Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era reformasi saat ini, hukum memegang peran penting dalam berbagai segi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi setiap orang, yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan
hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan. Perubahan konsep
pemikiran penyelenggaraan pembangunan kesehatan tidak dapat dielakkan. Pada awalnya
pembangunan kesehatan bertumpu pada upaya pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan, bergeser pada penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh dengan
penekanan pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Paradigma ini
dikenal dalam kalangan kesehatan sebagai paradigma sehat.
Sebagai konsekuensi logis dari diterimanya paradigma sehat maka segala kegiatan
apapun harus berorientasi pada wawasan kesehatan, tetap dilakukannya pemeliharaan dan
peningkatan kualitas individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungan dan secara terus
menerus memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau serta mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Secara ringkas untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang maka
harus secara terus menerus dilakukan perhatian yang sungguh-sungguh bagi penyelenggaraan
pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan, adanya jaminan atas pemeliharaan
kesehatan, ditingkatkannya profesionalisme dan dilakukannya desentralisasi bidang
kesehatan. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah barang tentu memerlukan perangkat hukum
kesehatan yang memadai. Perangkat hukum kesehatan yang memadai dimaksudkan agar
adanya kepastian hukum dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara upaya
kesehatan maupun masyarakat penerima pelayanan kesehatan. Pertanyaan yang muncul
adalah siapa saja tenaga kesehatan itu dan keterkaitannya dengan sumpah atau kode etik
tenaga kesehatan dokter dan bidan, Dan apakah yang dimaksud dengan hukum kesehatan,
apa yang menjadi landasan hukum kesehatan, materi muatan peraturan perundang-undangan
bidang kesehatan, dan hukum kesehatan di masa mendatang. Diharapkan jawaban atas
pertanyaan tersebut dapat memberikan sumbangan pemikiran, baik secara teoritikal maupun

1
praktikal terhadap keberadaan hukum kesehatan. Untuk itu dilakukan kajian normatif, kajian
yang mengacu pada hukum sebagai norma dengan pembatasan pada masalah kesehatan
secara umum melalui tradisi keilmuan hukum.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
2) Apa itu Terminologi danTerminologi Hukum Kesehatan?
3) Bagaimana Posisi Hukum Kesehatan dalam Hukum?
4) Apa itu Sumber Hukum Kesehatan?
5) Apa itu Subjek Hukum Kesehatan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Hukum dan Posisi Hukum Kesehatan
dalam Hukum.
2) Mengetahui Sumber Hukum Kesehatan.
3) Mengetahui Subjek Hukum Kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Terminologi Secara Umum


Terminologi adalah suatu upaya untuk menjelaskan pengertian dari suatu istilah,
kemudian memperjelasnya sehingga tidak melenceng dari pengertian yang sebenarnya.
Terminology juga disebut peristilahan, yaitu bidang ilmu yang mengkaji mengenai
pengertian atau defenisi suatu istilah dan penggunaannya. Secara sederhana, terminology
adalah suatu penjelasan tentang apa maksud yang sebenarnya dari suatu istilah.
Misalnya istilah ijtihad, secara bahasa atau etimologi istilah ini berarti kesusahan atau
kesulitan dan kemampuan atau kesanggupan. Ini tentu belum memberikan pemahaman yang
jelas kepada kita mengenai maksud istilah tersebut. Untuk memahaminya kita perlu melihat
arti istilah tersebut secara terminology, yaitu bersungguh-sungguh menggunakan seluruh
kemampuan yang dimiliki untuk melakukan sesuatu yang sulit. Seperti ijtihad yang
dilakukan para ulama untuk menentukan hokum suatu perbuatan atau masalah yang tidak
dijelaskan secara gambling dalam Al_Quran dan Hadits.
2.2 Terminologi Hukum Kesehatan
Dunia ilmu sudah sejak lama merintis adanya disiplin baru yaitu Hukum Kedokteran,
atau Hukum Medik sebagai terjemahan dari Medical Law. Atau juga ada yang menyebut
Hukum Kesehatan atau Health Law atau Gezondheidsrech. Batasan ruang lingkup pengertian
ini sangat penting artinya, karena akan relevan dengan perkembangannya di dunia
internasional. Perkembangan bidang hukum baru ini di negara-negara yang menganut sistem
kodifikasi seperti halnya Negeri Belanda, Perancis dan Jerman, agak berbeda bila
dibandingkan dengan Negara-Negara yang menganut sistim kebiasaan (common law),
seperti Amerika Serikat, Australia dan Inggris. Sehingga perlu ditetapkan batasan ruang
lingkup pengertiannya, sehingga pembahasannya juga akan jelas.
Mengenai penyebutannya misalnya, Negara-Negara Eropa ( Belanda, Prancis, Jerman
dan sebagainya) mempergunakan Pengantar Hukum Kesehatan dan masuk dalam kurikulum
fakultas hukum. Penggunaannya belum terlalu lama dan penting adanya pemahaman yang
sama tentang ruang lingkup dan pengertian hukum kesehatan, karena masih ada pendapat
yang keliru, menganggap hukum kesehatan identik dengan hukum kedokteran. Kemudian

