Anda di halaman 1dari 21

MEMAHAMI AKAR-AKAR HUKUM KESEHATAN

Oleh:
Kelompok 6

Amelia Rahma (22100100049)


Sekar Ayu Amalia H.P (22100100063)
Siti Mutia Latif (22100100078)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2023/2024

Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Kec. Ciputat Tim., Kota Tangerang Selatan, Banten
15419
DAFTAR ISI

PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. DEFINISI HUKUM KESEHATAN..................................................................................3
B. ASPEK HUKUM KESEHATAN......................................................................................5
C. AKAR HUKUM KESEHATAN.......................................................................................8
D. PERATURAN MENGENAI LAYANAN DAN PENYEDIA LAYANAN KESEHATAN...11
E. BIDANG HUKUM KESEHATAN.................................................................................13
F. HUBUNGAN HUKUM PENYELENGGARAAN KESEHATAN.....................................15
KESIMPULAN.......................................................................................................................19
LATIHAN SOAL....................................................................................................................20
PEMBAHASAN

A. DEFINISI HUKUM KESEHATAN

Sesuai tuntutan konstitusi dan tujuan bangsa Indonesia, kesehatan merupakan hal
yang krusial dan merupakan salah satu aspek kesejahteraan yang harus dicapai. Oleh karena
itu, prinsip-prinsip non-diskriminasi, partisipasi, perlindungan, dan keberlanjutan harus
mendasari semua kegiatan dan/atau upaya yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya karena hal-hal tersebut sangat penting bagi
pengembangan sumber daya manusia Indonesia dan untuk meningkatkan daya saing dan
ketahanan negara pembangunan nasional di Indonesia.

Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 yang keduanya dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu komponen kesejahteraan
yang harus diwujudkan. Menurut Kementerian Kesehatan (2010), berada dalam keadaan
sehat memungkinkan setiap orang menjalani kehidupan yang produktif secara sosial dan
ekonomi. Hal ini mencakup kondisi kesehatan fisik, mental, spiritual, dan sosial yang baik.

Undang-undang kesehatan mencakup ketentuan yang disebut “lex specialis” yang


secara tegas menjamin kewajiban profesi kesehatan (provider) dalam program pelayanan
kesehatan manusia dengan maksud untuk mencapai tujuan dari slogan “health for all” serta
perlindungan khusus bagi “receiver”. Pasien yang memerlukan pelayanan kesehatan. Hak dan
kewajiban setiap penyedia layanan dan pengguna layanan, baik perorangan (pasien) maupun
organisasi masyarakat, diatur oleh Undang-Undang Kesehatan itu sendiri. Meskipun
merupakan peraturan perundang-undangan yang khusus, undang-undang kesehatan
membahas setiap topik hukum.

Aspek hukum perdata, hukum administrasi, hukum pidana, dan peraturan disiplin
yang aman semuanya tercakup dalam hukum kesehatan dalam subsistem kesehatan
masyarakat. Definisi-definisi tersebut yaitu, subyek hukum, hak dan kewajiban, kejadian
hukum, interaksi hukum, objek hukum, dan masyarakat hukum merupakan salah satu
komponen hukum kesehatan. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana hukum kesehatan
digunakan dalam situasi sehari-hari:
● UU Kesehatan mengatur tentang hak pasien untuk memperoleh informasi
mengenai kondisi kesehatannya dan hak untuk menolak pengobatan.
● UU Kesehatan mengatur tanggung jawab tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman.
● UU Kesehatan mengatur sanksi yang dijatuhkan kepada tenaga kesehatan yang
melakukan pelanggaran.

Definisi ini mencakup topik hukum seperti apotek, apoteker, dan menjadi lulusan
profesional kesehatan. Hukum kedokteran/kedokteran gigi, hukum keperawatan, hukum
farmasi klinik, hukum rumah sakit, hukum kesehatan masyarakat, hukum kesehatan
lingkungan, dan aspek hukum lain dalam bidang kesehatan termasuk dalam kategori “hukum
kesehatan” (Konas PERHUKI, 1993). Untuk mencapai inisiatif kesehatan, aspek organisasi
kesehatan, dan aspek fasilitas kesehatan, petugas kesehatan, individu, dan masyarakat tunduk
pada peraturan perundang-undangan atau peraturan yang dikenal dengan “undang-undang
kesehatan”. Selain itu, semua persyaratan undang-undang atau peraturan yang secara khusus
relevan dengan penyediaan layanan kesehatan termasuk dalam definisi “Hukum Kesehatan”.

