Anda di halaman 1dari 13

HUKUM KESEHATAN

Pendahuluan

Kesehatan merupakan bagian penting dari kesejahteraan masyarakat. Kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping sandang, pangan dan papan. Dengan berkembangnya pelayanan kesehatan dewasa ini, memahami etika Kesehatan merupakan bagian penting dari kesejahteraan masyarakat. Kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping sandang, pangan dan papan. Dengan berkembangnya pelayanan kesehatan dewasa ini, memahami etika kesehatan merupakan tuntunan yang dipandang semakin perlu, karena etika kesehatan membahas tentang tata susila dokter dalam menjalankan profesi, khususnya yang berkaitan dengan pasien. Oleh karena itu tatanan kesehatan secara normatif menumbuhkan pengembangan hukum kesehatan bersifat khusus (Lex specialis) yang mengandung ketentuan penyimpangan/eksepsional jika dibandingkan dengan ketentuan hukum umum (Lex generale).1,2,3 Konsep dasar hukum kesehatan mempunyai ciri istimewa yaitu beraspek: (1) Hak Azasi Manusia (HAM), (2) Kesepakatan internasional, (3) Legal baik pada level nasional maupun internasional, (4) Iptek yang termasuk tenaga kesehatan professional. Komponen hukum kesehatan tumbuh dari keterpaduan hukum administrasi, hukum pidana, hukum perdata dan hukum internasional. Dalil yang berkembang dalam hukum kesehatan dan pelayanan kesehatan dapat mencakup legalisasi dalam moral dan moralisasi dalam hukum sebagai suatu dalil yang harus mulai dikembangkan dalam pelayanan kesehatan. Secara normatif menurut Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, harus mengutamakan pelayanan kesehatan: 1. Menjadi tanggung jawab pemerintah dan swasta dengan kemitraan kepada pihak masyarakat. 2. Semata-mata tidak mencari keuntungan. Dua batasan nilai norma hukum tersebut perlu ditaati agar tidak mengakibatkan reaksi masyarakat dan tumbuh konflik dengan gugatan/tuntutan hukum.1,2,3

SMF ILMU FORENSIK RSUPM

Page 1

HUKUM KESEHATAN

Definisi 1,2,3 Hukum kesehatan adalah kaidah atau peraturan hukum yang mengatur hak dan kewajiban tenaga kesehatan, individu dan masyarakat dalam pelaksanaan upaya kesehatan, aspek organisasi kesehatan dan aspek sarana kesehatan. Selain itu, hukum kesehatan dapat juga dapat didefinisikan sebagai segala ketentuan atau peraturan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Dalam Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa : Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis Hukum kesehatan (Health Law) menurut: 1. Van Der Mijn: Hukum Kesehatan diratikan sebagai hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi: penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara. 2. Leenen: Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya. Secara ringkas hukum kesehatan adalah: a. Kumpulan peraturan yang mengatur tetang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan b. Seperangkat kaidah yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan dengan upaya dan pemeliharaan di bidang kesehatan. c. rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang mengatur pelayanan medik dan sarana medik Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan amanah konstitusi dan cita-cita bangsa Indonesia. Oleh karenanya, untuk setiap kegiatan dan atau upaya yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya harus dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan daya saing bangsa serta pembangunan nasional Indonesia.
SMF ILMU FORENSIK RSUPM Page 2

HUKUM KESEHATAN
Hukum kesehatan berperan untuk mengusahakan adanya keseimbangan tatanan di dalam upaya pelaksanaan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat serta memberikan jaminan kepastian hukum sesuai dengan hukum kesehatan yang berlaku.

