Anda di halaman 1dari 27

APLIKASI ETIKA MORAL KEPERAWATAN SEJAK DARI

PENDIDIKAN PERAWAT HINGGA PERAN PROFESIONAL


PERAWAT
Dosen Pembimbing : Setianingsih,Skep.Ns,MPH

DISUSUN OLEH :
Kelompok 5

1.Anisa Andri Lestari


(1701005)
2.Deny Kurniawan
(1701012)
3.Erina Puspita Sari
(1701019)
4.Ismi Maisarah
(1701027)
5.Muhammad Yayan Saputro
(1701034)
6.Silfia Purnawati
(1701041)
7.Triyawan Prasetyo Herlambang
(1701048)
S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
Jl. Jombor Indah ,Buntalan,Klaten Tengah ,Kabupaten Klaten
Jawa Tengah 57419

APLIKASI ETIKA MORAL KEPERAWATAN SEJAK DARI


PENDIDIKAN PERAWAT HINGGA PERAN PROFESIONAL
PERAWAT
Dosen Pembimbing : Setianingsih,Skep.Ns,MPH

DISUSUN OLEH :
Kelompok 5

1.Anisa Andri Lestari


(1701005)
2.Deny Kurniawan
(1701012)
3.Erina Puspita Sari
(1701019)
4.Ismi Maisarah
(1701027)
5.Muhammad Yayan Saputro
(1701034)
6.Silfia Purnawati
(1701041)
7.Triyawan Prasetyo Herlambang
(1701048)

S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
Jl. Jombor Indah ,Buntalan,Klaten Tengah ,Kabupaten Klaten
Jawa Tengah 57419

i
Daftar Isi

Cover
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB 1
1)
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap


pada kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu
yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-hariya.
Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah
etika dan moral sering digunakan secara bergantian.

Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip
yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk
melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga
keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam
standar praktek profesional. (Doheny et all, 1982).

Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti


masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan
pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap
keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan
dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya tidak hanya
berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan
mempertimbangkan etika.

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.
(Nila Ismani, 2001)

Sehingga dalam bekerja, perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip etika


keperawatan, ethical issue dalam praktik keperawatan, dan prinsip-prinsip legal
dalam praktik keperawatan.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang , rumusan masalah yang dapat kami angkat yaitu :

1.Apa saja prinsip-prinsip etika keperawatan?

2.Apa saja ethical issue dalam praktik keperawatan?

3.Apa saja prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1.Untuk mengetahuiapa saja prinsip-prinsip etika keperawatan

2.Untuk mengetahuiapa saja ethical issue dalam praktik keperawatan

3.Untuk mengetahuiapa saja prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan

1.4. Manfaat

MakalahEtika Keperawatan ini diharapakn mahasiswa mampu memahami dan


mengaplikasikan mengenai Etika Keperawatan dalam proses keperawatan.
2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan

a.Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu


berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi
merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b.Beneficience (Berbuat baik)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,


memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonom.

c. Nonmaleficience (Tidak merugikan)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis


pada klien. Prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada
prinsip untuk melakukan yang terbaik. Resiko fisik, psikologis, maupun sosial
akibat tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan hendaknya seminimal
mungkin.

3
d. Justice (Keadilan)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.

e.Moral Right

Moral right menyangkut apa yang benar dan salah pada perbuatan, sikap,
dan sifat. Tanda utama adanya masalah moral, adalah bisikan hati nurani atau
timbulnya perasaan bersalah, malu, tidak tenang, dan tidak damai dihati. Standar
moral dipengaruhi oleh ajaran, agama, tradisi, norma kelompok, atau masyarakat
dimana ia dibesarkan.

f.Nilai dan Norma Masyarakat

Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan


terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku
seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang
dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal. Values (nilai-
nilai) yang idealsatau idaman, konsep yang sangat berharga bagi seseorang yang
dapat memberikan arti dalam hidupnya.avlues merupakan sesuatu yang berharga
bagi seseorang, dan bisa mempengaruhi persepsi,motivasi,pilihan dan
keputusannya. Salary dan McDonnel (1989),values yang di sadari menjadi
pengendali internal seseorang adn bertingkah, membuat pilihan dan keputusan.

