindakan euthanasia.
4. Untuk menjelaskan euthanasia dalam dunia kedokteran.
5. Untuk mengetahui bagaimana konsep euthanasia dalam Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Euthanasia
3
Secara lebih komprehensif, istilah pembunuhan digunakan untuk pengobatan
yang menghindari siksaan dalam bertahan dengan bahaya memperpendek dampak
kehidupan.
3. Penggunaan terbesar
Dalam penggunaan yang paling luas dan luas ini, membunuh berarti
memperpendek hidup yang umumnya tidak dipandang sebagai efek sekunder, tetapi
sebagai kegiatan untuk meringankan penderitaan si pasien.
Sesuai dengan kumpulan prinsip klinis Indonesia, kata pemusnahan yang
disengaja digunakan dalam tiga deteksi:
1. Bergerak menuju alam agung dengan lancar dan amantanpa
kesengsaraan, bagi orang-orang yang menerima dengan menyebut nama
Allah dibibir.
2. Jaman kehidupan akanberakhir, ketahanan orang yang musnah terasa
lebih baik dengan memberinya obat penenang.
3. Menyelesaikan siksaan dan kehidupan individu yang dimusnahkan
dengan sengaja sesuai dengan pasien itu sendiri dan orang yang
dicintainya.
B. Jenis-jenis Euthanasia
4
ember. Kemudian dokter memberinya porsi tinggi (kekenyangan) yang ternyata
meredakan kejengkelan, namun sekaligus menghentikan napasnya.
2. Euthanasia Pasif
Sehubungan dengan pemusnahan yang disengaja, adalah kegiatan spesialis untuk
menghentikan terapi pasien yang benar-benar sakit, yang secara restoratif sulit untuk
diperbaiki. Akhir dari perawatan ini berarti mempercepatkematian si pasien.
Penjelasan yng umumnya dikemukakan oleh dokter spesialis adalah dengan alasan
bahwa kondisi keuangan pasien terbatas, sementara aset yang dibutuhkan untuk
pengobatan sangat tinggi, sedangkan kemampuan pengobatan menurut perkiraan
dokter saat ini tidak memungkinkan. Ada berbagai aktivitas yang dapat didelegasikan
untuk pembunuhan terpisah, khususnya aktivitas spesialis yang menghentikan terapi
untuk pasien yang menurut eksplorasi klinis masih dapat dipulihkan. Penjelasan yang
diberikan oleh para spesialis pada umumnya adalah kegagalan pasien menurut
perspektif keuangan, yang tidak pernah lagi dapat menanggung biaya perawatan yang
sangat signifikan. Contoh-contoh pemusnahan yang disengaja secara laten, misalnya,
pada dasarnya adalah pasien penyakit yang sakit, orang-orang yang musnah yang
sekarang dalam keadaan seperti kesurupan, karena malapetaka bagi pikiran yang
tidak mengharapkan pemulihan. Atau sebaliknya orang yng terkena penyakit paru-
paru yang jika tidakdiobati dapat membunuh korbannya. Dalam kondisi seperti itu,
jika pengobatn untuknya dihentikan, mempercepat kematiannya akan mampu.
5
Ini adalah upaya untuk meringankan passing dengan efek insidental bahwa
pasien mungkin menendang ember lebih cepat. Ini menggabungkan organisasi
berbagai macam obat opiat, hipnotik8, dan analgesik yang mungkin benar-benar
mempersingkat hidup terlepas dari apakah itu bertujuan.
4. Pemusnahan yang disengaja secara dinamis (pembunuhan kebajikan)
Apakah perjalanan kematian dikurangi dengan memperpendek hidup dengan
cara segera tanpa akhir. Dalam pembunuhan dinamis, masih penting untuk mengenali
apakah si pasien membutuhkannya, tidak membutuhkannya, atau tidakdalam keadaan
di mana keinginannya dapatdiketahui.
6
menyelamatkan nyawa, sehingga pasien dapat menghindari bahaya kematian.
Padahal kegiatan tersebut mengandung banyak bahaya. Oleh karena itu, sebelum
memulai kegiatan, sangat penting untuk memiliki pernyataan persetujuan yang
tersusun dari pasien dan keluarganya.
Karena dorongan manusia yang paling mendasar adalah untuk mengikuti
hidupnya, dan ini juga merupakan salah satu kewajiban seorang spesialis, sesuai
dengan moral klinis, spesialis tidak diizinkan untuk menyelesaikan sesuatu:
7
bahwa pengalaman seseorang pada penyakit yang dialaminya, meskipun keadaan itu
tidak diragukan lagi adalah kehendak Tuhan. Oleh karena itu, menyelesaikan
keberadaan seseorang yang menerimapendahuluan Tuhan tentu tidak didukung.