Sejarah Hukum Kesehatan 1,4,5 Raja Hammurabi dari babylonia menyusun kodefikasi hukum yang yang antara lain juga mengatur dokter dalam menjalankan profesinya (> 20 abad SM). Pemerintah kolonial Belanda menerbitkan ordonansi tentang pemeliharaan kesehatan masyarakat. Di Belanda, istilah Gezondheidsrecht (Hukum Kesehatan) baru diusulkan Goudsmit tahun 1954 yang pada akhirnya telah dilupakan orang. Lalu pada tahun 1960-an, muncul kembali dipicu berdirinya Vereniging Voor Gezondhheidsrecht (Perkumpulan untuk Hukum Kesehatan) tahun 1967. Sejak tahun 1977 perkumpulan ini menerbitkan Tijdschrift Voor Gezondhheidsrecht (Majalah Hukum Kesehatan) yang besar pengaruhnya dalam

menyebarluaskan pengetahuan hukum kesehatan. Kongres internasional pertama tentang Hukum Kedokteran diselenggarakan di Kent, Belgia (1967) yang dihadiri oleh ahli hukum senior dan dokter dari indonesia dimana orang tersebut menjadi orang-orang pertama yang menyebarkan informasi tentang perkembangan hukum kesehatan di indonesia.

Cakupan Hukum Kesehatan 2,4

SMF ILMU FORENSIK RSUPM

Page 3

HUKUM KESEHATAN
Hukum kesehatan memiliki cakupan yang lebih luas daripada hukum medis (medical law). Hukum kesehatan meliputi, hukum medis (medical law), hukum keperawatan (nurse law), hukum rumah sakit (hospital law), hukum pencemaran lingkungan (environmental law) dan berbagai mcam peraturan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan manusia. Pasal 1 butir (1) Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan yang disebut sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Menurut Leenen, masalah kesehatan dikelompokkan dalam 15 kelompok: (Pasal 11 UUK) 1. kesehatan keluarga 2. perbaikan gizi 3. pengemanan makanan dan minuman 4. kesehatan lingkungan 5. kesehatan kerja 6. kesehatan jiwa 7. pemberantasan penyakit 8. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan 9. penyuluhan kesehatan 10. pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan 11. pengamanan zat adiktif 12. kesehatan sekolah 13. kesehatan olah raga 14. pengobatan tradisional 15. kesehatan matra

hukum kesehatan di Indonesia belum seluruhnya memenuhi ruang lingkup yang ideal, sehingga yang diperlukan adalah: 1. melakukan inventarisasi dan analisis terhadap perundang-undangan yang sudah ada untuk dikaji sudah cukup atau belum.

SMF ILMU FORENSIK RSUPM

Page 4

HUKUM KESEHATAN
2. perlu dilakukan penyuluhan tidak hanya terbatas kepada tenaga kesehatan saja tetapi juga kalangan penagak hukum dan masyarakat 3. perlu dilakukan identifikasi yang tepat bagi pengaturan masalah-masalah kesehatan guna pembentukan perundang-undangan yang benar.

Hukum kesehatan tidak dimuat dalam satu kitab khusus seperti halnya kitab UndangUndang Hukum Perdata atau Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab UndangUndang Hukum Dagang. Hukum kesehatan dapat ditemukan dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kesehatan manusia atau peraturan perundangundangan lainnya yang memuat pasal atau ketentuan mengenai kesehatan manusia. Ketentuan mengenai hukum kesehatan tersebut penerapannya dan penafsirannya serta penilaian terhadap faktanya merupakan bidang medis. Inilah sebabnya hukum kesehatan merupakan salah bidang ilmu yang cukup sulit untuk ditekuni karena harus terkait dengan 2 (dua) disiplin ilmu sekaligus. Ketentuan mengenai hukum kesehatan yang saat ini sedang populer sebagai bahan diskusi mengenai hukum kesehatan adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Salah satunya adalah adanya ketentuan yang mewajibkan daerah untuk mengalokasikan dana kesehatan sebesar 10% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Selain itu, hingga saat ini ketentuan mengenai hukum kesehatan tersebut, belum diturunkan dalam Peraturan Pemerintah yang akan memudahkan daerah kabupaten kota di Indonesia untuk menerjemahkannya menjadi Peraturan Daerah sesuai dengan kondisi daerah masingmasing.