3
belum pula ada pemahaman antara lingkup hukum kesehatan dan ilmu kedokteran
kehakiman. Selanjutnya perlu juga dipahami bahwa dalam hukum kesehatan dikenal
pendekatan dua ilmu, yaitu ilmu kesehatan / kedokteran dan ilmu hukum yang disebut
pendekatan medicolegal.
Memakai istilahkan Medical Law, atau Medical Recht, sementara di Amerika, Inggris
dan Australia lebih menyukai istilah Health Law atau hukum kesehatan.
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya
kekacauan.
Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum dalam
masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarat berhak untuk memperoleh pembelaan didepan
hukum. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan atau ketetapan/ ketentuan yang
tertulis ataupun yang tidak tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan
sangsi untuk orang yang melanggar hukum.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan
adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun
secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
2.2.1 Definisi Hukum Kesehatan Menurut pakar ahli hokum
Van Der Mijn, pengertian dari hukum kesehatan diartikan sebagai hukum yang
berhubungan secara langsung dengan pemeliharaan kesehatan yang meliputi penerapan
perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara atau definisi hukum kesehatan
adalah sebagai keseluruhan aktifitas juridis dan peraturan hukum dalam bidang kesehatan
dan juga studi ilmiahnya.
Leenen Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan hukum di
bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.

4
Pasal 1 butir (1) Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentgang kesehatan menyatakan
yang disebut sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan
Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut hak dan
kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya,
organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan
hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum kedokteran merupakan bagian dari
hukum kesehatan, yaitu yang menyangkut asuhan / pelayanan kedokteran (medical care /
sevice)
2.2.2 Subjek dan Objek:

Subjek Hukum Kesehatan adalah Pasien dan tenaga kesehatan termasuk institusi
kesehatan sedangkan objek Hukum Kesehatan adalah perawatan kesehatan (Zorg voor de
gezondheid).

2.3 Tujuan Hukum Kesehatan


Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti
memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan,pendidikan,
kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk
terwujudnya derajat kesehatan yangoptimal berada di tangan seluruh masyarakat
Indonesia, pemerintah dan swastabersama-sama
Tujuan hukum Kesehatan pada intinya adalah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban didalam
masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terpenuhi dan terlindungi (Mertokusumo,
1986). Dengan demikian jelas terlihat bahwa tujuan hukum kesehatanpun tidak akan banyak
menyimpang dari tujuan umum hukum. Hal ini dilihat dari bidang kesehatan sendiri yang
mencakup aspeksosial dan kemasyarakatan dimana banyak kepentingan harus dapat
diakomodir dengan baik.

