Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN

DARAH PASIEN HIPERTENSI

Nama : Muhammad Ageng Prayuda

Kelas : II.A

Mata Kuliah : Metodologi penelitian

NIM : 0241013021026

AKPER DHARMA WACANA METRO

PRODI D III KEPERAWATAN


A.Prinsip Etik secara Teori

Etik kedokteran merupakan ”terjemahan” dari asas-asas etika menjadi


ketentuan ketentuan pragmatis yang memuat hal-hal yang boleh dilakukan dan
hal-hal yang harus dihindari. Aturan-aturan etika yang disusun oleh asosiasi atau
perhimpunan keprofesian sebagai pedoman perilaku bagi anggota-anggota profesi
itu, umumnya dinamakan kode etik (Inggris: code of ethics). Istilah ”kode”
berasal dari kata latin codex yang antara lain berarti buku, atau sesuatu yang
tertulis, atau seperangkat asas-asas atau aturan-aturan.

Dari pengertian seperti inilah Kode Etik Kedokteran dapat diartikan


sebagai seperangkat (tertulis) tentang peraturan-peraturan etika yang memuat
amar (apa yang dibolehkan) dan larangan (apa yang harus dihindari) sebagai
pedoman pragmatis bagi dokter dalam menjalankan profesinya. Dapat juga
dikatakan, Kode Etik Kedokteran adalah buku yang memuat aturan-aturan etika
bagi dokter.Sebenarnya yang disebut sebagai etik (ethos) adalah suatu adat
kebiasaan, namun karena telah menjadi istilah umum dimana etik diartikan
sebagai adat kebiasaan yang ”baik, selayaknya, seharusnya”, maka sampai
sekarang pengertian inilah yang dipakai.

Perkembangan Dalam pada itu, Profesor Kaiser Ali (Kanada) dalam


presentasinya pada Pertemuan Nasional Jaringan Bioetika dan Humaniora
Kesehatan Indonesia (JBHKI) IV di Surabaya 2006 menyatakan bahwa, bioetika
kedokteran (medical bioethics) adalah aspek moral dari ilmu kedokteran (Practice
of Moral medicine). Saat ini sudah sangat lazim pula kita dengar istilah ”Bioetika
dan Humaniora kesehatan” atau Health bioethics and humanities. Humaniora
medik (medical humanities) mengandung pengertian aspek kemanusiaan dari ilmu
kedokteran (Practice of Humane medicine). Karena kita ketahui bahwa antara
ilmu kedokteran, moral dan kemanusiaan tak dapat dipisahkan satu sama lain.

B. Prinsip-prinsip Etika

Bioetika kedokteran merupakan salah satu etika khusus dan etika sosial
dalam kedokteran yang memenuhi kaidah praksiologik (praktis) dan filsafat moral
(normatif) yang berfungsi sebagai pedoman (das sollen) maupun sikap kritis
reflektif (das sein), yang bersumber pada 4 kaidah dasar moral (kaidah dasar
bioetika-KDB) beserta kaidah turunannya.

1. Prinsip Beneficence

Beneficence secara makna kata dapat berarti pengampunan, kebaikan,


kemurahan hati, mengutamakan kepentiang orang lain, mencintai dan
kemanusiaan. Beneficence dalam makna yang lebih luas berarti tindakan
yang dilakukan untuk kebaikan orang lain. Prinsip moral beneficence adalah
kewajiban moral untuk melakukan suatu tindakan demi kebaikan atau
kemanfaatan orang lain (pasien). Prinsip ini digambarkan sebagai alat untuk
memperjelas atau meyakinkan diri sendiri (self-evident) dan diterima secara
luas sebagai tujuan kedokteran yang tepat.

Penerapan prinsip beneficence tidak bersifat mutlak. Prinsip ini bukanlah


satu-satunya prinsip yang harus dipertimbangkan, melainkan satu diantara
beberapa prinsip lain yang juga harus dipertimbangkan. Prinsip ini dibatasi
keseimbangan manfaat, resiko, dan biaya (sebagai hasil dari tindakan) serta
tidak menentukan pencapaian keseluruhan kewajiban. Kritik yang sering
muncul terhadap penerapan prinsip ini adalah tentang kepentingan umum
yang diletakan di atas kepentingan pribadi. Sebagai contoh, dalam penelitian
kedokteran, atas dasar kemanfaatan untuk kepentingan umum sering prosedur
penelitian yang membahayakan individu subjek penelitian diperbolehkan.
Padahal, terdapat prinsip-prinsip lain yang semestinya juga dipertimbangkan.
Prinsip beneficence harus diterapkan baik untuk kebaikan individu seorang
pasien maupun kebaikan masyarakat keseluruhan.

Beberapa bentuk penerapan prinsip beneficence merupakan komponen


penting dalam moralitas. Karena luasnya cakupan kebaikan, maka banyak
ketentuan-ketentuan dalam praktek (kedokteran) yang baik lahir dari prinsip
beneficence ini. Beberapa contoh penerapan prinsip beneficence ini adalah:

1. Melindungi dan menjaga hak orang lain.

2. Mencegah bahaya yang dapat menimpa orang lain.

3. Meniadakan kondisi yang dapat membahayakan orang lain.

4. Membantu orang dengan berbagai keterbatasan (kecacatan).

5. Menolong orang yang dalam kondisi bahaya.

2. Menghormati harkat martabat manusia (respect for human dignity)

Prinsi ini merupakan bentuk dari menghormati harkat dan martabat


manusia sebabagai individu (personal) yang memiliki kebebasan berkehendak
atau memilih dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang ia pilih sendiri.
Pada dasarnya prinsip ini memiliki tujuan untuk menghormati hak otonomi,
yang mensyaratkan bahwa manusia dapat menentukan pilihan mereka sendiri
untuk mengambil keputusan mandiri. Dan melindungi hak otonomi manusia
yang terganggu dan kurang atau mengisyaratkan bahwa manusia yang
berketergantungan atau rentan perlu untuk diberikan perlindungan dari
kerugian atau penyalahgunaan.

3. Prinsip Justice

Prinsip Justice diterjemahkan sebagai menegakan keadilan atau kesamaan


hak kepada setiap orang (pasien). Definisi lainnya adalah memperlakukan
orang lain secara adil, layak dan tepat sesuai dengan haknya. Situasi yang adil
adalah seseorang mendapatkan mendapatkan manfaat atau beban sesuai dengan
hak atau kondisinya. Situasi yang tidak adil adalah tindakan yang salah atau
lalai berupa meniadakan manfaat kepada seseorang yang memiliki hak atau
pembagian beban yang tidak sama. Prinsip justice lahir dari sebuah kesadaran
bahwa jumlah benda dan jasa (pelayanan) itu terbatas, sedangkan yang
memerlukan seringkali melabihi batasan tersebut. Prinsip justice kemudian
diperlukan dalam pengambilan keputusan tersebut.

Terdapat beberapa kriteria dalam penerapan prinsip justice, antara lain:

1. Untuk setiap orang ada pembagian yang merata (equal share)

2. Untuk setiap orang berdasarkan kebutuhan (need)

3. Untuk setiap orang berdasarkan usahanya (effort)

4. Untuk setiap orang berdasarkan kontribusinya (contribution)

5. Untuk setiap orang berdasarkan manfaat atau kegunaannya (merit)

6. Untuk setiap orang berdasarkan pertukaran pasar bebas (free-market


exchange)

C. Penerapan Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan,


namun dapat dicegah dan dikontrol dengan penanganan yang tepat, kebanyakan
orang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami hipertensi. Berdasarkan hasil
(Riskesdas, 2018), prevalensi hipertensi di Indonesia pada kelompok umur 31
sampai 44 tahun adalah 31,6%, pada umur 45 sampai 54 tahun adalah 45,35%,
dan pada kelompok umur 55 sampai 64 tahun adalah 55,2%. Selanjutnya
dikatakan bahwa ada 34,1% atau 63.209.602 penduduk Indonesia berusia ≥18
tahun yang menderita hipertensi. Sedangkan kasus kematian akibat hipertensi
berada di angka 427.218. Hipertensi yang tidak terkontrol atau tidak ditangani
dengan baik menyebabkan kerusakan organ yang bersifat irreversible secara
bertahap, mengarah pada komplikasi yang mengancam jiwa bahkan kematian.
Terapi hipertensi melibatkan pemberian obat yang berkelanjutan, serta modifikasi
gaya hidup dan kepatuhan dengan serangkaian rekomendasi (Jankowska-Polańska
et al., 2016).
Selain terapi farmakologi juga diperlukan terapi non farmakologi dalam
menurunkan tekanan darah yaitu dengan teknik relaksasi. Konsep dasar teknik
relaksasi pada hakekatnya adalah cara relaksasi yang diperlukan untuk
menurunkan ketegangan pada otot yang dapat memperbaiki denyut nadi, tekanan
darah, dan pernafasan (Aspiani, 2014). Relaksasi ini merupakan gabungan antara
teknik respon relaksasi dengan sistem keyakinan individu atau faith factor. Fokus
dari relaksasi adalah ungkapan tertentu yang diucapkan berulang-ulang dengan
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.7 No. 2 November 2022 hlm 234-242 236
enggunakan ritme yang teratur disertai dengan sikap yang pasrah. Pada saat
relaksasi terjadi penurunan rangsangan emosional dan penurunan rangsangan pada
area pengatur fungsi kardiovaskular seperti hipotalamus posterior yang akan
menurunkan tekanan darah, sedangkan rangsangan pada area pre optik
menimbulkan efek penurunan tekanan arteri dan frekuensi denyut jantung yang
dijalarkan melalui pusat kardiovaskular dari medulla. ini merupakan gabungan
antara teknik respon relaksasi dengan sistem keyakinan individu atau faith factor.
Fokus dari relaksasi ini pada ungkapan tertentu yang diucapkan berulang-ulang
dengan menggunakan ritme yang teratur disertai dengan sikap yang pasrah. Pada
saat keadaan relaksasi menyebabkan penurunan rangsangan emosional dan
penurunan rangsangan pada area pengatur fungsi kardiovaskular seperti
hipotalamus posterior yang akan menurunkan tekanan darah, sedangkan
rangsangan pada area pre optik menimbulkan efek penurunan arteri dan frekuensi
denyut jantung yang dijalarkan melalui pusat kardiovaskular dari medulla
(Atmojo et al., 2019).

Relaksasi memberikan respon melawan masa discharge atau pelepasan


impuls secara masal pada respon stres dari sistem saraf simpatis. Sistem saraf
simpatis berperan dalam meningkatkan denyut jantung, sedangkan pada saat
relaksasi yang bekerja yaitu sistem saraf parasimpatis. Dengan demikian, relaksasi
dapat menekan rasa stres, tegang dan cemas dengan cara resiprok atau saling
berbalasan (Aspiani, 2014).

Relaksasi Benson adalah metode respon relaksasi pernafasan dengan


melibatkan faktor keyakinan pasien. Relaksasi ini dilakukan dengan menciptakan
lingkungan internal menjadi lebih nyaman, sehingga dapat membantu pasien
mecapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi. Empat elemen
dasar agar teknik relaksasi Benson berhasil adalah lingkungan yang tenang, secara
sadar pasien dapat mengendurkan otot-ototnya, memusatkan diri selama 10- 15
menit pada ungkapan yang sudah dipilih, dan pasien bersikap pasif terhadap
pikiran yang mengganggu (Solehati et al., 2015).

1. Menjelaskan kepada responden terkait tujuan, prosedur dan manfaat dari


penelitian yang dilakukan
2. Membuat kontrak waktu dengan responden
3. Menanyakan kondisi tentang riwayat hipertensi dan terapi yang sedang dijalani.
Jika responden sedang menjalani terapi obat hipertensi, maka responden tidak
diambil menjadi sampel penelitian. Apabila bersedia menjadi responden maka
calon responden diharuskan mengisi dan menandatangani inform concent yang
sudah disediakan.
4. Kalau tidak maka responden langsung dijadikan sebagai sampel dalam penelitian
kemudian tekanan darahnya diukur dengan menggunakan tensimeter.
5. Jika kriteria inklusi dan ekslusi terpenuhi, maka terapi benson langsung diberikan
kepada responden sesuai dengan kontrak waktu yang telah disetujui
6. Memberikan penjelasan dan pendampingan sebelum dan selama terapi diberikan.
Terapi diberikan selama 10-20 menit dilakukan selama 1 kali dalam sehari.
Adapun tata cara terapi relaksasinya sesuai yang dijelaskan oleh Dokter Benson
tentang prosedur terapi benson dalam bukunya tahun 1974 yang berjudul : “The
Relaxation Respon” :
a. Duduk dengan posisi yang nyaman dan tenang
b. Pejamkan mata
c. Usahakan semua anggota rileks terutama pada otot-otot.
d. Tarik nafas melalui hidung, kemudian menghembuskan nafas melalui mulut
dengan perlahan sambil katakanlah pada diri kata kata religi sesuai dengan
keyakinan responden.
e. Teruskan selama 10-20 menit, sewaktu-waktu mata dapat dibuka untuk
mengecek waktu, tetapi jangan menggunakan pewaktu yang dapat merusak
konsetrasi.
f. Jika sudah selesai, diharapkan membuka mata dengan perlahan dan tidak
disarankan langsung berdiri dari tempat duduk.
g. Jangan khawatir dengan hasil terapi yang sudah dilakukan.
7. Tekanan darah kembali diukur setelah dilakukan terapi dengan menggunakan
sphygnomanometer.
8. Hasil pengukuran kemudian di tulis dalam lembaran observasi dan diteliti aapakah
terapi benson memberikan pengaruh pada tekanan darah.

Peneliti tertarik melakukan penelitian ini dikarena ada beberapa penelitian


yang menyatakan bahwa relaksasi Benson mampu menurunkan katogori
hypertensi seperti penelitian yang dilakukan oleh (Salafudin & Handayani, 2015),
menyimpulkan bahwa relaskasi Benson mampu menurunkan tekanan darah pada
lansia hipertensi di Bantul menjadi kategori hipertensi ringan. Selain itu penelitian
yang dilakukan (Darmawan & Swarningsih, 2014), menyimpulkan adanya
penurunan rata-rata tekanan darah systolik sebesar 9,89 mmHg dan tekanan darah
diastolik turun sebesar 5,34 mmHg. JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.7 No. 2
November 2022 hlm 234-242 237 Berdasarkan hasil diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang sama pada komunitas yang berbeda yaitu di Jakarta.
Karena tingginya prevalensi hipertensi sebesar 33,43 % dan menempati urutan ke
9 dari 10 propinsi dengan kejadian kasus hipertensi terbanyak.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. (2014) ‘Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik: Aolikasi


NANDA, NIC dan NOC’.

Atmojo, J.T. et al. (2019) ‘Efektifitas Terapi Relaksasi Benson Terhadap Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi’, Interest: Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1),
pp. 51–60.

Jankowska-Polańska, B. et al. (2016) ‘Relationship between patients’ knowledge


and medication adherence among patients with hypertension’, Patient
preference and adherence, 10, pp. 2437–2447.

Salafudin, S. and Handayani, S. (2015) ‘Pengaruh Teknik Relaksasi Benson


Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu
Lansia Larasati Dusun Wiyoro Baturetno Banguntapan Bantul
Yogyakarta 2015’, Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 6(2).

Solehati, T. et al. (2015) ‘Pengaruh edukasi terhadap pengetahuan dan skill guru
serta personal hygiene siswa SD’, Kemas: Jurnal Kesehatan Masyarakat,
11(1), pp. 135–143.

Anda mungkin juga menyukai