Fungsi Hukum Kesehatan 2,4,5 Fungsi hukum kesehatan adalah:

1. menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya mengatur tata kehidupan di dalam sub sektor yang kecil tetapi keberadaannya dapat memberi sumbangan yang besar bagi ketertiban masyarakat secara keseluruhan.

SMF ILMU FORENSIK RSUPM

Page 5

HUKUM KESEHATAN
2. menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di bidang kesehatan). Benturan antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat 3. merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat menghalang-halangi dokter untuk melakukan pertolongan terhadap penjahat yang luka-luka karena tembakan, maka tindakan tersebut sebenarnya keliru dan perlu diluruskan.

Contoh lain: mengenai pandangan masyarakat yang menganggap doktrer sebagai dewa yang tidak dapat berbuat salah. Pandangan ini juga salah, mengingat dokter adalah manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan di dalam menjalankan profesinya, sehingga ia perlu dihukum jika perbuatannya memang pantas untuk dihukum. Keberadaan Hukum Kesehatan di sini tidak saja perlu untuk meluruskan sikap dan pandangan masyarakat, tetapi juga sikap dan pandangan kelompok dokter yang sering merasa tidak senang jika berhadapan dengan proses peradilan.

Euthanasia6,7 Definisi Euthanasia adalah pembunuhan dalam segi medis yang disengaja, dengan aksi atau dengan penghilangan suatu hak pengobatan yang seharusnya oleh pasien, agar pasien tersebut dapat meninggal adalah disengaja, artinya jika aksi tersebut hal tersebut bukanlah euthanasia. Aksi ini dilakukan secara legal menurut undang-undang untuk pertama kali adalah di negara Belanda, negara pertama di dunia yang telah secara hukum menyetujui euthanasia. Meskipun begitu, aksi tersebut dilakukan dengan hati-hati dan dengan berbagai perhitungan terlebih dahulu. sangat secara wajar. Kata didapatkan kuncinya

dilakukan dengan tidak sengaja, maka

Sejarah Sekitar tahun 400 sebelum Masehi, sebuah sumpah yang terkenal dengan sebutan The Hippocratic Oath yang dinyatakan oleh seorang Hipokratis Yunani, dengan jelas mengatakan:
SMF ILMU FORENSIK RSUPM Page 6

Fisikawan

HUKUM KESEHATAN
Saya tidak akan memberikan obat mematikan pada siapapun, atau menyarankan hal tersebut pada siapapun.- The Hippocratic Oath

Sekitar abad ke-14 sampai abad ke-20, Hukum Adat Inggris yang dipetik oleh Mahkamah Agung Amerika tahun 1997 dalam pidatonya: Lebih jelasnya, selama lebih dari 700 tahun, orang Hukum Adat Amerika Utara telah menghukum atau tidak menyetujui aksi bunuh diri individual ataupun dibantu. Chief Justice Rehnquist Tahun 1920, terbitnya buku berjudul Permitting the Destruction of Life not Worthy of Life. Dalam buku ini, Alfred Hoche, M.D., Dosen Psikologi dari Universtas Freiburg, dan Karl Binding, Dosen Hukum dari Universitas Leipzig, memperdebatkan bahwa seorang pasien yang meminta untuk diakhiri hidupnya harus, dibawah pengawasan ketat, dapat memperolehnya dari seorang pekerja medis. Buku ini men-support euthanasia non-sukarela yang dilakukan oleh Nazi Jerman. Tahun 1935, The Euthanasia Society of England, atau Kelompok Euthanasia Inggris, dibentuk sebagai langkah menyetujui euthanasia. Tahun 1939, Nazi Jerman memberlakukan euthanasia secara non-sukarela. Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya. Tahun 1955, Belanda sebagai negara pertama yang mengeluarkan UndangUndang yang menyetujui euthanasia, dan diikuti oleh Australia yang melegalkannya di tahun yang sama. Setelah dua negara itu mengeluarkan undang-undang yang sah tentang euthanasia, beberapa negara masih menganggapnya sebagai konflik, namun ada juga yang ikut mengeluarkan undang-undang yang sama.