5
2.4 Azas Hukum Kesehatan
1. Asas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa
penyelenggaraan kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membeda-bedakan golongan, agama, dan
bangsa;
2. Asas manfaat berarti memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan
perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara;
3. Asas usaha bersama dan kekeluargaan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan
dilaksanakan melalui kegiatan yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan
dijiwai oleh semangat kekeluargaan;
4. Asas adil dan merata berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang
terjangkau oleh masyarakat;
5. Asas perikehidupan dalam keseimbangan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus
dilaksanakan seimbang antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan
mental, antara materiel dan spiritual;
6. Asas kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan sendiri berarti bahwa penyelenggaraan
kesehatan harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri
dengan memanfaatkan potensi nasional seluas-luasnya.
2.5 Ruang Lingkup Hukum Kesehatan
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari Hukum KEsehatan adalah diantaranya :
1) Hukum Medis (Medical Law);
2) Hukum Keperawatan (Nurse Law);
3) Hukum Rumah Sakit (Hospital Law);
4) Hukum Pencemaran Lingkungan (Environmental Law);
5) Hukum Limbah (dari industri, rumah tangga, dsb);
6) Hukum peralatan yang memakai X-ray (Cobalt, nuclear);
7) Hukum Keselamatan Kerja;
8) Dan Peraturan-peraturan lainnya yang ada kaitan langsung yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia.

6
Menurut Leenen, masalah kesehatan dikelompokkan dalam 15 kelompok: (Pasal 11
UUK)

1) kesehatan keluarga
2) perbaikan gizi
3) pengemanan makanan dan minuman
4) kesehatan lingkungan
5) kesehatan kerja
6) kesehatan jiwa
7) pemberantasan penyakit
8) penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9) penyuluhan kesehatan
10) pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11) pengamanan zat adiktif
12) kesehatan sekolah
13) kesehatan olah raga
14) pengobatan tradisional
15) kesehatan matra

Latar Belakang disusunnya peraturan perundang-undnagan di bidang pelayanan


kesehatan, adalah: karena adanya kebutuhan

1) pengaturan pemberian jasa keahlian


2) tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan
3) keterarahan
4) pengendalian biaya
5) kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentingannya serta identifikasi
kewajiban pemerintah
6) perlindungan hukum pasien
7) perlindungan hukum tenaga kesehatan
8) perlindungan hukum pihak ketiga
9) perlindungan hukum bagi kepentingan umum

7
2.6 Sumber Hukum Kesehatan
Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi juga
yurisprudensi, traktat, Konvensi, doktrin, konsensus dan pendapat para ahli hukum maupun
kedokteran. Hukum tertulis, traktat, Konvensi atau yurisprudensi, mempunyai kekuatan
mengikat (the binding authority), tetapi doktrin, konsensus atau pendapat para ahli tidak
mempunyai kekuatan mengikat, tetapi dapat dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam
melaksanakan kewenangannya, yaitu menemukan hukum baru.
Zevenbergen mengartikan sumber hukum adalah sumber terjadinya hukum; sumber yang
menimbulkan hukum. Sedangkan Achmad Ali, sumber hukum adalah tempat di mana kita
dapat menemukan hukum.
Sumber hukum dapat dibedakan ke dalam :
a. Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor yang turut menentukan isi hukum.
Misalnya, hubungan sosial/kemasyarakatan, kondisi atau struktur ekonomi,
hubungan kekuatan politik, pandangan keagamaan, kesusilaan dsb.
b. Sumber hukum formal merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum; melihat sumber hukum dari segi bentuknya.
Yang termasuk sumber hukum formal, adalah :
1) Undang-undang (UU);
2) Kebiasaan;
3) Yurisprudensi;
4) Traktat (Perjanjian antar negara);
5) Perjanjian;
6) Doktrin.
2.6.1 Undang-undang.
Undang-undang ialah peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara
yang berwenang, dan mengikat masyarakat. UU di sini identik dengan hukum tertulis
(Ius scripta) sebagai lawan dari hukum yang tidak tertulis. (Ius non scripta). Istilah
tertulis tidak bisa diaertikan secara harafiah, tetapi dirumuskan secara tertulis oleh
pembentuk hukum khusus (speciali rechtsvormende organen).
UU dapat dibedakan dalam arti :

