a. Perspektif UU Kesehatan
Bagaimanakah Undang-undang yang baik itu ?
Undang-undang yang baik adalah undang- undang yang tidak bersifat kontemporer,
tetapi undang-undang yang keberadaannya adalah memiliki pandangan kedepan kata lain adalah
yang memiliki perpektif.
Jadi secara umum undang-undang kesehatan ini diharapkan fungsinya sebagai berikut :
1. Alat untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna penyelenggaraan pembangunanan
kesehatan yang meliputi upaya kesehatan dan sumber daya
2. Menjangkau perkembangan yang makin kompleks yang akan terjadi dalam kurun
waktu mendatang
3. Pemberi kepastian dan perlindungan hukum terhadap pemberi dan penerima jasa
pelayanan kesehatan
b. Sistematika UU Kesehatan Secara keseluruhan undang-undang kesehatan diterbitkan untuk
tujuan mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang melalui pembangunan
kesehatan, yaitu dengan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat.
Di sini diatur tentang hak dan kewajiban serta tugas dan tanggung jawab setiap orang. Upaya
kesehatan dijabarkan secara jelas mulai dari kesehatan keluarga, kesehatan kerja, kesehatan
lingkungan, pemberantasan penyakit, kesehatan olah raga dan selanjutnya, sampai dengan upaya
kesehatan matra. Dirinci tentang sumber daya kesehatan yang mencakup perangkat keras seperti
sarana , prasarana dan peralatan serta perangkat lunak seperti manajemen, pembiayaan dan SDM
yang mendukung terselenggaranya upaya kesehatan. Dalam undangundang
ini dijelaskan tentang adanya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan. dalam kaitan ini, pemerintah adalah membina, mendorong, dan menggerakkan
swadaya masyarakat di bidang kesehatan.
Oleh karena itu, perlu pembinaan dan pengawasan sehingga semua kesehatan dapat
terlaksana dengan baik. Akhirnya dalam undang-undang ini diatur tentang bagaimana
penyidikan dapat dilakukan apabila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan yang telah
diatur. Demikian pula diatur tentang sanksi hukum menurut ketentuan pidana dan perdata.
Beberapa Pengertian Dalam Ketentuan Umum
Agar lebih memahami tentang hukum kesehatan , maka di bawah ini dikutip beberapa
pengertian dan ketentuan umum yang terdapat dalam undang-undang kesehatan antara
lain :
1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan , jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/masyarakat
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan
1. Pengenalan hukum
Ilmu hukum adalah kumpulan pengetahuan tentang hukum yang telah dibuat sistematikanya. Kumpulan
peraturan hukum disebut sebagai hukum. Pengertian lain hukum adalah himpunan peraturan yang
bersifat memaksa, berisi perintah, larangan atau izin untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, guna
mengatur tata tertib masyarakat. Hukum diperlukan untuk mewujudkan keadilan. Keadilan adalah
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Hukum4bertujuan untuk memberikan
pengayoman bagi manusia. Hukum juga bertujuan untuk mewujudkan apa yang berguna atau berfaedah
bagi orang, yakni mewujudkan kebahagiaan sebanyak – banyaknya. Indonesia adalah negara hukum.
Suatu negara hukum mempunyai ciri sebagai berikut :
a. ada super of law
a. Sosial kontrol
c. Sosial Enginering
a. Perundang – undangan
b. Kebiasaan
d. Yurisprudensi
Tindakan yang diambil oleh alat negara terhadap pelanggaran hukum tidak boleh sewenang – wenang,
tetapi harus menurut hukum yang berlaku. Macam-macam hukum adalah sebagai berikut: hukum
perdata dan hukum publik, hukum material dan hokum formal, hukum perdata, hukum pidana, hukum
tatanegara / tata usaha negara, hukum Internasional.