Bidang ilmu lain yang berkaitan erat dengan Hukum Kesehatan khususnya Hukum
Kedokteran adalah Kedokteran Kehakiman. Sering orang mencampur adukkan pengertian
antara Hukum Kedokteran dengan Kedokteran Kehakiman atau Kedokteran Forensik. Oleh
karena itu, secara terminologis, ketiga istilah tersebut dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Hukum Kesehatan:
● HealthLaw (Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO)
● Gesuntheits recht (Jerman)
● Gezondheids recht (Belanda)
2) Hukum Kedokteran :
● Medical Law (Inggris, AS)
● Droit Medical (Perancis, Belgia)
3) Kedokteran Kehakiman; Kedokteran Forensik: Forensic Medicine Jika dibandingkan
lebih lanjut terlihat bahwa :
a. Kedokteran Forensik (Forensic Medicine) atau Kedokteran Kehakiman
(Gerechtelijke Geneeskunde) merupakan suatu cabang ilmu Kedokteran
(termasuk disiplin medis) yang bertujuan untuk membantu proses peradilan,
karena adanya Visum et Repertum yang dibuat oleh dokter atau ahli forensik,
yang digunakan sebagai pengganti barang bukti dalam proses hukum(acara
pidana) di pengadilan.
b. Hukum Kesehatan (Health Law) meliputi juga Hukum Kedokteran (Medical
Law) yang obyeknya adalah Pemeliharaan Kesehatan (Health Care) secara
luas, dan termasuk di dalam disiplin ilmu Hukum.
4) Hukum Kedokteran atau Hukum Medis (Medical Law): merupakan suatu cabang ilmu
hukum yang menganutprinsip-prinsip hukum di samping disiplin medis yang
berfungsi untuk mengisi bidang-bidang tertentu yang diperlukan oleh hukum medis; »
Obyeknya adalah pelayanan medis;
● Merupakan bagian dari Hukum Kesehatan yang meliputi ketentuan-ketentuan
yang berhubungan langsung dengan pelayanan medis;
● Merupakan Hukum Kesehatan dalam arti sempit;
● Dalam arti luas, Medical Law adalah segala hal yang dikaitkan dengan
pelayanan medis, baik dari perawat, bidan, dokter gigi, laboran, dan semua
yang meliputi ketentuan hukum di bidang medis;
● Dalam arti sempit, Medical Law adalah Artz recht yaitu meliputi ketentuan
hukum yang hanya berhubungan dengan profesi dokter saja (tidak dengan
dokter gigi, bidan, apoteker, dll).

B. ASPEK HUKUM KESEHATAN

Karena hukum kesehatan merupakan bidang hukum khusus, maka hukum kesehatan
mencakup semua undang-undang dan pedoman yang secara khusus berkaitan dengan
pelestarian dan pengobatan kesehatan yang terancam atau terganggu. Hukum perdata dan
pidana berlaku sama-sama dalam hubungan hukum dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Subjek hukum kesehatan, yaitu:

1. Tenaga kesehatan sarjana yaitu: dokter, dokter gigi, apoteker dan sarjana lain di
bidang kesehatan;
2. Tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah;
a. Bidang farmasi;
b. bidang kebidanan;
c. bidang perawatan;
d. bidang kesehatan masyarakat; dan sebagainya.

Menurut Leenen, sebab utama timbulnya hukum kesehatan, yaitu:

1. Hak untuk menentukan nasib sendiri, yang merupakan suatu hak pribadi;
2. Hak untuk mendapat pelayanan kesehatan yang memadai, hak tersebut merupakan
suatu hak sosial.

Perspektif hukum mendefinisikan hak sebagai kepentingan yang diakui dan dilindungi
oleh kerangka hukum, dan pelanggarannya merupakan kesalahan hukum. Agar suatu
kepentingan dapat dikenakan hak hukum untuk menggugat, maka kepentingan itu tidak saja
harus dilindungi undang-undang, tetapi harus diakui juga olehnya. Penerapan aturan hukum
perdata dan hukum pidana sepanjang aturan tersebut mengatur hubungan hukum dalam
pemeliharaan kesehatan termasuk dalam hukum kesehatan, demikian pula setiap aturan
hukum yang berkaitan langsung dengan pemeliharaan kesehatan yang terganggu atau
tercemar.

Menurut Van der Mijn, salah satu cara untuk mendefinisikan hukum kesehatan adalah
sebagai seperangkat aturan yang mengatur pemberian pelayanan serta penerapannya pada
hukum perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi. Hukum kesehatan mencakup hukum
kedokteran yang mengkaji interaksi hukum dimana dokter menjadi salah satu pihak. Penulis
mengkategorikan hukum kesehatan sesuai dengan uraian yang diberikan di atas sebagai
berikut:

1. Hukum medis (Medical law);


2. Hukum keperawatan (Nurse law);
3. Hukum rumah sakit (Hospital law);
4. Hukum pencemaran lingkungan (Environmental law);
5. Hukum limbah (dari industri, rumah tangga, dan sebagainya);
6. Hukum polusi (bising, asap, debu, bau, gas yang mengandung racun);
7. Hukum peralatan yang memakai X-ray (Cobalt, nuclear);
8. Hukum keselamatan kerja;
9. Hukum dan peraturan peraturan lainnya yang ada kaitan langsung yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia.
Berikut adalah beberapa contoh aspek hukum kesehatan:

● Hak-hak pasien, seperti hak untuk memperoleh informasi mengenai kondisi


kesehatannya, hak untuk menolak pengobatan, dan hak untuk memperoleh
kompensasi apabila terjadi kelalaian medis.
● Tanggung jawab tenaga kesehatan, seperti tanggung jawab memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan aman, tanggung jawab menjaga kerahasiaan pasien, dan
tanggung jawab menghindari konflik kepentingan.
● Melindungi kesehatan masyarakat, seperti mengatur lingkungan sehat, makanan sehat,
dan obat-obatan.
● Penanggulangan penyakit, seperti pengaturan vaksinasi, pengendalian penyakit
menular, dan penanggulangan bencana kesehatan.