2.2.Ethical Issue dalam Praktik Keperawatan

1.Euthanasia

Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani “euthanathos”. Eu artinya


baik, tanpa penderitaan ; sedangkanthanathos artinya mati atau kematian. Dengan
demikian, secara etimologis, euthanasia dapat diartikan kematian yang baik atau
mati dengan baik tanpa penderitaan.Ada pula yang menerjemahkan bahwa
euthanasia secara etimologis adalah mati cepat tanpa penderitaan.

Hippokrates pertama kali menggunakan istilah "eutanasia" ini pada "sumpah


Hippokrates" yang ditulis pada masa 400-300 SM.Sumpah tersebut berbunyi:

"Saya tidak akan menyarankan dan atau memberikan obat yang mematikan kepada
siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu".

Banyak ragam pengertian euthanasia yang sudah muncul saat ini. Ada yang
menyebutkan bahwa euthanasia merupakan praktek pencabutan kehidupan
manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau
menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukuan dengan cara
memberikan suntikan yang mematikan. Saat ini yang dimaksudkan dengan
enthanasia adalah bahwa seorang dokter mengakhiri kehidupan pasien terminal
dengan memberikan suntikan yang mematikan atas permintaan pasien itu sendiri.,
atau dengan kata lain euthanasia merupakan pembunuhan legal.

Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum
kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh
Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda), yaitu :

Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang


hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup
atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien
itu sendiri.

1.1Jenis-jenis Euthnasia

Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan dari mana
sudut pandangnya atau cara melihatnya.

 Dilihat dari cara pelaksanaannya, euthanasia dapat dibedakan atas :

a.Euthanasia pasif

Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan


atau pengobatan yang sedang berlangsung untuk mempertahankan hidup pasin.
Dengan kata lain, euthanasia pasif merupakan tindakan tidak memberikan
pengobatan lagi kepada pasien terminal untuk mengakhiri hidupnya. Tindakan
pada euthanasia pasif ini dilakukan secara sengaja dengan tidak lagi memberikan
bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien, seperti tidak memberikan
alat-alat bantu hidup atau obat-obat penahan rasa sakit, dan sebagainya.

Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa dilakukan oleh tenaga medis maupun


keluarga pasien sendiri. Keluarga pasien bisa saja menghendaki kematian anggota
keluarga mereka dengan berbagai alasan, misalnya untuk mengurangi penderitaan
pasien itu sendiri atau karena sudah tidak mampu membayar biaya pengobatan.
b.Euthanasia aktif atau euthanasia agresif

Euthanasia aktif atau euthanasia agresif adalah perbuatan yang dilakukan secara
medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri
hidup manusia. Dengan kata lain, Euthanasia agresif atau euthanasia aktif adalah
suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan
lain untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup si pasien. Euthanasia aktif
menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan dengan tujuan untuk
mnimbulkan kematian dengan secara sengaja melalui obat-obatan atau dengan cara
lain sehingga pasien tersebut meninggal.

6
Euthanasia aktif ini dapat pula dibedakan atas :

 Euthanasia aktif langsung (direct)

Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannnya tindakan medis secara terarah


yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien, atau memperpendek hidup
pasien. Jenis euthanasia ini juga dikenal sebagai mercy killing.

 Euthanasia aktif tidak langsung (indirect)

Euthanasia aktif tidak langsung adalah saat dokter atau tenaga kesehatan
melakukan tindakan medis untuk meringankan penderitaan pasien, namun
mengetahui adanya risiko tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup
pasien.

 Ditinjau dari permintaan atau pemberian izin, euthanasia dibedakan atas :

a.Euthanasia Sukarela (Voluntir)

Euthanasia yang dilakukan oleh tenaga medis atas permintaan pasien itu sendiri.
Permintaan pasien ini dilakukan dengan sadar atau dengan kata lain permintaa
pasien secara sadar dn berulang-ulang, tanpa tekanan dari siapapun juga.
b.Euthanasia Tidak Sukarela (Involuntir)

Euthanasia yang dilakukan pada pasien yang sudah tidak sadar. Permintaan
biasanya dilakukan oleh keluarga pasien.Ini terjadi ketika individu tidak mampu
untuk menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental,
kekurangan biaya, kasihan kepada penderitaan pasien, dan lain sebagainya.Sebagai
contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman untuk
pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma). Euthanasia ini seringkali
menjadi bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh
siapapun juga. Hal ini terjadi apabila seseorang yang tidak berkompeten atau tidak
berhak untuk mengambil suatu keputusan, misalnya hanya seorang wali dari pasien
dan mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi pasien tersebut.