Dalam undang – undang kesehatan ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan “kesehatan“ adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spriritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut
semua segi kehidupan, baik fisik, mental, maupun sosial ekonomi. Sumber hukum (health law) secara
umum dapat kita temukan dalam :
Hak asasi manusia yang berhubungan dengan kesehatan manusia dimulai dari tiga hak asasi, yaitu :
Konsep hukum pemeliharaan kesehatan tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan berakar dari ketiga
hak asasi tersebut diatas yang diadopsi dari mata rantai pasal 25 The United Nations Universal
Declaration of Human Right 1948 dan pasal 1 The United Nation International Concention Civiland
Political Rights 1966.
Menurut Leemen hukum kesehatan disusun sebagai berikut : “Hukum kesehatan meliputi semua
ketentuan hukum yang langsung berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan dan penerapan dari
hukum perdata, hukum pidana, dan hukum administratif dalam hubungan tersebut pula pedoman
internasional, hukum kebiasaan, dan juga yurisprudensi berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan,
hukum otonom, ilmu, dan literatur menjadi sumber hukum kesehatan. “
Gambaran adanya jalur etik dan hukum dapat dideskripsikan di bawah ini :
a. Etika profesi bersifat intern (self imposed regulation)
Berdasarkan paparan diatas maka pemahaman bidan tentang etika, hukum dan hukum kesehatan
merupakan hal yang penting bagi bidan dalam menjalankan praktik profesinya. Hal ini untuk
menghindari bidan dari kesalahan, kelalaian dan sanksi hukum baik perdata atau hukum pidana.
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan Kebidanan Komunitas
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang iapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
Penutup
Kerangka terakhir kode etik bidan yaitu penutup, sesuai dengan kewenangan dan
peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode etik merupakan pedoman
dalam tata cara keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan profesional.
Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan, dalam mengatur
pergaulan hidup masyarakat. Pengertian Hukum Kesehatan menurut berbagai sumber yaitu :
1. UU RI NO. 23/1992 tentang Kesehatan Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan. Hal tersebut menyangkut hak dan
kewajiban menerima pelayanan kesehatan (baik perorangan dan lapisan masyarakat) maupun dari
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasinya, sarana, standar pelayanan
medik dan lain-lain.
2. Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) Hukum kesehatan adalah
semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan
dan penerapannya. Hal ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan dalam segala aspek-aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medic, ilmu
pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum kesehatan mencakup
komponen–komponen hukum bidang kesehatan yang bersinggungan satu dengan lainnya, yaitu Hukum
Kedokteran/Kedokteran Gigi, Hukum Keperawatan, Hukum Farmasi Klinik, Hukum Rumah Sakit, Hukum
Kesehatan Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan dan sebagainya (Konas PERHUKI, 1993)
3. Prof.H.J.J.Leenen Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan langsung
pada pemberian pelayanan kesehatan dan penerapanya pada hukum perdata, hukum administrasi dan
hukum pidana. Arti peraturan disini tidak hanya mencakup pedoman internasional, hukum kebiasaan,
hukum yurisprudensi, namun ilmu pengetahuan dan kepustakaan dapat juga merupakan sumber
hukum. 4. Prof. Van der Mijn Hukum kesehatan dapat dirumuskan sebagai kumpulan pengaturan yang
berkaitan dengan pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum perdata, hukum pidana
dan hukum administrasi. Hukum medis yang mempelajari hubungan yuridis dimana dokter menjadi
salah satu pihak, adalah bagian dari hukum kesehatan
1. Pengertian Hukum adalah himpunan peraturan yang bersifat memaksa, berisi perintah, larangan
atau izin untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, guna mengatur tata tertib masyarakat. 2.