Hukum kesehatan berperan penting dalam melindungi hak-hak pasien dan tanggung
jawab tenaga kesehatan, sehingga dapat tercipta pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
aman bagi masyarakat.

Berikut adalah beberapa contoh penerapan aspek hukum kesehatan dalam kehidupan sehari-
hari:

● Pasien memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang kondisi kesehatannya. Hak
ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
● Tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas dan aman. Tanggung jawab ini diatur dalam Kode Etik Kedokteran
Indonesia.
● Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melindungi kesehatan masyarakat.
Tanggung jawab ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.

Aspek hukum kesehatan terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang kesehatan. Hukum kesehatan berperan penting dalam menghadapi
tantangan-tantangan baru di bidang kesehatan, seperti pandemi COVID-19.
C. AKAR HUKUM KESEHATAN

Landasan hukum yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat
serta kesehatan masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan disebut sebagai akar hukum
kesehatan. Penting untuk memahami asal muasal undang-undang kesehatan karena besarnya
pengaruh undang-undang tersebut terhadap bidang-bidang regulasi berikut ini:

1. Hak asasi manusia, seperti hak atas pelayanan kesehatan yang layak, akses terhadap
pengobatan dan perawatan medis, serta perlindungan dari diskriminasi berdasarkan
kondisi kesehatan, sering kali tercantum dalam konstitusi suatu negara.
2. Peraturan Pelayanan Kesehatan: Peraturan yang mengatur sertifikasi dan pekerjaan
spesialis medis seperti dokter, perawat, dan apoteker. Hal ini mencakup undang-
undang yang mengatur izin praktik, moralitas, dan akuntabilitas medis.
3. Etika Medis: Konsep panduan etika kedokteran, seperti otonomi pasien, non-
maleficence (tidak melakukan kejahatan), dan beneficence (berbuat baik), sering kali
tercermin dalam peraturan kesehatan.
4. Pemerintah sering kali memberlakukan undang-undang dan peraturan kesehatan untuk
mengendalikan hal-hal seperti keamanan pangan, pemantauan epidemi, dan
persyaratan keselamatan untuk obat-obatan, peralatan medis, dan barang kesehatan
lainnya untuk melindungi pelanggan dari barang-barang berbahaya.
5. Pelayanan Kesehatan: Undang-undang yang mengatur beberapa aspek sistem layanan
kesehatan, termasuk peraturan rumah sakit, asuransi kesehatan, dan pendanaan.
6. Penelitian Kesehatan: Peraturan yang berkaitan dengan izin pasien, privasi data, dan
pengujian obat, serta undang-undang yang mengatur penelitian medis dan etika
penelitian.
7. Hukum Kesehatan: Banyak negara mempunyai undang-undang kesehatan yang
mengatur hal-hal seperti perawatan medis, pengobatan, dan hak-hak pasien.
8. Program kesehatan: Pemerintah mungkin juga memiliki kebijakan kesehatan yang
mengarahkan inisiatif pada kesehatan masyarakat, seperti program imunisasi atau
kampanye kesehatan.
9. Keadilan: Putusan pengadilan mengenai pembelaan terkait kesehatan mungkin
mempengaruhi bagaimana undang-undang tersebut dirumuskan.

Undang-undang kesehatan, peraturan, kebijakan publik, dan keputusan pengadilan


hanyalah beberapa dari sumber hukum yang menjadi landasan hukum kesehatan. Penting
untuk memahami asal usul undang-undang kesehatan karena hal ini mempengaruhi fungsi
sistem layanan kesehatan, hak dan kewajiban pasien, serta upaya untuk mencegah dan
mengendalikan penyakit. Selain itu, kesadaran akan hak dan kewajiban seseorang
sehubungan dengan undang-undang kesehatan dapat membantu masyarakat melindungi diri
mereka sendiri dan masyarakat secara keseluruhan.

Akar hukum kesehatan terdapa t dua sumber utama:

● Hukum publik yang mengatur hubungan antara individu dan masyarakat. Hukum
umum memberikan dasar untuk melindungi hak-hak pasien dan tanggung jawab
petugas kesehatan.
● Hukum kedokteran, yang mengatur praktik kedokteran dan hubungan antara
tenaga kesehatan dengan pasien. Hukum kedokteran memberikan pedoman bagi
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
aman.

Hukum umum yang menjadi akar hukum kesehatan antara lain:

● Hukum perdata, yang mengatur hubungan antara individu dan individu, termasuk
hubungan antara pasien dan tenaga kesehatan.
● Hukum pidana, yang mengatur perbuatan yang dilarang dan dapat dihukum oleh
negara.
● Hukum administrasi, yang mengatur hubungan antara individu dan pemerintah.