7
2. ABORSI

Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki. Terlepas
dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi pada umumnya dilakukan
karena terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi
yang gagal, perkosaan, ekonomi, jenis kelamin atau hamil di luar nikah.

Mengenai alasan aborsi memang banyak mengundang kontroversi, Ada yang


berpendapat bahwa aborsi perlu dilegalkan dan ada yang berpendapat tidak perlu
dilegalkan.

Pelegalan aborsi dimaksudkan untuk mengurangi tindakan aborsi yang dilakukan


oleh orang yang tidak berkompeten, misalnya dukun beranak. Sepanjang aborsi
tidak dilegalkan maka angka kematian ibu akibat aborsi akan terus meningkat. Ada
yang mengkatagorikan Aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama
agama, ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga
harus dipertahankan, dan lain-lain.

Jika aborsi untuk alasan medis, aborsi adalah legal, untuk korban perkosaan, masih
di grey area, aborsi masih diperbolehkan walaupun tidak semua dokter mau
melakukannya. Kasus perkosaan merupakan pilihan yang sulit. Meskipun bisa saja
kita mengusulkan untuk memelihara anaknya hingga lahir, lalu diadopsikan ke
orang lain, itu semua tergantung kematangan si ibu dan dukungan masyarakat agar
anak yang dilahirkan tidak dilecehkan oleh masyarakat.

Untuk kehamilan jiwa diluar nikah atau karena sudah kebanyakan anak dan
kontrasepsi gagal perlu dipirkirkan kembali krena anak merupakan anugerah
terbesar yang dberikan oleh Tuhan.Sebaiknya kita jangan mencari pemecahan
masalah yang pendek / singkat / jalan pintas, tapi harus jauh menyentuh dasar
timbulnya masalah itu sendiri. Prinsip melegalkan aborsi sama seperti Prinsip
lokalisasi. Banyak celah yang justru akan dimanfaatkan, karena seks bebas sudah
jadi realita sekarang ini, apalagi di kota-kota besar.

8
Perempuan berhak dan harus melindungi diri mereka dari eksploitasi orang lain
termasuk suaminya, agar tidak perlu aborsi. Sebab aborsi, oleh paramedis ataupun
oleh dukun, legal atau illegal, akan tetap menyakitkan buat wanita, lahir dan batin
meskipun banyak yang. menyangkalnya. Karena itu kita harus berupaya bagaimana
caranya supaya tidak sampai berurusan dengan hal yang akhirnya merusak diri
sendiri.Karena ada laki-laki yang bisa seenak melenggang pergi, dan tidak peduli
apa-apa meskipun pacarnya/istrinya sudah aborsi dan mereka tidak bisa diapa-
apakan, kecuali pemerkosa, yang jelas ada hukumnya.

Jadi solusinya bukan cuma dari rantai yang pendek, tapi dari ujung rantai yang
terpanjang, yaitu : penyuluhan tentang seks yang benar. Jika dilihat kebelakang,
mengapa banyak remaja yang aborsi, karena mereka melakukan seks bebas untuk
itu diperlukan pendidikan agama agar moral mereka tinggi dan sadar bahwa free
seks tidak sesuai dengan agama dan berbahaya.

Jika tidak ingin hamil gunakan kontrasepsi yang paling aman dan kontrasepsi yang
paling aman adalah tidak berhubungan seks sama sekali. Segala sesuatu itu ada
resikonya. Untuk itu sebelum bertindak, orang harus mulai berpikir : nanti
bagaimana bukannya bagaimana nanti.
Keputusan aborsi juga dapat keluar dalam waktu yang singkat, dan setelah
melewati waktu krisis, bisa saja keputusan aborsi dibatalkan karena ada seseorang
yang mendampingi memberikan support, dan dia tidak jadi mengaborsi. Keputusan
untuk aborsi, kemungkinan bisa menghantui seumur hidupnya, mengaborsi
anaknya, dan selama beberapa minggu dia masih menyesali dan menangisi
kejadian itu, seperti kematian seorang anak.

Apalagi jika aborsi dilakukan akibat paksaan, misalnya paksaan dari orangtua,
demi nama baik keluarga. Bayangkan berapa banyak orang-orang yang.bisa
dipaksa untuk menggugurkan, jika aborsi ini dilegalkan.