Hukum kesehatan Menurut Leenen hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan
peraturan hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya. a. Seluruh ketentuan hukum yang
berlangsung berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan b. Mencakup segi hukum upaya
kesehatan maupun sumber daya kesehatan c. Terkait dengan : Hukum Administrasi, Hukum
Pidana, Hukum Perdata 3. Subjek dan Objek: Subjek Hukum Kesehatan adalah pasien dan tenaga
kesehatan termasuk institusi kesehatan sedangkan objek Hukum Kesehatan adalah perawatan
kesehatan (Zorg voor de gezondheid). 4. Tujuan Hukum Kesehatan: Tujuan hukum kesehatan
pada intinya adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan
keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan
manusia akan terpenuhi dan terlindungi (Mertokusumo, 1986). Dengan demikian jelas terlihat
bahwa tujuan hukum kesehatan pun tidak akan banyak menyimpang dari tujuan umum hukum.
Hal ini dilihat dari bidang kesehatan sendiri yang mencakup aspek sosial dan kemasyarakatan
dimana banyak kepentingan harus dapat diakomodir dengan baik. 5. Azas Hukum Kesehatan: a.
Asas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa
penyelenggaraan kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa dengan tidak membeda-bedakan golongan, agama, dan bangsa; b. Asas manfaat
berarti memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan yang
sehat bagi setiap warga negara; c. Asas usaha bersama dan kekeluargaan berarti bahwa
penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan yang dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat dan dijiwai oleh semangat kekeluargaan; d. Asas adil dan merata berarti bahwa
penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada
segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat; e. Asas
perikehidupan dalam keseimbangan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus
dilaksanakan seimbang antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental,
antara materiel dan spiritual; f. Asas kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan sendiri
berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus berlandaskan pada kepercayaan akan
kemampuan dan kekuatan sendiri dengan memanfaatkan potensi nasional seluas-luasnya. 6.
Ruang lingkup hukum kesehatan: a. Hukum Medis (Medical Law); b. Hukum Keperawatan (Nurse
Law); c. Hukum Rumah Sakit (Hospital Law); d. Hukum Pencemaran Lingkungan (Environmental
Law); e. Hukum Limbah (dari industri, rumah tangga, dsb); f. Hukum peralatan yang memakai X-
ray (Cobalt, nuclear); g. Hukum Keselamatan Kerja; dan h. Peraturan-peraturan lainnya yang ada
kaitan langsung yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. 7. Sumber Hukum Kesehatan
Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi juga yurisprudensi,
traktat, konvensi, doktrin, konsensus dan pendapat para ahli hukum maupun kedokteran.
Hukum tertulis, traktat, konvensi atau yurisprudensi, mempunyai kekuatan mengikat (the
binding authority), tetapi doktrin, konsensus atau pendapat para ahli tidak mempunyai kekuatan
mengikat, tetapi dapat dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam melaksanakan
kewenangannya, yaitu menemukan hukum baru.
Etika dan hukum kesehatan dalam dunia kesehatan umumnya berbeda namun saling melengkapi,
dimana hukum cenderung bersifat kaku, lama dalam proses legalisasi, dan kurang menyeluruh kemudian
norma etika akan melengkapi kelemahan-kelemahan norma hukum sehingga mampu mengikuti
perubahanperubahan yang terjadi di masyarakat.
3. Aspek hukum dalam paktik kebidanan
Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar profesi. Standar profesi
bidan yang terbaru adalah diatur dalam Kepmenkes RI No.369/Menkes/SK/III/2007.
Hubungan perikatan antara bidan dengan pasien termasuk dalam kategori perikatan ikhtiar. Bidan
berupaya semaksimal mungkin, sebagai contoh perikatan atas dasar perjanjian adalah ketika pasien
datang ke tempat praktik bidan untuk mendapatkan pelayanan kebidanan, maka perikatan yang terjadi
atas dasar perjanjian.
Perjanjian adalah ikatan antara satu orang dengan orang lain atau lebih, yang selalu menimbulkan hak
dan kewajiban timbal balik. Perjanjian selalu merupakan perbuatan hukum. Perikatan bidan dengan
rumah sakit adalah dalam hubungan ketenagakerjaan, yaitu terbentuk hubungan antara rumah sakit
sebagai pemberi kerjaan dan bidan sebagai penerima kerja