Hukum kedokteran yang menjadi akar hukum kesehatan antara lain:

● Etika kedokteran, yang mengatur perilaku tenaga kesehatan dalam memberikan


pelayanan kesehatan.
● Kode etik profesi, yang mengatur perilaku tenaga kesehatan dalam menjalankan
profesinya.
● Peraturan perundang-undangan, yang mengatur praktik kedokteran dan hubungan
antara tenaga kesehatan dan pasien.

Selain dua sumber utama tersebut, hukum kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain, seperti:
● Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang telah memberikan dampak
yang signifikan terhadap praktik kedokteran.
● Perubahan sosial dan budaya, yang telah mengubah pola pikir dan perilaku
masyarakat dalam bidang kesehatan.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam industri


kesehatan, topik hukum kesehatan merupakan salah satu spesialisasi hukum yang terus
berkembang. Untuk menyediakan pelayanan kesehatan berkualitas tinggi dan aman bagi
masyarakat, undang-undang kesehatan sangat penting dalam membela hak-hak pasien dan
tugas para profesional kesehatan.

Berbagai peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan telah dikeluarkan


berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, yang pada hakekatnya bertujuan
untuk:

1. Asas dan tujuan yang menjadi landasan dan memberikan arah bagi pembangunan
kesehatan yang dilaksanakan melalui upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan, kemauan, dan kemampuan masyarakat. hidup sehat sehingga dapat
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal tanpa memandang status
sosial;
2. Tugas dan tanggung jawab pemerintah pada dasarnya terdiri dari mengatur,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan sekaligus mendorong
keterlibatan masyarakat. Hak dan kewajiban setiap orang untuk memperoleh
derajat kesehatan yang optimal serta kewajiban ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan.
3. Melalui cara peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemulihan
kesehatan, upaya kesehatan dilaksanakan secara utuh, terpadu, dan berkelanjutan;
4. Dengan kesadaran bahwa pelayanan fasilitas kesehatan harus tetap fokus pada
sektor masyarakat tertinggal dan tidak hanya mengejar keuntungan, maka sumber
daya kesehatan sebagai pendukung penyelenggaraan kesehatan harus tetap
menjalankan tugas dan kewajiban sosialnya.
5. Apabila UU Kesehatan dilanggar, maka terdapat sanksi pidana yang harus
diberikan untuk melindungi pemberi dan penerima layanan kesehatan.
Sehingga sampai saat ini telah diberlakukan Undang-Undang yang mendasari tenaga
kesehatan dalam bekerja dan memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat (pasien)
di antaranya:

● Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran
● Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
● Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
● Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
● Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

Undang-undang ini bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum, kepastian dan


keadilan hukum baik bagi masyarakat (pasien) maupun tenaga kesehatan. Karena undang-
undang ini diciptakan untuk manusia (pasien dan tenaga kesehatan) dan dapat digunakan
sebagai sarana reformasi pembangunan.

D. PERATURAN MENGENAI LAYANAN DAN PENYEDIA LAYANAN KESEHATAN

Terdapat beberapa peraturan yang terkait dengan layanan dan penyedia layanan
kesehatan di Indonesia. Peraturan-peraturan ini didasarkan pada prinsip-prinsip dan konsep-
konsep dasar hukum kesehatan, yang meliputi ruang lingkup dan definisi hukum kesehatan,
sejarah dan perkembangannya, serta hubungannya dengan etika dan kode etik profesi. Di
bawah ini adalah beberapa contoh umum dari jenis peraturan yang sering diadopsi:
1) Regulasi dan lisensi: Penyedia layanan kesehatan harus memenuhi standar tertentu
dan mendapatkan lisensi yang sesuai untuk praktik mereka. Ini mungkin mencakup
dokter, perawat, apoteker, dan profesi kesehatan lainnya.
2) Standar Keamanan dan Kualitas: Peraturan seringkali mengharuskan penyedia
layanan kesehatan untuk memenuhi standar tertentu dalam hal keamanan pasien,
kualitas perawatan, dan keamanan data medis.
3) Kepatuhan Privasi: Peraturan yang berkaitan dengan perlindungan data pribadi dan
medis pasien, seperti Health Insurance Portability and Accountability Act (HIPAA) di
Amerika Serikat, atau undang-undang serupa di negara lain.
4) Pendaftaran dan Perizinan Instalasi Kesehatan: Fasilitas kesehatan seperti rumah
sakit, klinik, atau apotek sering kali diharuskan untuk mendaftar dan memperoleh
lisensi yang sesuai sebelum dapat beroperasi.
5) Keuangan dan Asuransi Kesehatan: Peraturan mengenai pembayaran pelayanan
kesehatan, pengaturan asuransi kesehatan, dan skema pembayaran pemerintah seperti
Medicare dan Medicaid di Amerika Serikat.
6) Standar Etika dan Profesionalisme: Peraturan juga dapat mencakup kode etik dan
perilaku profesional yang diharapkan dari penyedia layanan kesehatan, serta
konsekuensi hukum jika kode etik dilanggar.
7) Regulasi Obat dan Produk Kesehatan: Peraturan yang mengatur produksi, distribusi,
dan penjualan obat dan produk kesehatan lainnya untuk memastikan kualitas,
keamanan, dan efektivitasnya.
8) Regulasi Penelitian Kesehatan: Penelitian kesehatan sering kali diatur untuk
memastikan bahwa standar etika dan keamanan terpenuhi dalam percobaan klinis dan
penelitian lainnya.
Beberapa peraturan yang terkait dengan layanan dan penyedia layanan kesehatan di Indonesia
adalah:
1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan: Undang-undang ini
mengatur penyediaan layanan kesehatan di Indonesia, termasuk hak dan kewajiban
penyedia layanan kesehatan dan pasien, perizinan dan akreditasi fasilitas kesehatan,
dan pengendalian kualitas pelayanan kesehatan.
2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran: Undang-undang
ini mengatur praktik kedokteran di Indonesia, termasuk perizinan dan akreditasi
praktisi medis, standar praktik kedokteran, dan konsekuensi hukum dan profesional
dari malpraktik dan pelanggaran lainnya.
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek: Peraturan ini menetapkan standar pelayanan kefarmasian di
Indonesia, termasuk perizinan dan akreditasi apotek, pengawasan mutu produk
farmasi, serta hak dan kewajiban apoteker dan pasien.
4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit: Peraturan ini menetapkan standar pelayanan rumah sakit di
Indonesia, termasuk perizinan dan akreditasi rumah sakit, kendali mutu layanan
kesehatan, serta hak dan kewajiban penyedia layanan kesehatan dan pasien.
Peraturan-peraturan ini penting untuk memastikan kualitas dan keamanan layanan
kesehatan di Indonesia, serta melindungi hak-hak dan kepentingan penyedia layanan
kesehatan dan pasien. Peraturan-peraturan ini didasarkan pada prinsip-prinsip dan konsep-
konsep dasar hukum kesehatan, yang memberikan landasan hukum bagi penyediaan dan
pengaturan layanan kesehatan di Indonesia.

E. BIDANG HUKUM KESEHATAN

Bidang hukum kesehatan mencakup berbagai aspek yang berkaitan dengan juga
meliharaan kesehatan, baik dari segi pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, maupun aspek
hukum dan etika dalam praktek kedokteran. Berikut adalah beberapa bidang hukum
kesehatan yang penting untuk dipahami:
1) Hak dan kewajiban pasien: Pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan aman, serta hak untuk memperoleh informasi yang
jelas dan lengkap tentang kondisi kesehatannya. Disisi lain, pasien juga memiliki
kewajiban untuk mematuhi prosedur dan aturan yang berlaku dalam pelayanan
kesehatan.
2) Hak dan kewajiban tenaga kesehatan: Tenaga kesehatan memiliki hak untuk bekerja
dalam lingkungan yang aman dan sehat, serta hak untuk memperoleh perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugasnya. Namun, mereka juga memiliki kewajiban
untuk mematuhi standar etika dan profesionalisme dalam praktek kedokteran, serta
memperhatikan hak dan kepentingan pasien.
3) Hukum dan etika dalam praktek kedokteran: Praktek kedokteran harus dilakukan
dengan memperhatikan standar etika dan profesionalisme yang tinggi, serta mematuhi
peraturan dan undang-undang yang berlaku. Hal ini meliputi aspek-aspek seperti
persetujuan tindakan medis, rahasia medis, dan penanganan kasus malpraktik.
4) Pelayanan kesehatan: Pelayanan kesehatan harus dilakukan dengan memperhatikan
standar kualitas dan keselamatan yang tinggi, serta mematuhi peraturan dan undang-
undang yang berlaku. Hal ini meliputi aspek-aspek seperti lisensi dan akreditasi
fasilitas kesehatan, penggunaan obat dan alat kesehatan yang aman, dan perlindungan
hak pasien.
5) Tenaga kesehatan dan teknologi: Perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan
memerlukan regulasi yang ketat untuk memastikan bahwa teknologi tersebut aman
dan efektif digunakan dalam praktek kedokteran. Hal ini meliputi aspek-aspek seperti
penggunaan teknologi medis yang inovatif, penggunaan data medis secara elektronik,
dan perlindungan privasi pasien.
6) Hukum Medis: Ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan praktek medis, termasuk
hak dan kewajiban dokter dan pasien, prosedur malpraktik, informasi pasien, dan
masalah etika dalam perawatan medis.
7) Hukum Kesehatan Masyarakat: Ini mencakup undang-undang yang berfokus pada
kesehatan masyarakat secara keseluruhan, termasuk upaya pencegahan penyakit,
pengendalian wabah, dan promosi gaya hidup sehat.
8) Hukum Kesehatan Mental: Ini menangani masalah yang berkaitan dengan
perlindungan dan perawatan individu yang mengalami gangguan kesehatan mental,
termasuk proses hukum terkait perawatan, rehabilitasi, dan hak-hak individu dengan
gangguan kesehatan mental.
9) Hukum Farmasi: Ini mencakup regulasi terkait produksi, distribusi, dan penjualan
obat-obatan. Hal ini juga termasuk regulasi terkait iklan obat-obatan, paten, dan
sertifikasi obat-obatan.
10) Hukum Asuransi Kesehatan: Ini mencakup peraturan dan prinsip hukum yang terkait
dengan asuransi kesehatan, termasuk kewajiban asuransi, perlindungan konsumen,
dan prosedur klaim.
11) Hukum Teknologi Kesehatan: Ini mencakup regulasi terkait dengan penggunaan
teknologi medis, termasuk telemedicine, penggunaan data medis elektronik, dan
keamanan informasi kesehatan.
12) Hukum Privasi Kesehatan: Ini menangani masalah perlindungan data pribadi dan
medis, termasuk regulasi tentang pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan
informasi medis pribadi.
13) Hukum Bioetika: Ini meliputi prinsip-prinsip etika yang diterapkan dalam penelitian
dan praktik medis, termasuk isu-isu kontroversial seperti aborsi, euthanasia, dan
eksperimen medis pada manusia.
Bidang hukum kesehatan sangat penting untuk memastikan bahwa pelayanan
kesehatan yang diberikan aman, berkualitas, dan memperhatikan hak dan kepentingan pasien
serta tenaga kesehatan. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang bidang hukum
kesehatan sangat diperlukan bagi semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan.
F. HUBUNGAN HUKUM PENYELENGGARAAN KESEHATAN