8
a. UU dalam arti formal, yaitu keputusan penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara
terjadinya, sehingga disebut UU. Jadi merupakan ketetapan penguasa yang
memperoleh sebutan UU karena cara pembentukannya. Di Indonesia UU dalam arti
formal dibentuk oleh Presiden dengan persetujuan DPR (pasal 5 ayat 1 UUD45).
b. UU dalam arti materiil, yaitu keputusan atau ketetapan penguasa, yang dilihat dari
isinya dinamai UU dan mengikat semua orang secara umum.
2.6.2 Kebiasaan (custom).
Kebiasaan adalah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang dilakukan
berulang-ulang. Kebiasaan ini kemudian mempunyai kekuatan normatif, kekuatan
mengikat. Kebiasaan biasa disebut dengan istilah adat, yang berasal dari bahasa Arab
yang maksudnya kebiasaan. Adat istiadat merupakan kaidah sosial yang sudah sejak
lama ada dan merupakan tradisi yang mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu.
Dari adat kebiasaan itu dapat menimbulkan adanya hukum adat.
2.6.3 Yurisprudensi.
Adalah keputusan hakim/ pengadilan terhadap persoalan tertentu, yang menjadi
dasar bagi hakim-hakim yang lain dalam memutuskan perkara, sehingga keputusan
hakim itu menjadi keputusan hakim yang tetap.
2.6.4 Perjanjian.
Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum karena perjanjian yang telah
dibuat oleh kedua belah pihak (para pihak) mengikat para pihak itu sebagai undang-
undang. Hal ini diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata.
Ada 3 asas yang berlaku dalam perjanjian, yaitu :
a. Asas konsensualisme (kesepakatan), yaitu perjanjian itu telah terjadi (sah dan
mengikat) apabila telah terjadi kesepakatan antara para pihak yang mengadakan
perjanjian.
b. Asas kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian,
bebas menentukan bentuk perjanjian, bebas menentukan isi perjanjian dan dengan
siapa (subyek hukum) mana ia mengadakan perjanjian, asal tidak bertentangan dengan
kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang.
c. Asas Pacta Sunt Servanda, adalah perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak (telah
disepakati) berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.

9
2.6.5 Traktat (Perjanjian Antarnegara)
Dalam pasal 11 UUD 1945, menyatakan bahwa Presiden dengan persetujuan DPR
menyatakan perang, membuat perdamaian dan membuat perjanjian dengan negara
lain. Perjanjian antaranegara yang sudah disahkan berlaku dan mengikat negara
peserta, termasuk warga negaranya masing-masing.
2.6.6 Doktrin
Adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar pengaruhnya bagi
pengadilan (hakim) dalam mengambil keputusannya. Doktrin untuk dapat menjadi
salah satu sumber hukum (formal) harus telah menjelma menjadi keputusan hakim.
2.7 Fungsi Hukum Kesehatan
Fungsi dari Hukum Kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya mengatur tata kehidupan di
dalam sub sektor yang kecil tetapi keberadaannya dapat memberi sumbangan yang
besar bagi ketertiban masyarakat secara keseluruhan.
b. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di bidang
kesehatan). Benturan antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat.
c. Merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat menghalang-halangi
dokter untuk melakukan pertolongan terhadap penjahat yang luka-luka karena
tembakan, maka tindakan tersebut sebenarnya keliru dan perlu diluruskan.
Contoh lain: mengenai pandangan masyarakat yang menganggap doktrer sebagai dewa
yang tidak dapat berbuat salah. Pandangan ini juga salah, mengingat dokter adalah
manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan di dalam menjalankan profesinya,
sehingga ia perlu dihukum jika perbuatannya memang pantas untuk dihukum.
Keberadaan Hukum Kesehatan di sini tidak saja perlu untuk meluruskan sikap dan
pandangan masyarakat, tetapi juga sikap dan pandangan kelompok dokter yang sering
merasa tidak senang jika berhadapan dengan proses peradilan.
Sedangkan Menurut bredemeier Fungsi Hukum Kesehatan yaitu menertibkan
pemecahan konflik -konflik misalnya kelalaian penyelenggaraan pelayanan bersumber
dari kelalaian tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya.