Penyebab Aborsi

Karakteristik ibu hamil dengan aborsi yaitu:

a.Umur Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal
meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali
secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya
rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran
sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang
tidak dikehendaki.Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional
dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka kematian
dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan mereka
belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat
terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi
kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat
mempengaruhi janin intra uterine.

b.Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan
pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang
melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan
mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III,
termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

c.Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal.Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi.Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.

10
Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik,
sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.
d. Riwayat Kehamilan yang lalu Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan
terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan,
Warton dan Fraser dan Llewellyn - Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu
25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).Meski pengguguran kandungan (aborsi)
dilarang oleh hukum, tetapi kenyataannya terdapat 2,3 juta perempuan melakukan
aborsi (Kompas, 3 Maret 2000). Masalahnya tiap perempuan mempunyai alasan
tersendiri untuk melakukan aborsi dan hukumpun terlihat tidak akomodatif
terhadap alasan-alasan tersebut, misalnya dalam masalah kehamilan paksa akibat
perkosaan atau bentuk kekerasan lain termasuk kegagalan KB. Larangan aborsi
berakibat pada banyaknya terjadi aborsi tidak aman (unsafe abortion), yang
mengakibatkan kematian.Data WHO menyebutkan, 15-50% kematian ibu
disebabkan oleh pengguguran kandungan yang tidak aman.Dari 20 juta
pengguguran kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000
perempuan meninggal dunia.Artinya 1 dari 8 ibu meninggal akibat aborsi yang
tidak aman.

 Jenis-Jenis Aborsi

a.Aborsi Alamiah atau Spontan

Aborsi alamiah / spontan berlangsung tanpa tindakan apapun (keguguran). Pada


umumnya aborsi ini dikarenakan kurang baknya kualitas sel telur maupun sel
sperma.

b.Aborsi Medisinalis

Aborsi medisinalis adalah aborsi yang terjadi karena brbagai alas an yang bersifat
medis. Aborsi ini dilakukan karena berbagai macam indikasi, seperti :

Hidatidosa atau hindramnion akut Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis
Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kangker serviks atau jika
dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit
keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara Prolaps uterus yang tidak
bisa diatasi.Telah berulang kali mengalami operasi caesar. Penyakit-penyakit dari
ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organic

dengankegagalan jantung, hipertensi,nephritis,tuberkolosis, paru aktif yang


berat.Penyakit-penyakit metabolik misalnya diabetes yang tidak terkontro. Epilepsi
yang luas dan berat. Gangguan jiwa , disertai dengan kecenderungan untuk bunuh
diri. Pada kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus
dikonsultasikan dengan psikiater.

c.Aborsi Kriminalis

Pada umumnya aborsi ini terjadi karena janin yang dikandung tidak dikhendaki
oleh karena berbagai macam alasan.

Seperti berkut ini :

·Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

·Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi.
·Kehamilan di luar nikah.

·Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi


keluarga.

·Masalah social misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

·Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).

·Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.

3.TRANSPLANTASI ORGAN

Dalam penyembuhan suatu penyakit, adakalanya transplantasi tidak dapat dihindari


dalam menyelamatkan nyawa bagi penderita.Dengan keberhasilan teknik
transplantasi dalam usaha penyembuhan suatu penyakit dan dengan meningkatnya
keterampilan dokter-dokter dalam melakukan transplantasi, upaya transplantasi
mulai diminati oleh para penderita dalam upaya penyembuhan yang cepat dan
tuntas.Untuk mengembangkan transplantasi sebagai salah satu cara penyembuhan
suatu penyakit tidakdapat begitu saja diterima masyarakat luas.

Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari
suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan
persyaratan dan kondisi tertentu.Transplantasiorgan dan jaringan tubuh manusia
merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan
fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang
merupakan upaya terbaik untuk menolong penderita/pasien dengan kegagalan
organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan pengobatan
biasa atau dengan cara terapi. Hingga dewasa ini transplantasi terus berkembang
dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu
saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi
agama, hukum, budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia
dewasa ini dalam menetapkan terapi transplatasi, adalah terbatasnya jumlah donor
keluarga (Living Related Donor, LRD) dan donasi organ jenazah. Karena itu
diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para pakar terkait (hukum,
kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka masyarakat), pemerintah dan swata.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TRANSPLANTASI

Tahun 600 SM di India, Susrutatelah melakukan transplantasi kulit. Sementara


pada masa Renaissance, seorang ahli bedah dari Itali bernama Gaspare Tagliacozzi
juga telah melakukan hal yang sama.Diduga John Hunter (1728-1793) adalah
pioneer bedah eksperimental, termasuk bedah transplantasi. Dia mampu membuat
cerita teknik bedah untuk menghasilkan suatu jaringan transplantasi yang tumbuh
di tempat baru.Akan tetapi sistem golongan darah dan sistem histokompatibilitas
yang erat hubungannya dengan reaksi terhadap transplantasi belum ditemukan.