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan secara implisit menegaskan


bahwa kesehatan dibagi menjadi dua unsur yaitu upaya kesehatan dan sumber daya
kesehatan. Pemeliharaan kesehatan dan pelayanan kesehatan merupakan dua aspek dari
upaya kesehatan. Istilah pemeliharaan kesehatan kesehatan dipakai untuk kegiatan upaya
kesehatan masyarakat dan istilah pelayanan kesehatan dipakai untuk upaya kesehatan
individu. Dengan demikian pelayanan kesehatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
yang melibatkan tenaga kesehatan (antara lain dokter) dengan pasien dan sarana kesehatan.
Sedangkan sumber daya sumber daya kesehatan, terdiri dari sumber daya manusia kesehatan
(tenaga kesehatan yaitu antara lain dokter, apoteker, bidan, dan perawat), juga sarana
kesehatan (antara lain rumah sakit, puskesmas, klinik, dan tempat praktek dokter).
Oleh karena itu hubungan hukum seperti apa yang muncul berkaitan dengan sarana
kesehatan, dokter, dan pasien.Sarana kesehatan swasta (SKS) merupakan obyek hukum
sedangkan subjek hukumnya adalah dokter dan pasien. Hubungan hukum antara dokter,
pasien, dan sarana pelayanan kesehatan swasta berbentuk perikatan untuk berbuat sesuatu,
yang dikenal sebagai jasa pelayanan kesehatan.
Pasien adalah pihak penerima jasa pelayanan kesehatan dan dokter serta SKS adalah
pihak-pihak yang memberi pelayanan kesehatan.Hubungan hukum ini selalu meletakan hak
dan kewajiban yang timbal balik, artinya hak subyek hukum yang satu menjadi kewajiban
subyek hukum yang lain, demikian juga sebaliknya.Namun dalam hukum terdapat hubungan
yang seimbang, yakni hak pasien menjadi kewajiban dokter dan hak dokter menjadi
kewajiban pasien dan keduanya merupakan subyek hukum.Contoh hubungan hukum dokter
dan pasien yang lahir karena perjanjian, adalah apabila pasien datang ke tempat praktik
dokter, yang melakukan penawaran jasa pelayanan kesehatan dengan memasang papan nama,
dalam sarana kesehatan (antara lain rumah sakit, puskesmas, klinik, dan tempat praktek
dokter). Pembiaran medik secara umum belum di kenal secara luas di kalangan masyarakat
baik itu profesi hukum, pembiaran medik merupakan salah satu tindakan kedokteran dimana
dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak sesuai standar prosedur yang berlaku, adapun
dapat dikatakan pembiaran medik adalah suatu tindakan dokter tidak sungguh-sungguh atau
tidak memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan berbagai alasan yang terkait
dengan sistem pelayanan kesehatan.
Pembiaran medik ini sering kali terjadi di rumah sakit terlebih khusus bagi masyarakat
atau pasien miskin dengan alasan harus memenuhi beberapa syarat administrasi, pembiaran
medik juga sering terjadi pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau Unit Gawat Darurat
(UGD) setiap pasien yang masuk ke unit tersebut seringkali tidak diberikan pelayanan yang
memadai sehingga dapat terjadi pembiaran, dalam hal tersebut, dokter atau tenaga kesehatan
yang bertugas di unit tersebut harus bertanggung jawab, dalam pertanggungjawaban tersebut
juga tidak lepas dari peran rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kesehatan. Pasien
sebagai penerima pelayanan kesehatan dan merupakan pihak yang lemah seringkali tidak
mendapatkan perlindungan hukum dan advokasi sewajarnya, baik dari pihak rumah sakit
ataupun penegak hukum itu sendiri. Kasus pembiaran medik yang berdampak pada kecacatan
atau kematian kepada pasien menimbulkan dampak hukum yang sangat besar, namun begitu
karena ketidaktahuan atau kurang pahamnya pasien dalam sistem pelayanan kesehatan
menjadi suatu hal yang biasa saja. Sistem hukum indonesia pembiaran medik secara umum
belum tercantum secara jelas demikian dapat diasumsikan ke dalam beberapa peraturan
perundang undangan yang ada misalnya :
1. KUH Perdata
Dalam pasal 1366 KUHPerdata, Bahwa setiap orang bertanggung jawab tidak
saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya. Dalam asumsi pasal tersebut kelalaian
adalah merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertugas
di rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tentunya
merupakan tanggung jawabnya, jika terjadi pembiaran medik bahwa karena hal-hal
yang berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang mengabaikan pasien dengan alasan
tertentu misalnya karena tidak ada biaya, atau penjaminnya, sehingga mengakibatkan
terjadinya kecacatan dan kematian bagi pasien, maka tenaga kesehatan dapat di
gugatan perdata dalam hal kelalaian dari tugas dan tanggung jawabannya yang
seharusnya dikerjakan.
2. KUHP
Pasal 304 KUHP, Sengaja menempatkan atau membiarkan seseorang dalam
keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya, dia wajib
memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu. Dalam hal