Jenis1 Di bawah ini dikemukakan beberapa jenis euthanasia: 1. euthanasia aktif 2. euthanasia pasif

SMF ILMU FORENSIK RSUPM

Page 7

HUKUM KESEHATAN
3. euthanasia volunter 4. euthanasia involunter

1. Euthanasia aktif

Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter untuk mengakhiri hidup seorang (pasien) yang dilakukan secara medis. Biasanya dilakukan dengan penggunaan obat-obatan yang bekerja cepat dan mematikan.

Euthanasia aktif terbagi menjadi dua golongan: a. Euthanasia aktif langsung, yaitu cara pengakhiran kehidupan melalui tindakan medis yang diperhitungkan akan langsung mengakhiri hidup pasien. Misalnya dengan memberi tablet sianida atau suntikan zat yang segera mematikan.

b.

Euthanasia aktif tidak langsung, yang menunjukkan bahwa tindakan medis yang dilakukan tidak akan langsung mengakhiri hidup pasien, tetapi diketahui bahwa risiko tindakan tersebut dapat mengakhiri hidup pasien. Misalnya, mencabut oksigen atau alat bantu kehidupan lainnya.

SMF ILMU FORENSIK RSUPM

Page 8

HUKUM KESEHATAN
2. Euthanasia pasif

Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia, sehingga pasien diperkirakan akan meninggal setelah tindakan pertolongan dihentikan.

3. Euthanasia volunter

Euthanasia jenis ini adalah Penghentian tindakan pengobatan atau mempercepat kematian atas permintaan sendiri.

4. Euthanasia involunter

Euthanasia involunter adalah jenis euthanasia yang dilakukan pada pasien dalam keadaan tidak sadar yang tidak mungkin untuk menyampaikan keinginannya. Dalam hal ini dianggap famili pasien yang bertanggung jawab atas penghentian bantuan pengobatan. Perbuatan ini sulit dibedakan dengan perbuatan kriminal.

Selain kategori empat macam euthanasia di atas, euthanasia juga mempunyai macam yang lain, hal ini diungkapkan oleh beberapa tokoh, diantaranya Frans magnis suseno dan Yezzi seperti dikutip Petrus Yoyo Karyadi, mereka menambahkan macam-macam euthanasia selain euthanasia secara garis besarnya, yaitu:

1.

Euthanasia murni, yaitu usaha untuk memperingan kematian seseorang

tanpa memperpendek kehidupannya. Kedalamnya termasuk semua usaha perawatan agar yang bersangkutan dapat mati dengan "baik".

2.

Euthanasia tidak langsung, yaitu usaha untuk memperingan kematian

dengan efek samping, bahwa pasien mungkin mati dengan lebih cepat. Di sini ke dalamnya termasuk pemberian segala macam obat narkotik, hipnotik dan

SMF ILMU FORENSIK RSUPM

Page 9

HUKUM KESEHATAN
analgetika yang mungkin "de fakto" dapat memperpendek kehidupan walaupun hal itu tidak disengaja.

3.

Euthanasia sukarela, yaitu mempercepat kematian atas persetujuan

atau permintaan pasien. Adakalanya hal itu tidak harus dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari pasien atau bahkan bertentangan dengan pasien.

4.

Euthanasia nonvoluntary, yaitu mempercepat kematian sesuai dengan

keinginan pasien yang disampaikan oleh atau melalui pihak ketiga (misalnya keluarga), atau atas keputusan pemerintah.

Informed Consent 1,8 Definisi Secara harfiah Consent artinya persetujuan, atau lebih tajam lagi, izin. Jadi Informed consent adalah persetujuan atau izin oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan tindakan medis pada pasien, seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lain-lain untuk menegakkan diagnosis, memberi obat, melakukan suntikan, menolong bersalin, melakukan pembiusan, melakukan pembedahan, melakukan tindak-lanjut jika terjadi kesulitan, dan sebagainya. Selanjutnya kata Informed terkait dengan informasi atau penjelasan. Dapat disimpulkan bahwa Informed Consent adalah persetujuan atau izin oleh pasien (atau keluarga yang berhak) kepada dokter untuk melakukan tindakan medis atas dirinya, setelah kepadanya oleh dokter yang bersangkutan diberikan informasi atau penjelasan yang lengkap tentang tindakan itu. Mendapat penjelasan lengkap itu adalah salah satu hak pasien yang diakui oleh undang-undang sehingga dengan kata lain Informed consent adalah Persetujuan Setelah Penjelasan. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585 Tahun 1989, Persetujuan Tindakan Medik adalah Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

SMF ILMU FORENSIK RSUPM

Page 10

HUKUM KESEHATAN

Pengaturan Di Indonesia terdapat ketentuan informed consent yang diatur dalam : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Penjelasannya. 3. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI). 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis. 5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1419/Men.Kes/Per/X/2005 tentang Penyelanggaraan Praktik Kedokteran. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan. 7. Surat Keputusan PB IDI No 319/PB/A4/88.

Bentuk Ada 2 bentuk Persetujuan Tindakan Medis, yaitu :16 1. Implied Consent (dianggap diberikan) Umumnya implied consent diberikan dalam keadaan normal, artinya dokter dapat menangkap persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat yang diberikan/dilakukan pasien. Demikian pula pada kasus emergency sedangkan dokter memerlukan tindakan segera sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya tidak ada ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan medik terbaik menurut dokter.

2. Expressed Consent (dinyatakan)

SMF ILMU FORENSIK RSUPM

Page 11

HUKUM KESEHATAN
Dapat dinyatakan secara lisan maupun tertulis. Dalam tindakan medis yang bersifat invasive dan mengandung resiko, dokter sebaiknya mendapatkan persetujuan secara tertulis, atau yang secara umum dikenal di rumah sakit sebagai surat izin operasi.

Hakikat Informed consent mengandung 2 (dua) unsur esensial yaitu : 1. 2. Informasi yang diberikan oleh dokter; Persetujuan yang diberikan oleh pasien. Sehingga persetujuan yang diberikan oleh pasien memerlukan beberapa masukan sebagai berikut : 1. Penjelasan lengkap mengenai prosedur yang akan digunakan dalam

tindakan medis tertentu (masih berupa upaya percobaan). 2. Deskripsi tentang efek-efek sampingan serta akibat-akibat yang tidak

diinginkan yang mungkin timbul. 3. Deskripsi tentang keuntungan-keuntungan yang dapat diantisipasi untuk

pasien. 4. Penjelasan tentang perkiraan lamanya prosedur / terapi / tindakan

berlangsung. 5. Deskripsi tentang hak pasien untuk menarik kembali consent tanpa

adanya prasangka mengenai hubungannya dengan dokter dan lembaganya. 6. Prognosis tentang kondisi medis pasien bila ia menolak tindakan medis

tersebut.

SMF ILMU FORENSIK RSUPM

Page 12

HUKUM KESEHATAN

Daftar Pustaka

1. Makalah Sistem dan Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Available from : www.ariabimantara.files.wordpress.com/2011. Filetype : doc

2. Kuliah Hukum Kesehatan. Available from : http://budi399.wordpress.com/2010/02/10/kuliah-hukum-kesehatan/

3. Upaya Kesehatan dan Hukum by Prof, DR. dr. Amri Amir, Sp. F (K), DFM, SH. Available from : Repository USU. Filetype : PPT

4. Euthanasia. Available from : http://mytaste.wordpress.com/euthanasia/

5. Macam-Macam Euthanasia. Avaialble from : http://satriabajahikam.blogspot.com/2013/04/macam-macam-euthanasia.html

6. Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) di RSUP DR. Kariadi Semarang by : Ratih Kusuma Dewi. Universitas Diponegoro. Filetype: PDF

SMF ILMU FORENSIK RSUPM

Page 13

Anda mungkin juga menyukai