2.8 Posisi Hukum Kesehatan dalam Hukum


10
Didalam setiap gerak kehidupan perlu adanya aturan aturan hukum yang mengikat
untuk mencapai terciptanya suatu keharmonisan dalam segala bidang, terutama dalam
bidang kesehatan pada khususnya, yang diatur didalam hukum kesehatan.
Adapun maksud dan tujuan diciptakannya hukum kesehatan adalah untuk menjaga
ketertiban didalam masyarakat, serta menyelesaikan sengketa didalam masyarakat
yang berhubungan dengan kesehatan. Dimana objek hukum lebih menitik beratkan
pada perbuatan lahir. Di lihat dari hal tersebut diatas maka hukum kesehatan tidak
hanya bersifat teoritis saja, tetapi lebih cenderung pada pengaturan kelompok profesi
kedokteran dan profesi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Adapun definisi
hukum kesehatan itu dapat diartikan pula sebagai peraturan peraturan dan keputusan
hukum yang mengatur tentang pengelolaan praktik kesehatan, serta bagian dari hukum
kesehatan yang menyangkut tentang pelayanan medis ( Satjipto Raharjo, 1997 : 10 ).
Van Der Mijn menjelaskan bahwa hukum kesehatan di batasi pada hukum yang
mengatur tentang produk-produk profesi kedokteran yang di sebabkan karena adanya
hubungan dengan pihak lain, baik itu dengan pasien ataupun dengan tenaga kesehatan
yang lain (Van Der Mijn, 1984 : 2).
Hukum kesehatan mempunyai objek, yaitu. Pada asasnya bila di kaitkan dengan hak
hak dasar yang telah melekat pada diri manusia sejak lahir, hukum kesehatan pada
asasnya bertumpu pada 2 ( dua ) hak manusia bersifat asasi, yang merupakan hak dasar
sosial yaitu :
1) Hak untuk menentukan nasib sendiri, diantaranya adalah hak atas perawatan
kesehatan.
2) Hak dasar individual, yang didalamnya berisikan tentang hak atas informasi
kesehatan.
Dari hak dasar manusia inilah merupakan awal titik tolak pemikiran John Locke
yang mengatakan bahwa didalam diri manusia dapat ditemukan asas asas yang
merupakan hak hak aslinya, dan hak ini tidak dapat diganggu gugat, termasuk di
dalamnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal seperti yang
dikatakan John Locke, seperti yang tertulis dalam buku ( Hermien Hadiati K. 1998 :
53). Hak atas pelayanan kesehatan tersebut merupakan hak setiap orang dalam
kaitannya dengan hukum kedokteran. Hak pasien atas perawatan kesehatan itu
bertolak dari hubungan asasi antara dokter dan pasien yang saling berkait untuk
menyatukan keduanya.
BAB III

11
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahwa untuk menunjang masuknya arus globalisasi ini maka pemerintah mencoba untuk
lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, hal ini untuk menjamin
masyarakat dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat cepat sehingga
permasalahan kesehatan dapat teratasi demi kepuasan masyarakat. Kepentingan-
kepentingan masyarakat akan dapat menginginkan adanya perubahan dalam bidang
pelayanan kesehatan, meskipun dalam beberapa kasus yang terjadi saat ini membuat
masyarakat merasa lebih berhati-hati dalam memilih tempat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Dengan hadirnya Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ini
akan membawa perubahan dalam bidang pelayanan kesehatan baik perseorangan maupun
masyarakat, Serta memberikan perlindungan yang maksimal bagi masyarakat.

3.2 Saran
Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan, agar makalah ini dapat menjadikan suatu pedoman untuk
kalangan umum. Kami sebagai penyusun memohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Atas kritik , saran, dan perhatiannya
kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

12
http://www.bahankuliyah.com/2014/05/hukum-kesehatan.html

https://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-terminologi/

Wikipedia bahasa Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai