Anda di halaman 1dari 11

Etika Profesi dan Hukum Tenaga Kesehatan

 BAB I
 PENDAHULUAN
 Mengamati pemberitaan media massa akhir-akhir ini, terlihat
peningkatan dugaan kasus malpraktek dan kelalaian medik di
Indonesia, terutama yang berkenaan dengan kesalahan
diagnosis dokter yang berdampak buruk terhadap pasiennya.
Dalam rentang dua bulan terakhir ini, media massa marak
memberitahukan tentang kasus gugatan/ tuntutan hukum
(perdata dan/ atau pidana) kepada dokter, tenaga medis lain,
dan/ atau manajemen rumah sakit yang diajukan masyarakat
konsumen jasa medis yang menjadi korban dari tindakan
malpraktik (malpractice) atau kelalaian medis. Ada berbagai
faktor yang melatarbelakangi munculnya gugatan-gugatan
malpraktik tersebut dan semuanya berangkat dari kerugian psikis
dan fisik korban
. Mulai dari kesalahan diagnosis dan pada gilirannya mengimbas pada kesalahan terapi hingga pada
kelalaian dokter pasca operasi pembedahan pada pasien (alat bedah tertinggal didalam bagian tubuh),
dan faktor-faktor lainnya.
Masalah dugaan malpraktik medik, akhir-akhir ini, sering diberitakan di media masa. Namun, sampai
kini, belum ada yang tuntas penyelesaiannya. Putusan pengadilan apakah ada kelalaian atau tidak atau
tindakan tersebut merupakan risiko yang melekat pun belum pernah diambil. Masyarakat hanya
melihat dampak dan akibat yang timbul dari tindakan malpraktik tersebut. Semua bergantung kepada si
penafsir masing-masing (keluarga, media massa, pengacara), dan tidak ada proses hukumnya yang
tuntas. Karena itu sangat perlu bagi kita terutama tenaga medis untuk mengetahui sejauh mana
malpraktek ditinjau dari segi etika dan hukum.
 BAB II
 LANDASAN TEORI

Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna
yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian
formal tentang moralitas. Moralitas adalah ha-hal yang menyangkut moral, dan
moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang
dianggap baik atau buruk. Franz Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu
yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang
amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak ? Peter Singer,
filusf kontemporer dari Australia menilai kata etika dan moralitas sama artinya,
karena itu dalam buku-bukunya ia menggunakan keduanya secara tertukar-
tukar.
Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari
lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan
tenaga kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab
memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak
dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang
menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara
wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat.
Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan
A. Etika dan Norma Tenaga Kesehatan