Pada abad ke-20, Winer dan Landsteiner mendukung perkembangan transplantasi


dengan menemukan golongan darah sistem ABO dan sistem Rhesus.Saat ini
perkembangan ilmu kekebalan tubuh makin berperan dalam keberhasilan tindakan
transplantasi.

Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat searah dengan perkembangan


teknik transplantasi. Ilmu transplantasi modern makin berkembang dengan
ditemukannya metode-metode pencangkokan, seperti:

·Pencangkokan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner oleh Dr.
George E. Green dan Parkinson

·Pencangkokan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian
Bernhard, walaupun pasiennya kemudia meninggal dalam waktu 18 hari.

·Pencangkokan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita


Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.

Demikian sejarah singkat perkembangan transplantasi organ pada makhluk hidup


yang telah dilakukan oleh para ahli sejak jaman dahulu (600 SM) yang hingga
sampai saat ini metode transplantasi terus berkembang.

Jenis – jenis Transplantasi Organ

·Autograf (Autotransplatasi).

Autograf (Autotransplatasi) yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat


lain dalam tubuh orang itu sendiri.Misalnya operasi bibir sumbung, imana jaringan
atau organ yang diambil untuk menutup bagian yang sumbing diambil dari jaringan
tubuh pasien itu sendiri.

·Allograft (Homotransplantasi).

Allograft (Homotransplantasi)yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari


tubuh seseorang ke tubuh yang lan yang sama spesiesnya, yakni manusia dengan
manusia. Homotransplantasi yang sering terjadi dan tingkat keberhasilannya tinggi,
antara lain : transplantasi ginjal dan kornea mata. Disamping itu terdapat juga
transplantasi hati, walaupun tingkat kebrhsilannya belum tinggi. Transfusi darah
sebenarnya merupakan bagian dari transplntasi ini, karena melalui transfusi darah,
bagian dari tubuh manusia (darah) dari seseorang (donor) dipindahkan ke orang
lain (recipient).

·Xenograft (Heterotransplatasi).

Xenograft (Heterotransplatasi)yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari


tubuh yang satu ke tubuh yang lain yang berbeda spesiesnya. Misalnya antara
species manusia dengan binatang. Yang sudah terjadi contohnya daah
pencangkokan hati manusia dengan hati dari baboon (sejenis kera), meskipun
tingkat keberhasilannya masih sangat kecil.

·Isograft

·Transplantasi Singenik

Transplantasi Singenik yaitu pempindahan suatu jaringan atau organ dari seseorang
ke tubuh orang lain yang identik. Misalnya masih memiliki hubungan secara
genetik.

4.SUPPORTING DEVICES

Komponen Yang Mendasari Transplantasi

Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:

a.Eksplantasi yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau
yang sudah meninggal.
b.Implantasi yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada
bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain

Komponen Yang Menunjang Transplantasi

Disamping dua komponen yang mendasari di atas, ada juga dua komponen penting
yang menunjang keberhasilan tindakan transplantasi, yaitu:

a.Adaptasi Donasi yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup
yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup
dengan kekurangan jaringan atau oragan.

b.Adaptasi Resepien yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan atau
organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau
organ tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat befungsi
lagi.

c.Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang
hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri
didefinisikan kematian batang otak.

d.Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit ginjal sumsum tulang
dan darah (transfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah jantung,
hati, ginjal, kornea, pancreas, paru-paru dan sel otak.

Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplatasi adalah :

·Donor hidup

·Jenazah dan donor mati

·Keluarga dan ahli waris

·Resepien

·Dokter dan pelaksana lain

·Masyarakat

Alat-alat yang biasanya digunakan dalam proses transplantasi, meliputi :

·Pisau operasi
·Cusa (pisau pemotong yang menggunakan gelombang ultrasonografi)

·Meja operasi

·Gunting bedah

·Slang-slang pembiusan

·Drap (kain steril yang digunakan untuk menutup bagian tubuh yang tidak
dioperasi)

·Plastic steril berkantong yang fungsinya menampung darah yang meleleh dari
tubuh pasien

·Retractor

·Penghangat darah dan cairan

·Lampu operasi

2.3.Prinsip Legal Dalam Praktik Keperawatan : Tort

Tort adalah kesalahan yang dibuat kepeda seseorang atau hak miliknya.

A. Tort intesional

Merupakan tindakan terencana yang melanggar hak orang lain, seperti kekerasan,
ancaman dan kesalah pahanan.

1.Ancaman adalah intesional yang mengandung maksud melakukan kontak


menyerang dan membahayakan.Contoh : perawat mengancam akan tetap
melakukan tindakan x-ray walaupun pasien tidak menyetujui hal itu.

2.Kekerasan adalah segala sentuhan yang disengaja dilakukan tanpa ijin.Contoh:


perawat mengancam untuk melakukan injeksi tanpa persetujuan klien, jika perawat
tetap memberikan injeksi maka itu disebut kekerasan.

3.Kesalah Pahaman adalah terjadi jika seorang ditahan tanpa adanya surat
resmi.Contoh : hal ini terjadi ketika perawat menahan klien dalam area terbatas
yang mengganggu kebebasan klien tersebut.

B. Tort Kuasi-Intensional
Merupakan tindakan yang direncanakan, tidak akan menimbulkan hal yang tidak
diinginkan jika tindakan tersebut dilakukan, seperti pelanggaran privasi dan
pencemaran nama baik.

1.Pelanggaran privasi.

Pelanggaran privasi adalah melindungi hak klien untuk bebas dari gangguan
terhadap masalah pribadinya.

Ada 4 tipe pelanggaran pribadi :

1)Gangguan terhadap privasi

2)Peniruan nama

3)Penderitaan tentang fakta pribadi/fakta yang memalukan

4)Piblikasi palsu tentang seseorang

Contoh: pemberian informasi medis klien kepada pihak tidak berwenang seperti
wartawan atau atasan klien.

2.Pencemaran nama baik

Pencemaran nama baik adalah publikasi pernyataan palsu yang merusak reputasi
seseorang. Niat buruk berarti pihak yang mengeluarkan pernyataan tersebut
mengetahui bahwa pernyataan tersebut adalah palsu dan tetap
melakukaknnya.Slander terjadi saat seseorang memberikan pernyataan palsu
secara lisan.Contohnya seorang perawat memberitahukan kepada orang lain bahwa
seorang klien menderita penyakit menular seksual dan hal itu mempengaruhi karir
bisnis klien. Libel adalah pencemaran nama baik secara tertulis.Contohnya
penulisan data palsu.

C. Tort Nonintensional

1.Malpraktik

Malpraktik adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar
profesi atau standar prosedur oprasional.Untuk malpraktek kedokteran juga dapat
dikenai hukum kriminal. Malpraktek kriminal terjadi ketika seorang dokter yang
menangani sebuah kasus telah melanggar undang-undang hukum pidana.
Perbuatan ini termasuk ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam medis, penggunaan
ilegal obat-obatan, pelanggaran dalam sumpah dokter, perawatan yang lalai, dan
tindakan pelecehan seksual pada pasien.

Adapun pengertian dari malprakrek lainnya adalah kelalaian dari seorang dokter
atau perawat untuk menterapkan tingkat ketrampilan dan pengetahuannya di dalam
memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang
lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di
lingkungan wilayah yang sama. Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa
malpraktik merupakan batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang
ditujukan kepada seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan yang
menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekejaannya. Terhadap malpraktek
dalam keperawatan maka malpraktik adalah suatu batasan yang dugunakan untuk
menggambarkan kelalaian perawat dalammelakukankewajibannya.

Tindakan yang termasuk dalam malpraktek :

1.Kesalahan diagnosa

2.Penyuapan

3.Penyalahan alat

4.Pemberian dosis obat yang salah

5.Alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak steril.

Dampak yang terjadi akibat malpraktek :

1.Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang


permanen.

2.Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa


bersalah.

3.Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.

4.Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat.


5.Dari segi agama mendapat dosa.

6.Dari etika keperawatan melanggar etika keperawatan bukan tindakan


professional.

2.Persetujuan

Formulir persetujuan (consent) yang telah ditandatangani dibutuhkan untuk semua


pengobatan rutin, prosedur yang berbahaya seperti operasi, beberapa program
pengobatan seperti kemoterapi dan penelitian yang melibatkan klien
(TJC,2006).Klien menandatangani formulir persetujuan umum saat masuk rawat
inap di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain. Klien atau yang
mewakilinya harus menandatangani formulir persetujuan khusus atau pengobatan
sebelum pelaksanaan prosedur tertentu secara terpisah.

Undang-undang Negara bagian menetukan persyaratan individu yang secara


hukum dapat memberikan persetujuan untuk pengobatan medis (Medical Patient
Rights Act, 1994). Perawat harus mengenal dan memahami hukum Negara serta
kebijakan dan prosedur persetujuan di institusi tempat ia bekerja.

Jika klien menderita tuna rungu, buta huruf, atau berbicara dalam bahasa asing,
maka harus disediakan tenaga penerjemah untuk menjelaskan istilah yang tertulis
dalam formulir persetujuan. Anggota keluarga atau kerabat yang dapat berbicara
dalam bahasa klien sebaiknya jangan menjadi penerjemah informasi kesehatan.
Bantulah klien dalam membuat pilihan.

3.Informed Consent

Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu


tindakan, seperti operasi atau prosedur dianostik invasive, berdasarkan
pemberitahuan lengkap tentang risiko, manfaat, alternative, dan akibat penolakan
(Black,2004). Informed consent adalah kewajiban hukum bagi penyelenggara
pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi dalam istilah yang dimengerti
oleh klien sehingga klien dapat membuat pilihan (Dalinis,2005). Penjelasan juga
menggambarkan alternative pengobatan dan risiko terkait dalam semua pilihan
pengobatan. Kegagalan memperoleh persetujuan selain pada keadaan darurat dapat
mengakibatkan timbulnya tuntutan kekerasan. Tanpa persetujuan tertulis, seorang
klien dapat mengajukan tuntutan terhadap penyedia pelayanan kesehatan atas
kelalaian.

Infored consent merupakan bagian dari hubungan antara penyedia pelayanan


kesehatan dan klien. Persetujuan ini harus diperoleh pada saat klien tidak berada
dalam pengaruh obat seperti narkotik. Karena perawat tidak melakukan operasi
atau prosedur medis langsung, maka pengambilan persetujuan bukan merupakan
tugas perawat. Orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedur tersebut
juga bertanggung jawab atas pengambilan informed consent.

4.Masalah Aborsi

Pada kasus Roe v Wade di tahun 1973, Mahkamah Agung AS memutuskan adanya
hak dasar bagi privasi, termasuk keputusan wanita untuk melakukan aborsi.
Pengadilan menyatakan bahwa selama trimester pertama seorang wanita dapat
melakukan terminasi kehamilan tanpa persetujuan Negara bagian karena risiko
mortalitas alami dari aborsi pada masa ini lebih kecil dibandingkan kelahiran
normal. Selama trimester kedua, pengadilan berhak melindungi kesehatan sang ibu
sehingga Negara bagian mengatur pelaksanaan aborsi dan fasilitasnya. Pada
trimester ketiga, janin telah mampu bertahan hidup sehingga bagian Negara berhak
melindungi janin. Oleh karena itu, pada trimester ketiga terdapat larangan aborsi,
kecuali terdapat kebutuhan untuk menyelamatkan nyawa sang ibu.

Pada kasus Webster v Reproductive Health Service di tahun 1989, pengadilan


mempersempit cakupan kasus Roe v Wade. Beberapa Negara bagian mewajibkan
pemeriksaan viabilitas atau kemungkinan bayi bertahan hidup sebelum
pelaksanaan aborsi jika fetus telah berusia 28 minggu. Beberapa Negara bagian
juga mewajibkan pengambilan persetujuan orang tua anak dibawah umur, atau
keputusan pengadilan bahwa anak tersebut telah matang dan dapat memberikan
persetujuan sendiri.