demikian, tenaga kesehatan dengan sengaja membiarkan pasien yang masuk di rumah
sakit dan membutuhkan perawatan namun dengan kelalaiannya membiarkan pasien
sehingga pasien mengalami kecacatan dan atau kematian, maka tenaga kesehatan
tersebut dapat dituntut melakukan suatu tindakan kejahatan pidana, berkaitan dengan
kenyataan yang mempunyai arti dibidang pidana, antara lain apakah tindakan, atau
perbuatan dan sebab-akibat yang terjadi tersebut memenuhi kualifikasi suatu
kejahatan atau tidak. Berkaitan dengan kenyataan yang dapat dijadikan perkara pidana
yang artinya bahwa ada korban yang terancam atau membahayakan jiwanya dan
apakah kejadian tersebut murni karena faktor manusia dan bukan alam.
3. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dalam ketentuan
pidana tidak secara jelas mengatur tentang tindak pidana kesehatan dalam Pasal 190
menyebutkan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan
sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan
gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 (ayat 2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp. 200.000.000,-. Dalam hal pasal ini dengan secara tegas hanya mengatur tentang
ketentuan pidana yang terjadi di unit gawat darurat tetapi tidak dengan pasien umum
yang berada di rumah sakit, untuk pembiaran medik ini bisa terjadi pada unit gawat
darurat ataupun untuk pelayanan umum karena pembiaran medik terjadi pada pasien
yang kurang mampu. Penjelasan tersebut sedikit banyak telah mengulas tentang
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang menyebabkan banyak kejadian yang
bertentangan dengan standar prosedur pelayanan kesehatan yang berdampak pada
tuntutan atau gugatan hukum, maka diwajibkan kepada tenaga kesehatan yang bekerja
di fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit dalam menjalankan
tugasnya harus sesuai dengan standar prosedur pelayanan kesehatan yang telah
ditetapkan di rumah sakit. Untuk melaksanakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan, pada prinsipnya, semua jajaran tenaga kesehatan didukung tenaga non
kesehatan dalam prakteknya memperhatikan berbagai aturan sbb :
a. Status tenaga kesehatan dalam profil standart
b. Menerapkan standar pelayanan medis sesuai dengan disiplin ilmu.
c. Operasional standar pelayanan medis sesuai dengan indikasi, sistematika
ditindaklanjuti dengan protap atau SOP
d. Dalam semua tindakan medis sangat memperhatikan saling memahami dan
menyetujui serta menghormati akan hak pasien yang tertuang dalam Informed
Consent (IC)
e. Rekaman tindakan medis yang dibantu / bersama / oleh dengan tenaga
kesehatan dan non kesehatan yang lain, sebaiknya cukup lengkap dan benar.
Rekaman kesehatan terpaku (RM, asuhan keperawatan, kefarmasian, gizi, Lab
dan Administrasi )
f. Penjaringan/selektif mengenai kerahasiaan pelayanan medis, diagnosa dan
prognosa atau efek samping harus diwaspadai, perlu dicermati.
g. Indikasi penggunaan sarana medis khususnya alat canggih betul selektif dan
tepat guna.
h. Administrasi standar termasuk tarif normative saja
i. Semua tindakan medis dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah medis ada
transparansi.
j. Adanya kemungkinan aspek hukum, rambu-rambu antisipasi atau kenetralan
perlu mendapat kewaspadaan.
k. Semua tindakan atau perilaku tersebut untuk suatu upaya pengamanan timbal
balik antara tenaga kesehatan dan pasien/keluarga dan berhasil.
4. Dalam pelayanan medis, khususnya di Rumah Sakit/Unit Pelayanan Kesehatan
pelaksanaannya dilakukan secara terpadu, dalam hal ini kadangkala memicu
munculnya sengketa. Sengketa tersebut dapat muncul baik secara intern atau juga
terhadap pihak ketiga. Oleh karena itu agar persoalan yang muncul tidak berlarut-larut
dan bahkan mencuat dan menjadi pemberitaan massa media, maka perlu penyelesaian
yang elegan. Penyelesaian dapat dilakukan secara bertahap dan berkomunikasi
transparan dan sehat adalah :
a. Antara pasien/keluarga dengan pihak petugas Rumah Sakit atau
b. Antara pasien / kel. pasien dengan tim medis yang menangani atau
c. Antara pasien/keluarga dan panitia rumah sakit (Panitia Etik, Panitia Etik
Medis, Hukum) atau
d. Antara pasien / keluarga dengan pihak Rumah Sakit yang lebih luas (Direktur,
Wakil Direktur YanMed, Komite Medis, Kepala Bidang YanMed dan Panitia
yang lain serta Tim Medis Pelaksana)
e. Lebih luas lagi dengan Kadinkes dan MP2EPM bersama Tim medis termasuk
Pengurus Ikatan Profesi Tenaga Kesehatan.
f. Hal tersebut merupakan penyelesaian intern (Peradilan Profesi Kesehatan)
tanpa melibatkan pihak ketiga. Biasanya kalau sudah dengan pihak ketiga
amat sulit, lalu dapat terbawa ke Peradilan Umum, Perdata berlanjut ke
Peradilan Pidana dan dapat pula ke Peradilan Administrasi, Peradilan Tata
Usaha Negara (PTUN).
KESIMPULAN