 Istilah etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang artinya cara
berpikir, kebiasaan adat, perasaan, sikap, kerakter, watak
kesusilaan atau adat. Dalam kamus bahasa Indonesia, ada 3 (tiga)
arti yang dapat dipakai untuk kata etika, antara lain etika
sebagai sistem nilai atau sebagai nilai-nilai atau norma moral yang
menjadi pedoman bagi seseorang atau kelompok untuk bersikap
dan bertindak. Etika merupakan salah satu macam norma. Etika
juga bisa diartikan sebagai kumpulan azas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak atau moral. Selain itu, etika juga bisa
doartikan sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk yang
diterima dalam suatu masyarakat, menjadi bahan refleksi yang di
teliti secara sistemasis dan metodis ( Notoatmodjo,2010).
Perlu dijelaskan di sini, bahwa dalam kehidupan dimasyarakat, kita sering terjadi kekeliruan
penggunaan dua kata yang hampir sama tetapi mempunyai pengertian yang berbeda, yakni kata
“etika” dan “etiket”. Etika atau moral, adalah cara yang dilakukan atau tidak dilakukan secara umum
dan yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Sedangkan etiket, sesuatu cara atau
ketentuan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh suatu anggota masyarakat tertentu, dimana cara
atau ketentuan tersebut ditentukan oleh kelompok masyarakat tertentu tersebut. Etiket atau sopan
santun hanya berlaku pada masyarakat tertentu yang menyepakati tindakan atau perilaku tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
Norma sebenarnya merupakan pokok dasar dari norma. Dari segi bahasa Norma berasal dari bahasa
inggris yakni norm. Dalam kamus oxford norm berarti usual or expected way of behaving yaitu norma
umum yang berisi bagaimana cara berprilaku (Oxford, 2008). Norma adalah patokan prilaku dalam
satu kelompok tertentu, norma memungkinkan sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana
tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk
mendukung atau menolak prilaku seseorang. Norma juga merupakan sesuatu yang mengikat dalam
sebuah kelompok masyarakat, yang pada keselanjutannya disebut norma sosial, karena menjaga
hubungan dalam bermasyarakat. Norma pada dasarnya adalah bagian dari kebudayaan, karena awal
dari sebuah budaya itu sendiri adalah interaksi antara manusia pada kelompok tertentu yang nantinya
akan menghasilkan sesuatu yang disebut norma (Stewart et al, 2005).
. Dengan kata lain ada berbagai pendekatan etika, antara lain:
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau
sikap yang mau diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif
memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan lebih lanjut lagi , etika normatif ini dibedakan menjadi : a. ETIKA UMUM, berbicara
mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia
mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan
bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian
umum dan teori-teori. b. ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan
dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh
cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana
saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia
mengambil suatu keputusan atau tidaakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya
(Notoatmodjo, 2010).
B. Manfaat Etika dan Norma
Tenaga Kesehatan
 Adapun manfaat dari adanya etika tenaga kesehatan yaitu :
1. Adanya sebuah pertanggungjawaban dari pihak tenaga
kesehatan untuk pasien mendapatkan kesehatan.
2. Mengurangi terjadinya pelanggaran – pelanggaran yang
merugikan masyarakat.
3. Dihasilkan sebuah keputusan etis dari tenaga kesehatan dalam
melakukan penanganan medis, dimana keputusan etis ini memiliki
manfaat untuk mencapai suatu pendirian moral dalam pergolakan
pandangan (tentang penggunaan obat tradisional), menbantu
agar tidak kehilangan orientasi (tujuan utama menolong), tidak
naif/ tidak ekstrem (merawat pasien tidak diskriminasi), dan
menemukan dasar kemantapan dalam iman dan kepercayaan (
dalam melakukan aborsi . (Aristya, 2012).
C. Pelanggaran Etika dan Norma
Kesehatan
 Etika dan norma kesehatan seringkali dilanggar oleh para tenaga kesehatan yang
tidak sungguh-sungguh dalam menjalani profesinya sebagai tenaga kesehatan. Tenaga
kesehatan tersebut tidak mematuhi kode etik yang telah disepakati oleh anggota
perkumpulan tenaga kesehatan. Hal ini terjadi karena banyak faktor pendorong terjadinya
pelanggaran. Adapun pelanggaran/ penyimpangan etik tenaga kesehatan yang sering
terjadi, yaitu :
1. Indikasi medik tidak jelas. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan untuk mengambil
tindak lanjut penanganan penyakit pasien atau akan mengakibatkan kesalahan
mengonsumsi obat dan paling fatal akan berakibat kematian.
2. Tindakan medik yang menyimpang dari pedoman baku pelayanan medik. Hal ini juga
dapat menyebabkan kematian pasien. Contoh dari pelanggaran ini, seperti : malpraktek,
aborsi.
3. Pasien tidak diberitahu mengenai tindakan yang akan dilakukan. Hal ini akan membuat
pasien syok setelah tindakan medik dilakukan, apalagi jika terjadi hal yang tidak diinginkan
akan membuat rugi pasien.
4. Persetujuan tindak medik tidak dibuat. Hal ini akan merugikan pihak terkait ketika terjadi
suatu hal yang diluar perkiraan. Bisa pasien menuntut tenaga medis, maupun sebaliknya.
5. Sikap acuh tak acuh terhadap masyarakat miskin yang berobat dan ketidak ramahan
tenaga kesehatan terhadap pasien.
(Darwin, 2011)
D. Sanksi Pelanggaran Etika dan Norma Kesehatan
Pelanggaran etika dan norma kesehatan yang terjadi pasti akan ada sanksi yang
dikenakan. Adapun sanksi yang diterapkan biasanya berupa hukum pidana, ketika
pasien / keluarga pasien menuntut ke pengadilan yang melanggar tersebut. Hal ini
akan dikenai pasal – pasal KUHP yang terkait dengan pelanggaran yang dilakukan.
Namun, ada juga yang berpendapat sanksi pelanggaran yang dikenakan, yaitu :
a. Sanksi moral. Dapat berupa teguran dari atasan maupun bahan gunjingan dari
masyarakat sekitar.
b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi. Tenaga kesehatan yang melanggar bisa saja
dikeluarkan dari organisasi profesi mereka, tetapi hal ini juga ada pertimbangan dari
anggota lain berdasarkan besarnya pelanggaran yang dilakukan.
(Isnanto, 2009)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Etika kesehatan di Indonesia sudahlah baik. Namun ada beberapa kasus yang mengenai etika dunia
kesehatan di Indonesia yang sering kali menjadi buah bibir masyarakat di Indonesia. Seperti pelayanan
tenaga kesehatan yang kuramg ramah dan terkesan jutek dimata pasien. Hal ini terdengar sepele, namun
pada kenyataannya banyak pasien yang mengeluhkan masalah ketidak ramahan para tenaga kesehatan di
rumah sakit. Sikap petugas yang tidak ramah dan terkesan jutek membuat pasien merasa terganggu dan tidak
leluasa dalam menyampaikan keluhan.
Di dalam kasus pertama,tertuliskan “Dokter harus ramah terhadap pasien”, hal ini sepele namun apabila
seorang dokter tidak menerapkan keramahan pada pasiennya maka apa yang akan terjadi? Tentu pasien akan
tidak leluasa dalam menyampaikan keluhannya. Begitu juga dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Setiap pasien mendapatkan hak dan kewajiban yang sama untuk memperoleh pelayanan yang maksimal.
Berikut ini adalah hak dan kewajiban pasien di rumah sakit :
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi
kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi
4. Pasien behak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi kesehatan.
5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas keperawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku dirumah sakit.
6. Pasie berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan etiknya tanpa
campur tangan dari pihak luar.
7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lai yang terdaftar di rumah sakit tersebut terhadap
penyakit yang dideritanya , sepengetahuan dokter yang merawat.
8. Pasien berhak menerima informasi yang meliputi :
a. Penyakit yang diderita
b. Tindakan medis apa yang hendak dilakukan
c. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya
d. Alternative terapi lainnya
e. Prognosisnya
f. Perkiraan biaya lainnya
9. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan
dengan penyakit yang dideritnya.
(Soeparto et al,2006).
Dari uraian hak-hak pasien diatas terbukti bahwa setiap pasien berhak untuk memperoleh pelayanan yang
maksimal dan nyaman agar pasien tersebut bisa cepat sembuh dan sehat kembali. Setiap pekerjaan mempunyai
kode etik msing-masing. Kode etik merupakan pedoman perilaku yang berisi garis-garis besar. Kode etik juga
merupakan pemandu sikap dan perilaku. Kode etik ini dibuat supaya tenaga kerja bisa bekerja sesuai dengan
keahlian dan peraturan yang sudah ditentukan. Begitu juga dengan para tenaga kesehatan seperti
dokter,perawat,bidan dan sebagainya. Bagi siapa saja yang melanggar kode etik maka akan dikenai sanksi yang
sesuai dengan kesalahan yang telah dilakukannya. Lalu bagaimana jika ingin mengadukan atas sikap tenaga
kesehatan yang kurang menyenangkan? Biasanya setiap klinik kesehatan atau rumah sakit menyediakan kotak
saran bagi para pasien yang ingin menyalurkan aspirasinya atau menyampaikan complain tentang pelayanan
kesehatan yang diperoleh, dari kotak saran itu pasien dapat mengisinya dengan menulis saran atau complain
sehingga diharapkan para tenaga kesehatan bisa merubah sikapnya agar lebih ramah dan menyenangkan dalam
melayani pasien.

Anda mungkin juga menyukai