5.Siswa Keperawatan

Siswa keperawata memiliki tanggung jawab hukum jika tindakannya


membahayakan klien. Jika bahaya timbul sebagai akibat tindakannya ata ketiadaan
tindakannya, maka siswa, instruktur, fasilitas kesehatan, dan institusi pendidikan
juga bertanggung jawab terhadap kesalahan tersebut. Siswa keperawatan tidak
diperbolehkan untuk menerima tugas yang tidak dipersiapkan sebelumnya.
Instruktur harus mengawasi mereka selama pembelajaran keterampilan baru.
Meskipun siswa keperawatan bukan pekerja rumah sakit, tetapi institusi tetap
bertanggung jawab untuk mengawasi tindakan siswa keperawatan. Siswa
keperawatan diharapkan melakukan tindakan secara aman seperti halnya seorang
perawat professional. Staf fakultas bertanggung jawab untuk memberikan instruksi
dan mengawasi siswa, tetapi pada beberapa situasi tanggung jawab ini juga
diemban perawat staf yang bertugas sebagai pengajar. Setiap sekolah keperawatan
harus memberikan definisi yang jelas mengenai tanggung jawab fakultas dan
pengajar.

Saat siswa bekerja sebagai asisten perawat, mereka tidak boleh melaksanakan
tugas yang tidak terdapat dalam deskripsi tugas bagi asisten perawat. Sebagai
contoh, meskipun telah belajar tentang pemberian obat instramuskular, tetapi siswa
tidak boleh melakukannya. Jika perawat pengawas memberikan tugas tanpa
memastikan kemampuan siswa tersebut, maka secara hukum ia juga akan
bertanggung jawab. Jika seseorang meminta siswa yang bertugas sebagai asisten
perawat untuk melaksanakan prosedur yang belum dapat mereka lakukan secara
aman, maka ia harus menyampaikan informasi tersebut kepada pengawas agar
mereka memperoleh bantuan.

6.Asuransi Malpraktik

Malpraktik atau asuransi tanggung jawab profesi merupakan kontrak antara


perawat dan perusahaan asuransi. Asuransu malpraktik memberikan perlindungan
pada perawat saat terlibat tuntutan atas kelalaian professional atau malpraktik
medis. Sebagai bagian dari kontrak, perusahaan asuransi membayar biaya
persidangan dan pengacara yang mewakili perawat. Perawat yang dipekerjakan
oleh institusi kesehatan biasanya ditanggung oleh pihak asuransi institusi tersebut.
Perawat tidak perlu memperoleh asuransi tambahan, kecuali ia berencana
melakukan praktik di luar institusi. Namun asuransu intitusi tersebut hanya
menanggung perawat yang bekerja sesuai cakupan pekerjaannya.

7.Masalah Penelantaran dan Penugasan

Kekurangan staf. Selama terjadinya pengurangan staf atau tenaga kerja, maka akan
timbul masalah kekurangan staf (TJC,2006). Community Health Accreditation
Program (CHAP) dan standar federal lainnya mewajibkan institusi untuk memiliki
pedoman penentuan jumlah (rasio) perawat yang dibutuhkan untuk melayani
sejumlah klien tertentu. Masalah hukum akan terjadi bila terdapat kekurangan
jumlah perawat untuk memberikan pelayanan atau perawat harus bekerja lembur.

Dalam usaha mengatasi hal ini, California menyusun undang-undang California


Assembly Bill 394 (AB394) yang mewajibkan penetapan rasio perbandingan
perawat dank lien dalam semua bidang keperawatan akut. California merupakan
Negara bagian pertama dan satu-satunya yang mengadopsi peraturan ini. Standar
ini diberlakukan sejak 1 Januari 2004. Sekitar 15 negara bagian lainnya sedang
membahas peraturan sejenis. Rasio staf yang aman terus menjadi masalah dan
perhatian bagi semua perawat (Benko,2004).Jika perawat diberikan tugas lebih
banyak dari seharusnya, maka mereka harus memberitahukan hal ini kepada
perawat pengawas (Blair,2003).

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa sebagai seorang perawat yang
professional dalam bertugas dalam bidang pelayanan masyarakat harus memahami
dan menerapkan etika keperawatan yang digunakan sebagai acuan bagi perlaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan
seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.

Selain berpedoman pada etika keperawatan, dalam memberikan pelayanan


kesehatan bagi masyarakat, perawat juga harus mengetahui prinsip-prinsip etika
keperawatan, ethical issue dalam praktik keperawatan dan prinsip-prinsip legal
dalam praktik keperawatan, sehingga nantinya dalam memberikan pelayanan
kesehatan, seorang perawat dapat meberikan pelayanan terbaik kepada klien.

Daftar pustaka

• http://id.wikipedia.org/wiki/Etika_Nikomakea
• http://id.wikipedia.org/wiki/Etika

Anda mungkin juga menyukai