8
secara tegas. diatur dalam Pasal 344. juga, 304KUHP. Pasal 344KUHP dengan
tegas menyatakan:
"Siapa pun yang mengambil kehidupan orang lain sejalan dengan individu
itu sendiri, yang dengan jelas diungkapkan dengan sungguh-sungguh, dirusak
dengan penahanan paling ekstrem selama dua belas tahun."
Sementara itu, Pasal 304 KUHP menyatakan:
“Barangsiapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seseorang
dalam keadaan pikiran yang sengsara, meskipun menurut undang-undang yang
berlaku baginya atau karena pengertiannya ia berkewajiban untuk memberikan
kehidupan, pemeliharaan atau pemeliharaankepada orang itu, dikompromikan
dengan kurungan paling lama dua tahun delapan bulan atau denda palingbanyak
empat bulan ribu 500 rupiah.
Dari pasaltersebut, cenderung beralasan bahwa seseorang tidak boleh
membunuh orang lain, meskipun pembunuhan itu dilakukan atas dasar izin itu dan
sejalan dengan orang itusendiri. Sulit untuk membayangkanseseorang yang pergi ke
hati "membunuh" ataudengan demikian "mengakhiri hidup" orang lain, terutama
mereka yang mereka kenal atau yang membutuhkan bantuan, sejalan dengan
individu yang dirujuk yang sedang mengalami penyakit serius yang sebenarnya,
karena contoh. Akan lebih merepotkan jika ini juga terkait dengan masalah moral
dan kemanusiaan. Bagaimanapun, mulai sekarang, untuk alasan yang tidak
diketahui, bukan tidak mungkin masalah mengakhiri keberadaan orang lainyang
sangat dia sayangi atau yang harus ditolong ataumembiarkan nyawanya diambil
dengan kematian sesuai dengan hukum yang berlaku. individu yang bersangkutan,
akan sulit untuk menjauh.
Mulai dari pengaturan Pasal 344 dan Pasal 304 KUHP, beralasan bahwa
pembunuhan dengan sengaja menimbulkan kekekalan dan sejalan dengan orang yang
bersangkutan, pelakunya masih layak untuk dihukum. Dengan demikian, dalam
kaitannya dengan regulasi positif di Indonesia, pembunuhan masih dipandang
sebagai demonstrasi yang dibatasi. Akibatnya, dalam kaitannya dengan regulasi
positif di Indonesia, tidak masuk akal untuk mengharapkan "mengakhiri hidup
seseorang" bahkan sejalan dengan individu itu sendiri. Demonstrasi tersebut masih
9
memenuhi syarat sebagai tindakan pelanggar hukum, khususnya sebagai demonstrasi
yang dikompromikan dengan disiplin bagi orang-orang yang mengabaikan
penyangkalan. Bahwa seseorang yang telah mengabaikan standar peraturan pidana,
harus mendapatkan disiplin yang setara dengan tanggung jawabnya, untuk
kesejahteraan daerah dan kepentingan orang yng diadili, bahwa dia harus
diperlakukansedemikian rupa sehingga orang yang jujur tidak mendapatkan
penolakan, atau sebaliknya jika untuk memastikan dia adalah penjahat, jika dia
ditolak. dia mendapat disiplin yang terlalu serius, berat sebelah dari tanggung
jawabnya.
10
diri sebelum menghadap-Nya.
11
agama atau moral.
12
pilihan untuk mempercepat kematian dengan alasan membantu menghilangkan
pengalaman yang semakin dirasakan, meskipun tidak bisa. akhiri keabadiannya
dengan imajinasi apa pun. Maka aturan Islam dalam menjawab pembunuhan secara
keseluruhan memberikan gambaran bahwa untuk menjauhi pemusnahan yang
disengaja, khususnya pembunuhan yang dinamis, umat Islam seharusnya berpegang
pada keyakinan mereka yang memandang semua bencana (menghitung individu yang
dimusnahkan) sebagai pengaturan yang datangdari Allah SWT. Ini harus dihadapi
dengan ketekunan dan kepercayaan. Selain itu, dipercaya bahwa para spesialis akan
mematuhi prinsip-prinsip klinis dan sumpah jabatan mereka. Selain itu, beberapa
peneliti memberikan gambaran tentang pembunuhan secara eksplisit bagi korban
yang penyakitnya menular.
Misalnya, untuk individu dengan AIDS, seperti yang ditunjukkan oleh AF.