Memahami akar-akar hukum kesehatan adalah pentingnya memiliki pemahaman yang


kuat tentang dasar-dasar hukum yang mengatur bidang kesehatan. Dengan memahami akar-
akar hukum kesehatan, kita dapat memahami hak dan kewajiban kita sebagai individu dalam
konteks kesehatan, serta hak dan kewajiban pihak lain yang terlibat dalam sistem kesehatan.
Selain itu, pemahaman tentang akar-akar hukum kesehatan juga membantu kita dalam
mengambil keputusan yang tepat dan mematuhi peraturan yang ada. Hal ini penting untuk
menjaga keadilan, kesetaraan, dan keamanan dalam pelayanan kesehatan. Pemahaman
tentang akar-akar hukum kesehatan juga dapat membantu kita dalam melindungi hak-hak kita
sebagai pasien, seperti hak atas privasi dan kerahasiaan medis, hak atas informasi yang jelas
dan akurat, serta hak atas pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Dengan demikian, kesimpulan utama dari memahami akar-akar hukum kesehatan
adalah bahwa pengetahuan tentang hukum kesehatan sangat penting bagi individu, tenaga
medis, dan pihak-pihak terkait lainnya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka
dalam bidang kesehatan.
LATIHAN SOAL

Soal pilihan ganda


1. Berikut ini yang merupakan hukum umum yang menjadi akar hukum kesehatan adalah?
A. Hukum perdata
B. Hukum rumah sakit
C. Hukum pemerintah
D. Hukum pasien
E. Hukum tenaga kesehatan
Jawaban: A. Hukum perdata

2. Contoh aspek hukum kesehatan kecuali?


A. Hak untuk memperoleh informasi mengenai kondisi kesehatan
B. Tanggung jawab tenaga kesehatan, seperti memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan aman
C. Melindungi kesehatan masyarakat, seperti mengatur lingkungan sehat, makanan sehat,
dan obat-obatan.
D. Penanggulangan penyakit, seperti pengaturan vaksinasi, pengendalian penyakit
menular, dan penanggulangan bencana kesehatan.
E. Membedakan pelayanan pasien ketika berobat
Jawaban : E. Membedakan pelayanan pasien ketika berobat

3. Pada akar hukum kesehatan terdapat dua sumber utama yaitu?


A. Hukum keluarga dan Hukum perdata
B. Hukum publik dan Hukum kedokteran
C. Hukum perdata dan hukum KUHP
D. Hukum publik dan Hukum keluarga
E. Hukum kedokteran dan Hukum KUHP
Jawaban : B. Hukum publik dan Hukum kedokteran

4. "Bahwa setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-
hatinya" pernyataan tersebut terdapat pada pasal ?
A. Pasal KUHP 205
B. Pasal KUHP 1337
C. Pasal KUHP 1336
D. Pasal KUHP 304
E. Pasal KUHP 276
Jawaban : C. Pasal KUHP 1336

5. Hukum yang mengatur hubungan antara individu dan pemerintah adalah?


A. Hukum umum
B. Hukum publik
C. Hukum perdata
D. Hukum administrasi
E. Hukum pemerintah
Jawaban : D. Hukum administrasi

Anda mungkin juga menyukai