Ghazali dan salah satu Ketua HS MUIPusat. Prodjokusumo yng mengatakan bahwa
memisahkan korban AIDS yng dipandang sebagai pengaturan terbaik dibandingkan
dengan mencabut nyawanya/eutanasia. Ini benar-benar bermaksud bahwa jika
pembunuhan dapat dihindarkan dari setiap kesempatan yang memungkinkan,
mengapa tidak mewujudkannya. Sejak idiom berjalan apa pun mungkin bagi
seseorang yang benar-benar ditentukan. Dengan asumsi spesialis telah meninggalkan
perawatan pasiennya, lebih baik mengembalikannya ke keluarganya tanpa berencana
untuk berhenti membantu sipasien.
Ada beberapa sentimen tentang pembunuhan, di antaranya orang-orang yang
mengatakan bahwa pemusnahan yang disengaja adalah pembunuhan rahasia dan
menunjukkan hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Karena dalam keadaan
ini orang tidak memiliki kemampuan untuk memberikan kehidupan dan selanjutnya
memilih kematian individu, sebagaimana dimaknai dalam QS: Yunus, 56:
“Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada-Nya- lah kamu
dikembalikan”.
13
dipaksa untuk bertahan. Para pembela pemusnahan yang disengaja ini berpendapat
bahwa melarang seseorang untuk melanjutkan kehidupan yang bertahan adalah
tidak masuk akal. Pembunuhan dapat terjadi sejalan dengan pasien itu sendiri,
kelompok klinis atau dari orang yang dicintai pasien. Meskipun kegiatan ini seolah-
olah tampak siap membantu meringankan/menghapus kesengsaraan pasien. Namun,
karena menggunakan strategi yang tidak tepat dan kehendak dapat membunuh
nyawa seseorang, hal itu dikenang untuk kategori pembunuhan.
Mempertimbangkan kemungkinan bahwa pembunuhan dilakukan atas
persetujuan keluarga, sejauh masalah dan konsekuensi yang sah untuk hukum jinayh
yng dieksplorasi dalam fiqh Imam Syafi'i. Sementara itu, dalam hukum jinayah
Islam yangdalam fiqh Imam Syafi'i dipilah menjadi tiga bagian,yaitu pembunuhan
yang disengaja, tidak disengaja dan disengaja namun ada komponen blunder. Dari
ketiga klasifikasi jinayah adapembagian yang halal. Berkaitan dengan kasus di atas,
ditelaah tentang persamaan antara pemusnahan yang disengaja dan hukum jinayah
dalam Islam.
Hukum jinayah menurut Imam Syafi'i jinayah dibagi menjadi tiga, yaitu
pembunuhan dengan tujuan khusus, pembunuhan kebetulan, dan pembunuhan yang
disengaja. Kejahatan yang disengaja adalah membunuh seseorang dengan sesuatu
yang dapat menyebabkan lewat dan dengan pengaturan untuk membunuh. Untuk
situasi ini, si pembunuh pasti akan qishas, namun jika keluarga korban memaafkan,
si pembunuh harus membayar diyat yang sangat besar dan harus dibayar langsung
dari harta si pembunuh. Pembunuhan spontan adalah melemparkan sesuatu dan
memukul seseorang yang menyebabkan kematian dari lemparan itu dan tidak ada
komponen tujuan. Untuk keadaan sekarang ini si pembunuh tidak disalahkan atas
qishas, namun si pembunuh perlu membayar sedikit diyat kepada orang yang
disayangi korban. Meskipun pembunuhan itu disengaja, namun salah satu
kekurangannya adalah membuang sesuatu dengan sesuatu yang biasanya
menyebabkan kematian dan membuat seseorang menendang kaleng. Untuk keadaan
sekarang ini, pembunuhnya tidak terbayangkan oleh qishas, namun harus membayar
diyat yang sangat besar untuk keluarga korban dan dapat dibayar secara bergilir
untuk waktu yang cukup lama.
BAB III
14
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang diulas dalam
makalah ini. Kami percaya bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
Karena keterbatasan informasi dan referensi, pencipta memahami bahwa tulisan ini jelas
memiliki kekurangan. Oleh karena itu, ide-ide dan analisis yang bermanfaat sangat
diharapkan sehingga makalah ini dapat digabungkan untuk menjadi jauh lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
15
Adji, Oemarsono.. Profesi Dokter. (Jakarta: Erlangga, 1991). Assyaukanie, Luthfi,
Politik, HAM, Dan Isu-Isu Teknologi Dalam
16